Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 9 TIDAK. 2 DESEMBER 2021


E-ISSN : 2614-6703

Diterima : 26-09-2021 Revisi : 23-10-2021 Diterima : 07-11-2021 Diterbitkan : 27-12-2021

Terapi Pelengkap Uji Coba Kontrol Acak Bawang Putih (Allium


sativumLinn) Kapsul Pada Penderita Hipertensi

Ana Amalia1*dan Fendri Luukmanto1


1Program Studi S1 Farmasi, Stikes Karya Putra, Indonesia
* Penulis yang sesuai :ana.amalia@stikes-kartrasa.ac.id

Abstrak:Hipertensi merupakan jenis penyakit yang sulit dikendalikan, karena pada beberapa kasus tidak ada tanda dan gejala yang muncul. Pemberian terapi farmakologi tidak cukup untuk mengontrol tekanan darah

pasien, sehingga perlu dilakukan penelitian terkait terapi komplementer. Terapi pelengkap yang dapat diberikan dapat berupa kapsul bawang putih yang mengandung allicin yang berkhasiat menurunkan tekanan darah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi komplementer dengan kapsul bawang putih terhadap nilai MAP- pada pasien hipertensi yang tidak terkontrol. Rancangan penelitian adalah pengukuran

-RCTMAP dilakukan pre-post terapi pada minggu ke 0, 1, 2, 3, dan 4. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, sampel dibagi menjadi kelompok kontrol (plasebo) dan kelompok perlakuan

masing-masing terdiri dari 30 orang. Hasil penelitian ini dengan analisis uji t berpasangan menunjukkan hasil rata-rata penurunan MAP pada kelompok kapsul bawang putih adalah 20,23 dengan P Value 0,000 yang berarti

ada perbedaan yang signifikan antara nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul bawang putih. Kelompok plasebo memiliki P Value sebesar 0,258, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan MAP sebelum

dan sesudah pemberian plasebo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kapsul bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis biaya

perbandingan terapi komplementer dengan obat konvensional. Hasil penelitian ini dengan analisis uji t berpasangan menunjukkan hasil rata-rata penurunan MAP pada kelompok kapsul bawang putih adalah 20,23 dengan

P Value 0,000 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul bawang putih. Kelompok plasebo memiliki P Value sebesar 0,258, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan MAP sebelum dan sesudah pemberian plasebo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kapsul bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diperlukan penelitian lebih

lanjut mengenai analisis biaya perbandingan terapi komplementer dengan obat konvensional. Hasil penelitian ini dengan analisis uji t berpasangan menunjukkan hasil rata-rata penurunan MAP pada kelompok kapsul

bawang putih adalah 20,23 dengan P Value 0,000 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul bawang putih. Kelompok plasebo memiliki P Value sebesar 0,258, hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan MAP sebelum dan sesudah pemberian plasebo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kapsul bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis biaya perbandingan terapi komplementer dengan obat konvensional. Kelompok plasebo memiliki P Value sebesar 0,258, hal ini menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan MAP sebelum dan sesudah pemberian plasebo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kapsul bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis biaya perb

Kata kunci:hipertensi, bawang putih,Tekanan Arteri Rata-Rata, Allium sativumAir terjun.

1. Perkenalan
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah arteri yang terus meningkat >120/80 mmHg
(DiPiro et al., 2021). Hipertensi merupakan jenis penyakit kronis terbanyak ke-5 pada semua umur
(Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data Informasi, 2014). World Health Organization tahun 2015,
menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi
diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
menderita hipertensi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2017) menyatakan prevalensi
hipertensi sebanyak 935.736 orang; terdiri dari 387.913 laki-laki dan 547.823 perempuan. Prevalensi
hipertensi di 32 puskesmas di Tulungagung meningkat dari 55.782 orang pada tahun 2018 menjadi
58.562 orang pada tahun 2019; peningkatan 2.780 orang dalam satu tahun. Puskesmas Bangun
Jaya tahun 2018-2019 mengalami peningkatan jumlah penderita hipertensi tertinggi ke-6 dari 32
Puskesmas di Tulungagung (Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, 2020). Desa Sanan
merupakan salah satu desa binaan Puskesmas Bangun Jaya yang memiliki program kerjasama
pertama antara apoteker dan dokter dalam pengendalian hipertensi dan diabetes.

