Anda di halaman 1dari 16

Sutasoma 9 (1) (2021)

Sutasoma:
Jurnal Sastra Jawa
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sutasoma
Habitus, Modal, dan Arena dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi Karya
Pakne Puri Tinjauan Bourdieu
Ruruh Jatmiko1 dan Muhammad Abdullah 2
1,2Magister Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia
Corresponding Author: jatmiko.ruruh@gmail.com.1

DOI: 10.15294/sutasoma.v9i1.47060
Accepted: June 29th 2021 Revision: June 29th 2021 Published: June 30th 2021

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap habitus, modal, dan arena di dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
Wewadi karya Pakne Puri berdasarkan perspektif sosiologi sastra Bourdieu. Terkait dengan hal tersebut, rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimanakah habitus, modal, dan arena dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
Wewadi karya Pakne Puri? Metode penelitian ini menggunakan pendekatan obyektif dan pendekatan diskursif
dengan menggunakan teori Bourdieu yaitu habitus, modal, dan arena yang ada di dalam cerbung Salindri Kenya
Kebak Wewadi karya Pakne Puri. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, ataupun
kalimat yang diambil dari dalam salah satu karya sastra yang berwujud cerbung. Sumber data penelitian ini yaitu
cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi karya Pakne Puri yang dimuat oleh majalah Panjebar Semangat edisi No. 33-
15 Agustus 2009 s/d 50-12 Desember 2009. Hasil penelitian ini berupa deskripsi habitus, modal, dan arena dalam
cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi. Berdasarkan habitus ditemukan pada tokoh Salindri yang ingin sukses dalam
meneruskan bisnis batik orang tuanya. Habitus tersebut terdapat habitus kapital, habitus pekerja keras, dan habitus
pantang menyerah. Berdasarkan modal dari Salindri terdapat modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan
modal simbolik. Berdasarkan arena terdapat arena bisnis yang mana di dalam arena bisnis Salindri berupaya
menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya agar bisnis yang dibangun tetap bertahan meskipun mengorbankan
pesaingnya.

Kata Kunci: Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi, habitus, modal, arena, Pierre Bourdieu

Abstract
This study aims to reveal the habitus, capital, and arena in Pakne Puri's “Salindri Kenya Kebak Wewadi” based on the
perspective of Bourdieu's literary sociology. Related to this, the formulation of the problem in this research is: how are the habitus,
capital, and arena in the “Salindri Kenya Kebak Wewadi” by Pakne Puri? This research method uses an objective approach and
a discursive approach using Bourdieu's theory, namely habitus, capital, and the arena in the “Salindri Kenya Kebak Wewadi”
by Pakne Puri. The data used in this study are in the form of words, phrases, clauses, or sentences taken from one of the literary
works in the form of a cursive. The source of the data for this research is the story of “Salindri Kenya Kebak Wewadi” by Pakne
Puri published by “Panjebar Semangat” magazine edition No. 33-15 August 2009 to 50-12 December 2009. The results of this
study are a description of the habitus, capital, and arena in “Salindri Kenya Kebak Wewadi”. Based on the habitus found in the
Salindri character who wants to be successful in continuing his parents' batik business. These habits include the habitus of capital,
the habitus of hard workers, and the habitus of never giving up. Based on the capital from Salindri, there are economic capital,
cultural capital, social capital, and symbolic capital. Based on the arena, there is a business arena in which Salindri's business
arena tries to carry out its functions as well as possible so that the business that is built remains afloat even at the expense of its
competitors.

Keywords: “Salindri Kenya Kebak Wewadi”, habitus, modal, arena, Pierre Bourdieu

© 2021 Universitas Negeri Semarang


p-ISSN 2252-6307
e-ISSN 2686-5408

100
101

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

PENDAHULUAN ialah Abraham Setiadi atau lebih dikenal dengan


Bram Setiadi. Sebagai seorang pengarang, Bram
Karya sastra terlahir dari kulminasi
Setiadi aktif menulis di majalah Panjebar
ekspresi pengalaman yang tertanam di jiwa
Semangat Surabaya, majalah Jayabaya, majalah
pengarang secara mendalam dan
Djaka Lodang, Intisari, Joglosemar, majalah
termanifestasikan melalui khayalan
Saudagar, Sala, dan Jagad Sala. Lebih lanjut
(Nurgiyantoro, 2010: 57). Karya sastra lahir dari
prestasi yang di dapatkan oleh Bram Setaidi
latar belakang dan dorongan dasar manusia
antara lain: 1) pemenang harapan Lomba
untuk mengungkapkan suatu pengakuan
Penulisan AJB Bumi Putera Tingkat Nasional
keberadaan dirinya. Sebuah karya sastra
1992, 2) pemenang Lomba Kritik Sastra Jawa,
dipersepsikan sebagai ungkapan kenyataan
Panjebar Semangat 2007, dan 3) pemenang lomba
hidup dan konteks dalam penyajiannya yang
Kritik Sastra Jawa, Panjebar Semangat 2010. Salah
disusun secara apik, terstruktur, dan menarik
untuk penggunaan media bahasa berupa teks. satu karya sastra yang dikarang oleh Bram

Salah satu karya sastra yang ada di Jawa Setiadi atau Pakne Puri adalah cerbung Salindri

adalah karya sastra Jawa modern. Karya sastra Kenya Kebak Wewadi

Jawa modern merupakan sebuah ranah yang sepi Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi

peminatnya. Hal ini dikarenakan karya sastra merupakan cerbung yang memiliki daya pikat.

modern tidak mampu menjadi komoditi yang Tercatat setidaknya empat peneliti menjadikan

laku dipasaran. Dengan adanya hal itu, langsung cerbung ini sebagai objek kajian. Berdasarkan

atau tidak langsung kondisi tersebut berpengaruh pembacaan terhadap beberapa kajian yang telah

bagi mata pencaharian pengarang sastra. dilakukan, ternyata tidak serta merta terjawab

Akibatnya, di dalam masyarakat umum dan terungkap letak daya pikat cerbung Salindri

pengarang kurang memperoleh penghormatan Kenya Kebak Wewadi karya Pakne Puri. Daya

bahkan dianggap remeh. Selain itu, profesi pikat yang tidak terjawab secara tuntas ini

pengarang tidak dianggap sebagai suatu menimbulkan kegundahan dan pertanyaan yang

pekerjaan yang profesional. Oleh karena harus diungkapkan. Secara harfiah, di dalam

terbelenggu keadaan, para pengarang sastra Jawa judul tersebut terdapat kata Salindri berarti ‘anak

hanya mencipta karya sekehendaknya saja, perempuan’. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih

mereka tidak benar-benar menempatkan lanjut, kata Salindri memiliki tautan identitas

profesinya itu sebagai kerja sampingan saja. dengan tokoh pewayangan Drupadi dalam lakon

Salah satu pengarang yang masih bertahan Wirataparwa. Pertanyaan yang muncul

dan menulis menggunakan bahasa Jawa adalah selanjutnya, adakah kaitan karakter tokoh

