Srikandi Nusantara
SadCaraka
Seri Pustaka Klampis Ireng
Srikandi Nusantara
© LeburTara
i
PUSTAKA KLAMPIS IRENG
“Saya mengharap NSI jadi Klampis
Ireng. Meski kita santai, kita belajar. Untuk
menopang bangsa ini…”
ii
“Saya mengharap NSI jadi Klampis Ireng. Meski kita santai, kita
belajar. Untuk menopang bangsa ini. Tanpa tindakan nyata, tiada
guna omongan tentang Indonesia Emas, dan seterusnya. Jadilah NSI
sebagai Klampis Ireng dengan Hasya Rasya. Ngobrol santai tapi
mendapatkan ilmu…” Demikian Romo Manu menyampaikan
harapannya.
***
LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
SAD CARAKA
Sad Caraka adalah enam utusan. Mereka adalah Wira-Bagus-
Pandhu-Santo-Widya-Satya sebagai duta NSI untuk berbincang
dengan Bp. Luluk Sumiarso sebagai pemrakarsa DiriPedia. Tugas
perutusan yang diemban adalah untuk mengomunikasikan
kemungkinan bekerjasama dalam rangka bergerak kembali menuju
akar kenusantaraan.
Pak Luluk pun membenarkan itu sambil merujuk disertasi dari Prof.
DR. Dr. Brigjend (purn) Sri Soemantri Hardjoprakosa berjudul Ajaran
Candra Jiwa Soenarto. Kajian penting tentang dhiri yang mengalami
evolusi jiwa menurut aliran Pangestu (Paguyuban Ngesti Tunggal).
vii
LEBURTARA
Pelestari Budaya Luhur Nusantara
LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
ix
Merefleksikan kelahiran Leburtara seolah melukiskan perjalanan diri
menemukan istadewata Nusantara. Itulah Sang Leburtara yang membawa
ingatan pada sosok Sang Pe-Lebur –Sang Pendaur Ulang semesta dalam sosok
Siwa atau yang dikenal di Nusantara sebagai Bathara Guru– dan Dewi Tara –
Sang Ibu Pencipta, Sang Ibu Bhumi, Sang Dewi Kesuburan.
Jadilah Leburtara menjelma sebagai laku bagi jiwa untuk menemukan sang
istadewata Nusantara. Leburtara juga menjadi kemampuan metodologis untuk
meleburkan semua kekuatan menjadi energi kesadaran baru bagi Nusantara
Jaya. Dalam rangka inilah Leburtara pun menyambut harapan Romo KRT
Manu J. Widyaseputra untuk Ngobrol Santai Indonesia supaya menjadi
Pedukuhan Klampis Ireng. Sebuah pedukuhan tempat para Panakawan –
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong– sebagai sang Widusaka membimbing
para ksatria, pangeran dan calon raja. Mereka adalah sosok brahmana yang
menguasai metode hasya rasa dalam menggelar ilmu dan pengetahuan.
Menyambut hal di atas, Leburtara pun siap merentang dengan gerak literasi
menyajikan Pustaka Klampis Ireng sebagai yajna bagi kejayaan Nusantara.
SadCaraka
LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
DAFTAR ISI
Pustaka Klampis Ireng ....................................................................................................... ii
Sad Caraka ......................................................................................................................... v
LeburTara .......................................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................................. xi
Menjadi Srikandi Nusantara ........................................................................................... 1
Dari Sikandi Menjadi Srikandi ........................................................................................ 5
xi
xii
LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
MENJADI SRIKANDI
NUSANTARA
Tidak semua perempuan bernama Srikandi. Srikandi itu paham jati
diri. Ketika ditahbiskan sebagai jatidiri perempuan nusantara, mesti
paham dulu dengan ekologi, kosmologi hingga kosmogoni nusantara
ini. Siapakah sejatinya Srikandi?
2 LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
identifikasi Maerakaca
(Skt. Mahirakaca), sejumlah
teks Sansekerta dengan
genre-genrenya masing-
masing menjelaskan bahwa
secara etimologis
mahīrakaca berasal dari
kompositum Sansekerta,
yang terdiri atas tiga kata,
yakni mahī, ‘bumi’, irā (iḍā),
‘Devī Pemujaan’, dan kaca,
‘rambut’ (Monier-Williams
1976; Macdonell 1954:
45-46, 61, 222; cf.
Sørensen 1963: 659), sehingga kompositum tatpuruṣaḥ itu berarti,
‘rambut dari Devī Bhūmi yang menjadi pusat pemujaan’.”
4 LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
6 LeburTara
Seri Pustaka Klampis Ireng
Pada era Jawa Kuna, Srikandi masih bernama Sikandi. Menurut Seni
Pedhalangan Surakarta, Srikandi itu seorang putri. Ia membawa
panah karena berguru pada Arjuna. Keberadaan Srikandi sebagai
prajurit wanita ini untuk menjawab kutukan Dewi Amba terhadap
Bhisma. Senapati Korawa ini pada saat perang Bharatayudha akan
meninggalkan dunia setelah berjumpa dengan prajurit putri di medan
Kurusetra. Itulah saat Srikandi menjadi panglima perang Pandhawa
didampingi Arjuna. Sayangnya, di Surakarta ini, tidak pernah
dijumpai sumber teks Mahabharata yang berbahasa Jawa Kuna.