Anda di halaman 1dari 44

PASKIBRAKA’78

Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi Oktober 2007

Mencari Rumah
Paskibraka

Harapan pada Munas PPI


Bulletin Paskibraka ’78

Salam ’78
Teman-teman Paskibraka 1978,
Seusai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan
dan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1428H, kami berharap
kita semua telah kembali ke suasana yang lebih sejuk dan
hati yang lebih bersih. Sebenarnya, kami juga ingin sedikit
menarik napas lebih panjang, melakukan break sebentar,
Bulletin ini diterbitkan sebelum mulai menyusun kembali jadwal untuk rencana
oleh ”Paguyuban Pas- kita, yakni Reuni 2008.
kibraka 1978” (PP’78) Tapi, ternyata ada perkembangan lain. Setelah
dan dikelola oleh para bertemu
Purna Paskibraka 1978 dengan beberapa Purna Paskibraka Nasional angkatan lain
yang ada di Jadebotabek dalam sebuah buka puasa bersama, tercetus gagasan
dengan tujuan untuk untuk mengadakan pertemuan susulan berupa ”Halal
menggalang rasa per- Bihalal”, Insya Allah pada tanggal 28 Oktober 2007. Maka,
saudaraan (brother- disegerakanlah buletin ini terbit, sekadar ”oleh-oleh” buat
hood) sesama teman mereka yang akan hadir di sana.
seangkatan.
Lagipula, tepat pada hari yang sama, 28 Oktober 2007,
Sebagian atau seluruh
Purna Paskibraka Indonesia (PPI) sedang mengadakan
isi buletin ini dapat diku-
tip/diperbanyak atau ”gawe besar” berupa Musyawarah Nasional (Munas) di
dibagikan kepada Purna Makassar. Apa salahnya, dalam edisi kali ini kami mencoba
Paskibraka angkatan menyampaikan gagasan-gagasan tentang organisasi yang
lain bila dianggap perlu. sebenarnya dibutuhkan oleh Purna Paskibraka. Apakah
Harapan kami, buletin bentuk organisasi alumni itu memang semacam PPI, PPI
sederhana ini juga dapat yang dimodifikasi, atau ada alternatif lain yang sebenarnya
menjadi media komuni- lebih bermanfaat.
kasi alternatif antar Pur- Respon dari teman-teman angkatan lain pada saat halal
na Paskibraka, meski
bihalal, akan menentukan apakah reuni kita tahun depan
ruang gerak dan edar-
nya sangat terbatas.
akan berubah menjadi sebuah Reuni Besar. Kalau benar,
berarti kerja kita akan sedikit lebih berat. Tidak apa-apa, itu
Surat-surat/tulisan dapat semua hanyalah risiko dari sebuah gagasan. Dan sebagai
dialamatkan ke: penggagas, kita harus siap menerimanya.
l SYAIFUL AZRAM,
Karena itu, intensifkan terus komunikasi dan tetaplah
Pondok Tirta Mandala rapatkan barisan...!
E4 No. 1 Depok 16415
l BUDIHARJO Paguyuban Paskibraka 1978
WINARNO, Gema
Ketua (Lurah) : Yadi Mulyadi
Pesona AM-7, Jl. Tole
(Jabar)
Iskandar 45, Depok Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar)
16412 Sekretaris : Syaiful Azram (Sumut)
SMS : 0818866130 Saraswati (DKI Jakarta)
Bendahara : Arita Patriana Sudradjat (Jabar)
dan 08161834318
Budi Saddewo Sudiro (Jateng)
E-mail :
muztbhe_depok Bala Paskibraka 1978 di Jadebotabek:
@yahoo.com. l Budiharjo Winarno (Yogya) l Sonny Jwarson Parahiyanto
(Jatim) l Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) l Amir Mansur
(DKI Jakarta) l I Gde Amithaba (Bali) l Sambusir (Sumsel) l
Halidja Husein (Maluku) l M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) l

2 Edisi Oktober 2007


Rumah Paskibraka
D
alam kurun waktu hampir 30 dengan kami. Tapi entah mengapa,
tahun, banyak acara-acara yang mereka mau datang ketika kami undang.
berhubungan dengan Paskibraka Begitu bertemu, kami kangen-kangenan,
telah kami ikuti. Banyak undangan lalu merasa mengobrol dengan akrab
pertemuan untuk membicarakan tentang dan saling cocok satu sama lain.
Paskibraka yang telah kami hadiri. Tapi, Padahal kami angkatan 1978, dan satu
sangat sedikit di antaranya yang dapat di antara mereka angkatan 1988, lalu
membuat kami merasa nyaman saat satu lagi angkatan 1998. Sebuah
berada di dalamnya. Ya orang- kearaban lintas dekade telah terjadi sore
orangnya, ya suasananya, ya apa-apa itu.
yang dibicarakan. Mereka, walau hanya enam orang,
Di sana, kami selalu merasa hanya bagi kami adalah sebuah cerminan dari
hadir sebagai tamu di tengah ratusan, atau mungkin ribuan, Purna
sekumpulan orang yang tidak Paskibraka Nasional lainnya yang
berkepekaan sama. Padahal, selama ini selama ini begitu menginginkan sebuah
yang kami cari adalah sebuah tempat di kebersamaan, seperti juga mereka
mana kita, Purna Paskibraka, benar- merindukan para pembina, teman-teman
benar menjadi tuan di rumahnya sendiri. dan harumnya bunga-bunga di halaman
Bicara dari hati ke hati tentang kita asrama.
sendiri, atau tentang sejuknya bumi. Sayangnya, pengobat kerinduan itu,
Bukan tentang tingginya langit atau sampai sekarang belum mereka temukan.
putihnya awan yang hanya bisa Dan tugas kitalah untuk mengajak
dipandang tanpa dapat tersentuh. mereka membangun sebuah rumah yang
Maka, kami mencoba membuktikan bisa menjadi tempat berteduh saat hujan,
kebenaran dari keragu-raguan selama ini tempat berlindung dari teriknya panas,
dengan gagasan sederhana. ”Coba kita sekaligus tempat bercengkerama di kala
kumpul-kumpul dengan beberapa Purna suka dan berbagi kesedihan di kala
Paskibraka Nasional, terutama mereka duka. Rumah itu adalah Rumah
yang selama ini jarang, atau mungkin tak Paskibraka!
pernah muncul dalam berbagai event (Paguyuban Paskibraka 1978)
Paskibraka. Apa sebenarnya yang
mereka rasakan dan inginkan.”
Asumsi itu kami buktikan melalui
Tulisan-tulisan yang berhubungan
sebuah pertemuan kecil pada 28 Sep-
dengan alumni Paskibraka dan
tember 2007. Sebuah acara ”Buka
organisasi Purna Paskibraka di
Puasa” yang dihadiri oleh Paskibraka 78
halaman-halaman berikut, merupakan
dan enam orang Paskibraka lintas
rangkaian yang dapat menjadi bahan
angkatan (tadinya ada 12 orang, tapi
pemikiran bagi seluruh alumni
sebagian tidak bisa hadir karena
Paskibraka tingkat Nasional untuk
berbagai halangan).
menelurkan gagasan tentang
Keenam Paskibraka itu hampir
kebersamaan di masa datang.
semuanya belum pernah bertemu
Pertemuan Lintas Dekade
R
osalia Kusumasari (Sari) memang atau Pulung Hendyanto (Paskibraka 1996,
tidak pernah bertemu dengan kami, Yogya) yang datang ke acara buka
karena ia adalah Paskibraka 1998 puasa
utusan Jawa Tengah. Agak beda dengan 28 September 2007. Mereka seolah
Jumawal Uhadi (Awal) yang kebetulan mewakili sebuah komunitas Paskibraka yang
pernah bertemu dalam satu dua selama ini tidak pernah tersentuh oleh hiruk-
kesempatan. Dan kebetulan lagi, Awal pi- kuknya aktivitas Purna Paskibraka,
yang Paskibraka terutama melalui sebuah organisasi yang
1988 utusan Aceh itu adalah ipar dari bernama Purna Paskibraka Indonesia
Izziah. Suami Izziah dan istri Awal adalah (PPI).
kakak beradik, putra dan putri almarhum Dari perbincangan santai di sela-sela
Prof. Ibrahim Hasan (mantan Menteri menantikan waktu buka puasa, akhirnya
Negara Urusan Pangan). kami mendapat gambaran bahwa ada
Tetapi, persoalannya bukan kenal atau ratusan, atau mungkin ribuan Purna Pas-
tidaknya mereka dengan Paskibraka 1978. kibraka tingkat Nasional yang selama ini
Masalahnya adalah, Purna Paskibraka tiga bernasib sama dengan mereka. Ingin men-
angkatan dengan interval waktu masing- cari sebuah keakraban, atau persaudaraan
masing satu dekade bisa saling bertemu Paskibraka yang begitu mereka banggakan,
dan lantas akrab, bercengkerama seolah- namun tak tahu ke mana mencarinya.
olah sudah kenal sangat lama. Mereka masih ingat dengan pesan para
Begitu pula Diaz Artanto dan Rina Astini pembina bahwa antar sesama anggota
(Paskibraka 1983, Yogya dan Paskibraka adalah bersaudara. Dan sebagai
Sumbar), Mudji Saptono (Paskibraka sesama saudara, Purna Paskibraka harus
1989, Yogya) saling membantu. Yang muda menghormati

Dari kiri: Diaz Artanto, Rina Astini,


Chelly Urai dan Mudji Saptono
Budiharjo Winarno dan Rosalia
Kusumasari (kiri), serta Pulung
Hendyanto.

yang lebih tua, yang tua berkewajiban


membimbing adik-adiknya yang lebih muda.
Sayangnya, wahana untuk mengaktuali-
sasikan itu semua belum pernah ada.
Organisasi yang diharapkan dapat menjadi
pemersatu, ternyata lebih mementingkan
pengumpulan massa dan suara dalam
perebutan posisi puncak di kepengurusan.
Setelah itu, tak pernah ada yang peduli lagi
dengan Purna Paskibraka.
Itulah mengapa, 28 Oktober 2007, pada
saat yang lain larut dalam hiruk-pikuk di
Makassar, sebagian kecil lebih memilih
kumpul-kumpul dengan sesamanya dan
para pembina.
Dari sana kita paham, benarlah kata
pembina bahwa persaudaraan Paskibraka
tidak tergantung pada perbedaan usia,
strata sosial atau setumpuk predikat lain. Jumawal Uhadi, tanpa pikir panjang
menawarkan rumahnya di Bintaro
Semua terletak pada manusianya sendiri, untuk tempat ”Halal Bihalal” Purna
apakah masih kerap melakukan ”renungan Paskibraka Nasional pada tanggal
jiwa” untuk melihat ke dalam dirinya sendiri 28 Oktober 2007.
bahwa seorang manusia itu tidak berarti
apa-apa bila tidak bermanfaat bagi sesa-
manya. (PP’78)
Organisasi Purna Paskibraka
dari Dulu Hingga Kini
dipanggil sebagai perangkat dalam pelak-
ikal bakal berdirinya organisasi

C
sanaan berbagai upacara dan kegiatan.
alumni Paskibraka sebenarnya
dimulai secara nyata di
Yogyakarta.
Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna)
Paskibraka tingkat Nasional yang ada di
Yogya, berkeinginan untuk mendirikan orga-
nisasi alumni, lalu mereka menyampaikan
keinginan itu kepada para pembina di
Jakarta.
Para pembina lalu menawarkan sebuah
nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA
yang berarti ikatan persahabatan para
alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu
kemudian digodok lagi dan akhirnya dise-
pakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA
(PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah
berhimpun dan pengabdian para alumni
Paskibraka. PEP DI Yogya resmi
dikukuhkan pada 28 Oktober 1976.
Seiring dengan itu, para alumni
Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan
gagasan pendirian organisasi Reka Purna
Paskibraka (RPP). Sementara di Bandung,
berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA
(EPP).
Namun, dalam perkembangannya, ketiga
organisasi itu belum pernah melakukan
koordinasi secara langsung untuk memben-
tuk semacam forum komunikasi di tingkat
pusat. Sementara itu, di daerah lain belum
ada keinginan untuk membentuk organisasi,
karena jumlah alumninya masih sedikit —
berbeda dengan Jakarta, Bandung dan
Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni
Paskibraka untuk melanjutkan sekolah.
Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka
di daerah lain hanya dibina melalui Bidang
Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu
Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembina-
an generasi muda, karena dianggap poten-
sial sesuai predikatnya.
Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Gene-
rasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendaya-
gunakan potensi alumni berbagai program
yang telah dilaksanakan, termasuk pro-
gram pertukaran pemuda Indonesia dengan
luar negeri (saat itu baru CWY atau Indone-
sia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pe-
muda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi
nama PURNA CARAKA MUDA INDONE-
SIA (PCMI).
Maka, selain di Jakarta, Bandung dan
Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah
lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu
berlangsung sampai tahun 1985, ketika
Direktorat PGM ”menyadari” bahwa pengga-
bungan Purna Paskibraka dengan alumni
pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan
yang tepat.
Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya
Pembinaan Purna Program Binmud di Cisa-
rua, Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid
Binmud seluruh Indonesia serta para alumni
Paskibraka dan pertukaran pemuda— dike-
luarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/
E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memi-
sahkan para alumni dalam dua organisasi,
masing-masing PCMI untuk alumni pertu-
karan pemuda dan PURNA PASKIBRAKA
INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka.
Dengan alasan untuk menjaga agar kepu-
tusan itu tidak ”mencederai hati” para
Purna Paskibraka yang telah lebih dulu
mendirikan PEP, RPP dan EPP,
maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah
organisasi binaan Depdikbud yang bersifat
regional- provinsial. Artinya, organisasi itu
ada di tiap
provinsi namun tidak mempunyai Namun, dengan kegigihan para Purna
Pengurus di tingkat pusat. Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya
Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun
bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah orga- harus menunggu dan bekerja keras untuk
nisasi bernama sama dan ada di tiap dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah
provinsi tapi tidak mempunyai forum komu- dalam sebuah Musyawarah Nasional (Mu-
nikasi dan koordinasi di tingkat pusat. nas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui
Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah
organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan
pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Ang-
ancaman. garan Rumah Tangga (ART). (PP’78)

PPI: Organisasi Alumni atau Massa?