Pakne Puri. Pakne Puri merupakan nama Salindri dalam cerbung dengan cerita di

samaran yang digunakan dalam dunia pewayangan yang legendaris tersebut?

jurnalistik. Nama sebernarnya dari Pakne Puri


102

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

Judul di dalam cerbung Salindri Kenya oleh Ki Ageng Selo sesungguhnya merupakan
Kebak Wewadi mencerminkan sisi misteri yang sebuah ungkapan arti bahwa Ki Ageng Selo
menimbulkan daya pikat. Penggunaan kata kebak sebagai manusia telah mampu menjaga hawa
wewadi yang memiliki arti penuh dengan nafsunya terutama menjaga lidah atau
kerahasian. Hal inilah tentunya menimbulkan ucapannya sebagaimana petir yang memiliki
rasa ingin tahu pembaca untuk mengungkap suara yang menakutkan dan mampu
wewadi atau rahasia yang ditawarkan dalam menghanguskan apa saja yang disambarnya.
cerbung tersebut. Sehingga melalui pembacaan Cerbung Salindiri Kenya Kebak Wewadi
secara sekilas, pengarang mampu merupakan salah satu karya Pakne Puri. Cerbung
membangkitkan suasana mistis dalam rangkaian tersebut diterbitkan pada majalah Panjebar
pembunuhan yang meninggalkan wewadi atau Semangat edisi No. 35-15 Agustus 2009 s/d No.
kerahasian dalam aktor dibalik pembunuhan 50-12 Desember 2009 dan dimuat delapan belas
peristiwa tersebut. Selanjutnya, adanya episode. Cerbung tersebut disajikan dalam wujud
hubungan mistis yang hadir dalam pembunuhan bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa dalam
yang berwujud makhluk astral yang digambarkan cerita ini untuk memperjelas gambaran alur
berbadan setengah manusia berwajah serigala. cerita pada masyarakat Jawa. Keunikan lain
Hal ini menandakan adanya keterkaitan antara dalam cerbung ini menggambarkan sikap orang
keserakahan manusia yang identik dengan Jawa pada zaman dahulu masih percaya dengan
perwujudan serigala yang rakus. hal-hal gaib seperti adanya anjing gaib yang
Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi merasuki tubuh tokoh Salindri. Sehingga cerita
menawarkan peristiwa yang perlu diungkapkan, ini memiliki daya tarik untuk diteliti.
seperti halnya pengarang mengajak pembaca Setiap karya sastra menyuguhkan kualitas
mengenal dan memahami kebudayaan Jawa berbeda-beda, namun dalam cerbung Salindri
yang penuh dengan istilah “mistis” di dalam Kenya Kebak Wewadi memiliki kelebihan dengan
dunia manusia. Cerita yang berlatar belakang karya sastra lainnya. Cerbung ini memiliki
kota Solo masa kini kemudian ditarik mundur permasalahan kompleks dan mengandung nilai
hingga di zaman Ki Ageng Selo dan Kasultanan ajaran yang tinggi sebagai tuntunan. Dalam
Mataram Islam. Di jaman inilah pengarang cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi
mengaitkan mitos-mitos yang popular di menggambarkan permasalahan mengenai
masyarakat Jawa untuk menumbuhkan daya kehidupan masyarakat. Masalah paling dominan
pikat yang mengikat pembaca untuk membaca adalah mengenai kehidupan sosial masyarakat
lanjutan kisah yang dituliskan. Mitos tentang yaitu tindakan kriminalitas kasus pembunuhan.
cerita Ki Ageng Selo yang mampu menangkap Kasus pembunuhan dalam cerbung
bledheg atau petir dikaitkan dengan perwujudan Salindri Kenya Kebak Wewadi selalu terdapat
makhluk astral yang melakukan pembunuhan di misteri. Diceritakan di dalam cerbung tersebut
masa kini. Mitos tentang petir yang ditangkap misteri mengenai pembunuhan oleh seseorang
103

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

yang dimasuki oleh roh serigala gaib. Munculnya manusia. Makhluk tersebut muncul ketika
roh serigala gaib merupakan jelmaan dari roh Salindri mempunyai sifat benci terhadap
prajurit Mongol ketika dipenjara bawah tanah seseorang. Sehingga dalam kasus misteri
oleh Kerajaan Majapahit. Para Tokoh ini kematian kedua tokoh tersebut memiliki
disuguhkan, dikemas sangat menarik, dan keistimewaan tersendiri.
memiliki hubungan unik. Dalam cerbung Salindri Kejadian aneh lainnya adalah hubungan
Kenya Kebak Wewadi memiliki alur yang menarik, Salindri dengan anjing gaib. Dalam cerbung
sehingga para pembaca menikmati cerita yang Salindri Kenya Kebak Wewadi diceritakan tokoh
disuguhkan oleh penagarang yakni Pakne Puri. Salindri yang lahir dalam pada tanggal 6 bulan 6
Keanehan lainnya dalam cerbung Salindri dan pada jam 6 malam. Disebutkan di dalam
Kenya Kebak Wewadi adalah seorang tokoh cerita bahwa angka 6 merupakan simbol sebagai
Salindri bisa membunuh seseorang dengan diam titisan setan. Salindri lahir tidak mempunyai
dan tidur saja. Hal ini dilakukan tokoh Salindri ubun-ubun, sehingga menjadikan tempat
ketika sedang bertengkar dengan Wasi Rengga, perantara roh anjing gaib, hal ini merupakan
karena akan menjual usaha batik sogan milik simbol dalam kemistisan. Salindri memiliki
keluarganya. Secara mengejutkan Wasi Rengga keanehan tersendiri, yakni ketika membunuh
tewas di dalam kamarnya. Dengan mata melotot, seseorang hanya dengan keadaan tidur saja.
tubuh gosong, leher hampir patah akibat cakaran, Demikian cerita dalam cerbung Salindri Kenya
dan berlumuran darah. Padahal malam hari itu Kebak Wewadi ini membuat lebih menarik.
Salindri hanya tidur di kamarnya. Dalam cerita bersambung atau cerbung
Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi Salindri Kenya Kebak Wewadi dipaparkan
mempunyai keistimewaan lainnya. Cerbung ini, pembunuhan Abah Witono Paing dan Wasi
di dalam cerita Salindri mempunyai saingan Rengga. Hal ini membuat Jimat Subarkah
bisnis dengan Witono Paing dalam penjualan seorang polisi yang berpangkat AKP (Ajun
batik sogan. Salindri merasa benci dengan Komisaris Polisi) meminta bantuan kepada Kyai
Witono Paing. Secara tiba-tiba pada malam hari Ganjur dan Kyai Gandrik untuk mengungkap
Witono Paing bersama istrinya sedang tidur di kasus pembunuhan tersebut. Dalam cerita
kamarnya. Secara mengejutkan Witono Paing tersebut, AKP Jimat Subarkah menemui Kyai
dibunuh oleh makhluk gaib berkepala anjing Gandrik di lereng Gunung Merapi. Jimat
bertubuh wanita. Mayat Witono Paing memiliki Subarkah diberi tongkat sakti untuk melawan
luka sama persis dengan mayat Wasi Rengga. anjing gaib yang merasuki Salindri. Hal menarik
Peristiwa tewasnya Witono Paing membuat lainnya yaitu Jimat Subarkah harus disibukkan
ramai di Kampung Sogan. Setelah diselidiki, dengan pencarian seseorang kulup sungsang dan
ternyata pelaku pembunuhan adalah Salindri tawon kalising bun sebagai senjata untuk melawan
jadi-jadian. Salindri dirasuki oleh roh gaib anjing serigala gaib tersebut. Tepat pada malam bulan
berubah menjadi berkepala anjing bertubuh purnama, Jimat Subarkah memanggil Kyai
104

