Anda di halaman 1dari 8

213

AKTIVITAS ANAK BERMAIN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI


PATUNG

CHILDREN’S PLAY ACTIVITIES AS AN IDEA OF CREATING SCULPTURE

Oleh: Andy Junaedi, NIM: 13206244021, E-mail: andy6juni@yahoo.com, Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Abstrak
Tujuan Penulisan ini untuk mendeskripsikan konsep, tema, proses, teknik dan hasil dari penciptaan karya
seni patung yang terinspirasi dari aktivitas anak bermain berdasarkan pengalaman masa kecil ke dalam karya seni
patung realistik. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini adalah kontemplasi, eksplorasi dan visualisasi. Hasil
penulisan ini adalah sebagai berikut: 1) Konsep pada penciptaan karya adalah merepresentasikan aktivitas anak
bermain berdasarkan pengalaman masa kecil. 2) Tema yang diangkat yaitu anak bermain. 3) Proses visualisasi
meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan rangka dan penerapan teknik penciptaan. 4) Teknik yang digunakan
adalah teknik modeling, teknik casting dan dilanjutkan dengan finishing. 5) Hasil penciptaan ini berjumlah 8 karya,
antara lain: “Main Kelereng”, “Layang-Layang”, “Main Bola”,” Yo-Yo”, ” Boneka”, “Congklak”, “Petak
Umpet” dan “Gowes”.

Kata kunci: Patung, Anak Bermain

Abstract
The purpose of this paper is to descibe the concepts, themes, processes, techniques and result from creation
of sculpture inspired by Children’s Play Activities based on childhood experience into realistic sculpture. The
methods used in this creation is contemplation, exploration and visualization. The results of this paper are: 1)
Concept of creation of the artwork is represent children’s play activities based on childhood experience. 2) The
theme is playing child. 3) The visualization processes includes preparation of tools and materials, frame making
and application of creation techniques. 4) The technique used is modelling techniques, casting techniques and
followed by finishing. 5) The result of this creation is 8 artworks, include: “Main Kelereng”, “Layang-Layang”,
“Main Bola”, “Yo-Yo”, “Boneka”, “Congklak”, “Petak Umpet” and “Gowes”.

Keyword: Sculpyure, Children’s play

PENDAHULUAN
Seni Patung merupakan salah satu cabang Penciptaan karya seni sesungguhnya tidak
seni rupa murni yang terdiri dari Seni Lukis, Seni terlepas dari adanya pengaruh lingkungan,
Patung dan Seni Grafis, yang memiliki fungsi pengalaman fisik, pengalaman batin dan peristiwa
baik murni (fine art) maupun fungsi terapan yang dialami oleh penciptanya. Peristiwa dan
(applied art) tergantung dari tujuan pengalaman tersebut akan mengendap dan
penciptaannya. Seni Patung di Indonesia direnungkan kembali sehingga memunculkan
memiliki sejarah yang cukup panjang dalam endapan pengalaman estetis. Selanjutnya
perkembangannya. Ada beberapa gaya dalam diinterpretasikan dalam bentuk karya seni
karya seni patung seperti realistik/representatif, diantaranya seni patung yang melahirkan simbol-
abstrak, dekoratif dan figuratif. simbol yang mewakili perasaan dan kepribadian
dari penciptanya.
214