Hipertensi didefinisikan sebagai silent killer, karena pada beberapa kasus tidak ada tanda dan gejala yang
muncul namun penderita memiliki tekanan darah tinggi sehingga jika tidak ditangani dengan baik dapat

151
menyebabkan komplikasi dan kematian (Kowalski, 2010; Smeltzer and Bare, 2013). Pengobatan
hipertensi dibagi menjadi pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologi
dilakukan dengan menggunakan obat antihipertensi seperti ACEi (Angiotensin-converting Enzyme
Inhibitors), ARB (Angiotensin Receptor Blockers), diuretik, beta blocker, dan CCB (Calcium Channel
Blockers). Penatalaksanaan nonfarmakologis dilakukan dengan menurunkan berat badan, membatasi
asupan garam, melakukan olahraga yang dapat ditoleransi oleh kesehatan jantung; selama 30 menit
lima kali seminggu, batasi konsumsi alkohol, dan jangan merokok. Prinsip penatalaksanaan hipertensi
adalah mempertahankan tekanan darah normal dan mencegah komplikasi, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Kidney Disease Improving Global Outcomes, 2012).
Pemberian terapi farmakologi dirasa belum cukup untuk mengontrol tekanan
darah pasien, sehingga perlu dilakukan penelitian terkait terapi komplementer.
Berbagai penelitian telah dikembangkan untuk menurunkan tekanan darah, termasuk
terapi komplementer. Terapi komplementer adalah terapi komplementer dimana
pengobatan tradisional dipadukan dengan pengobatan modern (Widyatuti, 2008).
Salah satu terapi pelengkap untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan
menggunakan tanaman bawang putih. Bawang putih mengandung 33 senyawa
belerang, 17 asam amino dan mineral seperti selenium. Kandungan allicin pada
bawang putih memiliki efek menurunkan tekanan darah (Febyan et al., 2015; Ashraf et
al., 2013). Karena itu,

2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode double-blind Randomized Controlled Trial
(RCT). Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2021 di Desa Sanan
Kecamatan Pakel dan telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Universitas
Surabaya dengan kode etik nomor 145/KE/XII/2020. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah simple random sampling. Penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok kontrol (plasebo) dan kelompok perlakuan (kapsul bawang
putih). Kelompok kontrol mengonsumsi obat konvensional dan obat plasebo,
sedangkan kelompok perlakuan mengonsumsi obat konvensional dan kapsul bawang
putih 3x500mg selama 1 bulan. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum terapi
yang diukur pada minggu ke-0 dan pascaterapi pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4.

Analisis data penelitian menggunakan software SPSS, Paired t-test digunakan untuk
menganalisis perbedaan tekanan darah pada pre-test dan post-test dengan taraf signifikan 0,05.
Independent t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Karakteristik sosiodemografi
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden berusia 45–54 tahun sebanyak 38 orang
(63,3%). Menurut (Dewi, 2010) sebanyak 48 responden mengalami hipertensi pada usia tersebut

152
antara 45-55 tahun sebanyak 20 orang dimana semakin tua usia seseorang maka pengaturan
metabolisme kalsium (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya kapur yang beredar
bersama aliran darah. Akibatnya, darah menjadi lebih pekat dan tekanan darah meningkat.

Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi


Karakteristik Kelompok Perawatan Grup kontrol Total
(Kapsul bawang putih) (plasebo)
n = 30 (%) n = 30 (%) n = 60 (%)

Usia
36-44 tahun 17 (28.3) 8 (26.7) 25 (17)
45–54 tahun 18 (63.3) 20 (66,7) 38 (63.3)
55–56 tahun 4 (6.7) 1 (3.3) 5 (8.3)
66-74 tahun 1 (1,7) 1 (3.3) 2 (3.3)
Jenis kelamin

Pria 5 (16.7) 6 (20) 11 (18.3)


Perempuan 25 (83.3) 24 (80) 49 (81,7)
Pendidikan terakhir
SMP 13 (43.3) 13 (43.3) 26 (43.3)
SMA 16 (53.3) 16 (53.3) 32 (53.3)
Sarjana 1 (3.3) 1 (3.3) 2 (3.3)
Profesi
Ibu rumah tangga 1 (3.3) 7 (23.3) 8 (13.3)
Pedagang 6 (20) 6 (20) 12 (20)
Petani 18 (60) 11 (36.7) 29 (48.4)
pengusaha 3 (10) 3 (10) 6 (10)
Karyawan 2 (6.7) 3 (10) 5 (8.3)
Lama menderita hipertensi < 5
tahun 30 (100) 30 (100) 60 (100)
> 5 tahun 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Komorbiditas
Ya
30 (100) 0 (0) 30 (50)
(Diabetes mellitus)
TIDAK 0 (0) 30 (0) 30 (50)