S
ebagai alumni Paskibraka tingkat Na- Nasional. Ada ketidakadilan dalam pembe-
sional, pernahkah Anda tahu atau rian kesempatan berpartisipasi.
membaca Anggaran Dasar/Anggaran Sejatinya, sebagai organisasi alumni,
Rumah Tangga (AD/ART) organisasi Purna struktur organisasi harus memberi tempat
Paskibraka Indonesia (PPI)? bagi alumni seluruh tingkatan pelatihan,
Kami berani bertaruh, hampir semua bahkan mungkin angkatan, bukan semata-
Purna Paskibraka tingkat Nasional menja- mata berbasiskan daerah. Dengan demikian,
wab tidak pernah tahu, apalagi memba- aktivitas organisasi akan menyentuh seluruh
canya, kecuali mereka yang pernah ikut alumni —yang secara otomatis harusnya
Munas atau menjadi Pengurus. Kalau menjadi anggota PPI— tak peduli mereka
begitu, untuk apa dan untuk siapa tinggal di daerah mana, di dalam atau di
sebenarnya PPI didirikan? luar negeri, bahkan di angkasa luar seka-
Sejak Munas I di Cipayung, PPI telah lipun.
memposisikan diri secara tidak langsung Kini, tiga Munas telah berlalu, dan menjadi
sebagai organisasi massa. Dalam AD dise- empat setelah Munas V di Makasar. AD
butkan PPI adalah organisasi binaan Dep- Perubahan dengan tegas telah menyatakan
dikbud yang bersifat kekeluargaan. Namun, PPI sebagai organisasi massa berbasiskan
dalam bab lainnya ditegaskan bahwa dalam daerah. PPI pun akan selalu sibuk mengu-
Musyawarah, yang mempunyai hak suara rusi masalah-masalah rutin, sehingga tak
adalah Pengurus Daerah. punya kesempatan untuk memikirkan pem-
Mungkin, dalam pikiran awalnya, para binaan alumni secara sungguh-sungguh.
penggagas Munas I begitu bernafsu untuk Sebagian besar alumni Paskibraka tingkat
mengakomodasi potensi daerah —yang Nasional —terutama yang ada di Jakarta—
sebelum 1985 praktis tidak termanfaatkan. seharusnya menjadi motor penggerak utama
Namun, bentuk organisasi massa yang organisasi. Tapi, dengan pilihan menjadi
dipilih itu ternyata melahirkan dilema lain, ormas berbasis daerah, PPI akhirnya ”me-
karena PPI pada hakekatnya adalah orga- ninggalkan” mereka dalam kesepian.
nisasi alumni. Kini, tinggal terserah pada kita sendiri,
Pilihan itu pun kembali ”mencederai hati” apakah memang ingin terus menjadi yang
banyak alumni, terutama Paskibraka tingkat tersisih atau berani untuk memilih. (PP’78)
Tugas Alumni Paskibraka
R
asanya, sebelum satu demi satu dan benar-benar siap terjun ke masyarakat.
dari mereka pergi meninggalkan kita Artinya, berbagai simulasi yang mereka
untuk selamanya, berulangkali para dapatkan di Desa Bahagia, akan segera
pendiri Paskibraka telah meninggalkan diterapkan di kancah sebenarnya —yang
pesan. Sederhana saja bunyinya: ternyata sangat berbeda dari bentuk ideal
”Kalian, para Purna Paskibraka, semua- yang pernah dibayangkan.
nya adalah bersaudara. Berlakulah satu Selaku saudara, sudah selayaknya kakak-
sama lain selaku saudara. Yang muda kakak yang lebih tua membimbing adik-
hormat kepada yang lebih tua. Yang lebih adiknya dalam mempersiapkan diri menuju
tua membimbing adik-adiknya yang lebih ”dunia nyata”. Memberikan bekal tentang
muda. Niscaya, kalian akan menjadi insan- apa yang harus dituju dan bagaimana cara
insan yang saling mengasihi dan menya- mencapainya, serta memberi koridor di kiri
yangi. Dengan persaudaraan itu kalian dan kanan agar mereka tidak berbelok ke
akan mampu berbuat lebih banyak, diban- jalan yang salah.
ding bila berbuat sendiri-sendiri.” Pembinaan itu dapat dilakukan secara
Latihan ”Pandu Ibu Indonesia Ber-Panca- pribadi. Namun, akan lebih berdayaguna
sila” pada hakekatnya ingin menciptakan bila dilakukan bersama-sama dalam sebuah
insan-insan Indonesia yang berjiwa Merah- wadah alumni yang didirikan dengan niat
Putih, patriotik dan cinta tanah air. Tapi, yang benar-benar tulus untuk kepentingan
dengan sistem pendekatan Desa Bahagia, bersama. Intinya, wadah ini harus bisa
mereka diharapkan dapat menjadi manusia menciptakan sebuah komunitas yang berisi
yang bertanggung-jawab, tertib, berdisiplin orang-orang baik bernama Paskibraka.
dan berbudi pekerti, serta selalu menjunjung Concern atau kepedulian wadah itu pun
tinggi nilai kekeluargaan dalam bermasya- sudah sepantasnya diarahkan untuk mencip-
rakat. takan alumni-alumni Paskibraka yang baik.
Nilai-nilai kebaikan itulah yang seharusnya Ruang lingkupnya hanya dua, yakni:
dimiliki setiap alumni, lalu dikembangkan di 1) kepedulian terhadap Pelatihan Paski-
keluarganya sendiri serta disumbangkan braka yang merupakan tempat kelahiran
sekaligus ditularkan kepada lingkungannya. setiap anggota Paskibraka. Pembinaan yang
Dengan demikian, predikat ”teladan” selalu baik akan melahirkan anggota2 Paskibraka
teraktualisasikan dalam kehidupan nyata, yang baik, sehingga akhirnya dapat menjadi
dan selalu melekat pada diri alumni. kakak yang baik bagi adik-adiknya dan
Namun, waktu latihan yang dijalani se- tauladan di masyarakatnya.
waktu menjadi anggota Paskibraka hanya 2) kepedulian pada pembinaan pasca
kurang dari satu bulan. Waktu sesingkat itu latihan di mana seorang alumni Paskibraka
tidak mungkin serta-merta mengubah seo- memulai masa pencarian jatidiri untuk
rang remaja menjadi ”manusia super” yang menjadi anggota masyarakat dan komunitas
kemudian bisa mengubah apa saja dengan sosial yang akan dipilihnya. Peran pembina
kehebatannya. yang telah berakhir harus diambilalih oleh
Dibutuhkan waktu setahap demi setahap para senior yang berfungsi memberikan
untuk menuju kematangan pribadi sampai arahan sekaligus menjadi koridor yang
setiap alumni bisa menemukan jatidirinya menjaga para junior tetap pada jalurnya.***
Pesan-pesan Pembina
HUSEIN MUTAHAR
Kebutuhan dunia yang terbesar
adalah kebutuhan akan
manusia...
Manusia yang tidak mau dijual,
juga tidak mau dibeli.
Manusia yang dalam lubuk
hatinya ada kebenaran dan
kejujuran. IDIK SUL AEMAN
Manusia yang tidak takut untuk
menyebut dosa dengan
kebenaran namanya sendiri.
Manusia yang nuraninya teguh terhadap Karena benda
kewajiban seperti patuhnya jarum
inilah kita
kompas menunjukkan arah kutub.
berkumpul di
Manusia yang tegar membela kebenaran
meski langit runtuh menimpanya. Desa
Namun, watak seperti itu bukanlah sesuatu Bahagia...
yang tercipta secara kebetulan. Saling kenal, saling bercerita, saling cinta
Bukan kemurahan hati atau imbalan jasa dalam satu rasa: Aku Putera Indonesia.
dari orang lain. Meskipun hanya kenangan saat menjadi
Watak luhur adalah hasil penataan dan anggota Paskibraka,
disiplin diri. Jiwa dan semangatnya terasa abadi dan
Hasil dari sikap merendah terhadap lestari,
kekuasaan alam. Pertahankan terus dan selalu kobar-
Hasil pasrah diri untuk mengabdi kepada kobarkanlah jiwa dan semangat itu!
Tuhan dan sesama manusia dengan
penuh rasa kasih sayang...
BUNDA BUNAKIM
DHARMINTO SURAPATI
Dalam bekerja, kalian
Seorang manusia harus selalu menjadi kuli-
semakin lama akan kuli kencang yang tidak
semakin tua. Satu demi punya ”wudhel” (pusar).
satu, kami yang tua-tua Yaitu orang yang mampu
ini akan pergi dan tak bekerja keras dan terus
selamanya berada di mengabdi untuk kepen-
antara kalian. Jangan tingan sesama tanpa mengharapkan pamrih
biarkan kepergian kami apapun juga.
tanpa jejak dan peninggalan. Jangan mundur dari apa yang diniatkan.
Jadilah sebuah “Roda Gendheng” yang Cita-cita harus tercapai bila kalian sudah
mampu terus berputar dan memutar roda- terlanjur basah.
roda lainnya meski sumber tenaga awalnya The show must go on, move forward
sudah tidak mempunyai kekuatan lagi... and never retreat!
Rumah Kita Sendiri...
peduli Direktur, Kasubdit, staf, bahkan
Hanya bilik bambu, tempat tinggal kita
Tanpa hiasan tanpa lukisan
Beratap jerami beralaskan tanah
Namun semua itu punya kita
Memang semua ini milik kita sendiri ...
Hanya alang-alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir tanpa
melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita...
Lebih baik di sini
Rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerahYang Kuasa
Semuanya .. ada di sini
Rumah kita ...

n ”Rumah Kita” oleh God Bless

L
agu God Bless yang syahdu itu me-
ngusik perasaanku. Membuatku ingat
zaman dulu sewaktu Paskibraka ma-
sih dibina oleh Direktorat Pembinaan Ge-
nerasi Muda (Ditbinmud/PGM), Depdikbud.
Gedung tua di Jalan Merdeka Timur 14
—yang tepat di depan Stasiun Gambir— itu
memang sederhana. Tetapi ada kekuatan
yang memancar, seolah-olah kita ditarik
oleh sebuah magnet besar untuk selalu
datang dan datang lagi ke sana.
Di gedung eks Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Nakertrans) itulah, seba-
nyak 27 angkatan (1967-1994) Paskibraka
dilahirkan. Di tempat itu pula berkumpul
orang-orang yang tadinya saling tidak kenal,
lalu mengikatkan diri layaknya sebuah
keluarga besar.
Begitu melewati pintu, siapa pun yang
pernah menjadi alumni pelatihan, terutama
Paskibraka, selalu disambut dengan kera-
mahan dan ketulusan. Semua orang, tak
pesuruh selalu saling bertegur-sapa dengan
akrab. Purna dianggap sebagai keluarga
yang datang dari jauh. Diajak ngobrol,
diberi minuman, malah kadang dibelikan
ketoprak sambil dimakan bareng di bawah
pohon. Begitu akrab dan nyaman.
Sesama Purna Paskibraka pun —yang
kebetulan bertemu di tempat itu— kerap
ada pelukan penuh kehangatan dan senda
gurau. Selalu ada kerinduan dan ada
pelepas rindu itu di sana.
Tapi itu dulu, saat organisasi Purna
Paskibraka belum menjadi besar seperti
sekarang, dan PGM belum pindah ke
Kompleks Depdiknas di Senayan —yang
lalu berubah menjadi Direktorat Kepemu-
daan. Atau, ketika PGM dibubarkan dan
markas pembinaan Paskibraka dipindahkan
ke Kantor Menpora.
Kini, PGM Gambir tak ada lagi, Kepemu-
daan Senayan pun sudah hilang. Ikut
lenyap pula orang-orang yang dulu sangat
kita kenal. Dan hilanglah pula jejak-jejak
keakraban itu untuk selamanya.
Bagi Purna Paskibraka yang tidak aktif di
organisasi PPI, mencari tahu tentang Pas-
kibraka di Kantor Menpora adalah sebuah
petualangan yang membingungkan. Sesu-
dah meninggalkan kartu identitas di meja
resepsionis Kantor Menpora, Anda tidak
pernah tahu siapa yang harus ditemui di
sana.
Saat ingin mencari teman-teman Purna
Paskibraka yang menjadi Pengurus PPI,
Anda pun tak pernah tahu kantor atau
sekretariatnya ada di mana. Adakah
alternatif lain?
Coba-cobalah datang ke Sekretriat PPI di
daerah, bila Anda pindah domisili. Anda
akan bingung ketika ditanya datang dari
daerah mana dan apakah membawa surat
pindah dari pengurus di daerah asal. Aneh
bin ajaib. Mereka selalu menanyakan hal dimanfaatkan oleh anggota PPI, tapi bukan
itu sesuai peraturan organisasi PPI. untuk Purna Paskibraka.
Di Jakarta misalnya, banyak alumni Pas- Belajar dari pengalaman itu, dan setelah
kibraka tingkat nasional yang kini tinggal, membandingkannya dengan masa lalu,
baik sekolah maupun bekerja. Sebagian akhirnya sampailah saya pada keputusan
besar sudah ada di Jakarta sebelum PPI bahwa saya harus mencari keakraban se-
ada, bahkan mungkin sebelum sebagian sama alumni Paskibraka itu di tempat lain.
dari mereka (Pengurus) menjadi anggota Sekarang, saya sudah punya Paguyuban
Paskibraka. Dan sampai sekarang mereka Paskibraka 1978 yang berisi teman-teman
tidak pernah bergabung dalam PPI. saya 29 tahun lalu, dan masih tetap menjadi
Saya pun pernah berkali-kali mencoba ”saudara” saya sampai saat ini.
mengunjungi portal www.purnapaskibra- Saya juga ingin, Paskibraka setiap ang-
ka.org. Menurut Pengurus PPI, portal itu katan mempunyai rumah kecil seperti saya
disebut sebagai ”rumah” bagi Purna yang dan bala 78. Dalam impian saya, rumah-
belum berkumpul untuk bertemu dengan rumah kecil dan sederhana itu nantinya
rekan-rekan yang telah terpisah lama. akan kita deretkan bersama dalam sebuah
Tapi ketika ingin melihat data Paskibraka lingkaran, lalu ikat erat dengan rantai
dan angkatannya, saya tidak diberi izin persaudaraan.
karena tidak punya NRA (nomor registrasi Setiap orang yang ingin datang ke kom-
anggota). Itu artinya, portal hanya bisa pleks perumahan itu, bahkan ingin tinggal
sekalipun, tak perlu menjaminkan KTP,
tak perlu membawa surat pindah dan
tak perlu punya NRA. Yang penting
mereka pernah berderap bersama un-
tuk mengibarkan Sang Saka di halaman
Istana Merdeka.
”Lebih baik begini/rumah kita sendiri/
segala nikmat dan anugerah Yang
Kuasa/semuanya ada di sini/rumah
kita...” (Budiharjo Winarno)