Jakob Sumarjo (2000: 74-75) mengatakan yaitu artefak yang berupa figur-figur
bahwa, manusia/dewa, pada umumnya terbuat dari batu,
“Seni merupakan ekspresi nilai, baik nilai kayu, terakota atau perunggu. Sedangkan kata
esensi (makna), nilai kognitif
“patung” di dalam seni modern digunakan
(pengetahuan, pengalaman), dan nilai
kualitas mediumnya. Nilai-nilai itu ada sebagai padanan kata sculpture (Inggris) yang
dalam diri seniman sebagai pengalaman
mengacu kepada salah satu media seni rupa yang
nilai masa lampaunya (sebelum
penciptaan). Nilai-nilai inilah yang bersifat tiga dimensi. Pengertian patung dengan
menentukan isi, makna dan substansi dari
demikian mencakup pengertian yang lebih luas
seni. Dengan demikian, dalam tindakan
ekspresi seni terjadi persekutuan antara daripada arca, karena berlaku dalam berbagai
tindakan ekspresi „sekarang‟ dan ekspresi
ekspresi artistik yang pada perkembangannya
„nilai-nilai masa lampau‟.”
kemudian menghasilkan berbagai macam bentuk,
Seiring perkembangan zaman dan
serta menggunakan berbagai macam material,
teknologi seperti sekarang, permainan anak-anak
sesuai dengan pengembangan dan eksplorasi di
sudah jarang sekali terlihat meskipun di beberapa
dalam media patung itu sendiri.
daerah masih dapat dijumpai aktivitas anak–anak
Menurut Mikke Susanto (2011: 296) seni
bermain. Untuk itu, penulis ingin menampilkan
patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi
kenangan tersebut dalam bentuk karya seni
yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif
patung realistik. Pengalaman masa kecil adalah
(mengurangi bahan seperti memotong, menatah)
faktor yang mendorong penulis membuat judul
atau aditif (membuat model lebih dulu seperti
“Aktivitas Anak Bermain Sebagai Ide Penciptaan
mengecor dan mencetak).
Karya Seni Patung” sebagai judul Tugas Akhir
Sedangkan But Muchtar memaparkan
Karya Seni.
bahwa,
“seni patung merupakan perwujudan seni
KAJIAN TEORI rupa yang paling kongkrit yang dapat
Seni Patung diterima oleh indra manusia, bentuk
patung adalah utuh, tidak ada sudut yang
Seni Patung dalam bahasa Inggris adalah tidak luput dari penglihatan, tidak ada
“sculpture”, berasal dari bahasa Latin “sculptura” bagian sekecil apapun yang tersembunyi.
Bentuk patung mempunyai rupa yang
yang berarti memotong, memahat atau membelah. dapat dipandang, dapat disentuh, diraba,
Seni patung merupakan salah satu bentuk karya dapat pula dirasakan gerak iramanya
melalui lekuk cembungnya volume
seni rupa yang memiliki ukuran tiga dimensi (Soedarso, 1992: 23).”
untuk dapat dinikmati nilai dan bentuk estetisnya
Selanjutnya Dharsono Sony Kartika
dari berbagai sudut pandang. Pengertian tersebut
(2004: 37) menerangkan bahwa seni patung
berkembang dan meluas sesuai dengan
merupakan ungkapan pengalaman estetik yang
perkembangan teknik dan konsep dalam seni
diwujudkan dalam bentuk tiga dimensional (tiga
patung dewasa ini.
matra).
Di dalam ranah seni klasik/tradisi,
pengertian patung identik dengan arca (statue),
215

yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan


Bentuk Karya/Corak Imitatif(Realistik) hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela
Bentuk atau wujud sebuah karya sangat dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.
penting untuk dikaji dalam penciptaan sebuah Plato, Aristoteles dan Frobel menganggap
karya seni. Karena penerapan unsur-unsur dan bermain digunakan sebagai media untuk
prinsip seni rupa yang didukung dengan teknik meningkatkan keterampilan dan kemampuan
penciptaan pasti akan menghasilkan bentuk atau tertentu pada anak (Mayke S. Tedjasaputra, 2001:
wujud dari karya sesuai dengan ide, konsep dan 2). Menurut Bruner dan Donaldson (Bob
tema penciptaannya, setelah itu barulah terlahir Samples, 1999: 31) dalam telaahnya
sebuah karya yang utuh. membuktikan bahwa sebagian pembelajaran yang
Jakob Sumarjo (2000:116) menyatakan terpenting dalam kehidupan didapat dari masa
bahwa, kanak-kanak paling awal. Lebih-lebih,
“Nilai dalam karya seni ada dua yaitu nilai pembelajaran ini sebagian besar diperoleh dari
bentuk indrawi dan nilai isi. Sebuah benda
pengalaman yang dinamakan bermain.
seni baru memiliki bentuk bermakna,
kalau benar benar menyatu dengan
pengalaman karya seni tersebut. Sehingga
Metode Penciptaan
secara tidak langsung bentuk dan karya
dipengaruhi kondisi emosi senimannya. Metode penciptaan meliputi kontemplasi,
Untuk itu persoalan bentuk dan isi juga
eksplorasi dan visualisasi. Tahap kontemplasi
terkait dengan nilai nilai universal, nilai
setempat yang aktual dan nilai yaitu proses perenungan dan pendalaman ide
kontekstual.”
terhadap pengalaman masa kecil. Tahap
Dalam tugas akhir penciptaan karya seni eksplorasi yaitu proses pengamatan langsung
patung ini menggunakan corak imitatif atau terhadap anak-anak berusia 4-9 tahun sebagai
realistik/representatif sebagai bentuk karya. objek pengamatan anatomi. Tahap terakhir
Corak imitatif merupakan ciri umum dari karya- visualisasi, yaitu proses perwujudan karya yang
karya yang memakai bahasa realis dengan meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan
formulanya berdasarkan tiruan bentuk-bentuk di rangka patung dan penerapan teknik penciptaan.
alam kasat mata. Corak ini mengambil bentuk-
bentuk yang sama sesuai dengan bentuk yang ada HASIL PENCIPTAAN DAN
di alam dan tidak ada perubahan dari bentuk PEMBAHASAN
aslinya. Konsep Penciptaan
Konsep dalam penciptaan karya ini adalah
Aktivitas Anak Bermain merepresentasikan aktivitas anak bermain yang
Bermain merupakan istilah yang diambil dari pengalaman masa kecil kedalam
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya karya seni patung, khususnya seni patung
mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah realistik. Berdasarkan pengalaman masa kecil,
setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan banyak sekali permainan maupun media bermain
216

anak-anak seperti kelereng, sepeda, sepak bola, pelumas pada bagian model dan sekat. Lalu
dakon, yoyo, boneka, layang-layang dan masih dicetak dengan gips satu-persatu bagian.
banyak lagi. Dalam aktivitas bermainnya, banyak Tahap terakhir adalah finishing yang
sekali keunikan anak-anak yang tampak dari meliputi restorasi dan pewarnaan patung.
sikap dan perilaku anak-anak seperti kepolosan, Restorasi karya dilakukan dengan merapikan
keceriaan, keseriusan dan ketangkasannya. Bagi bagian-bagian permukaan sambungan pada
penulis, Seni Patung adalah salah satu wujud patung menggunakan amplas dan kikir. Lalu
untuk menuangkan ide, gagasan, emosi maupun pewarnaan menggunakan cat berwarna coklat tua
kenangan seseorang. dengan kuas.

Tema Penciptaan Hasil Karya


Tema dalam penciptaan karya seni patung 1. “Main Kelereng”
ini adalah “Anak Bermain”. Tema ini diambil
dari pengalaman pribadi penulis terhadap masa
kecil.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penciptaan
antara lain: butsir, tang, kikir, amplas, ember
Gambar I. Main Kelereng
plastik, kuas, stik kayu, meja papan, pali, gergaji, Resin. 40cm x 40cm x 40cm. 2017
cutter dan penggaris.
Karya patung di atas menggambarkan
Bahan yang digunakan meliputi tanah liat,
seorang anak laki-laki yang sedang bermain
gipsum cetak, pelumas MAA, kawat tali, resin,
kelereng dengan posisi berjongkok membidik
matt, bubuk talek, katalis, cat, tiner, papan triplek
sambil bersiap menembakkan kelerengnya,
dan paku.
menampilkan kepolosan dan keseriusannya saat
bermain. Patung “Main Kelereng” ini terinspirasi
Penerapan Teknik Penciptaan
oleh pengalaman pribadi. Permainan ini adalah
Teknik penciptaan adalah modeling dan
salah satu permainan yang paling sering
casting(cetak/cor). Tahap modeling, yaitu proses
dimainkan di masa kecil, biasanya dilakukan saat
yang meliputi pembuatan rangka dengan kawat
sore hari. Oleh karena itu pada patung ini
dan pembentukan model dengan bahan tanah liat.
memperlihatkan seorang anak dengan pakaian
Selanjutnya casting atau cetak/cor, yaitu
santai yang menggambarkan keadaan di mana
proses pencetakan model dengan bahan gipsum.
kesibukannya saat itu hanya bermain.
Pencetakan diawali dengan membuat sekat pada
Karya patung di atas dibuat dengan teknik
model menjadi beberapa bagian dan mengoleskan
modeling menggunakan tanah liat dan dicetak
dengan bahan gips yang kemudian dicor
217