Bertambahnya usia menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang. Agar kebutuhan darah
di jaringan terpenuhi, jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga tekanannya meningkat. Hal
ini sesuai dengan penelitian Irianto, 2014; Anggara dan Prayitno, (2013) dengan bertambahnya usia,
tekanan darah akan meningkat karena elastisitas pembuluh darah menurun. Penurunan elastisitas
pembuluh darah, membuat pembuluh darah tidak bisa melebar sehingga menyebabkan tekanan darah
naik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami
hipertensi semakin besar.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, hampir sebagian besar responden yang
mengalami hipertensi adalah perempuan sebanyak 49 orang (81,7%). Menurut Raihan
dan Dewi, (2014)total sampel terdiri dari 156 responden, 84 wanita, indikasi

153
penyakit kardiovaskuler pada wanita meningkat setelah menopause, wanita yang belum menopause
menghasilkan hormon estrogen yang cukup untuk menginduksi produksi kolesterol baik (High Density
Lipoprotein/HDL). Semakin tinggi kadar HDL, maka tubuh memiliki perlindungan yang lebih baik dalam
mencegah aterosklerosis. Pada penelitian ini responden yang mengalami hipertensi adalah wanita.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok kapsul bawang putih dan plasebo sebagian
besar berpendidikan terakhir SMA yaitu 32 orang (53,3%). Menurut Raihan dan Dewi, (2014)dari 156
responden, sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 55 orang, hal ini sejalan dengan penelitian
menurut Anggara dan Prayitno, (2013)dimana terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan tekanan darah (p=0,042). Tingkat pendidikan responden didominasi oleh SMA, pendidikan secara
tidak langsung mempengaruhi tekanan darah karena tingkat pendidikan mempengaruhi gaya hidup
seseorang, seperti kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, asupan makanan, dan aktivitas fisik.
Pada hasil wawancara langsung dengan responden, kebiasaan makan memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap risiko hipertensi. Dalam penelitian ini kebiasaan makan termasuk gaya hidup seseorang
dipengaruhi secara tidak langsung oleh pendidikan terakhir.
Hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar responden yaitu sebanyak 29 orang (48,4%)
bermata pencaharian sebagai petani. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dermawan, B., &
Hardian, 2013) mata pencaharian petani mendominasi pekerjaan responden yang menyatakan bahwa
ada hubungan aktivitas asetilkolinesterase darah dengan tekanan sistolik dengan p-value = 0,024.
Semakin rendah aktivitas asetilkolinesterase, semakin tinggi tekanan darah. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Saldana et al., 2009; Septiana et al.,(2021, terdapat hubungan antara riwayat paparan
pestisida dengan peningkatan tekanan darah pada petani hamil, paparan pestisida secara terus menerus
berisiko meningkatkan tekanan darah. Masa kerja petani penyemprot berhubungan dengan jumlah
akumulasi pestisida yang masuk ke dalam tubuh. semakin lama petani melakukan penyemprotan dan
terjadi secara terus menerus, semakin tinggi resiko keracunan dan peningkatan tekanan darah. Menurut
hasil penelitian Regi Osang et al., (2016) terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan
kadar kolinesterase darah (p-value = 0,000). Paparan pestisida tidak selalu secara langsung berdampak
signifikan pada tubuh manusia tanpa menimbulkan rasa sakit yang tiba-tiba, keracunan kronis lebih sulit
dideteksi karena tidak segera dirasakan dan tidak menimbulkan gejala dan tanda yang spesifik. Namun,
keracunan kronis dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pada penelitian ini,
jenis pekerjaan yang berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi adalah petani, yang disebabkan paparan
pestisida secara terus menerus berisiko meningkatkan tekanan darah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan, pada kriteria lama mengalami hipertensi < 5
tahun sebanyak 60 orang (100%), menurut penelitian Santoso, 2009;Nurhidayati dkk.,
(2019)menderita hipertensi antara 1-2 tahun sebanyak 51 orang dari 85 responden
menyebabkan fisiologi jantung pada proses penuaan mengalami hipertrofi atau disebut
pembesaran jantung, sedangkan organ lain mengalami pengecilan atau penyusutan serta
pembuluh darah yang semakin mengecil Akibat proses penuaan, dinding ruang jantung
menebal, katup jantung mulai menebal dan kaku, sehingga pemompaan