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

Gandrik dan tiba-tiba tongkatnya menjelma yaitu mengangkat cerbung tersebut ke dalam
menjadi Kyai Ageng Selo untuk melawan kajian teori sosiologi sastra Bourdieu. Teori
serigala gaib. Terjadilah pertempuran antara Sosiologi sastra ala Bourdieu menawarkan tiga
Kyai Ageng Sela dengan serigala gaib yang konsep yaitu: habitus, modal, dan arena. Konsep
dilakukakn di angkasa hingga terlihat kilatan inilah yang saling mendukung dan saling
cahaya di langit. berkaitan. Lebih lanjut, masayarakat dalam
Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi ini pandangan Pierre Bourdeui digambarkan sebagai
memiliki pesan moral. Pesan itu antara lain arena yang saling berkaitan. Dalam hal ini, arena
ketika menghadapi cobaan dalam hidup maka merupakan sebagai tempat pertarungan dan
harus selalu teguh, selalu tekun, selalu sabar, dan perjuangan memperebutkan kekuasaan dan
selalu berdoa. Dalam cerbung ini dibuktikan kekuatan yang ada. Arena dalam Bourdieu
dengan sikap Jimat Subarkah yang selalu tetap bermacam-macam di antaramya yaitu arena
teguh pantang menyerah dalam mengungkap pendidikan, arena ekonomi, arena budaya, arena
kasus pembunuhan. Lebih lanjut, tokoh Nyi agama, arena seni, arena polituk, dan lain
Werti selalu taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagainya.
sehingga terhindar dari gangguan makhluk gaib. Menurut Bourdieu (dalam Haryatmoko,
Hal inilah membuat cerbung tersebut menjadi 2016: 41) habitus merupakan hasil keterampilan
menarik untuk diteliti. yang menjadi tindakan praktis, baik secara sadar
Keberadaan cerbung Salindri Kenya Kebak maupun tidak, yang dipandang sebagai suatu
Wewadi memiliki daya tarik tersendiri. Cerbung kemampuan yang kelihatan alamiah dan
ini menampilkan tindakan kriminalitas berkembang dalam lingkungan sosial tertentu.
khususnya pembunuhan dalam kehidupan Seorang yang terampil menulis, sudah pasti
masyarakat. Lebih lanjut, pengarang cerbung memiliki habitus membaca, sehingga
tersebut menambahkan “bumbu” unsur mistis keterampilan menulis tidak diperoleh secara
dalam kasus pembunuhan sehingga lebih alami melainkan terbentuk kebiasaan-kebiasaan
menarik. Kejadian ini diimbangi dengan adanya membaca dan merumuskan hasil pemikiran dari
polisi untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan membaca tersebut, sehingga mampu
yang terjadi. Selanjutnya, cerbung Salindri Kenya menghasilkan sebuah tulisan. Lantas, modal
Kebak Wewadi memunculkan tokoh polisi dalam pandangan Bourdieu hampir sama dengan
berlatar budaya Jawa. Hal ini dibuktikan adanya makna modal dalam bidang ekonomi. Dalam
seorang polisi keturunan abdi dalem polisi bidang ekonomi, modal cenderung dimaknai
Keraton Surakarta sejak jaman Sinuhun Paku sebagai kepemilikan materi. Namun modal
Buwana VII. dalam pemikiran Bourdieu (dalam Martono,
Cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi 2012: 32) mengemukakan bahwa sebagai hasil
menjadi kajian sastra yang menarik untuk diteliti. kerja yang terakumulasi dalam bentuk yang
Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan
105

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

terbendakan atau bersifat menubuh dan terjiwai dikembangkan melalui pengalaman dan menjadi
dalam diri seseorang. dasar kepribadian individu.
Menurut Bourdieu (dalam Haryatmoko, Bourdieu dalam hubungan habitus
2016: 41) habitus merupakan hasil keterampilan terhadap seseorang dipengaruhi oleh beberapa
yang menjadi tindakan praktis, baik secara sadar hal antara lain sebagai berikut..
maupaun tidak, yang dipandang sebagai 1) Kapital/Modal
kemampuan yang kelihatannya alamiah dan Kapital merupakan modal yang
berkembang dalam lingkungan sosial tertentu. memungkinkan kita untuk mendapatkan
Kesegaran habitus dalam suatu kelompok kesempatan-kesempatan di dalam hidup. Ada
menjadi dasar perbedaan gaya hidup dalam suatu banyak jenis kapital, seperti kapital intelektual
masyarakat. Gaya hidup merupakan keseluruhan (pendidikan), kapital ekonomi (uang), dan
selera, kepercayaan, dan praktik sistematis yang kapital budaya (latar belakang dan jaringan).
menjadi ciri suatu kelas, habitus kelas dominan Kapital bisa diperoleh jika seseorang memiliki
berbeda dengan habitus kelas borjouis kecil, habitus yang tepat dalam hidupnya.
demikian juga dengan habitus populer. Lebih 2) Kelas
lanjut, menurut Fashri (2014: 99) habitus dapat Bourdieu (2015: 9) mengemukakan bahwa
dirumuskan sebagai sebuah struktur sosial yang sistem dominasi dalam sebuah arena telah
ada dibatin dan terwujudkan. Atau dengan kata mengklasifikasian agen dalam kelas-kelas
laian habitus adalah hasil pengalaman seseorang tertentu. Setiap kelas memiliki sikap, selera,
tentang nilai-nilai sosial, terstruktur, dan kebiasaan, perilaku, atau bahkan modal yang
berlangsung lama, mengendap dalam pikiran dan berbeda. Bourdieu membedakan kelas menjadi
menjadi sebuah cara pandang atau pola pikir. tiga. Perbedaan ini sekali lagi didasarkan atas
Menurut Wattimena (2012: 2) habitus faktor pemilihan modal. Pertama adalah kelas
seorang begitu kuat, sampai memengaruhi dominan pemilikan modal yang cukup besar.
perkembangan pemikirannya. Habitus yang Kedua, kelas bourjuis kecil, yaitu mereka
sudah begitu kuat tertanam serta mengendap memiliki keinginan untuk menaiki tangga sosial,
menjadi perilaku fisik disebutnya sebagai hexis. akan tetapi mereka menempati kelas menengah
Hexis sendiri dapat memengaruhi pola dalam struktur masyarakat. Ketiga, kelas
pemikiran seseorang, sehingga dapat popular/terdominasi merupakan kelas yang
membuatnya menjadi pemikir yang kurang kritis hampir tidak memiliki modal, baik modal
karena menilai sesuatu berdasarkan pengalaman ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik
dan pola pandangnya saja. Pengertian lain dari (Bourdieu, 2015: 215-2017).
Martono (2012: 36) menyatakan bahwa habitus 3) Dominasi Simbolik
sebagai sebuah sistem disposisi-disposisi (skema- Dominasi simbolik merupakan
skema persepsi, pikiran, dan tindakan yang penindasan dengan menggunakan simbol-
diperoleh dan bertahan lama) habitus dapat simbol. Penindasan ini tidak dirasakan sebagai
106