menggunakan bahan campuran resin dan bubuk bagian benang menggunakan kawat tali, dan
talek, lalu pewarnaan menggunakan cat warna bagian tangkai gulungan benang menggunakan
coklat sebagai langkah penyelesaian atau ranting kayu. Finishing keseluruhan karya
finishing. menggunakan cat warna coklat.
2. “Layang-Layang”
3. “Yo-Yo”

Gambar II. Layang-Layang


Mix Media. 45cm x 80cm x 95cm. 2017 Gambar III. Yo-Yo
Mix Media. 45cm x 55cm x 47cm. 2017
Pada karya “Layang-Layang” ini
menampilkan seorang anak yang sedang berusaha Karya patung di atas lebih menampilkan
menerbangkan layang-layangnya. Seorang anak tentang keasikan seorang anak saat bermain yoyo
berusia sekitar 9 tahun sedang bermain layang- sendirian. Terlihat ia tidak begitu mahir
layang yang hanya mengenakan celana pendek memainkannya, duduk ditempat yang agak tinggi
tanpa mengenakan baju seakan sedang berada sambil mengayun-ayunkan yoyonya kesana
pada suasana yang panas dan terik. Terlihat pada kemari. Kaos singlet dan celana pendek pada
karya di atas, layang-layang berbentuk segi empat karya menggambarkan keadaan yang sedang
yang terhubung ke benang yang digenggam oleh santai dan topi menghadap belakang
tangan kanannya dan gulungan benang pada menggambarkan sikap seorang anak yang seakan
ranting kayu yang dipegang di tangan kirinya. sedang serius dengan aktivitasnya. Ide karya ini
Posisi gerak pada patung menunjukkan ia sedang berdasarkan kebiasaan salah satu teman masa
bergerak mundur berusaha menarik layang- kecil yang tidak mahir bermain yoyo tetapi selalu
layang untuk diterbangkan sambil mengulur sibuk berlatih sendirian sambil duduk di atas
benangnya, terinspirasi dari kebiasaan bersama pagar tembok teras rumahnya, bahkan selalu
temen-teman yang sering bermain layang-layang membawa yoyonya saat bermain permainan lain
sepulang sekolah di siang hari. ataupun saat pergi.
Karya patung “Layang-Layang” dibuat Karya patung “Yo-Yo” dibuat dengan
dengan teknik modeling menggunakan tanah liat teknik modeling menggunakan tanah liat dan
dan dicetak menggunakan bahan gips yang dicetak menggunakan bahan gips yang kemudian
kemudian dicor menggunakan bahan campuran dicor menggunakan bahan campuran resin dan
resin dan bubuk talek. Pada layang-layang dibuat bubuk talek. Pada bagian yoyo dibuat dengan
dari bahan karton yang dilapisi woodstand, bahan kayu yang diserut menjadi bundar dan
218

kawat sebagai tali yoyo. Pewarnaan


menggunakan cat warna coklat sebagai langkah
penyelesaian atau finishing.

