Anda di halaman 1dari 277

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB 1 Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat
dan Ilmu, Dimensi Ilmu Serta Perbedaan
Ilmu Dengan Pengetahuan 1
PENDAHULUAN 1
A. Landaasan Teori 1
B. Tujuan 3
C. Rumusan Masalah 3
METODELOGI PENULISAN 3
PEMBAHASAN 4
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat dan Ilmu 4
a. Pengertian Filsafat 4
b. Objek Filsafat 5
c. Sistematika Filsafat 5
B. Dimensi Ilmu 5
C. Perbedaan Ilmu dengan Pengetahuan 6
KESIMPULAN 12

BAB 2 Periodisasi Perkembangan Pemikiran Filsafat,


Prinsip-Prinsip Metodologi, Serta Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Di Sekolah 21
PENDAHULUAN 21
A. Landasan Teori 21
B. Tujuan 23
C. Rumusan Masalah 23
METODELOGI PENULISAN 23
PEMBAHASAN 24
A. Periodisasi Perkembangan Pemikiran Filsafat 24
B. Prinsip-Prinsip Metodologi 27
1. Unsur-unsur Metodologi 27
2. Cara Penemuan Kebenaran 29
3. Definisi Kebenaran 30
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah 32
1. Pembelajaran 33
2. Teknik Bertanya dan Pertanyaan Produktif 34
KESIMPULAN 37

i
BAB 3 Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan 30
PENDAHULUAN 30
A. Landasan Teori 30
METODELOGI PENULISAN 31
PEMBAHASAN 31
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan 31
1. Matematika 31
2. Aritmetika 33
3. Aljabar 34
4. Aritmetika Bisnis 35
5. Faraid 36
6. Ilmu Ukur 37
7. Geometri 38
8.Optika 39
KESIMPULAN 41

BAB 4 Sejarah dan Dinamika Perkembangan Ilmu Pengeahuan 42


PENDAHULUAN 42
A. Tujuan 43
B. Rumusan Masalah 44
METODELOGI PENULISAN 44
PEMBAHASAN 44
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pendidikan 44
1. Astronomi 44
2. Tabel-Tabel Astronomi 44
3. Fisika 45
4. Ilmu Kedokteran 48
5. Ilmu Pertanian 49
6. Ilmu Kimia 49
B. Dinamika Perjalanan Sejarah Ilmu Pengetahuan 49
1. Manusia, Akal, dan Moral 49
2. Kegunaan Pengetahuan Sains 50
KESIMPULAN 52

BAB 5 Sejarah Perkembangan Filsafat 54


PENDAHULUAN 54
A. Landasan Teori 54
METODELOGI PENULISAN 56

ii
PEMBAHASAN 56
A. Filsafat Barat 56
B. Filsafat Timur 61
C. Filsafat Zaman Islam 62
KESIMPULAN 68

BAB 6 Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan 69


PENDAHULUAN 69
A. Latar Belakang 70
B. Rumusan Masalah 70
C. Tujuan 70
METOODELOGI PENULISAN 70
PEMBAHASAN 70
A. Pengertian filsafat 70
B. Pengertian filsafat ilmu 71
C. Pendekatan dalam mempelajari filsafat 71
D. Sudut pandang terhadap filsafat 72
E. Ciri-ciri filsafat 73
F. Objek filsafat 74
KESIMPULAN 81

BAB 7 Perbedaan Antara Pengetahuan dan Ilmu 82


PENDAHULUAN 82
A. Latar Bealakang 82
B.Rumusan Masalah82
C.Tujuan 82
KAJIAN TEORI 83
METODE 85
PEMBAHASAN 86
A. Hakikat Pengetahuan 86
1. Teori tentang Pengetahuan 86
2. Mungkinkah Manusia Mempunyai Pengetahuan? 87
3. Sumber dan Alat Pengetahuan 87
4. Sumber dan Alat Pengetahuan 88
5. Dasar - dasar Pengetahuan 90
B. Menjadi Manusia Berpengetahuan 92
1. Makna Berpikir 94
2. Makna Pengetahuan bagi Manusia 95
3. Berpikir dan Pengetahuan 96

iii
4. Tingkatan dalam Pengetahuan 97
KESIMPULAN 98

BAB 8 Penjelasan Tentang Ilmu Pengetahuan 99


PENDAHULUAN 99
A. Latar Belakang 99
B.Rumusan Masalah100
C.Tujuan 100
METODELOGI PENULISAN 100
PEMBAHASAN 101
A. Objek Ilmu Pengetahuan 101
B.Metode Dalam Ilmu Pengetahuan 101
1. Metode Induktif 101
2. Metode Deduktif 102
3. Metode Ilmiah 103
C. Hakikat Ilmu Pengetahuan 104
D. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan 106
E. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan 108
F. Struktur Ilmu Pengetahuan 111

KESIMPULAN 114

BAB 9 Aktifitas dan Sikap Ilmiah Serta Tingkat


Kebenaran Ilmu dan Problem dalam Ilmu 115
PENDAHULUAN 115
A. Landasan Teori 115
B.Tujuan 118
C.Rumusan Masalah118
METODELOGI PENULISAN 118
PEMBAHASAN 119
A. Aktifitas dan sikap ilmiah 119
B.Paradigma ilmu modern menurut beberapa aliran 120
C.Tingkat kebenaran ilmu 121
KESIMPULAN 132

BAB 10 Teori Dan Generalisasi Konsep-Konsep,


Pembagian dan Pengelompokan Ilmu, Hubungan
Aksiologi Ilmu Dan Netralitas Ilmu, Serta Metode
Ilmiah dalam Pengetahuan 138
PENDAHULUAN 138

iv
A. Landasan Teori 138
B.Rumusan Masalah139
C.Tujuan 139
METODELOGI PENULISAN 140
PEMBAHASAN 140
A. Teori dan Generalisasi Konsep-konsep 140
1. Fakta dan Konsep 140
2. Proposisi dan Asumsi 143
3. Definisi/Batasan 144
4. Paradigma 145
5. Objek Ilmu 146
B. Pembagian dan pengelompokan Ilmu 146
1. Penjelasan ilmiah 148
2. Sikap Ilmiah 148
3. Ide Dasar Netralitas 148
4. Menyoal Netralitas Ilmu 148
C. Hubungan Aksiologi Ilmu dan Netralitas Ilmu 152
1. Aksiologi dan Nilai Ilmu 152
2. Perbedaan dan Fungsi Ilmu 153
3. Teori tentang Nilai Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai 153
D. Metode Ilmiah dalam Ilmu Pengetahuan 155
KESIMPULAN 158

BAB 11 Karakteristik Berpikir Ilmiah 154


PENDAHULUAN 154
METODELOGI PENULISAN 154
PEMBAHASAN 155
A. Ilmu dan Jenis-Jenisnya 155
1. Pengertian Ilmu 155
2. Jenis-Jenis Ilmu 156
B. Ajaran Keilmuan (reseptif) 156
C. Ilmu Sebagai Penelitian (aktif) 156
D. Objek Ilmu dan Kewajiban Manusia 159
1. Definisi Sains 159
2. Manfaat Sains 160
3. Struktur Ilmu 161
KESIMPULAN 165

BAB 12 Berpikir ilmiah Dengan Konsep Ilmu Pengetahuan,


Teori Kritis, dan Teori Ilmiah 167
PENDAHULUAN 167

v
A. Latar Belakang 167
B.Tujuan 169
C.Rumusan Masalah169

METODELOGI PENULISAN 169


PEMBAHASAN 170
A. Konsep Ilmu Pengetahuan 170
1. Hakikat Ilmu 170
2. Sumber Ilmu Pengetahuan 172
3. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan 174
4. Manfaat Ilmu Pengetahuan 178
5. Tujuan Ilmu Pengetahuan 182
6. Ilmu Bebas Nilai 182
B. Antara Teori Kritis dan Teori Ilmiah 186
1. Teori-Teori Kritis 188
2. Tujuan Teori-Teori Kritis 188
3. Struktur Kognitif dan Objektivitas 190
4. Pembuktian Empiris dalam Teori-Teori Kritis 193
5. Validitas dan Kelebihan Teori Kritis 195
KESIMPULAN 196