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

penindasan, tetapi sebagai sesuatu yang secara Lebih lanjut, Martono (2012: 32) menambahkan
normal perlu dilakukan. Artinya, penindasan pengertian modal tersebut sebagai sekumpulan
tersebut telah mendapatkan persetujuan dari sumber daya (baik materi ataupun nonmateri)
pihak yang ditindas itu sendiri (Bourdieu dalam yang dimiliki seorang atau kelompok tertentu
Wattimena, 2012: 7). Menurut Bourdieu, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
kekerasan berada dalam lingkup kekuasaan. Dalam suatu arena, seseorang akan
4) Pembedaan menempatkan dirinya berdasarkan fungsi dan
Bourdieu (dalam Wattimena, 2012: 5) jumlah modal yang dimilikinya serta
merumuskan konsep tentang pembedaan berdasarkan fungsi dan jumlah modal yang
(distinction) sebagai tindakan membedakan diri dimilikinya serta berdasarkan relatif kepentingan
yang dilakukan oleh seseorang untuk modal tersebut.
menunjukkan kelasnya dalam masyarakat. Bourdieu (dalam Ginting, 2019: 16)
Biasanya, pembedaan dilakukakan oleh kelas menyatakan bahwa dalam membedakan modal
menengah ke atas untuk menunjukkan statusnya ada empat macam, yaitu: (1) modal ekonomi, (2)
yang khas dibandingkan dengan kelas ekonomi modal sosial, (3) modal budaya, dan (4) modal
yang lebih rendah. simbolik. Terkait itu, modal ekonomi mengukur
5) Perubahan Sosial dan Kebebasan semua sumber daya ekonomi individu, termasuk
Perubahan sosial bisa dilakukan jika pendapatan dan warisannya. Modal sosial
seseorang memiliki kapital yang mendukung mengukur semua sumber daya yang berkaitan
serta dapat memilih arena yang tepat untuk dengan kepemillikan jaringan sosial
menempatkan dirinya agar orang memilih arena berkelanjutan dari semua relasi dan semua orang
yang tepat untuk menempatkan dirinya agar yang dikenal. Modal budaya, mengukur semua
orang tersebut mendapatkan habitus yang baik sumber daya (budaya) yang dapat
pula (Wattimena, 2012:8). Perubahan sosial menempatakan kedudukan seorang individu.
hanya mungkin, jika manusia bukan merupakan Modal budaya terdiri dari tiga bentuk: pertama,
budak dari sistem sosial yang mengitarinya. dalam kondisi menubuh (meliputi: pengetahuan
Dengan kata lain, perubahan sosial hanya umum, keterampilan, nilai budaya, agama,
mungkin, jika ada kebebasan. Bagi Bourdieu, norma, bakat turunan). Kedua, dalam kondisi
kebebasan merupakan suatu bentuk improvisasi terobjeksifikasi meliputi kepemilikan benda-
yang menghasilkan variasi. Artinya, kebebasan benda budaya. Ketiga dalam kondisi
adalah perubahan yang dapat menciptakan terlambangkan meliputi gelar dan tingkat
sesuatu. pendidikan.
Modal menurut Bourdieu (dalam Modal simbolik menunjukkan segala
Martono, 2012: 32) diartikan sebagai hasil kerja bentuk kapital budaya, sosial, atau ekonomi yang
yang terakumulasi dalam bentuk yang mendapat pengakuan khusus dalam masyarakat.
terandalkan atau terjiwai dalam diri seseorang. Modal simbolik misalnya, pemilihan tempat
107

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

tinggal, apakah di daerah elit atau lingkungan Terkait dengan hal itu, konsep habitus,
kumuh, atau contoh lain seperti pemilihan modal, dan arena diduga menjadi salah satu hal
tempat wisata untuk mengisi liburan, hobi, yang patut untuk dianalisis dan dikaji dalam
tempat makan, dan lain-lainnya. Modal cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi. Oleh
merupakan faktor utama yang harus dimiliki karena itu, berdasarkan uraian tersebut, artikel
untuk memperoleh atau mempertahankan ini mengangkat judul “Habitus, Modal, dan
kekuasaan. Arena dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak
Bourdieu (2015:213) mendefinisikan arena Wewadi Karya Pakne Puri”. Berdasarkan uraian
sebagai sebuah semesta sosial terpisah yang dari latar belakang yang sudah dijelaskan,
memiliki hukum-hukum keberfungsiannya permasalahan yang diangkat yaitu
sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bagaimanakah habitus, modal, dan arena dalam
bahwa ada berbagai macam arena seperti cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi karya
pendidikan, arena bisnis, arena seniman, dan Pakne Puri?
arena politik. Arena pendidikan memiliki Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
aturannya sendiri. Fashri (2014:106) mendeskripsikan habitus, modal, dan arena
menjelaskan bahwa arena adalah ruang yang di dalam cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi
dalamnya terdapat upaya perjuangan untuk karya Pakne Puri. Penelitian ini diharapkan
memperebutkan sumber daya (modal) dan juga mampu memberikan wawasan sastra terutama
untuk memperoleh akses tertentu yang dekat dalam bidang sosiologi sastra berdasar teori
dekan kekuasaan. Dengan demikian, dalam Bourdieu. Manfaat lain yang dapat diperoleh
arena setiap individu atau kelompok digiring secara praktis diharpakan mampu memberikan
untuk merancang strategi dan menggunakan penegasan bahwa penelitian ini dapat dijadikan
strategi itu untuk meraih posisi. Persaingan sebagai bahan referensi penelitian lainnya
menjadi hal yang lumrah, karena setiap strategi terutama nilai-nilai pendidikan budaya Jawa
telah memperhitungkan hal tersebut. Persaingan yang terkandung di dalam cerbung Salindri Kenya
yang sehat akan menghasilkan sesuatu yang baik, Kebak Wewadi.
namun persaingan yang tidak sehat akan
menimbulkan konflik. METODE PENELITIAN
Konsep arena ikut mendukung habitus Metode merupakan suatu cara-cara,
seseorang (Wattimena, 2012:3). Artinya, arena strategi untuk memahami realitas, langkah-
dan habitus sangat terikat erat. Untuk bisa langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian
berhasil dalam salah satu arena hidup, orang sebab-akibat berikutnya (Ratna, 2004: 34).
perlu mempunyai habitus yang tepat untuk arena Metode yang digunakan sebagai alat untuk
itu. Jika ia tidak memiliki habitus yang tepat membedah dan seperti teori yang memiliki fungsi
untuk satu arena maka kemungkinan besar akan menyederhanakan masalah, sehingga lebih
gagal dalam arena yang telah ia pilih tersebut. mudah dipecahkan dan dipahami. Metode dalam
108