Gambar V. Boneka
4. “Petak Umpet” Resin. 30cm x 70cm x 25cm. 2018

Karya patung yang berjudul “Boneka” ini


menampilkan sosok seorang anak perempuan
berusia sekitar 5 tahun dengan rambut sebahu
yang terurai, tertidur sambil memeluk boneka
beruangnya , kebiasaan anak perempuan yang
identik dengan boneka. Bentuk gerak pada patung
Gambar IV. Petak Umpet
memperlihatkan posisi tidur yang tidak disengaja
Resin. 40cm x 25cm x 80cm. 2018
dengan kaki tertekuk dan berhimpit dan
Pada karya ini menampilkan seorang anak
tangannnya terlihat memeluk erat bonekanya.
yang berusia sekitar 6 tahun sedang “jaga” dalam
Seakan terlalu lelah bermain sampai tertidur.
istilah permainannya, dimana ia bertugas
Subjek pada karya patung di atas terinspirasi dari
menutup mata sambil menghitung dan harus
kakak perempuan saat berusia 5 tahun yang pada
menemukan pemain yang lainnya yang sedang
saat itu boneka beruangnya adalah salah satu
sembunyi. Karya patung di atas terinspirasi dari
bodeka kesayangannya.
pengalaman pribadi. Salah satu permainan yang
Karya patung yang berjudul “Boneka” ini
paling sering dimainkan, biasanya ketika sore
dibuat dengan teknik modeling menggunakan
atau malam hari. Momen ketika salah satu
tanah liat dan dicetak menggunakan bahan gips
pemain dalam posisi jaga inilah yang menjadi
yang kemudian dicor menggunakan bahan
dasar dari penciptaan karya patung ini.
campuran resin dan bubuk talek, lalu pewarnaan
Karya patung “Petak Umpet” dibuat
menggunakan cat warna coklat sebagai langkah
dengan teknik modeling menggunakan tanah liat
penyelesaian atau finishing.
dan dicetak menggunakan bahan gips yang
kemudian dicor menggunakan bahan campuran
6. “Main Bola”
resin dan bubuk talek, lalu pewarnaan
menggunakan cat warna coklat sebagai langkah
penyelesaian atau finishing.

5. “Boneka”
219

Gambar VI. Main Bola


Mix Media. 45cm x 35cm x 90cm. 2017

Pada karya patung di atas tidak


menampilkan aktivitas bermain, tetapi
menampilkan seorang anak dengan rambut spike
mengenakan seragam sepak bola lengkap dengan
sepatunya yang sedang bergaya lugu bersama Gambar VII. Congklak
Mix Media. 45cm x 45cm x 50cm. 2018
bolanya sambil tersenyum lebar seakan merasa
sangat gembira dan bersiap untuk bertanding. Ide Ide penciptaan karya patung “Congklak”

penciptaan karya ini didasari dari pengalaman adalah pengalaman pada masa kecil tentang

masa kecil saat berusia 8 tahun, ketika mengikuti seorang kakak perempuan yang sangat mahir

lomba sepak bola anak-anak tahunan di komplek bermain congklak. Permainan ini sering sekali

perumahan. Perlombaan ini biasa dilaksanakan dimainnkannya. Pada karya tersebut hanya

saat sebelum menjelang perayaan HUT RI 17 menampilkan satu orang anak perempuan berusia

Agustus 1945. Bergaya saat difoto sebelum sekitar 8 tahun yang sedang bermain didepan

permainan dimulai adalah hal yang sangat umum papan congklaknya dan terlihat seakan sedang

dilakukan di setiap perlombaan sehingga ingin menaruh biji-biji congklak ke setiap

menjadikannya sebagai momen yang sangat lubangnya, bertujuan hanya untuk menampilkan

berkesan, terutama saat bergaya bersama dengan kesan aktivitas permainan congklak.