BAB 13 Peranan Filsafat Dalam Pendidikan Sains 198


PENDAHULUAN 198
METODE 199
PEMBAHASAN 200
A. Landasan Filosofis Pendidikan 200
B.Pentingnya Landasan Filsafat dalam Pendidikan Sains 205
KESIMPULAN 213

BAB 14 Peranan filsafat dalam pendidikan sains 214


PENDAHULUAN 214
A. Kajian Teori 214
B.Rumusan Masalah215
C.Tujuan 216
PEMBAHASAN 216
A. Pengertian paradigma 216
B. Pengertian sains 216
C. Keterampilan Generik Sains 220
D. Keterampilan Generik Sains dan Konsep Sains 223
E. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Generik Sains 224
F. Manfaat Keterampilan Generik bagi Siswa 224

vi
G. Pengamatan (Survei) Lingkungan 227
H. Kedudukan dan pemanfaatan teknologi 228
1. Kedudukan IT bagi Pendidikan 228
2. Pemanfaatan IT bagi Pendidikan 229
3. Perkembangan Pendidikan pada era Globalisasi 231
KESIMPULAN 232

BAB 15 Etika Ilmu Dan Perkembangan Peradaban Manusia 233


PENDAHULUAN 233
A. Latar Belakang 233
B.Rumusan Masalah233
C.Tujuan 233
KAJIAN TEORI 233
METODE 235
PEMBAHASAN 235
A. Ilmu Pengetahuan dan Etika 235
B.Sains dan Peradaban Manusia 239
1. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Alienasi 241
2. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Masyarakat Heteronomi 242
3. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Hegemon 243
4. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Hedonisme 243
C. Perkembangan IPTEK Dalam Pembangunan Lingkungan 244
1. Peran IPTEK dalam Bidang Ekonomi 244
2. Peran IPTEK dalam Bidang Sosial 244
3. Peran IPTEK dalam Bidang Budaya 245
4. Peran IPTEK dalam Mendukung Pertahanan Negara 245
5. Peran IPTEK dalam Lingkungan 246
6. Peran IPTEK untuk Meningkatkan Kesejahteraan 246
7. Peran IPTEK dalam Era Globalisasi 248
8. Dampak Negatif atas Penyalahgunaan IPTEK 248
KESIMPULAN 251

BAB 16 Westernisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer,


Kemajuan Ilmu Modern, Dan Islam, Peradaban dan
Kemajuan Ilmu Pengetahuan 252
PENDAHULUAN 252
A. Latar Belakang 252
B.Tujuan 253
C.Rumusan Masalah253
METODELOGI KEPENULISAN 253

vii
PEMBAHASAN 254
A. Westernisasi Ilmu Pengetahuan Kontomporer 254
1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer 255
2. Antara Kaidah Moral dan Ilmu Pengetahuan 257
3. Hubungan Antara Penggunaan Ilmu dan Kaidah Moral 258
4. Penerapan Hubungan antara Penggunaan Ilmu dan Kaidah Moral 260
B. Kemajuan Ilmu Zaman Modern 262
C. Islam, Peradaban, dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan 264
1. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Nonformal 267
2. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam 271
3. Sumbangan Peradaban Islam pada Perkembangan Ilmu 272
KESIMPULAN 273
DAFTAR PUSTAKA 274
GLOSARIUM 281

viii
BAB I
FAKTOR PENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT DAN ILMU,
DIMENSI ILMU SERTA PERBEDAAN ILMU DENGAN
PENGETAHUAN

A. Landasan Teori
a. Pengertian Filsafat
Filfasat berasal dari bahasa Yunani, yang berasal dari kata Philo yang berarti
cinta dan Sophia yang bermaksud bijak. Di mana dua ilmu itu ialah ilmu hikmah
atau ilmu kebenaran. Pendek kata, kita tahu falsafahnya. Secara umumnya,
pengertian filsafat sains sebagai ilmu adalah buah fikiran manusia. Di mana fikiran
ini tidak mengenal sempadan. Rakyat bebas berfikir secara filsafat dari mana-mana
sudut dan dalam apa cara sekalipun. Sifat filsafat sains adalah sangat umum dan
universal.
Secara umum, pengertian filsafat ialah kajian tentang persoalan asas dan
umum tentang perkara seperti kewujudan, pengetahuan, nilai, akal, fikiran, dan
bahasa. Dalam pengertian yang luas, falsafah ialah aktiviti di mana orang terlibat
semasa mereka berusaha untuk memahami kebenaran asas tentang diri mereka,
dunia di mana mereka hidup, dan hubungan mereka dengan dunia dan antara satu
sama lain.
Menurut Aristotle (384-322 SM), pengertian falsafah ialah ilmu kebenaran
yang merangkumi logis, fisik, metafisik, dan sains praktikal. Sementara itu,
menurut Betrand Russell, pemahaman falsafah tidak lain adalah percubaan untuk
menjawab persoalan penting, bukan secara dangkal atau dogmatik seperti yang kita
lakukan dalam kehidupan seharian dan juga dalam sains.
b. Pengertian Sains
Sains dalam KBBI ialah sains secara umum, pengetahuan sistematik tentang
alam dan alam fisikal termasuk botani, fisik, kimia, geologi, zoologi dan
sebagainya asas atau prinsip sesuatu perkara yang diselidiki,
dikaji dan sebagainya.
Sains ialah satu bentuk usaha atau aktivitas yang membolehkan berbagai
variasi atau pengalaman pancaindera membentuk satu sistem pemikiran atau pola
pikir yang seragam secara rasional (Albert Einstein, 1940 dalam Zakky).

9
Pengertian sains boleh dibahagikan kepada empat fungsi utama sains, iaitu sains
sebagai koleksi pengetahuan, sains sebagai proses, sains sebagai satu set nilai dan
sains sebagai cara untuk mengetahui dunia (Hardy & Fleer, 1996). dalam Zakky).
c. Pengertian Ontologi
Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan alam yang
sebenarnya secara universal (teory of reality) Inu (2004). Bidang utama dalam
ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral
dan sosial, kemudian disusunlah uraian ontologi.
d. Pengertian Epistemologi
Menurut Jujun S. Sumantri dalam Dosensosiologi (2020) Makna epistemologi
adalah "cara berfikir manusia dalam menentukan dan memperoleh pengetahuan
dengan menggunakan pelbagai kebolehan yang tertanam dalam diri seseorang
seperti kebolehan nisbah, indera, dan intuisi".
e. Pengertian Aksiologi
Menurut Kattsoff (2004) dalam Lecturerssociology axiology adalah sains yang
menyiasat sifat nilai-nilai yang umumnya dilihat dari sudut pandangan filsafat.
Jadi ia membincangkan definisi nilai-nilai dalam kehidupan menggunakan asas
filsafat. Asas ini kemudiannya membantu memahami nilai secara mendalam dan
dikaitkan dengan unsur-unsur yang lebih murni dan asas.
f. Pengertian Ilmu
Sains menurut KKBI berarti satu bidang yang disusun secara sistematik
mengikut kaedah saintifik yang boleh digunakan untuk menerangkan dan
menjelaskan syarat-syarat tertentu dalam bidang ilmu.
Menurut Moh Hatta dalam Syafnidawaty (2020) Sains adalah pengetahuan
yang mengawal kerja awam, kerana akibat dalam sekumpulan masalah yang sama
sifatnya dilihat dari kedudukan atau hubungannya yang muncul dari luar, serta
bahagian dalam.
g. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam pengetahuan Adica adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil pengetahuan seseorang tentang objek melalui
deria yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan
adalah pelbagai perkara yang diperoleh oleh seseorang melalui lima indera.

10
B. Tujuan
Adapun tujuan dari ditulisnya makalah ini antara lain sebagai alat untuk penulis
maupun pembaca untuk:
1. Memenuhi tugas filsafat sains
2. Mengetahui faktor-faktor timbulnya filsafat sains
3. Memahami berbagai dimensi ilmu
4. Memahami perbedaan ilmu dengan pengetahuan
5. Mempelajari mengenai filsafat

C. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang melatarbelakangi penulis dalam penulisan
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor yang memotivasi timbulnya filsafat sains?
2. Apa saja macam-macam dimensi yang ada pada ilmu dalam sains ?
3. Bagaimana perbedaan ilmu dengan pengetahuan?