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

penelitian yang akan dilakukan meliputi metode bahan yang diambil sebagai obyek penelitian
itu sendiri dan teknik pengumpulan data, metode adalah berupa teks sastra dan teks lain yang
dan teknik analisis data, dan metode penyajian berkaitan dengan obyek penelitian. Data yang
analisis data. digunakan dalam penelitian ini berupa kata,
Lebih lanjut, di dalam penelitian sastra kelompok kata, ataupun kalimat yang diduga
dikenal paradigma Abrams yang memiliki empat mengindikasikan masalah yang diteliti dalam
pendekatan yaitu: pendeketaan ekspresif, sumber data. Adapun sumber data dalam
pendekatan objektif, pendekatan mimetik, dan penelitian ini yaitu cerbung Salindri Kenya Kebak
pendekatan pragmatik. Taum (2017: 4) Wewadi karya Pakne Puri.
menyatakan bahwa paradigma Abrams
direposisikan sehingga memperoleh dua HASIL DAN PEMBAHASAN

tambahan pedekatan, pendekatan elektik dan Habitus dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak
pendekatan diskursif. Pendekatan elektik Wewadi
menggabungkan secara selektif terhadap
Dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
beberapa pendekatan untuk memahami sebuah
Wewadi karya Pakne Puri menceritakan seorang
fenomena. Adapun pendekatan diskursif yaitu
tokoh yang bernama Salindri. Tokoh yang
pendekatan yang menitikberatkan pada diskursus
bernama Salindri memiliki keanehan sejak dari
wacana sastra sebagai sebuah praktik diskursif.
dalam kandungan hingga dewasa. keanehan
Terkait dengan hal itu, penelitian ini
tersebut ialah Salindri sejak dari kandungan
menggunakan pendekatan objektif dan
sudah menjadi pilihan para iblis sebagai wujud
pendekatan diskursif. Pendekatan objektif
dan wadah titisan para iblis. Karena Salindri
menggunakan teori struktural dan membedah
sudah ditakdirkan. Kejadian tersebut lantas
struktur-struktur karya sastra yang ada di dalam
diperkuat lagi dengan adanya tanggal dan waktu
yaitu cerbung Salindri Kenya Kebak Wewadi.
kelahiran Salindri, yaitu pada bulan 6, tanggal 6,
Adapun pendekatan diskursif di dalam penelitian
dan jam 6 hal ini dipercaya oleh masyarakat barat
ini menggunakan teori Bourdieu untuk
jika lahir pada bulan dan tanggal waktu serba
memperoleh hasil analisis terkait habitus, modal,
angka 6 maka merupakan sebagai roh atau titisan
dan arena di dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
dari iblis. Diceritakan iblis yang merasuki
Wewadi.
Salindri adalah iblis serigala konon dalam hal ini
Lebih lanjut, objek material dalam
merupkan wujud pembalas dendam dengan Kyai
penelitian ini adalah cerbung Salindri Kenya
Ageng Sela. Hal inilah menjadi kebiasaan
Kebak Wewadi karya Pakne Puri. Adapun objek
Salindri. Ketika masih bayi, Salindri sudah bisa
formalnya yaitu menyoal tentang habitus, modal,
membunuh dengan wujud manusia serigala.
dan arena sesuai teori Bourdieu. Penelitian ini
Ketika Salindri beranjak dewasa kebiasaan
dilakukan melalui metode pengumpulan data
tersebut muncul ketika ada perselisihan dengan
yakni studi kepustakaan. Hal ini dikarenakan
109

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

kakaknya yang bernama Wasi Rengga mengenai Haiya, salah owe apa? Hemmm… Wie Pauw Ing,
bisnis batik dari keluarganya yang mulai surut. tekamu mrene mung gawe rugine wong Sogan”
Akibat, Salindri dengan kakaknya sendiri
berselisih Salindri secara tidak sadar membunuh (CSKKW hlm. 20, Panjebar Semangat No. 35-29

kakaknya dengan wujud manusia serigala. Tapi Agustus 2009)

Salindri tidak menyadari kalau yang membunuh


Dalam kutipan tersebut jelas
kakaknya adalah dia sendiri. Para polisi
memaaparkan bahwa ketika Salindri terganggu
khususnya AKP Jimat Subarkah dibuat bingung,
dengan kedatangan Witono Paing. Hal ini
karena bekas luka korban tidak menunjukkan
memunculkan persaingan bisnis batik di
luka akibat benda tajam melainkan cakar hewan.
kampung Sogan. Sehingga, dengan adanya
Kemudian, akibat adanya persaingan
Witono Paing, Salindri merasa ada persaingan
bisnis dari batik pekalongan yakni Witono Paing.
bisnisnya sehingga tidak diketahui Salindri yang
Salindri sendiri merasa terusik dengan adanya
berubah wujud menjadi manusia serigala
saingan bisnis batik. Suatu hari Salindri merasa
membunuh Witono Paing.
pusing dan tidak enak badannya. Apalagi ketika
Selain itu, Habitus pekerja keras juga
mendengar suara lantunan pujian dari orang-
ditujukan sebagai ranah pengondisian Salindri
orang yang beribadah ia merasakan kepanasan.
mampu bertahan dalam arena pertarungannya.
Pada malam harinya, ketika Salindri tidur
Salindri sendiri yang memiliki modal ekonomi
terlelap tak sadar ia dirasuki roh iblis srigala.
dari orang tua terpaksa harus bekerja keras untuk
Selanjutnya, manusia serigala itu menuju ke
menghidupkan kembali bisnis keluarganya yang
tempat Witono Paing. Di tempat Witono Paing
hampir bangkrut. Makna habitus sebagai
manusia serigala tersebut ingin membunuh
pengondisian yang dikaitkan dengan syarat-
Witono Paing. Dalam hal ini nampak kutipan
syarat keberadaan suatu kelas modal untuk
berikut.
mempertahankan bisnis batik sogan keluarganya
Wewujudan medeni mau mbekos. Tangan nyilakake oleh karena itu, segala cara yang dilakukan

klambu, sirahe manglung mogleng-mogleng njalari Salindri supaya bisnis keluarganya tetap masih

rambute kang ireng dawa obah rembyak-rembyak. berjalan dan tidak bangkrut. Kutipan mengenai
Hak-hak-hak, kowe ora perlu ngerti sapa aku, guyune hal tersebut sebagai berikut.
kaya gumulung sajrone weteng. kanthi ati ditatag-
Jebul nyolong pethek. Bareng dicekel Salindri usaha
tatagkake, Witono Paing nekad takon, teka dha sini
bathik sing meg ambruk bisa dislametake bali
alep ngapa? Manungsa setengah kewan iku tangane
njenggelek, kepara bisa ngrembaka mbaka sithik.
kumlawe. Kuku drijine sing lancip-lancip dawa tur
mlengkung ngelus-ngelus gulune Witono Paing.
(CSKKW hlm. 42, Panjebar Semangat No. 34-22
Cangkeme mreneges, ucape arep njabut nyawamu.
Agustus 2009)
110