teman-teman yang lain sambil bercanda dan Karya patung di atas dibuat dengan teknik

tertawa. modeling menggunakan tanah liat dan dicetak

Karya patung yang berjudul “Main Bola” menggunakan bahan gips yang kemudian dicor

di atas dibuat dengan teknik modeling menggunakan bahan campuran resin dan bubuk

menggunakan tanah liat dan dicetak talek. Mainan congklak dan biji congklak pada

menggunakan bahan gips yang kemudian dicor karya menggunakan mainan aslinya yang terbuat

menggunakan bahan campuran resin dan bubuk dari bahan plastik, lalu pewarnaan

talek. Bola pada patung menggunakan mainan keseluruhannya menggunakan cat warna coklat

bola plastik. pewarnaan menggunakan cat warna sebagai langkah penyelesaian atau finishing.

coklat sebagai langkah penyelesaian atau


finishing. 8. “Gowes”

7. “Congklak”
220

Gambar VIII. Gowes bersepeda sambil menoleh sedikit ke arah kiri dan
Mix Media. 55cm x 120cm x 110cm. 2018
tersenyum gembira seakan sedang berinteraksi
Karya patung di atas adalah gambaran dengan teman-teman lainnya.
aktivitas bermain masa kecil yang paling sering Karya patung berjudul “Gowes” ini dibuat
dilakukan bersama teman-teman ketika mengisi dengan teknik modeling menggunakan tanah liat
hari libur. Pada karya patung tersebut terlihat langsung di atas sepeda dan dicetak
seorang anak laki-laki berusia 9 tahun sedang
menggunakan bahan gips yang kemudian dicor gips, kemudian mengecor cetakan gips dengan
menggunakan bahan campuran resin dan bubuk campuran resin dan bubuk talek sehingga
talek. Sepeda yang digunakan pada karya adalah menghasilkan karya patung yang bersifat
sepeda sungguhan berbahan logam yang permanen.
ukurannya sesuai dengan ukuran patung yang Tugas Akhir Karya Seni ini
dibuat. Karya ini juga menggunakan papan kayu menghasilkan 8 karya, antara lain; (1) “Main
dan besi sebagai media yang membantu karya Kelereng” 40x40x40 cm. (2) “Layang-Layang”
agar bisa berdiri. Pewarnaan kesluruhan 45x80x95 cm. (3) “Yo-Yo” 45x55x47 cm. (4)
menggunakan cat warna coklat sebagai langkah “Petak Umpet” 40x20x80 cm. (5) “Boneka”
penyelesaian atau finishing. 30x70x25 cm. (6) “Main Bola” 45x35x90 cm.
(7) “Congklak” 45x45x50 cm. (8) “Gowes”
55x120x110 cm.
KESIMPULAN

Konsep dalam tugas akhir penciptaan


karya seni patung ini adalah merepresentasikan DAFTAR PUSTAKA
aktivitas anak bermain berdasarkan pengalaman Kartika, Dharsono S. 2004. Seni Rupa Modern.
masa kecil untuk melestarikan permainan anak- Bandung: Rekayasa Sains.
anak ke dalam bentuk karya seni patung Samples, Bob. 1999. Revolusi Belajar Untuk
realistik. Tema yang diangkat adalah Anak Anak. Penerjemah : Rahmani Astuti.
Bandung : Kaifa
Bermain. Tema diambil dari pengalaman masa
Soedarso, Sp. But M. dkk. 1992. Seni Patung
kecil yang terfokus pada aktivitas bermain. Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka
Aktivitas bermain yang diangkat pada ISI Yogyakarta.
penciptaan adalah kelereng, layang-layang, Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung:
ITB.
yoyo, petak umpet, boneka, congklak, sepak bola
dan sepeda. Susanto, Mikke. (2011). Diksi Rupa, Kumpulan
Istilah dan Gerakan Seni Rupa
Teknik yang digunakan dalam penciptaan (EdisiRevisi). Yogyakarta; Dictiart lab
patung adalah teknik modeling, yaitu membuat & Djagad Art House Yogyakarta &
Bali.
model bentuk anak-anak dengan menggunakan
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan
tanah liat dan casting (cetak/cor), yaitu mencetak
dan Permainan. Jakarta : Grasindo.
model yang terbuat dari tanah liat dengan bahan.

Anda mungkin juga menyukai