METODELOGI PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.
Pengumpul data dalam penyusunan makalah ini dengan mengunakan berbagai literatur,
seperti buku, handbook, jurnal, dan berbagai refrensi laman pengetahuan di internet
lainnya yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber
yang diambil.

11
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor yang Memotivasi Timbulnya Filsafat dan Ilmu
Sesuatu hal yang telah terjadi maupun sedang terjadi di bumi sejatinya berkaitan
satu sama lain dan tidak pernah berdiri sendiri. Hal itu juga yang terjadi pada timbul
dan berkembangnya filsafat maupun ilmu. Rinjin mengatakan pada buku yang ia tulis
dengan judul filsafat sains bahwa filsafat dan ilmu merupakan dua hal yang timbul
dan berkembang disebabkan oleh adanya akal budi manusia, aporia serta thauma.
1. Manusia adalah Jenis Makhluk Hidup yang Memiliki Akal Budi
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi, dan karena akal budinya
tersebut manusia menjadi memiliki kemampuan dalam bersuara. Kemampuan
bersuara tersebut akhirnya berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan
berbicara atau berkomunikasi antara satu sama lainnya. Oleh karena hal tersebut,
manusia dijuluki sebagai homo lequens dan animal symbolicum. Selain itu,
manusia juga disebut sebagai homo sapiens karena manusia dapat berpikir secara
abstrak serta konseptual. Aristoteles menyampaikan bahwa manusia memiliki sifat
selalu ingin mengetahui banyak hal (all men by nature desire to know) sehingga
manusia disebut sebagai animal that reasons.
Pada setiap individu manusia terdapat kehausan intelektual (intellectual
curiosity) yang mana rasa haus tersebut berubah wujud dan menjelma menjadi
beragam pertanyaan. Bertanya dan memastikan sesuatu merupakan cara manusia
untuk memanifestasikan sesuatu hal yang ingin diketahui.
2. Manusia Mempunyai Thauma atau Rasa Kagum pada Alam Semesta Beserta
Isinya
Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai rasa kagum terhadap semua
hal yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, contohnya adalah rasa kagum
manusia pada matahari, bumi serta pada dirinya sendiri yang memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh orang lain. Rasa kagum yang dimiliki manusia tersebut
selanjutnya menjadi motivasi manusia itu sendiri untuk mencari tahu alam
semesta beserta asal-usul terbentuknya alam semesta tersebut. Manusia juga
berupaya untuk mencari mengenai dirinya sendiri terkait eksistensi, hakikat dan
tujuan dari hidup yang ia jalani saat ini.
3. Manusia Sejatinya Selalu Menemui Masalah
Faktor lain yang memotivasi timbulnya filsafat dan ilmu adalah konflik atau
permasalahan yang dihadapi atau biasa dikenal dengan aporia. Kehidupan yang

12
manusia jalani akan selalu menghadapi masalah, baik masalah yang bersifat
teoritis ataupun masalah yang bersifat praktis. Masalah-masalah yang menjadi
motivasi atau dorongan manusia untuk melakukan pemecahan masalah serta
mencari jalan keluar yang terkadang hasil dari penyelesaian masalah tersebut akan
menimbulkan penemuan yang memiliki dampak besar (necessity is the mother of
science).
a. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat merupakan terjemahan dari falsafah (dalam bahasa
Inggris), yang berasal dari kata Yunani Philo (cinta) dan Sophia
(kebijaksanaan). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta atau cinta
kebijaksanaan. Cinta berarti keinginan yang besar atau penuh gairah atau
kuat. Kebijaksanaan berarti kebenaran sejati atau kebenaran sejati. Filsafat
berarti keinginan yang tulus atau keinginan akan kebenaran sejati. Filsafat
adalah ilmu komprehensif yang berusaha memahami masalah yang muncul
di seluruh rentang pengalaman manusia.
Menurut Kattsoff, dalam bukunya Philosophy of Science, ia
menyatakan bahwa filsafat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) filsafat
adalah berpikir kritis; (2) Filsafat berpikir dalam bentuk yang sistematis;
(3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang menyatu; (4) Filsafat berpikir
rasional; dan (5) filsafat bersifat menyeluruh.
b. Objek Filsafat
Objek yang dibahas filsafat terdiri dari dua objek yang terdiri dari
objek materiil dan objek formal. Objek materiil filsafat adalah segala
sesuatu yang nyata adanya, baik yang ada pada pikiran maupun ada pada
kenyataan. Sedangkan yang dimaksud dengan objek formal filsafat adalah
hakikat dari segala sesuatu yang ada pada objek materiil tersebut.
c. Sistematika Filsafat
Ilmu filsafat dimulai dari diperkenalkannya pada masyarakat hingga
saat ini telah mengalami banyak sekali perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan pada filsafat tersebut ditandai dengan munculnya berbagai
aliran dan cabang filsafat. Aliran-aliran yang ada pada filsafat antara lain:
empirisme, idealism, realisme dan berbagai aliran filsafat lainnya.
Sedangkan cabang filsafat yang berkembang adalah metafisika,
epistemologi, filsafat politik, estetika dan lain sebagainya.

13
B. Dimensi Ilmu: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
1. Ontologi
Ontologi sering dikombinasikan dengan metafisika, juga disebut
protophilosophy atau filsafat pertama. Pertanyaan tentang ontologi adalah
perdebatan penting di bidang filsafat yang membahas realitas. Realitas adalah
fakta, yang kemudian mengarah pada kebenaran. Realitas ontologis ini
menimbulkan pertanyaan: Apa sifat dari realitas yang ada ini?; Apakah realitas
yang terlihat ini hanya realitas material? Apakah ada sesuatu di balik kenyataan
ini? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk dasar (monisme), dua elemen
(dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, membimbing anak-anak untuk
memahami realitas dunia dan meningkatkan kesadaran mereka akan kebenaran
yang berasal dari realitas adalah stimulus untuk mengeksplorasi tahap pertama
kebenaran. Oleh karena itu, guru sekolah atau bahkan orang tua mempromosikan
kemampuan anak untuk berpikir kritis untuk memahami kebenaran sejak awal.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan istilah yang digunakan untuk logika material atau
logika mayor yang membahas mengenai isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan.
Epistemologi merupakan kajian yang membahas tentang pengetahuan, bagaimana
mengetahui objek. Pengetahuan ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti: cara manusia mendapatan dan menangkap beserta jenis-jenis
pengetahuannya. Menurut padangan kajian epistemology bahwa setiap
pengetahuan manusia adalah hasil penelitian dan penyelidikan objek hingga
akhirnya diketahui manusia. Oleh karena itu, kajian epistemologi ini berfokus
pada asal-usul, proses, keadaan, limit dari fasilitas dan sifat pengetahuan yang
memberi guru kepercayaan diri dan jaminan bahwa ia memberikan dan
menyajikan sesuatu yang dianggap benar kepada siswa-siswanya.
3. Aksiologi
Aksiologi diambil dari kata axion dan logos yang berasal dari Bahasa Yunani.
Axion yang artinya adalah nilai sedangkan logos artinya adalah ilmu.
Sederhananya aksiologi adalah ilmu yang membahas mengenai nilai-nilai.
Sejatinya aksiologis merupakan kajian yang berbicara tentang relasi antara ilmu
dengan nilai. Karena aksiologi berkaitan dengan nilai-nilai maka aksiologi tidak
lepas dari penilaian antara baik dan buruk, menguji kelayakan dari sesuatu dan

14
lain sebagainya yang berkaitan dengan nilai itu sendiri. Ketika para ilmuwan dulu
ingin membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka sebenarnya dia harus atau
telah melakukan uji aksiologis.

C. Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan


1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan bahwa
seseorang mengetahui sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuannya selalu
terdiri dari unsur-unsur yang mengetahui, diketahui dan rasa apa yang ingin
diketahuinya. Oleh karena itu, pengetahuan selalu mensyaratkan bahwa subjek
yang memiliki kesadaran mengetahui objek dan objek yang ditemuinya sebagai
sesuatu yang ingin dia ketahui. Dengan demikian, pengetahuan dapat dikatakan
sebagai hasil dari seseorang yang mengetahui sesuatu, atau hasil dari tindakan
seseorang untuk memahami objek yang ditemuinya, atau hasil dari upaya
seseorang untuk memahami objek tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan adalah
kesan dalam pikiran manusia karena penggunaan panca inderanya, yang berbeda
dari iman, takhayul, dan pengetahuan palsu. Misalnya, di bawah Tarian Laut
Irlandia Barat, diyakini bahwa sebelum berburu harus ada upacara, dukun, mantra,
dan jimat agar perburuan mereka berhasil. Contoh lain adalah gagasan
(sebelumnya) bahwa tingkat kecerdasan ras kulit putih melebihi ras kulit berwarna
lainnya. Keyakinan ini, kebenaran yang tidak dapat dibuktikan, menciptakan
ketidakpastian, sementara pengetahuan ditujukan untuk mencapai kepastian dan
menghilangkan prasangka yang muncul dari ketidakpastian tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa pengetahuan berbeda dari ide
(ideation, karena tidak semua ide adalah pengetahuan. Dikatakan bahwa satu
pemerintah atau bangsa dunia akan mencegah perang, tetapi tidak pernah
diketahui dengan pasti. Apa buah dari pemikiran itu benar Ada juga orang yang
mengatakan bahwa usia lima tahun adalah ukuran bagi seseorang untuk
memprediksi apakah seseorang akan menjadi gila atau tidak, yang tentunya tidak
benar.
Jenis-jenis pengetahuan yang dijabarkan oleh Soejono Soemargono (1983)
dapat dibagi atas.
a. pengetahuan non-ilmiah;

15
b. pengetahuan ilmiah.
2. Pengetahuan Sistematis
Semua pengetahuan bukanlah ilmu, karena pengetahuan hanyalah pengetahuan
yang tersusun secara sistematis. Sistematika berarti serangkaian elemen tertentu
yang membentuk keseluruhan sedemikian rupa sehingga dengan bantuan
sistematika tersebut, kontur ilmu khusus tergambar dengan jelas. Suatu sistem
adalah suatu struktur yang abstrak dan sistematis, sehingga merupakan satu
kesatuan yang terjalin. Artinya setiap bagian dari keseluruhan dapat dihubungkan.
Abstrak artinya struktur hanya ada dalam pikiran dan tidak dapat disentuh atau
dipengaruhi. Sistem ilmiah harus dinamis. Artinya sistem harus menggunakan
metode yang selalu disesuaikan dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah informasi yang disusun secara sistematis oleh
kekuatan pikiran, yang selalu dapat diperiksa dan diselidiki secara kritis. Tujuan
ilmu pengetahuan adalah untuk mengetahui dan mempelajari segala aspek
kehidupan. Pada hakekatnya, ilmu pengetahuan lahir dari keinginan masyarakat
untuk mengetahui. Keinginan untuk mengetahui ini muncul karena banyak aspek
kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan manusia ingin mengetahui
kebenaran tentang kegelapan tersebut. Begitu dia memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu, kepuasannya diikuti oleh keinginan untuk belajar lebih banyak.
Dalam mencari kebenarannya, manusia dapat menggunakan berbagai cara,
diantaranya sebagai berikut.
A. Penemuan secara kebetulan. Dengan kata lain, penemuan-penemuan yang
tidak direncanakan dan diperhitungkan sebelumnya. Penemuan-penemuan
demikian, meskipun kadang berguna, tidak dapat digunakan dalam
penelitian karena kondisinya tidak pasti atau mendekati kepastian.
B. Peluang. Yaitu, penemuan dengan coba-coba (melalui Anda dan
kesalahan). Perbedaan antara metode ini dan penemuan acak adalah bahwa
dalam metode ini orang lebih aktif dalam melakukan percobaan yang
berbeda, meskipun tidak ada pengetahuan pasti tentang hasilnya. Jika
upaya pertama gagal, upaya berikutnya memperbaiki kesalahan upaya
sebelumnya.
C. Wewenang berdasarkan penghormatan terhadap pendapat orang atau
lembaga tertentu

16
D. Proyek spekulatif, meskipun cukup teratur. Ini berarti bahwa satu opsi
dipilih di antara semua opsi, meskipun pilihan itu tidak didasarkan pada
keyakinan bahwa opsi itu benar.
E. Pengalaman, artinya berdasarkan pemikiran kritis. Tetapi pengalaman itu
mungkin tidak teratur dan terarah. Mungkin pengalaman hanya untuk
informasi saja. Menurut Muhajir, kebenaran ilmiah dibangun dari beberapa
fakta. Realitas atau fakta penyelidikan filosofis dapat dibagi menjadi
empat, yaitu realitas empiris sensual, realitas empiris logis, realitas empiris
etis, dan realitas empiris transendental.
F. Penelitian ilmiah, yaitu suatu cara untuk menyelidiki satu atau lebih gejala
melalui analisis dan kajian mendalam terhadap masalah yang muncul
kemudian mencari pemecahannya.
3. Pemikiran
Berpikir di sini adalah berpikir dengan menggunakan otak. Apa artinya semua
itu? Ketika percakapan beralih ke informasi, tampaknya informasi tersebut
diperoleh melalui fakta (fakta) melalui melihat dan mendengar diri sendiri dan
melalui komunikasi. Panca indera menerimanya kemudian otak dan otak
mengolahnya dalam bentuk kesan atau pengalaman. Ketika otak secara sistematis
mengatur pengaruh atau pengalaman, hasilnya adalah pengetahuan. Pengaturan
sistematis ini dipengaruhi oleh pemikiran, bukan oleh perasaan.
4. Dapat Dikontrol secara Kritis oleh Orang Lain atau Umum (Objektif)
Informasi tersebut harus tersedia dan tersedia bagi publik untuk ditinjau dan
dievaluasi oleh publik yang pemahamannya mungkin berbeda dengan informasi
yang diberikan. Karena bisa dipelajari oleh masyarakat, secara ilmu pengetahuan.
terus berkembang. Jika masyarakat umum menerimanya, pengetahuan ini harus
diarahkan ke objek tertentu, misalnya masyarakat, fenomena alam, manifestasi
aktivitas mental, dll. Pengetahuan dapat diperoleh dengan banyak cara, yaitu
melalui pengalaman, intuisi, pendapat tentang otoritas, penemuan yang tidak
disengaja dan coba-coba, atau penalaran.
Ada paradigma baru di mana pengetahuan bukan sekadar produk yang
dianggap. Misalnya, Liang Gie, setelah mencermati berbagai pendapat tentang
sains, berpendapat bahwa sains dapat dilihat sebagai proses, prosedur, dan produk.
Sebagai proses, pengetahuan dimasukkan ke dalam kegiatan penelitian. Sebagai

17
metode, sains adalah metode ilmiah. Dalam hal produk, sains adalah informasi
yang diatur secara sistematis.
5. Objek Ilmu
Fungsi deskriptif adalah fungsi ilmu untuk menggambarkan objeknya secara
jelas, lengkap dan rinci. Fungsi prediktif adalah fungsi ilmu untuk membuat
prediksi tentang apa yang akan terjadi dalam hubungannya dengan objek kajian.
Fungsi administrasi adalah fungsi ilmu yang menjauhkan atau menghindari hal-
hal yang tidak diharapkan dan mengendalikan hal-hal yang diharapkan. Kegiatan
tersebut hanya dapat dilakukan bila apa yang dipelajari berupa pengetahuan dunia
nyata atau dunia yang dapat diakses melalui pengalaman manusia. Setiap objek
ilmu terbagi menjadi dua, yaitu substansi dan objek formal.
Objek material adalah fenomena di dunia yang dipelajari sains, sedangkan
objek formal menjadi fokus perhatian para ilmuwan ketika mempelajari objek
material. Objek material ilmu yang satu dapat dan dapat sama dengan objek
material ilmu yang lain. Namun objek formalnya tidak sama. Jika objek formalnya
sama, sebenarnya mereka adalah ilmu yang sama, tetapi dengan nama yang
berbeda. Sains telah mempelajari banyak fenomena.
6. Bentuk-bentuk Pernyataan
Beragam fakta yang dipelajari ilmu tersebut kemudian dijelaskan ilmu melalui
berbagai pengetahuan. Kumpulan pengetahuan yang merupakan penjelasan yang
bersifat ilmiah terdiri atas empat ciri, yaitu deskripsi, preskripsi, eksposisi pola,
dan rekonstruksi historis. Uraiannya adalah sebagai berikut.
a. Deskripsi, yaitu pernyataan yang menggambarkan bentuk, komposisi, peran dan
detail lain dari fenomena yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan.
b. Preskriptif, mis bentuk pernyataan preskriptif, yaitu. sebagai petunjuk atau
resep tentang apa yang harus dilakukan secara langsung atau harus dilakukan
dengan objek ilmu formal.
c. Eksposisi pola, yaitu bentuk yang merangkum pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan pola ciri, sifat, kecenderungan, atau proses lain dari fenomena
yang dipelajari.
d. Rekonstruksi sejarah, yaitu pernyataan yang mencoba menggambarkan atau
menceritakan sesuatu secara kronologis.
7. Ragam-ragam Proposisi