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

Dilihat dari kutipan tersebut Salindri sogan supaya dapat bersaing dengan pembisnis
bekerja keras untuk membangkitkan bisnis batik batik yang lainnya.
keluarganya. Di dalam teks tersebut dijelaskan
bahwa orang tuanya kagum dan kaget bahwa
Salindri yang tak mempunyai modal pengalaman Modal dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak
Wewadi
dari bisnis ternyata bisa mengembangkan bisnis
yang hampir saja bangkrut. 1) Modal Ekonomi
Habitus pantang menyerah juga Modal ekonomi sebagai alat ukur semua
diperlihatkan oleh Salindri hal ini sumber daya ekonomi baik individu, termasuk
menggambarkan kegigihannya yaitu mengenai pendapatan dan warisannya. Hal itu diperkuat
perjuangannya tentang sikap Salindri dengan adanya pernyataan Bourdieu (64: 2015)
mempertahankan usaha batik orang tuanya yang modal ekonomi menyediakan jaminan yang bisa
hampir bangkrut. Salindri berjuang sendirian menjadi dasar kepercayaan diri (self assurances)
demi menghidupi bisnis keluarganya. Hal keberanian melakukan terobosan dan
tersebut terdapat pda bukti kutipan yaitu: ketakpedulian terhadap laba. Di dalam cerbung
Salindri Kenya Kebak Wewadi karya Pakne Puri
Sumelang usahane bangkrut, Salindri kepeksa cancut. dijelaskan pada tokoh Salindri memiliki modal
Najan durung patiya dhong theg kliwere mbathik ekonomi yang berasal dari bisnis orang tuanya
wiwit nyorek, nyanthing, nembok, ngemplong, yang berupa batik. Oleh karena itu, sebelum
nglorod, mbironi lan sapiturute, dheweka adol nekat usaha batik orangtuanya bangkrut, maka Salindri
abandha kendel maju nyulihi wong tuwane. bekerja keras untuk mengembalikan kejayaan
usaha bisnis batik tersebut. Kutipan mengenai
(CSKKW hlm. 42, Panjebar Semangat No. 34- 22
modal ekonomi dalam cerbug Salindri Kenya
Agustus 2009)
Kebak Wewadi adalah sebagai berikut.

Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa


Sumelang usahane bangkrut, Salindri kepeksa cancut.
Salindri memiliki semangat juang meskipun
Najan durung patiya dhong theg kliwere mbathik
tidak memiliki pengalaman dalam bidang batik.
wiwit nyorek, nyanthing, nembok, ngemplong,
Hal tersebut dilakukan supaya usaha
nglorod, mbironi lan sapiturute, dheweka adol nekat
keluarganya tidak bangkrut. Lalu, habitus
abandha kendel maju nyulihi wong tuwane. Langkah
tersebut merupakan prinsip-prinsip atau nilai-
sepisan ngecakake pengiritan slaras karo melebu
nilai yang dipraktekkan oleh Salindri untuk
metune dhuwit. Saperangan buruh sing dianggep
memperjuangkan dan bertahan dalam arena
kurang perlu dilereni kanthi pesangon murwat.
bisnis. Sehingga ia mencari solusi untuk bekerja
Miangka gantine Salindri golek buruh anyar sing
mengumpulkan uang dengan cara
temen-temen terampil.
mempertahankan bisnis keluarga yaitu batik
111

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

(CSKKW hlm. 42, Panjebar Semangat No. 34- 22 AKP Jimat Subarkah gedheg-gedheg. Tanpa sadhar
Agustus 2009) driji tangane ngusap godhoh kupinge. Najan jamane
wis maju, nanging AKP Jimat Subarkah ora
Berdasar kutipan tersebut dijelaskan ninggalke tradisi. Saben mrangguli perkara abot kaya
bahwa Salindri memiliki modal ekonomi yakni ngene iki dheweke padatan merlokake nyekar menyang
modal usaha dari bisnis batik orang tuanya yang makam peundhene. Dheweke kena diarani lair saka
hampir bangkrut. Oleh karena itu, ketika sudah kulawarga pulisi turun temurun amarga leluhure
khawatir usahanya bangkrut, maka Salindri biyen abdi dalem pulisi Karaton Surakarta jamane
mengeluarkan modal pengeluarannya dengan Sinuhun Pakoe Boewana VII.
cara terperinci yaitu dengan pengiritan seimbang
dengan uang masuk dan keluar dengan cara (CSKKW hlm. 42, Panjebar Semangat No. 36- 5
memberhentikan buruh yang sekiranya kurang September 2009)
terampil dalam membuat batik sehingga diberi
uang pesangon. Dalam kutipan tersebut Jimat Subarkah

2) Modal Budaya memiliki modal budaya dalam hal status yang

Menurut Bourdieu (2015: 19) modal disandang oleh Jimat Subarkah yaitu status

budaya merupakan suatu bentuk pengetahuan, kepangkatan dari kepolisian AKP Ajun

suatu kode internal atau akuisisi kognitif yang Komisaris Polisi dan Jimat Subarkah tidak

melengkapi agen sosial dengan empati terhadap, meninggalkan nilai-nilai pengetahuan berupa

apresiasi terhadap, atau kompensasi di dalam, kebudayaan tradisi mengenai setiap ada masalah

pemilah-pemilah relasi-relasi dan artefak-artefak yang dihadapi Jimat Subarkah pasti nyekar ke

kultural. makam leluhurnya.