154
kekuatan otot jantung menurun, menyebabkan lansia berisiko terkena penyakit jantung koroner,
hipertensi, dan gangguan irama jantung. Dalam penelitian Laka et al., (2018) hipertensi merupakan
penyakit yang menimbulkan masalah baru, seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan tentunya
semua itu berdampak pada kematian. Sehingga perlu dilakukan pencegahan sejak dini agar hipertensi
tidak menimbulkan masalah baru bagi penderitanya. Hal inilah yang membuat penderita hipertensi
cemas akan kondisinya. Oleh karena itu, pada orang yang menderita hipertensi, sebaiknya keadaan
tekanan darah tinggi dapat dikendalikan sejak terdiagnosis dengan perubahan gaya hidup.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok kapsul bawang putih
dengan komorbid diabetes melitus (DM) sebanyak 30 orang, sedangkan kelompok
plasebo tidak menderita penyakit selain hipertensi 30 orang (50%). Menurut Mihardja
L, 2009; Putra et al., (2019) hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya DM.
Hubungan dengan diabetes tipe 2 sangat kompleks, hipertensi dapat membuat sel
menjadi tidak sensitif terhadap insulin (resistensi insulin). Kelebihan kadar insulin
menyebabkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat
menyebabkan hipertensi. Hasil analisis menurut Mihardja L, 2009; Putra et al., (2019)
menunjukkan kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh responden yang asupan
natriumnya sering (61,3%) dibandingkan responden yang asupan natriumnya tidak
sering (9,1%).

3.2 Tekanan arteri rata-rata (MAP) per minggu


Hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok kapsul bawang putih rata-rata MAP menurun dari
minggu ke 0 ke minggu ke 4 sebesar 21 mmHg. Sedangkan pada kelompok plasebo hanya terjadi sedikit
penurunan perubahan dari minggu ke 0 ke minggu ke 4 yaitu 1mmHg. Terjadi penurunan MAP setiap minggu
setelah mengkonsumsi kapsul bawang putih dengan dosis 1500 mg/hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) dimana rata-rata nilai MAP sebelum pemberian kapsul bawang
putih adalah 243,73 sedangkan setelah pemberian kapsul bawang putih adalah 108,36 sehingga terjadi
penurunan MAP sebesar 135. ,37 mmHg. Penurunan MAP yang terjadi pada kelompok kapsul bawang putih
disebabkan pemberian terapi komplementer bawang putih yang berfungsi sebagai antihipertensi, karena
mengandung allicin (Febyan et al., 2015).

155
120
111 111 112 110 110
100 104 102
96
90

PETA (mmHg)
80
60
Kelompok pengobatan
40
Grup kontrol
20
0
1 2 3 4 5
Pekan

Gbr.1. Rata-Rata Nilai MAP Per Minggu Pada Pasien Hipertensi Dalam Pengobatan
Kelompok (Kapsul Bawang Putih) dan Kelompok Kontrol (Placebo)

Hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok kapsul bawang putih rata-rata MAP menurun dari
minggu ke 0 ke minggu ke 4 sebesar 21 mmHg. Sedangkan pada kelompok plasebo hanya terjadi sedikit
penurunan perubahan dari minggu ke 0 ke minggu ke 4 yaitu 1mmHg. Terjadi penurunan MAP setiap minggu
setelah mengkonsumsi kapsul bawang putih dengan dosis 1500 mg/hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) dimana nilai rata-rata MAP sebelum pemberian kapsul bawang
putih adalah 243,73 sedangkan setelah pemberian kapsul bawang putih adalah 108,36 sehingga terjadi
penurunan MAP sebesar 135,37 mmHg. Penurunan MAP yang terjadi pada kelompok kapsul bawang putih
disebabkan pemberian terapi komplementer bawang putih yang berfungsi sebagai antihipertensi, karena
mengandung allicin (Febyan et al., 2015).