18
Selain bentuk-bentuk proposisi tersebut di atas, sains juga memiliki berbagai
proposisi, yaitu prinsip ilmiah, prinsip ilmiah, dan teori ilmiah. Penjelasan ketiga
jenis proposal tersebut adalah sebagai berikut.
a) Prinsip ilmiah, yaitu proposisi yang mengandung kebenaran umum
berdasarkan fakta yang diamati, diteliti dan dibuktikan.
b. Prinsip ilmiah, yaitu pernyataan yang mengungkapkan keteguhan atau
hubungan yang teratur yang dapat dibuktikan kebenarannya.
c. Suatu teori ilmiah, yaitu sekumpulan pernyataan yang secara logis saling
berhubungan dalam menjelaskan suatu fenomena.
8. Ciri-ciri Pokok Ilmu
Sains adalah pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu untuk membedakannya dengan
pengetahuan lainnya. Ciri-ciri utama sains adalah sebagai berikut.
a. Sistematisasi, yaitu. pengetahuan ilmiah disusun menjadi sistem pernyataan yang
terkait secara fungsional.
b. Generality, atau kualitas keumuman, mengacu pada kualitas pengetahuan ilmiah
untuk merangkum berbagai fenomena yang semakin luas, mendefinisikan konsep
pembahasan yang paling umum.
c. Nalar berarti bahwa sains sebagai pengetahuan ilmiah muncul dari pemikiran
rasional yang mengikuti kaidah logika.
d. Objektivitas berarti bahwa sains mengacu pada kebutuhan untuk bersikap objektif
dalam mempelajari kebenaran ilmiah tanpa melibatkan emosi dan preferensi atau
kepentingan pribadi.
e. Verifiability, artinya komunitas ilmiah harus dapat memverifikasi, merevisi, atau
menguji ulang kebenaran informasi ilmiah.
f. Sifat publik, yaitu informasi tersebut merupakan informasi publik (public
information). Artinya, hasil penelitian yang nantinya menjadi khazanah dunia ilmiah
tidak disimpan atau disembunyikan untuk kepentingan individu atau kelompok
tertentu.
KESIMPULAN
Timbulnya sesuatu disebabkan oleh adanya sebab akibat. Begitu pula dengan ilmu filsafat
yang memiliki penyebab dan akbit. Adapun factor dari timbulnya filsafat sains ini adalah
dikarenakan manusia yang mempunnyai akal dan budi, manusia memiliki rasa kagum atau
thauma, serta manusia juga selalu menghadapi masalah terhadap alam semesta. Sehingga

19
muncullah filsafat sains untuk menanggulangi factor-faktor tersebut. Di dalam filsafat
terdapat dimensi ilmu, antara lain antologi, epistimologi, dan aksiologi. Antologi ini
merupakan ilmu yang membahas mengenai metafisika, sedangkan epistimologi ilmu yang
berkaitan dengan logika, dan dimensi ilmu aksiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan
nilai-nilai. Terdapat pula perbedaan ilmu dan pengetahuan, yaitu pilmu disusun secara
matematis dan teruji, sedangkan pengethauan tidak tersusun secara matematis dan hanya
penalaran saja.

BAB II
PERIODISASI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT, PRINSIP-
PRINSIP METODOLOGI, SERTA PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH

20
A. Landasan Teori
Pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III di Jakarta tahun 1981
Jujun S. Suriasumantri berkata bahwa pendidikan kita menyampaikan mata pelajaran
secara terkotak-kotak tanpa adanya payung yang memperjelas keterkaitan antara
pengetahuan yg satu menggunakan pengetahuan lainnya (Kompas, 20 September
2007) maka dari itu diberikan filsafat ilmu kepada semua taraf pendidikan dengan
tujuan buat meningkatkan pendidikan moral keilmuan seiring serta berkaitan
menggunakan peningkatan kemampuan penalaran ilmiah (Suriasumantri, 1986).
Filsafat menjadi dasar semua ilmu termasuk sains serta perkembangan sains,
serta keterkaitannya, agar perkembangan sains tetap di posisi yang seharusnya tanpa
menyebabkan kerugian, sinkron dengan tujuan buat memenuhi kebutuhan insan serta
melestarikan lingkungan. Filsafat sesuai Kamus besar Bahasa Indonesia, artinya
pengetahuan serta penyelidikan dengan logika sehat mengenai hakikat segala sesuatu
yg ada, karena asal serta hukumnya. Filsafat ialah teori yg mendasari alam metafisika
serta epistemologi yang adalah cabang-cabang ilmu filsafat.
Guna lebih mengetahui mengenai makna filsafat, berikut ini akan
dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf:
1. Plato merupakan seorang siswa Socrates yang hidup antara 427 – 347 SM
mengartikan filsafat menjadi pengetahuan perihal segala yang ada, tidak terdapat
batas antara filsafat serta ilmu (Gazalba, 1992).
2. Aristoteles (382 – 322 SM) siswa Plato, menurutnya, filsafat bersifat sebagai ilmu
yang umum sekali yaitu ilmu pengetahuan yang mencakup kebenaran yang
terkandung pada dalamnya ilmu-ilmu metafisika, nalar, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika (Suharsaputra, 2004) dia pula berpendapat bahwa filsafat itu
menelaah sebab serta asas segala benda (Gazalba, 1992).
3. Cicero (106 – 43 SM). Filsafat ialah induk segala ilmu dunia. Filsafatlah yg
menggerakkan, yang melahirkan berbagai ilmu karena filsafat memacu para ahli
mengadakan penelitian (Gazalba, 1992).
4. Al Farabi (870 – 950 M) merupakan seseorang Filsuf Muslim yang mendefinisikan
filsafat menjadi ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya
yang sebenarnya (Suharsaputra, 2004).
5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendeskripsikan filsafat sebagai ilmu utama dan
pangkal segala pengetahuan yang mencakup pada dalamnya empat masalah yaitu :

21
a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui). b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
c. agama (sampai dimanakah pengharapan kita) d. Antropologi (apakah yang
dinamakan manusia) (Suharsaputra, 2004).
6. H.C Webb pada bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat
mengandung pengertian penyelidikan. tak hanya penyelidikan hal-hal yang khusus
serta eksklusif saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari global
kita, maupun berasal cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini
(Suharsaputra, 2004).
7. Harold H. Titus di bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa
pengertian filsafat yaitu :
a. Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat merupakan sikap
terhadap kehidupan dan alam semesta).
b. Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat
merupakan suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional)
c. Philosophy is a group of problems (Filsafat merupakan sekelompok masalah)
d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat merupakan serangkaian
sistem berfikir) (Suharsaputra, 2004).
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat bisa dibagi dalam empat periodisasi
berdasarkan atas ciri pemikiran di saat itu. Pertama, zaman Yunani Kuno (periode
klasik). Kedua, ialah zaman abad pertengahan. Ketiga, adalah zaman Abad Modern.
Keempat, adalah zaman abad Kontemporer.

B. Tujuan
Adapaun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat sains
2. Mempelajari materi filsafat sains
3. Mengetahui priodesasi perkembangan pemikiran filsafat

22
4. Mengetahui prinsip-prinsip filsafat
5. Memahami pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini ialah :
1. Bagaimana periodesasi perkembangan pemikiran fillsafat ?
2. Apa saja prinsip-prinsip metodologi filsafat sains?
3. Bagaimana pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah ?