Dari 1978, kami berpisah lalu bertemu


lagi pada 1994, dan akhirnya membangun
rumah sendiri pada 2007.
Memorabilia Paskibraka
S
aya adalah seorang alumni Paskibraka nanti, mungkin akan menjadi sebuah ke-
tingkat nasional yang sudah puluhan nyataan. Terlihat seolah-olah mudah karena
tahun tidak pernah berhubungan de- Paskibraka selalu ada di depan mata kita
ngan teman-teman seangkatan saya. Bagi setiap 17 Agustus. Namun, untuk mencari
saya, mereka telah hilang meski bayang- jejak-jejaknya di Jakarta, apalagi di hari-
bayangnya masih terlihat setiap kali saya hari biasa, adalah sebuah petualangan
menonton upacara 17 Agustus di layar yang melelahkan.
televisi. Paskibraka usianya telah mencapai 39
Jarang ke Jakarta karena saya bekerja di tahun, dan akan tepat berusia 40 tahun
daerah, membuat saya tidak lagi tahu pada 2008. Ibarat manusia, usia itu sudah
bagaimana kabar para pembina. Saya pun cukup matang dalam membangun sebuah
sudah tidak punya apa-apa lagi yang bisa kedewasaan. Dan sudah sampai pula wak-
membangkitkan kenangan itu. Beberapa tunya untuk berbuat sesuatu yang lebih
lembar foto yang saya jaga bertahun-tahun, bermanfaat selayaknya manusia dewasa.
tiba-tiba lenyap begitu kebakaran meng- Tapi ternyata, usia sebuah korps —yang
hanguskan rumah orangtua saya. dilahirkan dari gagasan mulia menjadikan
Kini, angin membawa saya saya pindah pemuda sebagai penerus cita-cita Merah-
ke Jakarta. Kota metropolitan yang dulu Putih— bukanlah sesuatu yang menentukan.
saya kenal sangat ramai, kini semakin Terlalu sedikit di antara mereka yang mem-
meriah dan menjadi kota megapolitan. Di punyai hasrat untuk menjadikan korps
tengah hutan beton yang semakin kebanggaannya sebagai sebuah fondasi
menjamur, saya menuju Stasiun Gambir. yang harus selalu dijaga kekuatannya.
Bukan untuk naik kereta api, tapi mencari Agar setiap bangunan yang berdiri di
Direktorat PGM yang ada di depannya. atasnya bisa tetap kokoh.
Hanya itu satu-satunya petunjuk bagi saya Terlalu banyak di antara mereka yang
untuk mencari teman-teman. hanya mampu bangga menyebut dirinya
Tapi di sana tidak saya temukan siapa- Paskibraka dan menikmati kebanggaan itu
siapa. Tak ada orang yang bisa menjelaskan sebagai simbol tanpa makna. Mereka se-
ke mana saya harus bertanya. Lalu saya sungguhnya tak pernah berbuat apa pun
mencarinya ke Gedung Depdiknas Senayan. untuk membuktikan dan mempertahankan
Tapi, si sana pun tak ada lagi Direktorat kebanggaannya. Dan ketika orang bertanya
PGM, apalagi orang yang kenal. Ke mana tentang asal mereka, sejarah masa awal
saya harus mencari teman-teman dan pem- keemasan mereka dan jejak-jejak kebesaran
bina saya? mereka, tak ada seorang pun yang bisa
*** menjawab.
Rasa putus asa seorang alumni Paski- Saya pun lalu berkhayal lagi, seandainya
braka di atas memang hanyalah sebuah di Jakarta para alumni Paskibraka mempu-
pikiran yang berkelebat di kepala saya. nyai sebuah ”rumah”. Rumah itu dibangun
Sebuah ilustrasi khayalan yang menempat- bersama dan menjadi tempat berteduh
kan saya pada posisi itu, bila saya baru yang nyaman bagi setiap alumni. Tempat
pindah ke Jakarta sekarang. Tapi suatu berkumpul dan berbincang, penuh keak-
saat, kemarin, sekarang, atau suatu saat raban dan canda ria.
Tempat seseorang bertemu dengan dan orangtua dihadirkan untuk memberikan
te- man-teman seangkatannya. Tempat nasihat-nasihat yang menyejukkan dan
kakak bertemu dengan adik-adiknya. menggugah perasaan. Menjadi pengobat
Tempat anak didik bisa bertemu dengan hati yang mungkin sedang gundah didera
pembinanya. Tempat semua orang bisa kerasnya kehidupan. Dan seterusnya... dan
bertemu dengan saudara-saudaranya. seterusnya...
Lalu, di rumah itu disimpanlah ***
seluruh barang-barang yang Ah, terlalu jauh saya berkhayal.
pernah menjadi bagian dari Terlalu muluk harapan yang saya
sejarah Paskibraka. Para gantungkan pada saat segala
alumni menyumbangkan sesuatunya masih berupa bi-
barang-barang kenangan saat langan hampa. Belum ada
menjalani latihan di Jakarta seorang pun yang pernah
dan diletakkan di rumah itu mencoba. Bahkan, dalam
sebagai sekumpulan me- kenyataan, catatan sejarah yang
morabilia. tadinya ada pun kini hilang entah
Setiap alumni yang sudah ke mana. Terlalu kecil kepedulian
berkeluarga bisa datang ke kita terhadap sejarah yang
”Rumah Paskibraka” membawa mencatatkan asal muasal kita.
anak-anaknya. Lalu berkata Tapi, di sudut hati kecil saya,
kepada mereka, ”Nak, seperti masih ada sebuah keyakinan bahwa
inilah dulu seragam yang Bapak ada banyak orang-orang yang merasa
pakai sewaktu menjadi Paskibraka. seperti saya. Mereka sebenarnya
Topi kuning dengan penutup ingin berbuat sesuatu, namun tidak
punggung ini masih tetap dipakai tahu dari mana memulainya. Sering
sampai sekarang.” mereka mempercayakan harapan itu
Pakaian seragam asli kepada sekelompok orang yang
sumbangan para alumni —maupun mereka pikir mampu, tetapi ternyata
replika— disusun berderet tahun pilihan mereka salah.
demi tahun, mulai 1967. Berbagai Kini, saya hanya mencoba lebih
atribut, kelengkapan upacara, bahkan rajin bercermin diri. Mengamati gurat-
kalau mungkin bekas tali bendera gurat di wajah saya yang semakin
yang dipakai pada setiap 17 Agustus pun hari semakin jelas berubah menjadi lipatan-
ada di sana. lipatan kecil. Menghitung lembaran-
Di sekretariat Rumah Paskibraka ada lembaran rambut saya yang tiap hari kian
arsip-arsip dokumentasi yang berisi data banyak berubah warna menjadi putih.
seluruh alumni Paskibraka. Data itu selalu Dalam hati saya hanya berdoa, semoga
diperbarui setiap kali alumni berpindah tubuh saya yang semakin tua ini belum
domisili atau tempat bekerja. Lalu disiarkan terlambat untuk berbuat sesuatu yang
dan dapat dilihat oleh siapa saja melalui berguna buat generasi berikutnya, anak-
media yang terbuka dan dapat diakses anak saya dan —kalau mungkin— cucu-
oleh seluruh alumni Paskibraka. cucu saya. Akan saya buat mereka bangga
Secara periodik, Rumah Paskibraka me- bahwa ayah mereka, kakek mereka, dulu
ngadakan pertemuan yang bertujuan untuk pernah menjadi seorang anggota Paskibraka
membangkitkan kembali semangat keber- dan tetap menjadi Paskibraka sampai
samaan dan rasa cinta tanah air. Pembina akhir hayatnya.*** (Syaiful Azram)
UCAPAN SELAMAT
Paguyuban Paskibraka
1978 mengucapkan:

Selamat Melaksanakan
MUSYAWARAH NASIONAL V PURNA
PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) Di
Makassar, 25–28 Oktober 2007.

kepada seluruh peserta yang terdiri dari


para Pengurus Pusat dan Pengurus
Daerah Purna Paskibraka Indonesia

Semoga Musyawarah kali ini mampu menghasilkan


keputusan-keputusan yang bernas sehingga lebih
bermanfaat bagi seluruh alumni Paskibraka.

TERIMA KASIH
Kami ucapkan kepada:
Pengurus Pusat PPI periode 2003-2007
Atas darma baktinya dalam mengembangkan
organisasi. Semoga seluruh alumni
mendapatkan manfaat dari apa yang telah
dikerjakan.
Sebuah Harapan pada PPI
masalah rutin kepengurusan. Tak ada satu

P
ada tanggal 25-28 Oktober 2007,
Purna Paskibraka Indonesia (PPI)
mengadakan perhelatan besar, yakni
Musyawarah Nasional V. Pertemuan
empat tahunan ini, mengambil tempat di
Indone- sia bagian Timur, tepatnya di kota
Makassar. Di usianya yang ke-18 (sejak
dikukuhkan berdirinya dalam Munas I di
Cipayung, Bogor) PPI diharapkan bisa
menjadi orga- nisasi yang lebih matang.
Hal yang paling mendasar, tentunya
bagimana memposi- sikan PPI menjadi
satu-satunya wadah
tempat berkumpulnya alumni Paskibraka.
Itu berarti pula bahwa PPI harus bisa
menampung aspirasi dari alumni dari
seluruh tingkatan dan angkatan. Sejatinya,
muncul kesadaran dari seluruh peserta
Munas terhadap belum sempurnanya pe-
rangkat yang ada dalam organisasi,
terutama Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
Peraturan dasar organisasi itulah yang
seharusnya menjadi concern dalam Munas,
karena selalu menjadi hal yang mengganjal.
Sejak 1989 sampai 2003, dalam tiga kali
Munas, belum ada perubahan yang berarti
dalam AD/ART PPI yang membuat dilema
dalam wujud organisasi —berbasis massa
dan daerah atau berbasis alumni— menjadi
jelas pemecahannya.
Munas, selalu hanya bermuara pada
persoalan sepele yakni pergantian Pimpinan
dan Pengurus. Nuansa Munas hanya dipe-
nuhi dengan heboh pengumpulan suara
untuk menuju kursi kepengurusan, bukan
untuk membicarakan masalah-masalah
mendasar yang terus berkembang.
Alhasil, Munas selalu berakhir dengan
tepuk tangan dan sorak kemenangan karena
berhasil terpilih menjadi Pengurus. Setelah
itu, Pengurus hanya berkutat pada masalah-
kegiatan pun yang menggambarkan kepe-
dulian terhadap seluruh alumni —yang
sebenarnya menjadi anggota PPI.
Kekecewaan terhadap Pengurus PPI,
mungkin tidak terlalu dalam bila di sisi lain
Pengurus PPI kemudian mampu
mengangkat harkat organisasi ini ke ”dunia
luar” sehingga gaungnya terdengar di
masyarakat. Dari sana, akan muncul
bargaining yang lebih kuat bagi Pengurus
untuk mengajak alumni- alumni yang selama
ini belum atau tidak terlibat dalam aktivitas
PPI untuk segera ikut urun rembuk.
Dari pengalaman dua Munas sebelumnya,
satu hal yang paling bisa dicatat dalam
setiap perubahan AD/ART PPI adalah
keinginan besar dari sekelompok orang
untuk ”memuluskan jalan menuju kursi
pimpinan”. Pasal-pasal yang dianggal
”menjegal” lalu diubah sekenanya, diacak-
acak, atau dibuang.
Untuk melegitimasi sebuah hasil kepu-
tusan Munas, misalnya, dibentuklah lembaga
tambahan yang sama sekali tidak jelas
fungsi dan wewenangnya. Dalam lembaga
itu ditempatkan orang-orang yang dipandang
mempunyai pengaruh. Padahal, secara tidak
disadari, nama mereka hanya dicatut se-
hingga dapat dijadikan ”bemper” bila pada
suatu saat Pengurus dinilai melakukan
tindakan yang salah.
Untuk itulah, peserta Munas setidaknya
selalu hati-hati dalam pembahasan AD/
ART. Jangan sampai membiarkan pasal-
pasal yang rancu tetap ada. Atau, meng-
amin-kan perubahan pasal yang sebenarnya
sudah baik, tapi tetap diubah untuk ke-
pentingan pihak tertentu.
Kelak di kemudian hari, catatan Munas
akan menjadi bukti ”dosa-dosa” yang pernah
dilakukan. Dan, ”dosa” itu akan tetap
menjadi
”dosa” sampai kapanpun.***
Pasal-pasal ”Krusial”
dalam AD/ART dan PO PPI
M
Sebaliknya, bagi mereka yang terpilih
eski diakui bahwa tak ada yang
sempurna dalam peraturan-
peraturan sebuah organisasi, pal-
ing tidak ada upaya untuk selalu meninjau
dan memperbaikinya agar jalannya organi-
sasi menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.
Hal itu tak terelakkan pula pada Purna
Paskibraka Indonesia (PPI). Sampai saat
ini, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tang- ga (AD/ART) dan Peraturan
Organisasi (PO) masih belum sempurna.
Sayangnya, kurang ada perhatian serius dari
anggota- anggota untuk mencermati itu
untuk kemu- dian melakukan perubahan-
perubahan da- lam Musyawarah Nasional
(Munas).
Berikut ini, sejumlah catatan tentang
pasal- pasal yang dianggap krusial dan
memerlu- kan penyempurnaan:

A. DEWAN PERTIMBANGAN
ORGANISASI
Dalam Bab VI Pasal 12 AD PPI
disebutkan adanya sebuah lembaga
bernama Majelis Tinggi Organisasi (MTO)
dan Majelis Kehormatan Organisasi (MKO).
Namun, apa fungsi dan kewenangan kedua
lembaga itu tidak dijelaskan. Juga, siapa-
siapa yang dapat didudukkan dalam kedua
lembaga itu sama sekali tidak disebutkan.
Jika hal ini tidak dicantumkan di AD,
mestinya ada penjelasan di dalam ART.
Kalau pun tidak bisa juga, Pengurus dapat
memaparkannya dalam Peraturan Orga-
nisasi. Dengan demikian, siapapun yang
nantinya dipilih untuk duduk di MTO atau
MKO merupakan orang-orang yang sesuai
kriterianya.
duduk di kedua lembaga itu —yang di judul
Bab disebut sebagai Dewan Pertimbangan
Organisasi (DPO)— adanya fungsi dan
kewenangan akan membantu mereka untuk
dapat melaksanakan tugas yang diemban
dengan baik.

B. ORGANISASI
Dalam Bab VI Pasal 10 AD PPI
disebutkan bahwa organisasi PPI disusun
secara vertikal dengan urutan PPI Pusat,
Propinsi dan Kabupaten/Kota. Mengingat
bahwa PPI pada hakekatnya adalah
organisasi alumni, dan tingkat partisipasi
seluruh alumni Paskibraka masih perlu
ditingkatkan lagi, sebaiknya dipikirkan pula
adanya bentuk- bentuk ”kepengurusan
horisontal” yang menopang keberadaan
”kepengurusan vertikal”.
Hal ini, dapat disiasati dengan membentuk
”unit-unit organisasi atau komisariat yang
berbasis angkatan alumni” yang kemudian
dihubungkan secara khusus dengan struktur
organisasi. Dengan cara ini, ada garis
koordinasi lain yang dapat ”menyam-
bungkan” PPI dengan para alumni Paski-
braka di segala tingkatan dan angkatan.
Dampak positifnya, PPI akan menjadi lebih
terbuka terhadap seluruh alumni dan akan
didukung oleh lebih banyak kekuatan ”ber-
basis angkatan”.

D. PELINDUNG, PENASEHAT,
PEMBINA
Bab VII AD PPI diberi judul PELINDUNG,
PEMBINA DAN PENASEHAT. Tadinya,
bab ini berisi tiga pasal, masing-masing
tentang Pelindung (Mendikbud), Penasehat
(Dirjen Diklusepora) dan Pembina
(Dirbinmud).
Namun, setelah menyatakan diri sepenuh- Pasal 20 yang menyebutkan bahwa Munas-
nya sebagai organisasi massa, PPI meng- lub mempunyai wewenang yang sama
anggap tak perlu adanya Penasehat dan dengan Munas. Bila suatu ketika ada per-
Pembina, sehingga hanya dibutuhkan soalan organisasi yang sangat mendesak
Pelindung yakni Presiden RI (di tingkat (di luar soal kepengurusan), anggota berhak
Pusat) dan Gubernur atau Bupati/Walikota mengajukan adanya Munaslub. Dan, dalam
(di Daerah). Munaslub semua persoalan tentang organi-
Dengan kata lain, PPI saat ini memposisi- sasi dapat dibahas tuntas tanpa menyalahi
kan diri hanya sebagai ”mitra sejajar” dari peraturan yang berlaku.
berbagai instansi pemerintah. Menpora juga
diberlakukan sama, karena bukan lagi se- F. SUSUNAN PENGURUS
bagai Pembina PPI.
Dalam ART BAB III Pasal 9 dijelaskan
Dengan sikap tegas ini, sebaiknya judul
tentang susunan Pengurus Pusat PPI yang
Bab VII segera diubah menjadi PELINDUNG
terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua,
saja dan kata ”PEMBINA DAN
Sekjen dan Wakil Sekjen serta Bendhara
PENASEHAT” segera dihapus. Hal ini untuk
Umum beserta wakilnya dan Departemen-
menghindari kebingungan
departemen. Komposisi tersebut sepertinya
sudah ideal, namun terasa masih kurang
E. MUNAS DAN MUNASLUB sempurna. Hal itu dibuktikan ketika beberapa
Dalam Bab VI ART dibahas tentang bulan terakhir ini Ketua Umum PPI ternyata
Munas dan Munaslub. Munas dijabarkan tidak dapat menjalankan tugasnya atau
dengan jelas dalam Pasal 17, dan diketahui non aktif.
mempunyai 7 (tujuh) wewenang, termasuk Dalam Peraturan Organisasi (PO)
mengubah AD/ART dan memilih, meng- memang disebutkan bila Ketua Umum
angkat dan memberhentikan Pengurus. non aktif maka akan dipilih Pejabat Ketua
Sementara itu, Pasal 20 menjelaskan Umum oleh Rapat Pleno Pengurus.
tentang Munaslub yang menyebutkan bah- Tetapi, tidak dijelaskan siapa yang akan
wa Munaslub diadakan karena ada kon- sementara memimpin organisasi dan berapa
disi-kondisi mendesak yang harus segera jangka waktu yang dapat ditolerir sebelum
diselesaikan, padahal belum waktunya untuk terpilih Pejabat Ketua Umum.
dilaksanakan munas kembali. Dengan struktur seperti sekarang, apakah
Masalahnya, pada pasal 20 tidak dise- bisa posisi Ketua Umum PPI yang non aktif
butkan bahwa wewenang Munaslub sama sementara waktu digantikan langsung
dengan Munas. Ini menimbulkan penafsiran posisinya oleh Sekretaris Jenderal (Sek-
bahwa Munaslub hanya mempunyai wewe- jen)?
nang untuk memberhentikan pengurus se- PO PPI tidak menyebutkan hal itu. Dalam
bagaimana disebutkan Bab V Pasal 15. PO, Sekjen hanya pemegang kebijakan
Kerancuan ini pula yang bisa dimanfaat- dalam bidang administrasi organisasi. Dalam
kan oleh pihak yang mempunyai menjalankan tugas organisasi, Sekjen harus
kepentingan sehingga Munaslub hanya bersama-sama dengan Ketua Umum dan
dijadikan alat untuk ”menjatuhkan” bertanggung jawab kepada Ketua Umum.
seseorang dari kepe- ngurusan dan tidak Sekjen tidak bertanggung jawab secara
berlaku bila ada hal mendesak tentang langsung pada Munas.
organisasi secara me- nyeluruh. PO juga tidak mengatur secara langsung
Untuk itu, perlu dicantumkan butir baru di bahwa salah satu Ketua dapat menggan-
tikan posisi Ketua Umum yang non aktif. disebutkan
Enam orang Ketua yang ada di bawah
Ketua Umum hanya menjalankan tugas
pembinaan organisasi berdasarkan wilayah
dan bidang kerja.
Untuk mengantisipasi hal ini, alangkah
baiknya dalam struktur organisasi ditam-
bahkan seorang Ketua Harian yang akan
menggantikan posisi Ketua Umum apabila
tidak dapat menjalankan tugasnya. Tugas
antara Ketua Umum dan Ketua Harian
dapat dipisahkan dengan pembagian yang
jelas, yakni Ketua Umum mengurusi
kegiatan keluar (ekstern) dan ke dalam
(intern) bersama Ketua Harian, sedang
Ketua Ha- rian hanya bertugas intern
organisasi.
Struktur ini sudah pernah dijalankan saat
Kepengurusan PPI sebagai hasil Munas ke
II di Lembang Bandung. Dengan Struktur
Ketua Umum dan Ketua Harian maka
dalam pemilihan Pengurus mungkin dapat
dikombinasikan antara purna yang telah
makan asam garam organisasi dan purna
yang masih muda. Dengan demikian, secara
tidak langsung akan tercipta pengkaderan
calon pemimpin di PPI dalam waktu yang
lebih cepat lagi.

G. DOMISILI PENGURUS
Pada organisasi yang memiliki Pengurus
Pusat, Ketua Umum dan Sekjen yang
terpilih biasanya harus berdomisili di Ibukota
(Jakarta atau minimal di Jabodetabek). Hal
ini dimaksudkan agar mobilitas koordinasi
dapat dilakukan dengan baik dan cepat.
Munas II di Lembang telah mengantisipasi
hal ini dengan mengamanatkan dalam
ART Bab III Pasal 9 bahwa pengurus teras
(Ketua Umum, Ketua Harian, para Wakil
Ketua, Sekum, para wakil Sekretaris,
Bendahara dan wakil Bendahara, bahkan
sampai para Ketua Departemen) diharuskan
berdomisili di Ibukota.
Pasal itu kemudian dihapus dalam Munas
IV. Dalam Bab III Pasal 11 hanya
bahwa Pengurus Pusat PPI adalah anggota
biasa (tanpa harus berdomisili di Ibukota).
Akal-akalan itu hanya untuk mengakomoda-
sikan seorang calon yang berasal dari
daerah.
Sang calon yang berasal dari daerah
tersebut akhirnya berhasil naik ke posisi
puncak. Namun, dalam pelaksanaannya
kemudian banyak tugas yang terabaikan
sehingga urusan Pengurus Pusat lebih
banyak ditangani oleh Sekjen, termasuk
setelah Ketua Umum non aktif.
Tidak adanya persyaratan domisili itu
juga membuka peluang pihak-pihak tertentu
untuk menempatkan ”orang-orang daerah”
dalam kepengurusan. Tujuannya bukan
untuk menguasai, tapi disengaja agar
banyak pengurus yang tidak aktif secara
langsung sehingga mereka lebih ”leluasa
untuk memimpin organisasi” sesuai
keinginan mereka.
Karena itu, sudah saatnya persyaratan
domisili itu dicantumkan lagi pada ART
Pasal 11 untuk menjaga kelancaran jalannya
organisasi. Para pengurus terpilih harus
menandatangani pernyataan bersedia pin-
dah ke Jakarta sebagai konsekuensinya.