3.3 Nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul bawang putih
Hasil analisis didapatkan rata-rata penurunan MAP sebelum dan sesudah mengkonsumsi kapsul bawang putih sebesar 20,23 dengan P Value 0,000, kemudian terdapat perbedaan yang

signifikan antara nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul bawang putih dengan P Value < 0,05 . Sedangkan pada kelompok plasebo dengan P Value 0,258 berarti P Value > 0,05 tidak ada

perbedaan yang signifikan antara nilai MAP sebelum dan sesudah pemberian kapsul plasebo dengan sedikit penurunan nilai MAP 0,6. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2014) tentang

pengaruh pemberian bawang putih tunggal (Allium sativum Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun Juwet Desa Magersari Kecamatan Plumpang Kabupaten

Tuban dimana dari hasil penelitian diperoleh dari 36 pasien yang diteliti, beberapa pasien sebanyak 18 orang (50%) sebelum diberikan bawang putih tunggal (Allium sativum linn) rata-rata tekanan

darah pasien adalah 169/105 mmHg (Hipertensi Level 2). Rata-rata tekanan darah sistolik responden (kontrol postes) adalah 151,50 dan tekanan darah diastolik responden (kontrol postes) adalah

99,75. Rata-rata tekanan darah sistolik responden (intervensi posttest) adalah 144,25 dan tekanan darah diastolik responden (intervensi posttest) adalah 91,88. Rata-rata perhitungan MAP sebelum

intervensi adalah 126,3 mmHg dan setelah intervensi adalah 109,3 mmHg. Menurut Kuswardani (2016), bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat antihipertensi, seperti allisin dan

allyl-methyl-sulfide. Oleh karena itu, bawang putih rata-rata tekanan darah sistolik (kontrol postes) adalah 151,50 dan tekanan darah diastolik responden (kontrol postes) adalah 99,75. Rata-rata

tekanan darah sistolik responden (intervensi posttest) adalah 144,25 dan tekanan darah diastolik responden (intervensi posttest) adalah 91,88. Rata-rata perhitungan MAP sebelum intervensi adalah

126,3 mmHg dan setelah intervensi adalah 109,3 mmHg. Menurut Kuswardani (2016), bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat antihipertensi, seperti allisin dan allyl-methyl-

sulfide. Oleh karena itu, bawang putih rata-rata tekanan darah sistolik (kontrol postes) adalah 151,50 dan tekanan darah diastolik responden (kontrol postes) adalah 99,75. Rata-rata tekanan darah

sistolik responden (intervensi posttest) adalah 144,25 dan tekanan darah diastolik responden (intervensi posttest) adalah 91,88. Rata-rata perhitungan MAP sebelum intervensi adalah 126,3 mmHg dan

setelah intervensi adalah 109,3 mmHg. Menurut Kuswardani (2016), bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat antihipertensi, seperti allisin dan allyl-methyl-sulfide. Oleh karena itu,

bawang putih 88. Rata-rata perhitungan MAP sebelum intervensi adalah 126,3 mmHg dan setelah intervensi adalah 109,3 mmHg. Menurut Kuswardani (2016), bawang putih mengandung beberapa

senyawa yang bersifat antihipertensi, seperti allisin dan allyl-methyl-sulfide. Oleh karena itu, bawang putih 88. Rata-rata perhitungan MAP sebelum intervensi adalah 126,3 mmHg dan setelah

intervensi adalah 109,3 mmHg. Menurut Kuswardani (2016), bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat antihipertensi, seperti allisin dan allyl-methyl-sulfide. Oleh karena itu, bawang putih

156
dapat digunakan sebagai penurun tekanan darah bagi penderita hipertensi. Sekaligus mencegah
tekanan darah tinggi bagi orang yang tekanan darahnya normal (Kuswardani, 2016).

Meja 2. Rata-rata Penurunan MAP Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kapsul Bawang Putih dan
Grup Plasebo
PETA rata-rata

Rata-rata
Berarti Min-Maks Nilai P
Mengurangi

Grup Kapsul Bawang Putih


Sebelum 110.50 93 - 123
Setelah 90.27 83 - 97 20.23 0.000
Grup Plasebo
Sebelum 111.03 103 – 127
Setelah 110.43 103 – 120 0,6 0,258