METODELOGI PENULISAN
Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur. Pengumpul
data dalam penyusunan makalah ini dengan mengunakan berbagai literatur, seperti buku,
handbook, jurnal, dan berbagai refrensi laman pengetahuan di internet lainnya yang berkaitan
dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data dilakukan dengan
menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

PEMBAHASAN
A. Periodisasi Perkembangan Pemikiran Filsafat
Terdapat satu hal yang patut dicatat pada setiap bentangan historisitas bahwa tiap
zaman memiliki karakteristik serta perbedaan makna refleksi yang tidak sama, tidak

23
terkecuali pada bentangan sejarah filsafat Barat. Berikut dijelaskan periodesasi
perkembangan pemikiran filsafat Barat.
1. Zaman Pra-Yunani Kuno (Zaman Batu)
Pada zaman ini merupakan zaman pertumbuhan pemikiran filosofik yang tidak
sama menggunakan kondisi pada waktu itu karena pada ketika itu pada dominasi
oleh metodologi purbakala. Dasarnya insan di zaman purba hanyalah
mendapatkan semua peristiwa menjadi fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan,
pengumpulan data, serta sebagainya. tetapi demikian, mereka hanya sekedar
mendapatkan pengumpulan saja. Kalaupun terdapat penegasan atau fakta, maka
kabar itu senantiasa dihubungkan menggunakan dewa-yang kuasa serta mistik.
Adanya filosof di waktu itu memperlihatkan pemikiran rational yang penuh
dengan argument logic. Sebab pada ketika itu kebanyakan orang beropini bahwa
alam tercipta berasal dari dewa Apollo atau dewa-dewa yang lainnya.
Zaman pra-yunani kuno mencakup zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
Tokoh-tokohnya dikenal menggunakan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang diklaim asal dari segala sesuatu.
Argumen para filosof cenderung bahwa alam itu tercipta asal 4 unsur, yaitu api,
angin, tanah serta air. Atau dapat disebut “cosmos sentris”.
2. Zaman Yunani Klasik
a. Zaman Keemasan Yunani
Pada saat Athena dipimpin oleh Perikles, aktivitas politik serta filsafat
bisa berkembang dengan baik. Terdapat segolongan kaum yang pintar
berpidato (retorika) dinamakan kaum sofis aktivitas mereka ialah mengajarkan
pengetahuan kepada kaum belia. Yang sebagai objek penyelidikannya bukan
lagi alam namun manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras,
'manusia ialah ukuran buat segala-galanya'. Hal ini ditentang sang Socrates
menggunakan berkata bahwa yang benar serta yang baik harus dicermati
menjadi nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh seluruh orang.
Hasil pemikiran Socrates bisa ditemukan di muridnya Plato. Pada
filsafatnya Plato berpendapat: 'realitas seluruhnya terbagi atas 2 global yang
hanya terbuka bagi panca indra serta dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.
global yang pertama ialah global jasmani dan yang kedua dunia pandangan
baru.’

24
Pendapat tadi dikritik oleh Aristoteles dngan menyatakan bahwa yang
terdapat itu merupakan insan-insan yang konkret. Ide insan tidak terdapat
dalam kenyataan. Aristoteles ialah filsuf realis serta sumbangannya pada ilmu
pengetahuan besar sekali.
b. Masa Helinistis Romawi
Di zaman Alexander Agung sudah berkembang sebuah kebudayaan
trans nasional yang diklaim kebudayaan Helinistis, sebab kebudayaan Yunani
tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, namun meliputi pula semua
wilayah yang ditaklukan Alexander Agung. Di masa ini timbul beberapa aliran
berikut :
a) Stoisisme
Berdasarkan paham ini, jagatraya ditentukan oleh kuasa-kuasa
yang dianggap 'Logos'. Oleh sebab itu, segala peristiwa berlangsung
dari ketetapan yang tak bisa dihindari.
b) Epikurisme
Segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak.
Manusia akan senang bila mau mengakui susunan dunia ini serta tidak
boleh takut pada para dewa.
c) Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak mampu
mencapai kebenaran. perilaku umum mereka ialah kesangsian.
d) Elektisisme
Suatu kesamaan umum yang mengambil aneka macam unsur,
filsafat berasal aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu
pemikiran yang benar-benar.
e) Neoplatoisme
Yakni paham yang ingin menghidupkan balik filsafat Plato.
Tokohnya ialah Plotinus. Semua filsafatnya berkisar pada Allah yang
satu. Segala sesuatu dari asal yang satu' dan ingin balik kepadanya.

3. Zaman Abad Pertengahan


Pada zaman pertengahan dikenal menjadi abad keemasan untuk global kristen
serta di balik itu global filsafat serta ilmu pengetahuan terjadi kemunduran bahkan

25
di masa ini filsafat serta ilmu pengetahuan adalah identik menggunakan agama.
Sebab kepercayaan (kristen) yang bersifat dogmatic yang menolak adanya filsafat
serta ilmu.
Pada zaman pertengahan ini terdapat disparitas dengan masa Trio filosof yaitu
tak adanya kebebasan pada berpikir, serta hasilnya banyak pemikir pada masa ini
yang di jebloskan ke penjara seperti pemikir kondang yang bernama Copernicus
seseorang astronom. Pada zaman ini disebut pula menjadi zaman Patristicdan
Skolastik. Diklaim zaman patristic diambil dari kata patres yang berarti Bapa-
Bapa Gereja, karena di masa ini dikuasai oleh para teolog serta tokoh gerejani.
mirip pemikir Augustinus (354-340 M) yang sudah menguasai filsafat patristic
sebelum munculnya filsafat Skolastik. Augustinus mengungkapkan bahwa suatu
sejarah tidak di tentukan oleh insan, tetapi oleh pola rencana Allah, Skolastik
berarti pengajar, atau sarjana yang menjadi guru seperti Thomas van Aquinas serta
Bonaventura.
4. Zaman Renaisans
Renaisans dari asal kata bahasa Prancis renaissance yg berarti kelahiran balik
(rebirth). kata ini umumnya dipergunakan oleh para ahli sejarah buat menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya pada
Italia sepanjang abad ke 15 serta ke 16. kata ini mula-mula digunakan oleh
seorang ahli sejarah populer yang bernama Michelet, lalu dikembangkan oleh J.
Burckhardt (1860) buat konsep sejarah yg menunjuk kepada periode yang bersifat
individualisme, kebangkitan kebudayaan kuno, inovasi dunia dan insan, menjadi
periode yang dilawankan menggunakan periode Abad Pertengahan.
Zaman renaisans terkenal menggunakan era kelahiran pulang kebebasan
manusia dalam berpikir seperti di zaman Yunani antik. Manusia dikenal menjadi
animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan
berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
didasarkan atas campur tangan ilahi. Ketika itu orang-orang Barat mulia berpikir
secara baru serta berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja
yang selama ini telah mengungkung kebebasan pada mengemukakan kebenaran
filsafat serta ilmu pengetahuan.

5. Zaman Modern

26
Di masa modern ini memiliki ciri yaitu anthroposentris (kemanusiaan) jadi
tidak lagi kosmos di abad Yunani kunodan teologipada abad pertengahan dan di
abad ini manusia merupakan sentralnya. di zaman modern ini banyak
bermunculan ilmu-ilmu, mirip ilmu pada bidang musik, filsafat, arsitektur,
teknologi, seni lukis, sastra serta ilmu pengetahuan.
6. Zaman Kontemporer (Abad ke-20)
Di zaman kontemporer ini pembaharuan pemikiran filsafat terdahulu
banyak dilakukan dengan lahirnya: neo-thomesme, neokontranisme, noe-
hegelranisme, neo-marxisme,neo-positivisme.