Dalam cerbung Salindri Kenya Kebak 3) Modal Sosial

Wewadi tokoh Salindri tidak memiliki modal Modal sosial mengukur semua sumber

budaya. Akan tetapi pada salah satu tokoh yang data yang berkaitan dengan kepemilikan jaringan

bernama AKP Jimat Subarkah memiliki modal sosial berkelanjutan dari semua relasi dan semua

budaya, yaitu selalu diceritakan polisi yang tidak orang yang dikenal. Salindri memiliki modal

mudah pantang menyerah berpangkat AKP sosial yang membantu menjadi sukses dalam

(Ajun Komisaris Polisi) untuk memberantas arena bisnis. Salindri dibantu oleh Nyi Werti

misteri pembunuhan yang sedang terjadi. Modal yang sebagai buruh batik di tempatnya bekerja.

budaya yang dominan dalam pengetahuan Bukti mengenai kutipannya adalah sebagai

budaya dan status pangkat. Hal ini dibuktikan berikut.

dengan adanya kutipan mengenai Jimat


Salindri kudu bisa ngecake apa kang selaras karo
Subarkah sebagai berikut.
mlebu metune duit. Nalika para buruh digenti
dipesangon kanthi murwat. Mulane Salindri golek
112

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

buruh sing terampil mbathik. Nalika semana Salindri arena ekonomi dan arena politik. Kendati setiap
dibantu dening Nyi Werti minangka nate dadi juru arena relatif otonom, namun secara struktural
bathik klangenane keluarga Karaton Kasunanan sing mereka tetap homolog satu sama lain. Arena
ngenger melu Salindri. Kanthi mangkono Salindri adalah suatu konsep dinamis di mana perubahan
dadi bungah banget. posisi-posisi agen mau tak mau menyebabkan
perubahan struktur arena (Bourdieu, 2015: 18).
(CSKKW hlm. 42, Panjebar Semangat No. 35- 29 Dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
Agustus 2009). Wewadi karya Pakne Puri menceritakan tokoh
yang bernama Salindri dalam menaikkan arena
Dari kutipan tersebut Salindri memiliki
bisnisnya. Meskipun demikian, kejadian yang
relasi modal sosial yaitu tentang ketika Salindri
terjadi di luar nalar manusia yakni adanya
sedang membutuhkan pekerja atau buruh
persaingan bisinis yang dibantu dengan adanya
ternyata ada Nyi Werti yang membantu Salindri
iblis merasuki tubuh Salindri. Apapun yang
untuk bisnis batiknya tidak bangkrut. Nyi Werti
menghalangi Salindri akan dibunuh begitu saja.
diceritakan dalam teks tersbut buruh yang
Hal itupun terjadi ketika Witono Paing yang
terampil dan pernah bekerja sebagai abdi dalem
menyaingi bisnis batik Salindri akhirnya
keluarga Keraton Kasunanan.
terbunuh oleh iblis yang merasuki tubuh Salindri.
4) Modal Simbolik
Hal ini merupakan simbol persaingan dalam
Modal simbolik menunjukkan segala
arena dunia bisnis. Siapa yang kalah akan
bentuk kapital budaya, sosial, dan ekonomi yang
tertindas dan terjajah oleh yang menang, dalam
mendapat pengakuan khusus dalam masyarakat.
dunia bisnis, keadaan seperti itu adalah hal yang
Tokoh Salindri meskipun tidak begitu dijelaskan
sudah sewajar.
modal simbolik yang dominan seperti adanya
Tokoh Salindri sendiri di dalam arena
pangkat, gelar, dan ijazah. Akan tetapi Salindri
bisnis mampu menaikkan usaha bisnis batik
memiliki modal simbolik seperti barang mewah,
milik orang tuanya yang akan bangkrut. Hal
status tinggi yaitu bendara atau tuan putri dan
tersebut terbantu dengan adanya habitus dan
nama keluarga ternama sebagai pembisnis batik.
modal yang ada di dalam Salindri tersebut,
meskipun adanya persaingan bisnis dari Witono
Arena dalam Cerbung Salindri Kenya Kebak
Paing dan perselesihan kakaknya bernama Wasi
Wewadi
Rengga. Salindri tetap memperjuangkan usaha
bisnis batik sogan dari orang tuanya.
Arena didefinisikan sebagai ruang yang
terstruktur sesuai dengan aturan/kaidah-kaidah
Pembahasan
keberfungsiannya sendiri, dengan relasi-relasi
kekuasaannya sendiri, yang terlepas dari kaidah
Berdasarkan paparan hasil penelitian
politik dan kaidah ekonomi, kecuali dalam kasus
terdapat beberapa hal perlu dididkusikan. Solissa
113

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

(2018) dalam penelitiannya yang berjudul Habitus penelitian ini lebih kepada interpretasi peneliti
dan Arena dalam Novel Taman Api Karya Yonathan dalam menangkap identitas masalah yang dikaji.
Rahardjo menyatakan bahwa salah satu realitas Hal ini tentu menandakan subyektifitas peneliti
dalam kehidupan dunia kontemporer sekarang yang tinggi di dalam mendiskripsikan kajian teks
ini adalah adanya krisis identitas dan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan
subjektivitas. Tujuan dari penelitian yang bahwa setiap orang akan memiliki interpretasi
dilakukan menemukan dan mendeskripsikan sendiri-sendiri terhadap pembacaan karya sastra.
habitus dan arena dalam novel Taman Api karya Lebih lanjut, Ginting (2019) dalam
Yonathan Rahardjo. Data yang dikumpulkan penelitiannya yang berjudul Novel Sang Pemimpi
dengan teknik pustaka. Dengan menggunakan Karya Andrea Hirata: Analisis Habitus dan Modal
teori medan sastra Bourdieu ditemukan bahwa dalam Arena Pendidikan Menurut Perspektif Pierre
novel Taman Api menggambarkan bentuk habitus Bourdieu dalam penelitian tersebut mengkaji
atau cara pandang seseorang dalam menentukan habitus dan modal dalam novel Sang Pemimpi
tindakan. Habitus agen terus bergerak dari waktu karya Andrea Hirata. Tujuan penelitian ini
ke waktu. Pergerakan itu diakibatkan oleh mendeskripsiakn hasil analisis struktur prosa
pengalaman, didikan, atau bahkan pergaulan. dalam novel Sang Pemimpi yang terbatas pada
Arena dalam novel Taman Api berupa tokoh dan latar, dan mendeskripsikan habitus
arena kedokteran yang dianggap arena orang dan modal dalam novel Sang Pemimpi. Hasil
berkelas. Namun demikian, dalam arena ini penelitian tersebut tiga tokoh utama dalam novel
agen-agennya tidak mencerminkan akhlak yang tersebut, yaitu: Ikal, Arai, dan Jimbron. Ketiga
baik. Arena berikutnya adalah arena berbisnis di tokoh ini dari kalangan miskin yang ingin
mana setiap agennya berupaya menjalankan mewujudkan mimpi-mimpinya melalui arena
fungsi dengan sebaik-baiknya agar jaringan yang pendidikan. Analisis latar dalam novel Sang
dibangun tetap bertahan untuk kepentingan Pemimpi menunjukkan bahwa latar tempat
bersama yaitu saling menguntungkan. Arena meliptu: sekolah, pasar Magai, rumah Ikal,
yang terakhir adalah arena waria. Setiap agen gudang Nyonya Lam Nyet Pho, toko A Siong,
dalam arena ini dianggap perusak tatanan rumah Mak Cik Maryamah, masjid, dan
moralitas dan sering menjadi kekerasan bioskop. Sedangkan latar waktu novel ini terjadi
penguasa. sekitar tahun 1980-an, dan latar sosial dalam
Pernyataan Sollisa mendasari penelitian novel tersebut menggambarkan masyarakat
ini. Namun, perlu menjadi catatan bahwa Melayu. Hasil habitus dan modal yang terdapat
penelitian sastra sebagaimana penelitian Sollisa pada dalam Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
dan penelitian ini terutama yang menekankan yaitu sebagai berikut. 1) Ikal memiliki enam
kepada teks sebagai kajiannya tentu memiliki habitus yang terdiri dari kerja keras, pantang
kekurangan-kekurangan. Interpretasi terhadap menyerah, suka berolahraga, melawan
kajian habitus, arena, dan modal dalam pesimistis, suka menabung, dan agamais. 2) Arai
114