Menurut penelitian John dan Sarah (2020), patofisiologi hipertensi adalah angiotensin II pada
tubulus kontortus proksimal ginjal mampu meningkatkan pertukaran Na-H yang pada akhirnya
meningkatkan reabsorpsi natrium. Selain tubulus kontortus proksimal ginjal, angiotensin II bekerja pada
zona glomerulosa korteks adrenal, dengan merangsang pelepasan aldosteron yang meningkatkan
reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium di tubulus distal dan saluran pengumpul nefron. Aldosteron
bekerja dengan cara merangsang masuknya saluran natrium dan basolateral Na-K protein ATPase
sehingga dapat meningkatkan reabsorpsi natrium. Aldosteron adalah hormon steroid yang bekerja
dengan mengikat reseptor nuklir dan mengubah transkripsi gen. Peningkatan tekanan darah yang
diinduksi oleh aldosteron membutuhkan waktu lama untuk terjadi, berbeda dengan angiotensin II yang
terjadi dengan cepat. Dalam Sistem Kardiovaskular, bawang putih dapat mempengaruhi tekanan darah
(Varsha, 2012). Allium sativum Linn akan terurai menjadi dialil sulfida, dialil disulfida dan dialil trisulfida
dan kemudian bergabung membentuk polisulfida organik yang menyebabkan sel darah merah
menghasilkan hidrogen sulfida dalam jumlah besar. Hidrogen sulfida akan mengaktifkan saluran K-ATP,
sehingga konsentrasi Ca2+dalam sel akan berkurang. Penurunan Ca2+konsentrasi menyebabkan
hiperpolarisasi sel otot polos pembuluh darah sehingga menginduksi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga tekanan darah dapat turun. Menurut analisa peneliti, setelah diberikan bawang putih yang
diberikan pada hari pertama kepada penderita hipertensi ternyata memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30
responden yang diberikan kapsul bawang putih, semuanya mengalami penurunan tekanan darah.

3.4 Pengaruh kapsul bawang putih pada MAP


Hasil penelitian ini memiliki nilai p-value 0,000 yang berarti ada perbedaan yang
signifikan nilai MAP setelah pemberian kapsul bawang putih dengan pemberian kapsul
plasebo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015)

157
setelah dilakukan uji t diketahui bahwa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 9,29 mmHg
dengan p-value = 0,003 rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 3,97 mmHg dengan p-value
= 0,000 yang berarti Ha diterima , dan nilai rata-rata MAP sebelum pemberian kapsul bawang putih
adalah 243,73mmHg sedangkan setelah pemberian kapsul bawang putih adalah 108,36mmHg. Target
penurunan mean arterial pressure (MAP) tidak melebihi 25% dalam hitungan menit sampai 1 jam dan
bila stabil dapat mencapai tekanan darah 160/100 – 110 mmHg dalam waktu 2-6 jam, karena penurunan
yang lebih cepat akan menyebabkan iskemia. koroner, otak, dan sumsum tulang belakang. dan ginjal.
Terapi awal yang tepat untuk kondisi ini adalah pemberian nifedipin short-acting. Jika tingkat tekanan
darah dapat ditoleransi pada pasien yang stabil, tekanan darah normal dapat dicapai dalam 24-48 jam
berikutnya. Hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan adanya penurunan rata-rata MAP sebelum dan
sesudah pemberian kapsul bawang putih. Sesuai dengan yang telah dibahas dalam Regianto (2006)
menunjukkan bahwa mengkonsumsi 1 kapsul berisi 1,5 gram ekstrak bawang putih 1 kali sehari selama
1 minggu mampu menurunkan tekanan darah dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik 5,45
mmHg. dan tekanan darah diastolik 7,27 mmHg dengan rata-rata penurunan MAP 6,7 mmHg.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Kapsul Bawang Putih terhadap Nilai MAP

Pra – Pasca Tes N Nilai rata-rata Total nilai-p


Nilai negatif 30 90.27 2708.1

Nilai positif 0 0 0 0.000

Nilai yang sama 0 0 0

Peningkatan tekanan darah terjadi ketika angiotensin-converting enzyme mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (Mandiri, 2018),

reseptor ini diketahui memiliki efek vasokonstriksi (John dan Sarah, 2020).. Ekstrak kapsul bawang putih dapat menurunkan tekanan darah yang menurut

Febyan et al. (2015), mekanisme allicin memiliki mekanisme yang sama dengan ACEi (Angiotensin-converting Enzyme) Inhibitor yaitu dengan

menghambat kerja enzim pengubah angiotensin yang berperan dalam mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan

penurunan sekresi aldosteron pada kelenjar adrenal dan mengurangi penyerapan natrium dan air sehingga volume plasma akan menurun. Seperti salah

satu golongan obat antihipertensi menurut Dipiro et al., (2021) Angiotensine Converting Enzym (ACE) Inhibitor. Obat ini mencegah konversi angiotensin I

menjadi angiotensin II baik secara sistemik maupun lokal di beberapa jaringan dan plasma. Selain itu, obat ini dapat menurunkan resistensi pembuluh