H. KESANGGUPAN
PENGURUS
Untuk kelancaran tugas-tugas kepengu-
rusan di semua tingkatan, Peraturan Orga-
nisasi tentang Struktur Organisasi PPI (Per-
sonalia Pengurus Pusat dan Daerah) perlu
pula mencantumkan persyaratan tambahan
bagi Pengurus terpilih. Para personalia
Pengurus wajib menyatakan kesediaan un-
tuk duduk dalam kepengurusan. Hal ini
penting untuk menjaga kekompakan agar
kinerja pengurus dapat berjalan dengan
baik.
Untuk itu, sebelum ditunjuk untuk mendu-
duki jabatan tertentu, seseorang harus
lebih dulu dihubungi dan dimintakan ke-
sanggupannya secara tertulis. Bila bersedia,
tentu mereka akan benar-benar mempunyai
komitmen dalam mencurahkan waktu dan Propinsi dan Tingkat Daerah Kabupaten/
perhatiannya untuk organisasi. Kota. Dalam struktur organisasi, harus jelas
Persyaratan ini juga dapat menghindari tergambar jalur instruksi dan jalur koordinasi
adanya usaha ”asal tunjuk” dari sekelompok agar alur komunikasi dapat berjalan dengan
orang dalam kepengurusan yang tujuannya baik.
sengaja untuk membiarkan agar suatu Dalam buku Panduan Organisasi, hanya
jabatan ”terbengkalai” sehingga dapat diam- tercantum gambar struktur kepengurusan
bilalih secara halus untuk kepentingan Pengurus Pusat PPI yang menggambarkan
tertentu. Atau sengaja mendudukkan orang hubungan antar personalia pengurus. Seba-
yang dapat dipengaruhi sehingga dapat iknya, PO juga mencantumkan gambar
memuluskan upaya-upaya tertentu. struktur organisasi yang menggambarkan
hubungan PPI Pusat dan Daerah. Dengan
I. STRUKTUR ORGANISASI struktur jelas dari semua tingkatan maka
akan memudahkan dalam berkoordinasi.
Dalam suatu organisasi maka tugas dan Perlu pula ditambahkan, gambar struktur
kewenangan setiap jabatan harus tertulis kepengurusan PPI di tingkat daerah baik
dengan jelas dan tegas. Semua pengurus propinsi maupun kabupaten/kota. Dengan
dan anggota harus menempatkan tugas personalia yang berbeda (di daerah lebih
dan kewenangannya sesuai yang digariskan sederhana), tentu struktur kepengurusannya
agar tidak terjadi tumpang tindih dan juga berbeda. Ini dianggap perlu untuk
kesemrawutan dalam melaksanakan tugas. memberikan bekal kepada pengurus daerah
Organisasi PPI disusun vertikal dari agar dapat menjalankan fungsinya.***
Pengurus Tingkat Pusat, Tingkat Daerah (Budiharjo Winarno)

Mengenal Asosiasi Pembina


Paskibraka Indonesia

M
enyiapkan suatu wadah organisasi
bagi adik-adik calon Paskibraka.
tentu ada tujuan yang ingin dicapai.
Dalam aktivitasnya, APPI menjadi
Termasuk juga Asosiasi Pembina
jembatan antara pengurus Paskibraka
Pas- kibraka Indonesia (APPI) yang
di propinsi dengan pihak Kemenegpora.
didirikan tahun 2006. Wadah ini
Lewat dukungan APPI, diharapkan ki-
menghimpun para alumni peserta
nerja Paskibraka bisa lebih baik terutama
latihan Pembina Paskibraka yang
dalam hal pemantauan keuangan.
diadakan Kementerian
Tidak jarang ada Gubernur —yang
Negara Pemuda dan Olah raga.
bertanggung jawab terhadap APBD—
Pelatihan sendiri ditujukan bagi Pem-
tidak mau membantu Paskibraka. Di sini
bina Paskibraka dari 33 propinsi yang
anggota APPI berperan menghubungi
dilatih di Cibubur. Seusai mengikuti
Pengurus APPI di pusat. APPI lalu meng-
pelatihan, seorang peserta secara oto-
hubungi Menpora yang akan menyam-
matis menjadi anggota APPI. Pembina
paikan ke Presiden. Presidenlah yang
tersebut kemudian kembali daerah ma-
kemudian menegur Gubernur tersebut.***
sing-masing dan akan memberikan bekal
Legalitas dan Pengakuan
T
adinya, teman-teman di Paguyuban anak 78 sudah menjadi Pengurus PPI di
tidak terlalu ambil pusing dengan sejumlah daerah sebelum dirinya menjadi
berbagai tanggapan dan ucapan Paskibraka!”
miring dari segelintir Purna Paskibraka ***
tentang ”pilihan” Paskibraka 1978 untuk Menunjukkan bahwa 78 sangat concern
mencari cara aktualisasi diri. ”Biarkan me- dengan PPI sebenarnya seperti mengulang-
reka mau ngomong apa, toh kenyataannya ulang cerita lama. Sedikit membosankan,
angkatan 78 bisa melakukan sesuatu yang karena menurut kami cerita itu ibarat menun-
lebih berguna untuk sesama Paskibraka,” jukkan sikap ”pamer” berlebihan. Yang
begitulah pikir kami. jelas, sejak akhir 70-an dan awal 80-an,
Namun, telinga ini menjadi sedikit terusik Paski- braka 78 selalu ada di belakang
ketika tudingan itu langsung menohok sebu- organisasi Purna Paskibraka.
lan yang lalu. Ketika itu kami diundang oleh Budi Winarno, sepulang dari Paskibraka
Kak Trisno ke kantornya, karena Dwi tahun 1978 adalah orang yang ikut membe-
Putranto Sulaksono (Paskibraka 1982 sarkan Purna Eka Paskibraka (PEP) DI
utusan Jatim) ingin menjelaskan visi dan Yogyakarta. Syaiful Azram (Opul) sejak
misinya tentang PPI. Konon, dia bermaksud 1982 sudah menjadi Sekum PCMI Sumut,
untuk maju dalam pemilihan Ketua Umum lalu Ketua Umum PCMI Sumut (1984-1987)
PPI di Munas V, Makassar. dan Ketua PPI Sumut (1987-1989). Tahun
Kami tidak mempersoalkan keinginannya 1985, ia mewakili Sumatera bagian utara
Anto maju dalam pemilihan. Yang dalam Lokakarya Pembinaan Purna Pro-
membuat telinga gatal adalah ucapan gram Binmud di Cisarua yang melahirkan
yang muncul dari Borkat Parlindungan PPI setelah dipisahkan dari PCMI.
(Paskibraka 1988, utusan Jabar), salah satu Mahruzal adalah pengurus PCMI di Aceh
pengurus PPI Jabar, yang hadir di sana pada tahun 80-an, dan Ketua Umum PPI
sebagai pendu- kung Anto. Dia menuding Aceh pada 1989-1993. Sementara Sonny
bahwa selama ini Paskibraka 1978 tidak Jwarson adalah peserta Munas I di Cipa-
mengakui Pengurus Pusat PPI. yung yang menghasilkan AD/ART PPI dan
Sebenarnya kami siap berdebat soal itu. Pengurus Pusat dengan Ketua Umum Adi
Tapi pikir-pikir, untuk apa berdebat dengan Nugroho (Paskibraka 1976, utusan DKI
orang yang pengetahuannya ternyata sangat Jaya).
dangkal tentang organisasi Purna Paski- Budi, Opul dan Sonny menjadi Steeering
braka. ”Kasihan sekali dia...”
komentar teman-teman 78
ketika ucapan Borkat itu dice-
ritakan. ”Dia bisa menuding
seperti itu, padahal anak-

Purna Paskibraka dalam Lokakarya


Binmud 1985: Di sana ada Syaiful
(1978), Moch.Wardiyanto (1975),
Bambang Baskoro (1979) dan A.
Rachmadi (1981)
Committee yang mempersiapkan Munas II Steering Committe
di Lembang, Bandung 1995. Budi dan Opul Munas II: Budi (1978)
dan Elly (1976). Lalu
berhasil menyiapkan draft baru AD/ART Adi Nughroho (1976),
PPI dengan modal draft AD/ART PPI hasil Othnel (1976), Sonny
Munas I yang sangat sederhana dan di- (1978) dan alm Syahrir
Ilyas (Kasubdit
lengkapi dengan AD/ART PEP Yogya Pembinaan Organisasi
dan PPI Sumut plus organisasi lainnya. Pemuda)
Melalui Munas II itu pulalah, 4 orang
Paskibraka 1978 masuk ke jajaran Pengurus
Pusat PPI, masing-masing Syaiful (Sekum),
Chelly Urai (Wakil Sekretaris), Budi (Wakil
Bendahara) dan Sonny (Ketua Departemen).
Namun, Budi mengundurkan diri sebagai
Wakil Bendhara karena memilih aktif diluar
organisasi (baca buletin Paskibraka 78
edisi Juni 2007). Syaiful kemudian non aktif
mulai akhir 1995 karena pindah tugas ke
Bali, setelah sebelumnya ikut mempersiap- nyata dukungan dan kepedulian. Seingat-
kan Sarasehan Purna Paskibraka tahun nya, belum pernah ada tulisan-tulisan yang
1995 menuntaskan tugas mempersiapkan isinya negatif dan menjelek-jelekkan pihak
Peraturan Organisasi (PO). tertentu.
AD/ART Munas II itulah yang sampai Jika Paskibraka 78 berinisiatif membangun
sekarang dipakai dengan perubahan di brotherhood antar sesama teman seang-
sana-sini dalam dua Munas berikutnya. katan, hal itu wajar-wajar saja sebagai
Sedangkan PO garapan Pengurus Pusat kelanjutan dari latihan. Bila ada angkatan
hasil Munas II juga tetap dipakai oleh dua lain yang tertarik dan ikut melakukan hal
Pengurus berikutnya sampai sekarang. yang sama, rasanya pantas karena mereka
Karena seluruh perangkat organisasi PPI menilai apa yang kami lakukan adalah hal
dihasilkan dari keputusan Munas dan yang positif.
Paskibraka 1978 ikut andil didalamnya, Sampai saat ini, tidak ada akses langsung
bagaimana mungkin Paskibraka 1978 tidak ke PPI dan Munas yang dapat dilakukan
mengakui PPI? Bukankah setiap Purna oleh alumni Paskibraka manapun —baik
Paskibraka berhak menjadi anggota PPI sendiri-sendiri atau angkatan— tanpa
dan Pengurus PPI di semua tingkatan melalui jalur Pengurus Daerah. Karena itu,
dipilih secara sah sesuai AD/ART? segala bentuk dukungan untuk menuju
Sejak dulu, bahkan sampai sekarang, Munas, pun seharusnya dikerahkan melalui
Paskibraka 1978 sangat sadar dengan daerah sesuai mekanisme organisasi. Lalu,
pentingnya PPI sebagai satu-satunya wadah apalah arti Paskibraka 1978 dalam sebuah
Purna Paskibraka. Informasi sekecil apapun sistem organisasi PPI yang begitu besar.
yang kami peroleh dan dianggap penting Jadi masalahnya sekarang adalah, bila
oleh PPI, pasti akan segera disampaikan PPI ingin dipedulikan oleh semua Purna
kepada Pengurus, karena kami tidak mem- Paskibraka, maka PPI juga harus lebih dulu
punyai wewenang untuk mengurusinya. peduli pada seluruh Purna. Dari hubungan
Apabila Paskibraka 1978 sering menulis timbal balik itulah akan muncul kebersama-
artikel yang berhubungan dengan Paski- an, dan tidak ada lagi yang merasa tersisih.
braka atau PPI, semua itu adalah wujud (Chelly Urai)
”Saya Bukan Petualang”
I
ni hanyalah nostalgia. Sebuah cerita Sekretaris Umum. Namun, ketika Musda
masa lalu, ketika saya masih ikut- lagi tahun 1984, saya ketiban pulung men-
ikutan aktif dalam kegiatan organisasi jadi Ketua PCMI Sumut karena semua
Purna Paskibraka di daerah asal saya, yang ditunjuk menolak.
Sumatera Utara. Saya mulai aktif sejak Setiap tahun, saya harus memimpin ang-
1980, ketika saya kuliah di Medan dan gota untuk membantu Binmud dalam me-
Kepala Bidang Binmud-nya sudah diganti- nyaring calon-calon anggota Paskibraka
kan oleh drg Zainal Arifin. yang akan dikirim ke Jakarta. Tapi juga
Dua tahun saya ”ngambek” (1978-1979) memilih calon-calon peserta pertukaran
karena dua hal. Pertama, saya masih seko- pemuda, sampai-sampai saya sendiri tidak
lah SMA di Binjai, dan kedua, saya masih sempat mengikuti salah satu program itu.
marah-marahan dengan Kabid Binmud (Lihat Saras, dia sempat ikut pertukaran
sebelumnya (Bon Sinulingga) akibat terlam- pemuda Indonesia-Australia 1985).
bat pulang dari Jakarta seusai latihan Itulah sebenarnya fenomena organisasi
Paskibraka. alumni Paskibraka di daerah pada zaman
Di bawah bimbingan Kak Zainal, kegiatan dulu. Tak pernah ada ambisi untuk merebut
Purna di Medan lumayan aktif. Mula-mula jabatan di kepengurusan, karena yang
tanpa wadah organisasi, namun kemudian harus dilakukan organisasi hanyalah peng-
dibentuklah PCMI Sumut sebagai perwu- abdian —tanpa pamrih tentunya. Tak ada
judan dari SK Dirjen Diklusepora. Dalam iming-iming akan mendapatkan uang dari
organisasi ini dihimpunlah para alumni jabatan itu, yang ada malah selalu kebo-
program Binmud, termasuk Paskibraka dan bolan. Tak ada target yang ingin dicapai
pertukaran pemuda dengan luar negeri. dengan duduk di kepengurusan, karena
Dengan dukungan dana proyek yang saya kebetulan tak suka politik —apalagi
disalurkan dari pusat, kegiatan PCMI Sumut polticking.
pun bergulir.Tidak terlalu besar, tapi Dasar kamso, ketika sikap dan kebiasaan
cukuplah dana itu untuk mengadakan yang sama saya pakai begitu masuk ke
sebuah kegiatan besar sekali setiap tahun. Jakarta pada tahun 1990, ternyata saya
Dengan sedikit pengiritan dan akal-akalan, salah aplikasi. Di Jakarta, jabatan seorang
sebagian dana itu kami sisihkan untuk Ketua di organisasi bergengsi ternyata
kegiatan operasional organisasi. punya magnitude besar untuk menggerek
Apakah karena tidak punya prospek seseorang sampai ke puncak. Karena itu,
secara pribadi, atau memang karena PCMI tak apa-apa mereka menginvestasikan uang
Sumut bukalah organisasi yang gemuk lebih dulu, karena akan mendapatkan yang
secara finansial, selalu terjadi kesulitan lebih besar kemudian.
pada saat Musda. Bukan soal penyeleng- Itulah sebabnya, ketika tahun 1995 saya
garaannya, tapi tak pernah ada yang meng- terseret arus Munas II PPI di Lembang dan
ajukan diri untuk menjadi calon ketua. akhirnya terjerembab ke jajaran Pengurus
Untung tahun 1981 masih ada yang Pusat, saya merasa selalu ada yang salah
berminat jadi Ketua Umum, yakni Santun dengan diri saya. Dari saya selalu diharap-
Tobing dari alumni Kapal Pemuda ASEAN, kan sesuatu yang lebih, padahal saat itu
sehingga saya hanya kebagian jadi saya belum punya banyak dari apa yang
saya kerjakan di Jakarta. rang-orang yang sederhana dan peduli
Untunglah, akhirnya ada panggilan tugas terhadap sesama. Saling memberi dengan
yang mengharuskan saya meninggalkan keterbatasan yang ada, dan merasa bahagia
Jakarta sehingga tidak lagi bisa aktif dalam dengan apa yang telah diberikan Al Khalik
kepengurusan. Namun, sebelum pergi saya Sang Pencipta.
telah berusaha keras memenuhi kewajiban Saya belajar dari orang bijak dan agama,
saya sebagai seorang pengurus, walaupun bahwa sebagai manusia kita dilahirkan
selalu ada perasaan ”bahwa apa yang sama: tidak punya apa-apa. Nanti pun, saat
saya kerjakan selalu dianggap tidak beres”. kembali kepada-Nya, kita tidak membawa
Benar atau tidak, wallahu ’alam. apa-apa kecuali tiga: (1) harta yang disum-
Karena pengalaman itulah, dan setelah bangkan untuk kepentingan orang banyak,
sepuluh tahun lebih kemudian mencermati (2) ilmu yang bermanfaat untuk orang lain,
jurus para petualang yang gemar menjadi (3) generasi/keturunan yang baik, yang
”kutu loncat” di tingkat nasional, terutama di selalu mendoakan orangtuanya.
kancah politik, saya merasa benar-benar Saya bersyukur karena dengan apa yang
jera. Saya pun akhirnya paham, bahwa saya miliki sekarang, saya dapat menjadi-
saya tidak dilahirkan untuk menjadi seorang kan diri saya bermanfaat bagi orang lain.
petualang. Karena itu, jangan ikut-ikutan Itulah hakikat hidup, bahwa manusia yang
bermain dalam lingkaran petualangan. baik adalah manusia yang berguna bagi
Saya lebih memilih bersatu dengan o- sesamanya.*** (Syaiful Azram)