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

memiliki enam habitus yaitu: kerja keras, ditawarkan oleh karakter tokoh, seeting, dan alur
pantang menyerah, optimis, selalu ingin tahu, cerita. Hal inilah yang terekam dalam konsep
suka menabung, dan murah hati. 3) Jimbron, habitus, modal, dan arena. Oleh sebab itu,
memiliki 4 habitus yaitu: kerja keras, obsesi penting bagi setiap peneliti untuk melakukan
terhadap kuda, habitus suka menabung, dana pembacaan secara mendalam sebelum
habitus lugu. Analisis modal ekonomi melakukan analisis terhadap karya sastra.
menunjukkan bahwa Ikal, Arai, dan Jimbrob
tidak memiliki modal ekonomi, analisis modal SIMPULAN
budaya menunjukkan bahwa Ikal memiliki
modal budaya lebih dominan dibanding Arai dan Berdasarkan hasil analisis dalam
Jimbron. Analisis modal sosial menunjukkan penelitian ini, dideskripsikan tentang habitus,
bahwa modal sosial dimiliki Ikal, Arai, dan modal, dan arena yang terdapat di dalam cerbung
Jimbron. Analisis modal simbolik menunjukkan Salindri Kenya Kebak Wewadi karya Pakne Puri.
bahwa Ikal, Arai, dan Jimbron tidak memiliki Hasil habitus dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
modal simbolik. Wewadi karya Pakne Puri memiliki habitus pada
Karnata (2015) dalam penelitiannya yang tokoh Salindri yang ingin sukses dalam
berjudul Novel Sang Pemimpi: Trajektori Andrea meneruskan bisnis batik orang tuanya. Habitus
Hirata dalam Arena Sastra Indonesia bahwa dalam tersebut yang ada di dalam diri Salindri adalah
penelitiannya menggunakan teori arena produksi habitus kapital, habitus pekerja keras, dan
kultural Pierre Bourdieu yang memadukan pantang menyerah. Terkait dengan analisis
analisis tekstual, biografi pengarang, dan ruang modal di dalam cerbung Salindri Kenya Kebak
sosial. Penelitian tersebut bertujuan untuk Wewadi karya Pakne Puri meliputi modal
menjelaskan pertama mengenai kondisi arena ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan
kekuasaan dan arena sastra Indonesia pasca Orde modal simbolik. Hasil analisis modal ekonomi
Baru, kedua, strategi Andrea Hirata dalam arena menunjukkan bahwa Salindri memiliki modal
sastra Indonesia demi meraih posisi tertentu, ekonomi dari orang tuanya, Salindri bekerja
ketiga, pandangan Andrea Hirata yang keras untuk mengembalikan kejayaan usaha
dimobilisasi melalui karya sastra dan praktik bisnis batik orang tuanya. Hasil analisis modal
sosial. Penelitaian karnata berbeda dengan budaya tokoh Salindri tidak memiliki modal
penelitian ini karena fokus penelitian Karnata budaya, namun pada tokoh AKP Jimat Subarkah
adalah Hirata, sedangkan fokus penelitian ini memiliki modal budaya yang domonal dalam
adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. pengetahuan budaya dan status pangkat. Modal
Penelitian Ginting (2019) dan Karnata sosial menunjukkan bahwa modal sosial yang
(2015), memberikan ruang untuk berdiskusi dimiliki Salindri relasi yang dimilikinya untuk
tentang konsep habitus, modal, dan arena. Dapat sukses di dunia arena bisnis, yaitu Nyi Werti
dikatakan setiap cerita memiliki pesan yang sebagai relasi Salindri dalam modal sosial.
115

Ruruh Jatmiko dan Muhammad Abdullah/ Sutasoma 9 (1) (2021)

Lantas, modal simbolik menunjukkan bahwa Taum, Yosep Yapi. 1997. Kritik Sastra Diskursif: Sebuah
Reposisi. Makalah Seminar Nasional Kritik
Salindri memiliki modal simbol yaitu memiliki Sastra “Kritik Sastra yang Memotivasi dan
barang mewah, status derajat tinggi sebagai tuan Mengispirasi” yang diselenggarakan Badan
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
putri dan nama keluarga yang sudah terkenal Jakarta, 15-16 Agustus 2017.
Wattimena, Reza A.A. 2012. Berfikir Kritis bersama
sebagai pebisnis usaha batik. Pierre Bourdieu.
Hasil analisis tentang arena ialah arena http://rumahfilsafat.com/2012/04/14/sosiol
ogi-kritis-dan-sosiologi-refletif-pemikiran-
bisnis. Di dalam arena bisnis Salindri berupaya pierre-bourdieu/ Diakses pada tanggal 25
Februari 2021.
menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya
agar bisnis yang dibangun tetap bertahan,
meskipun mengorbankan hal para pesaingnya.
Hal ini dari anggapan dalam dunia bisnis bahwa
siapa yang kalah akan tertindas dan terjajah yang
menang, sehingga kejadian tersebut merupakan
hal yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

Bourdieu, Pierre. 2016. Arena Produksi Kultural.


Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Fashri, Fauzi. 2014. Pierre Bourdieu. Menyingkap Kuasa
Simbol. Yogyakarta: Jalasutra.
Ginting, Harpindo Syah Putra Hilarion. 2019. Novel
Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Analisis
Habitus dan Modal dalam Arena Pendidikan
Menurut Perspektif Pierre Bourdieu. Skripsi:
Universitas Sanata Dharma.
Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim Kepastian
Pemikiran Kritis Post-Strukturalis. Yogyakarta:
PT Kanisius.
Karnata, Kukuh Yudha. 2015. “Sastra ‘Mungkin’:
Kontestasi Simbol Andrea Hirata dalam Arena
Sastra Indonesia”. Dalam Jurnal Poetika, Vol 3,
No.2.
Martono, Nanang. 2012. Kekerasan Simbolik di Sekolah
Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu.
Jakarta: PT Raja Graffindo Persada.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Solissa, Everhard Markiano. 2018. “Habitus dan
Arena dalam Novel Taman Api Karya
Yonathan Rahardjo”. Dalam Jurnal Bahasa,
Sastra, dan Pengajaran, Vol. 6 No.1, Februari
2018.
Setiadi, Abraham. 2009. Salindri Kenya Kebak Wewadi.
Surabaya: PT Panjebar Semangat.

Anda mungkin juga menyukai