darah perifer dan mampu menurunkan tekanan darah tanpa stimulasi refleks denyut jantung dan curah jantung. Contoh kelompok ACEI adalah

kaptopril, enalapril, dan lisinopril. Menurut peneliti, dengan mempelajari berbagai teori dan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bawang putih

berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan jumlah dosis yang tepat yaitu 500 mg ekstrak bawang putih dan

dikonsumsi secara teratur 3 kali sehari karena bawang putih berperan berperan dalam mengatur tekanan darah. tekanan darah sehingga memperlancar

peredaran darah. Berdasarkan hasil penelitian bawang putih berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan jumlah

dosis yang tepat yaitu 500 mg ekstrak bawang putih dan dikonsumsi secara rutin 3 kali sehari karena bawang putih berperan dalam mengatur tekanan

darah. tekanan darah sehingga memperlancar peredaran darah. Berdasarkan hasil penelitian bawang putih berpengaruh dalam menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi dengan jumlah dosis yang tepat yaitu 500 mg ekstrak bawang putih dan dikonsumsi secara rutin 3 kali sehari karena

bawang putih berperan dalam mengatur tekanan darah. tekanan darah sehingga memperlancar peredaran darah. Berdasarkan hasil penelitian

158
menunjukkan bahwa dari 30 responden, 100% responden setelah mengkonsumsi jus bawang putih
mengalami penurunan tekanan darah.

4. Kesimpulan
Terdapat perbedaan nilai MAP yang signifikan dengan p-value 0,000 yang artinya ada pengaruh
terapi komplementer terhadap bawang putih (Allium sativumLinn) kapsul pada pasien dengan
hipertensi.

Konflik kepentingan
Semua Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dan setuju dengan isi naskah.

Referensi
Ashraf, R.dkk.(2013) 'Pengaruh Allium sativum (Bawang Putih) Terhadap Darah Sistolik Dan Diastolik
Tekanan Pada Pasien Dengan Hipertensi Esensial',Jurnal Ilmu Farmasi, 26(5), Hal.
860–861.
Depkes, R. (2006)Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik.
Dermawan, B., & Hardian, H. (2013) 'Hubungan Antara Aktivitas Asetilkolinesterase Darah
Dengan Tekanan Darah Petani Yang Terpapar Organofosfat',Disertasi Doktor,
Universitas Diponegoro.
Dewi, SFD (2010)Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Jogjakarta: Buku A+ Plus. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2017)Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2016. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dinas Kesehatan Republik Indonesia (2006)Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
Febyandkk.(2015) 'Peranan Allicin Dari Ekstrak Bawang Putih Pengobatan Sebagai
Pengobatan Komplemen Alternatif Hipertensi Stadium I',2015, 42 No. 4(4), P. 303.2.
Irianto, K. (2014)Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabet.
Ismail, HF (2018)Statistika Untuk Penelitian Pendidikan Dan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Kencana.
Joseph T. Dipiro, Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D. Nolin, VE
(2021)Farmakoterapi Pendekatan Patofisiologis Edisi ke-11,. Tinjau EB. Karina, R.
(2013) 'Pengaruh Ekstrak Bawang Putih ( Allium sativum ) Terhadap Pembangunan
Bakteri Streptococcus Mutans Secara In Vitro', Pp. 1–55.
Karyadi (2002)Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT
Intisari Media Utama.
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data Informasi (2014)Tanpa judul. Tersedia di:
Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infodatin-Diabetes.Pdf .
Kemenkes Republik Indonesia (2014) 'Situasi Kesehatan Jantung',Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan Ri, P.3.
Kowalski, R. (2010)Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi.
Diedit Oleh R.Ekawati. Bandung: Qanita Mizan Pustaka.
Kuswardani (2016) dalam Dwi Christina Rahayuningrum, Andika Herlina (2020)Pengaruh
Pemberian Air Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi..Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Volume 2 Nomor 2