Organisasi dan Petualang

O
rganisasi yang dilahirkan bukan gangan akan dibiarkan kelaparan dan
dari kesadaran anggotanya sendi- mati perlahan-lahan.
ri, hanya cenderung menjadi tem-
Lebih parah lagi, bila organisasi hanya
pat berkiprah para oportunis dan pe- dijadikan ”batu loncatan” untuk menjang-
tualang. kau posisi tertentu. Para anggota hanya
Organisasi yang mempunyai potensi akan menjadi ”injakan” para petualang
dalam image atau ”nama besar”, biasa- untuk meloncat, tak peduli apakah yang
nya hanya akan menjadi ”tumpangan” diinjak itu badan atau kepala.
bagi para petualang untuk sampai di Organisasi yang ”gemuk” secara finan-
tujuan. Selama menumpang, mereka sial karena ditopang oleh sumber dana
seolah peduli, bahkan tetap membayar tetap dari pihak tertentu, cenderung hanya
ongkos sebagaimana para penumpang menjadi sapi perahan para petualang.
lain. Sesampainya di tujuan, di akan Karena dana tidak berasal dari anggota,
melompat tanpa mengucapkan selamat maka tingkat akuntabilitasnya sangat
tinggal, apalagi terima kasih. rendah.
Organisasi yang mempunyai potensi Anggota pun biasanya tidak peduli
besar dalam massa, cenderung menjadi dikemanakan dana itu walaupun sebe-
”tunggangan” bagi para petualang untuk narnya punya hak untuk bertanya dan
mencapai tujuannya. Selagi diperguna- mendapat manfaat. Dalam kondisi itulah
kan, tunggangan akan dirawat dengan para petualang dengan bebas bisa me-
baik. Tapi begitu sampai di tujuan, tung- ngeruk keuntungan.***
SERBA-SERBI ORGANISASI
Pemimpin adalah Cerminan tidak mempunyai etika, atau suka memen-
Anggotanya tingkan dirinya dan kelompoknya sendiri.
Sekali pilihan jatuh, yang menikmatinya

M emilih seorang pemimpin harus dengan


cermat dan hati-hati serta berdasarkan
hati nurani. Mengapa?
adalah anggota sendiri. Pilihan terbaik
adalah menjatuhkan pilihan pada calon
pemimpin yang mempunyai kriteria ganda,
Karena, anggota organisasi yang cerdas yakni mampu secara visi-misi dan finansial
tidak mungkin memilih pemimpin yang untuk menjalankan program, tapi juga
bodoh, anggota yang bersih tidak mungkin mempunyai ciri-ciri pemimpin yang baik
memilih pemimpin yang korup. Sebaliknya, yakni jujur, rendah hati, beretika, adil dan
anggota yang malas dan tidak ingin ber- mengedepankan selalu hati nurani.***
kembang pasti akan memilih pemimpin
yang malas juga.
Dengan kata lain, seorang pemimpin —
Filosofi Pohon Pisang
yang dipilih oleh anggotanya— sebenarnya
adalah cerminan dari anggotanya sendiri. S ebatang pohon pisang kadang tidak
begitu indah dipandang, akan tetapi
semua bagian tubuhnya dapat bermanfaat
Anggota harus berani bertanggung jawab
atas pilihannya dan menanggung risiko bagi manusia. Dari sebuah tunas lama
moral dengan pilihannya sendiri. kelamaan tumbuh sebuah batang yang
Jadi, kunci utama dalam memilih kuat dan siap untuk berbuah. Mulai saat itu
pemimpin sebuah organisasi adalah: seluruh bagian-bagian tubuhnya mulai dimanfaatkan
anggota yang berhak memilih tidak oleh manusia.
menggadaikan hak suaranya secara asal- Daunnya diambil untuk membungkus ma-
asalan. kanan. Di daun itu juga ulat-ulat tumbuh
Pilihan harus benar-benar selektif, tidak dan berkembang, berubah bentuk menjadi
terbuai dengan tebar pesona program kerja kepompong dan akhirnya menjadi kupu-
menjulang ke langit, atau termakan janji kupu yang indah. Pohon pisang tidak pernah
akan adanya fasilitas mewah. Padahal, di mengeluh atas segala perlakuan yang
balik itu ada maksud-maksud terselubung diterima, dia ihklas dan bahagia karena
yang hanya akan memanfaatkan potensi dirinya bermanfaat bagi makhluk lain.
organisasi untuk agenda tertentu. Setelah cukup dewasa, jantungnya mulai
Waktu akan membuktikan apakah seorang merekah dan muncullah buah-buah kecil
pemimpin itu benar-benar ikhlas dalam dan hijau. Ketika buah-buahnya mulai
mengemban amanat dari anggota, atau membesar, jantung itu diambil manusia
sebaliknya. Namun, sejak awal setidaknya untuk dibuat sayuran. Kadang, daunnya
anggota dapat membedakan model-model masih juga diambil oleh manusia, tetapi dia
pemimpin yang baik dan tidak baik. rela dan tetap memelihara buah-buahnya
Ada sejumlah ciri pemimpin yang buruk, menjadi besar, lalu matang menguning dan
antara lain yang adigang adigung adiguno siap dipanen.
(sok berkuasa, sok benar dan sok mau Setelah buahnya diambil maka berakhir-
menang sendiri), suka mengandalkan materi lah masa hidup sebatang pohon pisang,
dan kekuasaan, suka melecehkan atau karena pisang memang tidak pernah bisa
memanfaatkan orang lain, sombong dan berbuah dua kali. Batang pisang lalu
ditebang, kadang dipakai untuk pementasan dan kaderisasi dengan baik, sudah sewa-
wayang, atau alas memandikan jenazah. jarnya Purna Paskibraka yang sudah duduk
Batang ditebang untuk memberi kesempatan dalam kepengurusan sampai dua atau tiga
kepada tunas-tunas baru agar bisa tumbuh periode berpikiran lebih dewasa.
dan menggantikannya memberikan buah Mereka harus berjiwa besar, dan lilo
yang enak bagi manusia. Batang yang legowo (sukarela) untuk menyerahkan
sudah dipotong akhirnya membusuk dan estafet kepemimpinan kepada anggota yang
menjadi pupuk bagi tunas-tunas baru yang lain. Biarlah adik-adik yang masih segar
mulai tumbuh. dan energinya masih besar menggantikan
Itulah ceritera tentang sebatang pohon kita, agar kinerja organisasi bila lebih
pisang. Dia hanya bisa hidup dan berbuah lincah di masa mendatang.
sekali tetapi buah yang dihasilkan rasanya Leader formal sebaiknya segera diesta-
manis dan beraroma wangi. Setelah itu, dia fetkan agar organisasi berkembang lebih
rela mati untuk digantikan oleh tunas-tunas dinamis sesuai dengan perkembangan
muda yang lain. waktu. PPI dilahirkan sebagai organisasi
Alangkah eloknya kalau filosofi pohon pengabdian. Karena itu, PPI bukan organi-
pisang itu ada dalam sanubari para pe- sasi yang pantas untuk tempat mencari
ngurus Purna Paskibraka Indonesia. Di nilai (point) guna kenaikan pangkat, atau
saat memegang amanah dengan dipilih sarana untuk mengisi waktu luang karena
untuk duduk dalam kepengurusan maka tidak ada kegiatan.
mereka berusaha menghasilkan buah karya Teman-teman yang sudah terlau lama
yang manis dan harum serta dapat dinikmati duduk dalam kepengurusan sudah waktu-
oleh semua Purna Paskibraka maupun nya untuk rela berbagi kesempatan kepada
orang lain. yang muda. Cukuplah kita tut wuri handar-
Setelah satu periode, mereka tidak beni dengan memberikan dukungan kepada
memaksakan diri untuk terus duduk dalam adik-adik agar lebih berkembang dalam
kepengurusan, akan tetapi dengan rela mengisi pembangunan.
memberikan kesempatan dan mendorong Generasi muda Purna Paskibraka saat
tunas-tunas muda lainnya untuk tumbuh ini adalah generasi yang mempunyai daya
dan berkembang serta memberikan buah mampu untuk berkembang cepat. Apabila
karya yang baik pula nantinya. ada Purna yang berusia lebih dari cukup —
Sejatinya, kita tidak pantas memaksakan tetapi belum pernah menjadi pengurus—
diri untuk duduk dalam kepengurusan kemudian dipilih dalam kepengurusan yang
sebuah organisasi sampai dua periode, baru, maka sebaiknya dikombinasikan de-
bahkan ada yang lebih. Tuhan telah meng- ngan generasi baru yang lebih lincah dan
ajarkan kepada kita tentang suatu pola bersemangat.
regenerasi yang sesuai dengan kodrat Marilah kita bersama-sama berbenah diri
alam. Kalau kita tidak bisa mengambil agar roda organisasi pengabdian Purna
hikmahnya, maka kita harus malu pada Paskibraka semakin bermakna kiprahnya
sebatang pohon pisang.*** di tengah arus globalisasi sekarang ini.
Jangan sampai kita mengikuti arus gom-
Beri Kesempatan pada balisasi diri dan tut wuri hanjegali (suka
yang Muda menjegal) perkembangan organisasi dengan
tetap ngotot ingin menjadi pengurus seumur
Agar organisasi Purna Paskibraka di di hidup. Selamat melakukan regenerasi!
setiap tingkat dapat menjalankan regenerasi (Budiharjo Winarno)
Album Kenangan
Rubrik ini disediakan bagi Purna Paskibraka Nasional untuk menuliskan
kenangannya sewaktu mengikuti latihan Paskibraka di Jakarta.