B. Prinsip-Prinsip Metodologi
1. Unsur-unsur Metodologi
Unsur-unsur metodologi sebagaimana sudah dirumuskan oleh Anton Bakker
serta Achmad Zubair pada buku Metodologi Penelitian Filsafat (1994), diantaranya
dijelaskan sebagai berikut :
a. Interpretasi
Artinya menafsirkan, menghasilkan tafsiran, namun yang tidak bersifat
subjektif melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif buat mencapai
kebenaran yg autentik. menggunakan interpretasi ini dibutuhkan insan dapat
memperoleh pebgertian, pemahaman atau Verstehen. Intinya interpretasi
berarti tercapainya pemahaman yang benar tentang ekspresi manusiawi yang
dipelajari.
b. Induksi dan Deduksi
Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan
metode induksi serta deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus
empiris mencakup beberapa tahapan, yakni observasi, induksi, deduksi, kajian
(eksperimentasi) serta evaluasi.
c. Koherensi Intern
Adalah perjuangan buat memahami secara benar guna memperoleh
hakikat dengan memberikan semua unsur structural pada lihat pada suatu
struktur yang konsisten, sebagai akibatnya benar-benar adalah internal
structure atau internal relation.

d. Holistis

27
Adalah tinjauan secara lebih dalam buat mencapai kebenaran secara
utuh, dimana objek dilihat dari hubungan dengan semua kenyataannya. Ciri-
ciri objek akan terlihat jika terdapat korelasi serta komunikasi dengan
lingkungannya.
e. Kesinambungan Historis
Bila dicermati dari perkembangannya, manusia itu merupakan
makhluk historis. manusia dianggap demikian sebab dia berkembang pada
pengalaman serta fikiran. Pada perkembangan pribadi itu harus bisa dipahami
melalui suatu proses kesinambungan.
f. Idealisasi
Idealisasi merupakan proses buat membentuk ideal, ialah upaya pada
penelitian buat memperoleh hsil yang ideal atau tepat.
g. Komparasi
Merupakan perjuangan memperbandingkan sifat hakiki pada objek
penelitian sebagai akibatnya bisa menjadi lebih kentara dan lebih tajam.
Komparasi dapat diadakan menggunakan objek lain yang sangat dekat dan
serupa menggunakan objek utama. Komparasi juga bisa diadakan dengan
objek lain yang sangat tidak sama dan jauh dri objek utama. pada
perbandingan itu dimaksimalkan bhineka-berbeda-beda disparitas yang
berlaku buat 2 objek, namun sekaligus bisa ditemukan beberapa persamaan
yang mungkin sangat strategis.
h. Heuristika
Merupakan metode buat menemukan jalan baru secara ilmiah buat
memecahkan masalah. Heuristika sahih-benar bisa mengatur terjadinya
pembaharuan ilmiah serta sekurangkurangnya dapat memberikan kaidah yang
mengacu.
i. Analogikal
Merupakan filsafah meneliti arti, nilai serta maksud yang
diekspresikan dalam berita serta data. dengan demikian, akan ditinjau analogi
antara situasi atau kasus yang lebih terbatas menggunakan yang lebih luas.

j. Deskripsi

28
Semua hasil penelitian harus bisa dideskripsikan. Data yang
dieksplisitkan memungkinkan bisa dipahami secara mantap.

2. Cara Penemuan Kebenaran


Cara buat menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari banyak sekali cara buat
menemukan kebenaran bisa dipandang cara yang ilmiah serta nonilmiah. Cara-cara
buat menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan oleh Hartono Kasamadi, dkk,
(1990) sebagai berikut:
a. Penemuan Secara Kebetulan.
Penemuan kebenaran secara kebetulan merupakan penemuan yg
berlangsung tanpa disengaja. pada sejarah manusia, penemuan secara
kebetulan itu banyak juga yang bermanfaat walaupun terjadinya tidak dengan
cara yg ilmiah, tak disengaja serta tanpa rencana. Cara ini tidak bisa diterima
pada metode keilmuan buat menggali pengetahuan atau ilmu.
b. Penemuan “Coba dan Ralat” (Trial Dan Error)
Penemuan coba serta ralat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil
atau tidak berhasil kebenaran yang dicari. Memang terdapat aktifitas mencari
kebenaran, namun aktifitas itu mengandung unsure spekulatif atau “untung-
untungan”. Penemuan menggunakan cara ini kerap kali memerlukan waktu
yang lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, serta tidak diketahui
tujuanya. Cara coba serta ralat inipun tidak dapat diterima menjadi cara ilmiah
pada usaha buat mengatakan kebenaran.
c. Penemuan melalui Otoritas atau Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang mempunyai kewibawaan, contohnya
orang-orang yang mempunyai kedudukan serta kekuasaan sering diterima
menjadi kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan kepada
pembuktian ilmiah. Pendapat itu tidak berarti tidak ada gunanya. Pendapat itu
permanen bermanfaat, terutama dalam merangsang perjuangan penemuan baru
bagi orang-orang yang menyangsikanya. tetapi demikian adakalanya pendapat
itu ternyata tak dapat dibuktikan kebenaranya. Dengan demikian pendapat
pemegang otoritas itu bukanlah pendapat yang asal dari penelitian, melainkan
cuma sesuai pemikiran.

d. Penemuan secara spekulatif

29
Cara ini seperti dengan cara coba serta ralat. Tapi, bedanya dengan
coba serta ralat memang ada seseorang yang menghadapi suatu dilema yang
harus dipecahkan pada penemuan secara spekulatif, mungkin sekali dia
menghasilkan sejumlah alternative pemecahan. Kemudian dia mungkin
memilih satu instrumen pemecahan, sekalipun beliau tidak konfiden mengenai
pemecahanya.
e. Penemuan Kebenaran Lewat Cara
Berpikir kritis serta rasional sudah banyak kebenaran yang dicapai oleh
manusia sebagai akibat upayanya memakai kemampuan berpikirnya. Dalam
menghadapi persoalan, manusia berusaha menganalisisnya sesuai pengalaman
serta pengetahuan yang dimiliki buat hingga pada pemecahan yang sempurna.
Cara berpikir yg ditempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan
masalah artinya menggunakan cara berpikir sintesis dan cara berpikir analitis.
f. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dilihat ilmiah merupakan yang dilakukan
melalui penelitian. Penelitian artinya penyaluran cita-cita ingin memahami
pada manusia dalam tingkat keilmuan. Penyaluran hingga di tingkat setinggi
ini disertai oleh keyakinan bahwa ada karena bagi setiap dampak, serta bahwa
setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasanya secara ilmiah. Di setiap
penelitian ilmiah menempel cirri-ciri umum , yaitu pelaksanaanya yang
metodis harus mencapai suatu holistik yang logis dan koheren. Ciri lainnya
merupakan universalis. Setiap penelitian ilmiah wajib objektif, adalah
terpimpim oleh objek serta tidak mengalami distorsi karena adanya aneka
macam berpretensi subjektif.
3. Definisi Kebenaran
Pada Kamus umum Bahasa Indonesia, kebenaran itu merupakan 1). Keadaan
(hal dan sebagainya) yg benar (cocok dengan hal atau keadaan yg sesungguhnya,
contohnya kebenaran info ini masih saya ragukan, kita wajib berani membela
kebenaran dan keadilan. 2). Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh terdapat, betul-
betul hal demikian halnya, serta sebagainya), contohnya kebenaran-kebenran yang
diajarkana gama. 3). Kejujuran, kelurusan hati, contohnya tidak terdapat seseorang
pun hukuman akan kebaikan dan kebenaran hatimu.

Teori Kebenaran

30
a. Teori kebenaran saling berhubungan
Teori kebenaran koherensi atau konsistensi artinya teori kebenaran
yang berdasarkan pada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan
disebut benar bila sesuai menggunakan jaringan komprehensif berasal
pernyataan-pernyataan yang bekerjasama secara logis. Berdasarkan teori ini
kebenaran tidak dibuat atas korelasi antara putusan menggunakan sesuatu
yang lain, yaitu berita serta realitas, tetapi atas korelasi antara putusanputusan
itu sendiri.
b. Teori kebenaran saling berkesesuaian
Teori kebenaran korespondensi, Correspondence Theory of Truth yang
kadang disebut dengan accordance theory of truth, merupakan teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan merupakan benar Jika
berkorespondensi terhadap berita atau pernyataan yang ada di alam atau objek
yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan sahih itu apabila
terdapat kesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju sang pernyaan atau
pendapat tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika terdapat
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan informasi.
Suatu proposisi adalah benar bila ada suatu informasi yang sinkron serta
menyatakan apa adanya.
c. Teori kebenaran inherensi
Pramagtisme dari kata bahawa Yunani pragmai, ialah yang dikerjakan,
yg dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang dikembangkan
oleh William James pada Amerika perkumpulan. Teori kebenaran pragmatis
merupakan teori yang berpandangan bahwa arti berasal inspirasi dibatasi oleh
surat keterangan di konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya
suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tadi
bagi manusia buat kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis.
d. Teori kebenaran berdasarkan arti
Teori kebenaran semantis dianut oleh faham filsafat analitika bahasa
yang dikembangkan oleh paska filsafat Bertrand Russell. Teori kebenaran
semantis sebenarnya berpangkal atau mengacu pada pendapat Aristoteles
menggunakan ungkapan menjadi berikut: “Berkata sesuatu yang terdapat