159
Https://Jurnal.Syedzasaintika.Ac.Id. E-Issn :2655-5840 Issn: 2655-9641
Laka, OK, Widodo, D., & Rahayu, W. (2018) 'Hubungan Hipertensi Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang
Malang',Jurnal Ilmiah Keperawatan, (3(1)).
Lee, DKK, Eastham, PR, & Cooper, NR (2011) 'Breakdown Of Counterflow
Superfluiditas Dalam Bilayer Quantum Hall yang Tidak Teratur. Kemajuan Dalam Fisika Benda
Terkondensasi, 2011.'
Mandiri, RK (2018)Analisis Efektivitas Biaya Kombinasi Captopril–Amlodipine Dan
Captopril–Furosemide Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.
Universitas Setia Budi Surakarta.
Marieska, HV (2019) 'Buktikan 3 Khasiat Minum Air Rebusan Bawang Putih Untuk Tekanan
Darah',Jawa Pos.
Mohanis (2015) dalam Dwi Christina Rahayuningrum, Andika Herlina (2020)Pengaruh
Pemberian Air Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi..Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Volume 2 Nomor 2 Https://
Jurnal.Syedzasaintika.Ac.Id. E-Issn :2655-5840 Issn: 2655-9641
Nurhidayati, I., Aniswari, AY, Sulistyowati, AD, & Sutaryono, S. (2019) 'Penderita
Hipertensi Dewasa Lebih Patuh Daripada Lansia Dalam Minum Obat Penurun Tekanan
Darah',Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,13(2), hal. 1–5.
Nursalam (2017)Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.
Putra, IDGIP, Wirawati, IAP, Mahartini, NN (2019) 'Hubungan Kadar Gula Darah
Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rsup Sanglah',Intisari Sains Medis,
10(3)(Doi: 10.15562/Ism.V10i3.482), Hal. 797–800.
Putri, A. (2015)Pengaruh sehat Bawang Putih (Allium Sativum Linn) Terhadap Penurunan
Tekanan Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gulai Bancah Kota
Bukittinggi Tahun 2015, Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis, Sumatera Barat.
Raihan Dan Dewi (2014) 'Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Laki-Laki Berusia 40-65 Tahun Di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung'.
Rakel DP Dan Faass N. (2016)Pengobatan Pelengkap Dalam Praktek Klinis. Diedit Oleh Jones
Dan Dan Battlett. Sudburry, Mass.
Regi Osang Et. Al (2016) 'Hubungan Antara Masa Kerja Dan Arah Angin Dengan Kadar
Kolinesterase Darah Pada Petani Padi Pengguna Pestisida Di Desa Pangian Tengah
Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow',Farmakon, (5(2)). Regianto, B.
(2006)Pengaruh Pemberian Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Di Puskesmas Mulyorejo Surabaya, Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya.
Rizal, MF (2019) 'Pengaruh Getuk Herbal Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Upt Pstw Blitar (Di Blitar Dan Tulungagung)',
Penelitian Quasy-Experimental (Disertasi Doktor, Universitas Airlangga). Sugiarti
(2015) dalam Dwi Christina Rahayuningrum, Andika Herlina (2020)Pengaruh
Pemberian Air Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi..Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Volume 2 Nomor 2 Https://
Jurnal.Syedzasaintika.Ac.Id. E-Issn :2655-5840 Issn: 2655-9641
Septiana, D., Suhartono, S., & Dewanti, NAY (2021) 'Hubungan Pajanan Pestisida Sebelumnya
Masa Kehamilan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Pertanian

160
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang',Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip),
(9(2)), Hal. 187–194.
Sihotang, M. And Elon, Y. (2020) 'Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada
Responden Dewasa'.
Smeltzer, SC Dan Telanjang, BG (2013)Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi ke-8 Jakarta: Mis.
Sugiyono (2009)Metode Penelitian Bisnis. Edisi Ketu. Bandung: Cv Alfabeta.
Sutanto (2010)Cekal (Cegah Dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV Andi Offset. Varsha, G. (2012)
'Efek Hidrolipidemik Bawang Putih: Pada Hiperlipidemia yang Diinduksi Secara Eksperimental.
Jarbs', 4(1), hal. 5–6.
Siapa (2005)Pedoman Klinis Penatalaksanaan Hipertensi. Kairo: Kesehatan Dunia
Organisasi.
Widyatuti (2008) 'Terapi Pelengkap Dalam Keperawatan',Keperawatan Indonesia, 12(1),
Hal. 53–57.
Organisasi Kesehatan Dunia (2018)Estimasi Kesehatan Global 2016: Kematian Karena Penyebab, Usia, Jenis Kelamin,
Berdasarkan Negara Dan Wilayah, 2000- 2016. Jenewa. Organisasi Kesehatan Dunia.
Yogiantoro, M. (2014)Pendekatan Klinis Hipertensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Keenam Jilid Ii. Jakarta: Interna Publishing.

161

Anda mungkin juga menyukai