20 Tahun Berlalu
Oleh: Haidee AR Vigeleyn Nikijuluw Untung, sekian rasa itu tidak mengu-
(Paskibraka 1983, Utusan Maluku) rungkan niatku untuk tetap menjalani masa-
masa penuh berkah itu dengan sabar.
Sekali masuk kawah Candradimuka, aku

K
enangan itu 20 tahun telah berlalu. harus lulus ujian dan keluar dengan ilmu
Tetapi masih segar dalam ingatanku kepaskibrakaan untuk bekal menjalani
ketika mendapat kepercayaan kehidupan. Kata itu selalu terdengar kalau
menjalani latihan Paskibraka bersama kami mulai agak loyo karena kecapean
pemuda pilihan dari 27 provinsi dan tinggal atau kepanasan.
bersama-sama di Cibubur, dalam sebuah Kadang-kadang timbul pertanyaan: Kok
”Desa Bahagia”. Kesejukan udara di sekitar bisa kami bertahan dengan kondisi seperti
asrama masih terasa mengelus kulitku. Bau itu dan mau menjalani hal-hal yang terasa
harum bunga-bunga di halaman asrama berat? Jawabannya ternyata sederhana.
masih tercium oleh hidungku. Semuanya Karena ada PEMBINA-PEMBINA yang de-
sangat dekat, dan rasanya baru kemarin ngan setia memberikan dorongan semangat
aku tinggalkan. LUAR BIASA.
Suatu perasaan bangga yang tidak dapat Masih segar dalam ingatanku ketika ada
dilukiskan dengan kata-kata tatkala berlatih di antara kami yang sedih karena dibentak
dan bersama-sama untuk mengemban tugas Pelatih, ada yang jatuh karena kelelahan,
mulia, mengibarkan dan menurunkan Sang ada yang kehausan karena kepanasan
Saka Merah Putih. Meskipun menjalani atau ada yang bingung karena belum bisa
hidup selama 1 bulan bersama teman- menghitung tarikan tali atau berbagai
teman dengan perilaku dan budaya yang masalah lainnya. Para Pembina kami Kak
beraneka ragam, rasa kebersamaan selalu Dharminto, Kak Bedjo, Bunda Bunakim,
setia terpatri dan berakar kuat dalam hati Kak Idik dan Bunda Fatimah dengan setia
sanubari kami. menemani, memompa semangat tiada henti.
Di usia yang masih muda, lalu berpisah Mendorong kami untuk terus maju, juga
dengan orangtua dalam jangka waktu yang tidak lupa mengasihi kami dengan penuh
lama, tentu tidak mudah. Apalagi dalam cinta.
latihan tidak ada dalam kamus sifat malas Akupun pernah mengalami saat yg tidak
dan segala sifat manja yang terkadang menyenangkan tatkala kakiku keseleo dan
masih menjadi bawaan sebagai seorang didera rasa sakit yang luar biasa, padahal
anak. Shock pada hari pertama? Tentu hari itu harus latihan menaiki tangga Istana
saja. Home Sick? Apalagi itu! Rasanya yang telah terpasang karpet tebal. Perasaan
kepingin pulang saja. pesimis akan diganti teman yang lain
menyelimuti hatiku mengingat kondisi kakiku PP PPI dan Menpora di Tangerang, aku
yang sakit. Tetapi Bunda Bunakim dengan masih diperkenankan menatap wajah
penuh perhatian terus memberikan terakhir Kak Dharminto di rumahnya.
semangat. Aku tidak akan pernah lupa Di samping jenazah beliau, dalam
kata-kata Beliau, ”Ayo Heidi, kalau kamu keharuan aku hanya bisa berdoa. Dan
tidak mau posisimu digantikan, hilangkan tanpa terasa air mataku mengalir saat
rasa sakitmu, berdiri dan berjalanlah, jangan melihat wajah yang teduh penuh
sia-siakan perjuangan ini”. kepasrahan menghadap Ilahi. Tiada kata
Entah dari mana kekuatan yang aku yang terucap, dan hatiku hanya dapat
dapat, semangatku kembali berkobar, tanpa berkata: Selamat jalan Pembina-ku dan
mengindahkan rasa sakit aku langsung Guru-ku. Amanat-mu akan selalu terpatri
berdiri dan berjalan seperti tidak pernah dalam sanubariku, dan kumohon restumu
merasakan rasa sakit yang aku rasakan agar aku dapat menularkannya kepada
sebelumnya. Bahkan Kak Dharminto sampai adik-adik Paskibraka di Ambon.”
memanggil dokter untuk memeriksa kondisi (Terima kasih buat Kak Budi yang telah
kakiku. Dan yang lebih mengharukan lagi, memberikan inspirasi dan dorongan dalam
Kak Bedjo dengan tingkahnya yang lucu penulisan ini. Tuhan Memberkati.)
menyanyi supaya aku bisa melupakan rasa Ambon, 24 September 2007
sakitku.
Masih banyak lagi kisah-kisah
yang tidak akan pernah aku
lupakan, dan aku yakin teman- Alamat e-Mail Paskibraka 1978
teman pasti memiliki kisah-
kisah indah tentang para Izziah Hasan > izzihasan@yahoo.com atau
pembina yang akan selalu ihasan@adb.org
dikenang. Sonny Jwarson > jwarson05@yahoo.com
Seiring waktu meskipun tidak
Tatiana Insamodra > cantikmanis@cbn.net.id
bertemu dan berkomunikasi aku
Saraswati > degas@indosat.net.id
sering mendengar cerita tentang
mereka melalui adik-adik yang Arita Sudradjat > arita_sudradjat@bat.com
mendapat kesempatan menjadi Yadi Mulyadi > janger@cbn.net.id Budhi Saddewo
Paskibraka tingkat Nasional. > budhi.s.s@wika.co.id BudihardjoWinarno >
Tanpa terasa berbagai berita muztbhe_depok@yahoo.com Ilham Rauf >
kehilangan aku terima, satu egin95@yahoo.co.id
persatu orang-orang terkasih Endang Rahayu > endang.rahayu@bniaga.co.id
telah berpulang ke haribaan- Oka Saraswati > saraswati@dps.centrin.net.id
NYA tanpa aku sempat melihat Nunung Restuwanti > dapoermak_e@yahoo.co.id
wajah-wajah mereka. Airmata
Marsda Sutrisno > septia_20des@yahoo.com
pun tidak akan pernah cukup
membalas budi baik mereka
yang TERKASIH.
Anda alumni Paskibraka dan ingin bergabung
Namun, aku bersyukur pada
Tuhan bahwa pada tanggal 7 dalam milis? Silakan registrasi ke:
September 2007, bertepatan paskibraka_indonesia@yahoogroups.com
dengan selesainya Training
Kepemimpinan yang diadakan
Paskibraka 1978 dalam Kenangan
Pelesiran hari Minggu
ke Lubang Buaya

Foto-foto ini sengaja tidak diberi


keterangan, maksudnya agar kalian
punya tugas untuk mengingat-ingat lagi
satu demi satu teman-teman kita.
Lihatlah gaya mereka yang hebat dan
modis.
Jangan salah lho, kalian tidak perlu
malu atau ketinggalan zaman karena
ternyata celana ”cutbray” kalian
sekarang kembali ngetrend...

Lalu ke Taman Mini

Di awal Agustus 1978


Kami tahu, tidak mudah untuk mem-
Mereka Bicara... Rubrik bangkitkan kembali Semangat Generasi
Muda yang pernah dikukuhkan menjadi
ini disediakan bagi siapa saja yang Paskibraka di seluruh Tanah Air. Lalu
ingin menyampaikan isi hatinya meng- ajak mereka bersatu padu dalam
untuk membangun Paskibraka. men- cerminkan Gagahnya Burung Garuda
dan Lemah Lembutnya Kibaran Sang
Merah Putih saat diterpa angin. Banyak
Teruslah Membina… hambatan yang terus menghadang,
butuh pengor- banan dan jiwa besar untuk
Kakak-kakak 78 yang kami hormati, menangkalnya. Kami yang ada di daerah
Terima kasih atas kiriman BULETIN 78 (dalam lingkup kecil) untuk menyatukan
Edisi AGUSTUS 2007. Bersama ini juga dan menjalankan roda organisasi PURNA
kami mengucapkan turut berbela sungkawa PASKIBRAKA IN- DONESIA selalu
yang sedalam-dalamnya untuk kepergian kewalahan, apalagi Ilmu pengetahuan
Kak Dharminto. tentang PASKIBRAKA yang pernah kami
Walaupun kami belum sempat ketemu terima masih sangat dangkal. Untuk itu
secara langsung, kami sudah mengenal kami sangat berterima kasih atas
perjuangan dan karya bakti Kak Dhar bimbingannya selama ini dan pengetahuan
semasa mengabdi untuk bangsa dan yang telah diberikan kepada kami dan tidak
negara ini, terutama untuk penerus cita-cita kami dapatkan dari tempat lain.
perjuangan bangsa. Semoga Beliau-beliau Semoga perjuangan para Pembina yang
mendapatkan tempat yang layak di sisi- telah mendahului kita selalu tertanam di
Nya, Amin... jiwa Senior dan Kakak-kakak kami serta
Lewat BULETIN ini juga kami jadi semakin ditularkan kepada adik-adik Paskibraka.
cinta akan PASKIBRAKA. Semoga Paskibraka ............. JAYA
Pembina- pembina kami (termasuk yang ada Siapa Kita ............. INDONESIA
dalam BULETIN semuanya) semakin sabar
dalam membina kami untuk dapat Slamet Subagyo
menghidupkan PASKIBRAKA di pelosok Paskibraka Kab. Kutai Timur 2001
Kalimantan. Kalimantan Timur

Data Nama Paskibraka telah Lengkap


D engan usaha yang cukup rumit dan
memakan waktu begitu lama, akhir-
nya Paguyuban Paskibraka 1978 berhasil
paan dengan alumni angkatan berapa-
pun, data tersebut akan kami perlihatkan
untuk bisa diperbaiki bila ada kesalahan
mengumpulkan data nama-nama alumni dalam penulisan nama.
Paskibraka yang pernah mengibarkan Dengan penuh rasa syukur, kami
Bendera Pusaka di halaman Istana Mer- meng- ucapkan terima kasih kepada para
deka mulai tahun 1967 sampai 2007. alumni Paskibraka yang bersedia
Data tersebut kini mulai kami rapikan memberikan biodatanya untuk kami
dan akan dilengkapi lebih lanjut dengan masukkan dalam
data pribadi para alumni, setahap demi ”Buku Besar Paskibraka”. Semoga data
setahap. Untuk itu, dalam setiap perjum-
tersebut bermanfaat untuk kita semua di
masa datang.***
Mengintip E-mail Paskibraka ’78

Soal Nama Julukan


C
erita ini asalnya dari mengintip email Nah, balik ke teman kecil, kami suka
antara Saras, Sonny dan Izziah. balapan naik pohon jambu dersono (pohon
Mereka bertiga memang tergolong jambunya ada 2, tegak lurus, hampir sama
aktif saling berkirim pesan di dunia maya, tinggi, enak dipanjat. Sedangkan jambunya
selain Budi. Setiap hari, ada saja pesan sendiri besar-besar, manis dan banyak
atau ”surat” yang mereka kirimkan satu airnya). Yang juara manjat adalah yg
sama lain, walaupun sangat jarang bertemu duluan sampai di ujung (sudah kita beri
muka. tanda pita, yg duluan ambil pita dan
Belum lama ini, mereka saling berkirim menjatuhkannya ke tanah, artinya yg
pesan. Seperti biasa, Saras selalu me- menang).
manggil Izziah dengan julukannya di Singkat cerita, saya ini nggak pernah
asrama Paskibraka dulu, yaitu Poh. ”Ente secepat teman laki-laki saya itu. Jadi untuk
kupanggil Poh, kalau nggak gitu rasanya menebus kekalahan, dgn curangnya saya
koq nggak afdol (rasanya nih, serasa makan akan teriak-teriak... ”Hoiii.. .ono munyuk
nasi nggak pakai kuah, seret gitu!),” tulis munggah wit jambu (hei..ada monyet naik
Saras. pohon jambu!!!) Alhasil, mulai saat itu, dia
Walau siaran ulangan, Izziah lalu menje- kami panggil munyuk (artinya monyet).
laskan bahwa sebutan Poh adalah pem- Naaah singkat cerita.... di bulan Agustus
berian Kak Bedjo ketika dirinya dan 2007 yl, saya ada event balapan di kenjeran,
Mahruzal telat masuk asrama Paskibraka Park Circuit, Surabaya. Ternyata, si
1978. Poh artinya ”jam” dan kata itulah Munyuk ini selalu memonitor seluruh
yang berulangkali mereka ucapkan untuk kegiatan saya via majalah Otomotif. Saat
menceritakan mengapa mereka terlambat balapan belum dimulai (hari Jum’at), tiba2
sampai di Jakarta (naik pesawat dari Aceh Panitia mengumumkan bahwa di luar track
via Medan). ada yg mencari saya (saat itu saya masih
Saraspun lalu menceritakan pengalaman- terheran-heran, kalau Panitia, pasti tahu
nya pada Izziah soal nama julukan, begini posisi saya di track di sebelah mana,
bunyinya: karena posisi menentukan jabatan, atau
Gue punya cerita nih Poh. Di masa saya kebalikannyalah).
SD (tahun 67-72 an di Kompleks ALRI Begitu saya tahu siapa yg mencari saya,
Surabaya), saya punya seorang teman laki- kemudian kami ketemu muka, yg terucap
laki (ketahuan ya, dari dulu teman2 saya dari mulut saya adalah adalah ”Eeehh...
laki-laki semua, jarang deh yg perempuan, Nyuk. Kangen aku, piye khabarmu?” Pada-
paling2 yg perempuan itu dari Paskibraka, hal (ini yg saya nggak tahu, karena di
Pertukaran Pemuda, teman kantor, yg tempat balapan biasanya penuh dengan
memang mau nggak mau menjadi teman - orang, penonton, panitia), dibelakangnya si
masa i ya sih, Paskibraka laki-laki semua, Munyuk itu ada istri, anak, cucu serta
enggak kan?). menantunya!
Saat dia ke sirkuit, sebetulnya mau
mengenalkan bahwa dia sudah punya bertemu lagi someday.
anak, mantu dan cucu. Jadi Poh, ente bisa
bayangin nggak bahwa saya sangatlah
malu memanggil namanya masih dng kata
‘Nyuk’. Bahkan, sampai detik akhir
pertemuan Jum’at itu, saya masih tidak
ingat namanya.
Akhirnya dengan keberanian yg luar
biasa dan dengan rasa penuh dosa, saya
mohon ma’af menanyakan nama aslinya,
Tapi dia malah mengatakan sesuatu yang
tak pernah saya duga. ”Dek Wati, biarkan
nama munyuk itu melekat di hatimu, karena
dengan demikian, kamu akan selalu ingat
saya!” ujarnya.
Adduuuuhhhh... saya menangis betul saat
itu. Airmata saya keluar, ingat bahwa saya
begitu dosa padanya. Setelah dia pergi,
saya interlokal Ibu saya di Jakarta,
menanyakan nama aslinya si Munyuk itu,
dan Ibu saya menjawab, ”Ooo.. itu. Ayahnya
kan ketua RW kita dulu saat di Surabaya,
Pak Hartono, nama anaknya Djoko”.
Syahdan, Mas Djoko Hartono sekarang
ini adalah seorang pengusaha ekspor-
impor besi ke Korea, China dan Viet-
nam serta salah satu pengusaha yg mema-
sok besi ke Krakatu Steel). Wooww... dia
memang bener-bener kaya raya pokok-
nya sekarang (hiks hiks hiks...seneng, nyesel
kenapa dulu nggak jadi suamiku ya?)
Akhirnya, malam itu si Munyuk ‘beneran’
ngajak dinner berdua saja (candle light lah
pokoke) dan mengenang masa lalu kami,
sambil tentu saja menengok bekas rumah
kami dulu di Tanjung Perak. Pohon
jambu itu sudah tidak ada lagi, tapi
kenangan dan panggilan kami melekat
satu sama lain.
Mas Djoko ingat betul panggilan saya
saat kecil, namun dia begitu sopannya,
tidak ingin mengucapkannya walau
kami hanya berdua di mobil. Maka, ketika
dia menurunkan saya di Hotel Grand
Tunjungan tempat saya menginap, kami
berpamitan dengan janji gombal akan
Dan, sambil melambaikan tangannya
keluar dari kaca jendela Jaguar merah hati,
sambil berteriak melambaikan tangan Mas
Djoko mengatakan ”Daaaag... Preman!!!
Ha... ha... ha... what a wonderful night!! ”
Akhirnya, Izziah dan siapa pun yang
mengintip cerita, kini tahu bahwa Saras
dijuluki Preman oleh temannya si Munyuk.
Untung saja temannya masih ingat nama
Saras yang sebenarnya, sehingga
memanggilnya dengan Dek Wati, ketika
berada di depan istri, anak dan menantunya.
Sonny yang juga punya nama julukan di
antara teman-temannya yang lain, sempat
membuat Saras dan Izziah bingung.
Soalnya, kadang ia muncul dengan
nama Inos, kadang Zegy, lalu Papa. ”Lho
Son, awakmu ganti nama lagi to? Selamat
ya! Jadi Zegy skrg? Waduh, jenang (bubur)
merah putihnya
mana?” ledek Saras.
”Zegy itu nama di lingkungan AMC
Malang. Gitu lho,”jawab Sonny.
Surat-suratan yang membahas tentang
nama julukan itu berakhir dengan pujian
Izziah atas cerita Saras yang sangat
sentimentil dan lucu. Izziah lalu mencerita-
kan sesuatu yang mengingatkan bahwa
dirinya dan Saras ternyata selalu dekat.
”Minggu lalu, aku main ke rumah orangtua
ku. Di satu ruangan, mamaku menyimpan
barang-barangku. Apa saja yang dia
temukan, selalu disimpan di ruang itu.
Kamu tahu apa yang aku temukan?”
”Mataku tiba-tiba tertuju pada sepasang
boneka keramik berpakaian Jawa yang
kepalanya geleng-geleng (goyang) di sudut
lemari. Di bagian bokong kedua boneka itu
tertulis ’Kenang-kenangan dari Saras 78’.
Aihh... ternyata gue juga masih punya harta
peninggalan dari lu Saras.. Thanks ya..!”
Izziah dan Saras lalu mengakhiri kangen-
kangenan mereka kali ini... Dan yakinlah,
besok akan ada cerita lainnya yang lebih
menarik dari Saras. Kita tunggu saja.***
INFO ALAMAT PASKIBRAKA 1978

Mereka yang Telah Ditemukan...


Mahruzal MY (Aceh): Jl. Sultan Alaidin 8464430.HP.
Johan- syah No.5 (Wartel Singgah Mata), 085691909089.
Desa Neusu Aceh, Kec. Baiturrahman, Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas
Banda Aceh. HP. RT
0811683848. 07/01 No. 235 Cilincing, Jakarta Utara
Izziah (Aceh): Jl. Jend. Sudirman 41A, 14130. Telp. 021-4407865. HP.
Geuceu 08159073987. Saraswati (Jakarta): PT
Iniem, Banda Aceh. HP. Nugra Santana, Wisma Nugra Santana Lt.3
08126988678. J. Jendral Sudirman
Syaiful Azram (Sumut): PondokTirta K av.7–8 Jakar ta 10220. Telp. (K)
Mandala Blok E4 No. 1, Depok 16415.Telp. 021-
021-8741953. HP. 08161834318. 5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP.
Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Bajak
2H, Komp. ITM No. 114H, Medan Amplas,
Medan.HP. 081361482269.
Masril Syarif(Sumbar): Jl. Berlian 78B,
Padang
Besi, Lubuk Kilangan, Kota Padang.Telp.
(Rmh)
0751-202842, (Ktr) 0751-202113. HP:
08126766053.
Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Adinegoro Km
14, Komp. Kharismatama Permai Blok G no.
9 bt. K a bung Ganting, Padang . Te l
p. H P.
081374912469
(Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun
44
Pekanbaru.
Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Kapodang
8 No.132 Kotabaru, Jambi.Telp. 0741-
42636. HP. 08127860498.
Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana,
Jl. Saddewa Raya Blok 43 No.6/29, Bekasi
17144. Telp. 021-8845215.
HP.08568586045.
Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl.
Mesjid No. 88 Kemang, RT 01/07,
Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi
17411. Telp. 021-
0811997659.
Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya Warung
Jaud No.14 RT 03 RW XI Kaligandu
Selatan, Serang 42151. Telp.0254-
208301. HP.08129078369.
Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl.
Mandar XIV Blok DD3 No.1, Bintaro Jaya
Sektor 3A, Tangerang 15225. Telp. 021-
7359763. HP.
0816933910.
BudihardjoWinarno (Yogya): Gema
Pesona Blok AM/7 Depok 16412.Telp. 021-
77822421. HP. 0818866130.
Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl.
Jlagran
No. 115Yogyakarta. Telp. 0274-
583063.
Budi Saddewo (Jateng): Jl. Pangandaran
Raya 53, Bumi Bekasi Baru 1 Utara, Bekasi
17115.Telp. 021-8217863. HP.08127116960.
Sonny Jwarson (Jatim): Pondok Surya
Mandala Blok G1 No.14 Jakamulya, Bekasi
17146.Telp. 021-8213430.
HP.0818416650.
RahmaniyahYusuf (Jateng): Jalan Sri
Rejeki II No.17 Semarang 51040.Telp. 024-
7607724. HP. 081325036035.
I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3
No.19, Taman Beverly Lippo Cikarang
17550. Telp.021-89908203. HP.
0816972827.
Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C,
Denpasar.Telp. 0361-226130.HP.
0816572742. Wendalinus Nahak (NTT): Jl.
Soekarno-Hatta N o.7 Atambua. Telp.
0389-22297. HP:
085239461488.
Maskayangan (NTB): Jl.Panji Tilar Negara
118
Mataram.Telp. 0370-634343.HP.
0817367185. Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom.
LautYos Sudarso, Perumnas II Gg Matan II
No.18, RT 03/XXXIII Pontianak 78113.
Telp.0561-770270. HP.
08125789688.
Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop
Maju
Jatibening I, Jl. Merapi 116, Bekasi
17412.Telp.
021-8471948. HP. Daniel Pakasi (Sulut): Jl.KS Tubun No.6
08561068417. (Belakang Harapan Motor), Calaca,
Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI Manado. Telp/HP. 0431-3327366.
Blok Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Magamu
D No.7 Sampit.Telp. 0351- 99A Toli-Toli, Telp. 0453-23090. HP.
22256. 085241176666. M. Ilham Radjoeni Rauf
Herdeman (Kalteng): Jl. C. Bangas G. (Sultra): Jalan Sedap Malam No. 31, Taman
Dikari Yasmin Bogor 16310.
No.1 Palangkaraya 73111. Telp. 0251-315534.
Rahmawaty Siddik (Kaltim): (R) Jl. HP.081310559578.
Maduning- rat Gg Family RT XX No. 39 Halidja Husein (Maluku): Kompleks Ditjen
Kampung Melayu, Tenggarong. (K) Perla Blok B/14 Kramat Jaya, Jakarta
Dispenda Tk II Kutai, Jl. Jend. 10560. Telp. 021-4415269. HP.
SudirmanTenggarong, Kaltim. 08161645571.
Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. Kampung Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD
Baru RT XV/74 Murung Pudak,Tabalong Inpres
71571. Telp. 0526-2021275. HP Komba. PO BOX 292 Sentani Jayapura.
08125111421 HP.
Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. Sutoyo 085254136057.
Siswomiharjo, Gg.20 Komplek Purnasakti Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam
Jalur U/8 RT 40 Banjar masin 70245. 7Trikora, Ifar Gunung, Jayapura.
H P.
081348162999.

Mereka Harus Dicari...


Suhartini (Riau): Jl. Pembangunan 2 Selat Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama
Panjang, Don
Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43 Bosco, Jl. Sudirman 59 Samarinda.
Kuala Tungkal. Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. Dua Mei,
Nilawati (Sumsel): Jl. Yos Sudarso, RT V Teling, Manado.
No. Diyah Palupi (Sulteng): Mess Bayangkara
5, Telaga Jawa, Lubuk No.2 Toli-
Linggau. toli.
Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. Sukaraja
32 Curup. I W PA E5 Lanud Husein Sastranegara,
Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Bandung.
Curup. Akrom Faisal (Lampung): Kampung Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang,
Baru, Tanjung Karang Sungguminasa.
Salamah Wahyu (Jateng): --------- Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17H
Mahzur (NTB): -------- Janeponto.
Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29
Merah, Atambua. No.40 Ambon.

Pembina & Danpas


Idik Sulaeman : Jalan Budaya (Kemanggisan
Ilir 5B) No.2 Jakarta Barat 11480. Telp. Bekasi 17414. Telp. 021-84993658. HP.
021- 08129901973.
5480217.HP. 08161413465. MayjenTNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8
Slamet Rahardjo : Jl. Pulau Belitung 3/99, Pejompongan, Jakarta Pusat 10210.Telp. 021-
Perumnas III, Bumi Setia Mekar, 5706340.
BekasiTimur Brigjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : Jalan
17111.Telp. 021-8814475. Dadali II No. 2 Bogor Telp. 021-7250878. HP.
HP.081310090903 0811111066.
Marsda (Purn) Sutrisno: Bukit Kencana 3,
Blok AV 8 Jati Rahayu, Pondok Gede,
Turut Berdukacita
Paguyuban Paskibraka 1978 dengan ini menyatakan turut berdukacita
atas wafatnya:

Ibu Hj Ratia Suheda binti Ondang Subandina


Ibunda Arita Patriana Sudradjat – Paskibraka 1978 (Utusan Jabar)
24 September 2007, pada usia 69 tahun, di Bandung

Ibu Budi Utomo


Ibunda Moh. Iskak Budi Latihantoro – Paskibraka 1974 (Utusan DIY)
12 September 2007 di Yogyakarta.

Lili Susiati
Paskibraka 1984 (Utusan Bengkulu)
12 September 2007 di Bengkulu

Piet Hein Waimuri


Paskibraka 1974 (Utusan Irian Jaya)
06 Oktober 2007 di Papua

SURAT YANG KEMBALI BERAT SAMA DIPIKUL


Dengan upaya keras, kami di Paguyuban
Buletin Paskibraka 1978 edisi
mencoba menerbitkan buletin ini dengan
Agustus 2007 (Selamat Jalan Kak kemampuan terbatas. Agar penerbitannya
Dharminto) telah dikirimkan ke seluruh langgeng, mohon agar teman-teman dapat
Purna Paskibraka 1978 sesuai alamat membantu sebisanya. Tak perlu harus
yang tercantum dalam buletin. Namun, besar, berapa pun nilainya akan sangat
beberapa di antaranya kembali ke berarti bagi kebersamaan kita.
Jakarta, yakni sebagai berikut: Untuk sementara, titipkan bantuan di
rekening berikut, dan jangan lupa kirim
1. Iskandar Rama, Curup (Bengkulu) pemberitahuannya melalui SMS.
2. Nilawati, Lubuk Linggau (Sumsel) No. Rek. 765 0283 222
3. Ellyawati Hasanah, Kuala Budiharjo Winarno
Tungkal BCA KCP Depok Asri
(Jambi)

Semuanya termasuk dalam kategori Laporan Keuangan:


”Mereka Harus Dicari”. Mohon kepada Saldo : 380.000 Keluar : 489,350
Masuk : 0
teman-teman yang terdekat untuk bisa
membantu mencari mereka, siapa tahu Sub Total : 380.000 489.350
mereka sudah pindah ke alamat lain.

Anda mungkin juga menyukai