31
menjadi yang ada dan sesuatu yang tidak ada menjadi yang tidak ada, ialah
benar”, pula mengacu pada teori korespondensi, yg menyatakan bahwa:
“kebenaran terdiri dari korelasi kesesuaian antara apa yang dikatakan
menggunakan apa yang terjadi pada realitas”.
e. Teori kebenaran sintakis
Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal tolak di
keteraturan sintaksis atau gramatika yang digunakan dalam suatu pernyataan
atau tata-bahasa yang melekat. Kebenaran ini terkait menggunakan bagaimana
suatu yang akan terjadi pemikiran diungkapkan pada suatu pernyataan bahasa
(ekspresi atau tertulis) yang perlu dirangkai dalam suatu keteraturan sintaksis
atau gramatika yang digunakannya.
f. Teori kebenaran nondeskripsi
Suatu pernyataan itu akan mempuyai nilai benar akan sangat
tergantung di peran serta fungsi pernyataan tadi. Ialah sesuatu itu benar jika
memang dapat diaktualkan pada tindakan kehidupan sehari-hari.
g. Teori kebenaran logik yang berlebihan
Teori yang dikembangkan aliran Positivistik ini pada dasarnya
menyatakan kebenaran itu proposisi yang ialah keterangan atau data yang
sudah memiliki evidensi. Ialah objek pengetahuan itu telah memberikan
kejelasan pada dirinya sendiri. seperti pernyataan bahwa lingkaran itu bulat.
Pernyataan itu sudah menunjukkan kejelasan yang tak perlu diterangkan lagi.

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
sumber daya manusia yang cerdas dan terampil . Hal ini hanya akan terwujud jika
setiap anak bangsa memiliki kemampuan berpikir dan mampu memecahkan masalah
dengan baik. Kemampuan tersebut dapat diperoleh, antara lain melalui pelajaran ilmu
pengetahuan alam . Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagaimana tercantum dalam
Garis -garis Besar Program Pengajaran (GBPP) 1994 adalah hasil kegiatan manusia
berupa gagasan, konsep, dan pengetahuan yang terorganisasi perihal alam sekitar yg
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses. Pelajaran IPA yang mencakup
bahan kajian biologi, fisika, dan kimia adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan keterampilan sikap serta nilai-nilai ilmiah pada peserta didik. Dalam
mempelajari gejala alam, seorang ilmuwan/saintis melaku kannya melalui

32
serangkaian proses dan sikap ilmiah tertentu. Dengan demikian, secara garis besar,
IPA dapat didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah
dan produk ilmiah. Proses pembelajaran IPA tidak semata - mata berdasarkan teori
pembel ajaran perilaku, tetapi lebih menekankan pada pembentukan keterampilan
untuk memperoleh pengetahuan. Misalnya, pada pembelajaran biologi, diperlukan
suatu model pembelajaran yang efektif guna menyampaikan tujuan yang hendak
dicapai.
Menurut Dahlan ( 1990 ) , terdapat empat rumpun dalam mengajar, yaitu ;
⮚ Model pemrosesan informasi yang memfokuskan perhatian pada aktivitas
yang membina isi (content) serta keterampilan (skill) pengajaran yang
disampaikan pada peserta didik.
⮚ Model pribadi yang mengutamakan hubungan antara pribadi, perubahan
peserta didik yang dihasilkan dengan aktivitas mengajar.
⮚ Model interaksi yang lebih menitikberatkan perhatiannya pada energi
kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok.
⮚ Model perilaku mengutamakan perilaku spesifik .
Apabila dilihat dari keempat tujuan rumpun model mengajar tersebut, proses
pembelajaran biologi memerlukan semua rumpun model tersebut. Hal ini dikarenakan
biologi bukan semata-mata pelajaran yang bersifat hafalan, melainkan lebih
menekankan pada adanya pembinaan keterampilan. Dengan demikian, pendekatan
keterampilan proses merupakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan fakta, membangun konsep melalui kegiatan dan atau
pengalaman - pengalaman seperti ilmuwan.
Menurut Uzer Usman, pemberian pertanyaan selama pembelajaran memainkan peran
penting. Pertanyaan yang baik akan memberi dampak positif bagi siswa untuk
mengembangkan pola berpikirnya. Menurut Sumaji, semakin baik dan terarah
pertanyaan yang diajukan selama membangun suatu pengetahuan baru.
pembelajaran ,semakin memberi peluang kepada siswa untuk secara baik.
1. Pembelajaran
Pembelajaran bukan suatu aktivitas yang statis, melainkan merupakan
interaksi yang bergerak maju antara kondisi sosial, tujuan pengembangan berpikir,
teori-teori belajar , teknologi yang mendukung, terutama aspek personal serta
intelektual asal siswa. Pembelajaran merupakan inti asal proses pendidikan secara
keseluruhan serta pengajar sebagai pemegang peran utama. Pembelajaran adalah

33
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung pada situasi edukatif buat mencapai tujuan eksklusif. dalam hal
ini bukan hanya penyampaian pesan berupa bahan ajar, melainkan penanaman
perilaku dan nilai pada diri siswa yg sedang belajar.
Peran pengajar pada pembelajaran meliputi merencanakan, melaksanakan
pengajaran, memberikan balikan. Perencanaan mencakup, tujuan yang hendak
dicapai.
⮚ Bahan pelajaran yang hendak menghantarkan peserta didik mencapai
tujuan.
⮚ Proses belajar mengajar yang akan diterapkan oleh pengajar supaya siswa
mencapai tujuan secara efektif serta efisien.
⮚ Menciptakan dan menggunakan alat-alat untuk mengetahui atau mengukur
tujuan itu tercapai.
Peran guru dalam mengelola pembelajaran dengan pengembangan
keterampilan proses, diperinci dalam lima aspek berikut.
⮚ Guru membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses
mengeksploitasi.
⮚ Guru membantu siswa untuk berdiskusi , baik dalam kelompok kecil
maupun diskusi kelas
⮚ Guru membantu siswa mengembangkan ketrampilan proses dengan dasar
penggunanaya.
2. Teknik Bertanya dan Pertanyaan Produktif
Bertanya ialah aspek penting pada kegiatan pembelajaran. Aktivitas
pembelajaran yang menuntut peserta didik buat aktif dalam belajar sering
melibatkan pertanyaan-pertanyaan asal siswa. Bila peserta didik bertanya berarti
beliau sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Tujuan siswa berpikir di kelas
umumnya untuk mencapai tujuan pembelajaran eksklusif. dengan demikian, bisa
disimpulkan bahwa tujuan akhir asal suatu pendidikan intinya merupakan berpikir.
tidak mungkin terjadi proses belajar tanpa melibatkan keterampilan berpikir
eksklusif.
Adapun guru mempunyai tugas buat memengaruhi kemampuan intelektual
siswa supaya berfungsi secara optimal. Di sini, peserta didik harus diberi
kesempatan secara aktif pada percakapan pada kelas selama pembelajaran
berlangsung. Seni manajemen yang dipergunakan pengajar wajib bisa memberi

34
stimulus bagi terjadinya hubungan yang memungkinkan peserta didik mengalami
proses belajar secara student centered. Bentuk interaksi yang utama di dalam kelas
adalah pengajar bertanya siswa menjawab, baik secara lisan juga tertulis.
a. Teknik Bertanya
Pada pembelajaran, bertanya memegang peran krusial karena pertanyaan
yang tersusun menggunakan baik serta teknik pelontaran pertanyaan yang
tepat akan menyampaikan dampak positif terhadap peserta didik, seperti
berikut.
⮚ menaikkan partisipasi peserta didik pada aktivitas pembelajaran;
⮚ membangkitkan minat dan rasa ingin memahami peserta didik
terhadap suatu persoalan yang sedang dihadapi;
⮚ mengembangkan pola dan cara belajar aktif peserta didik sebab
berpikir intinya adalah bertanya ;
⮚ menuntun proses berpikir peserta didik sebab pertanyaan yang baik
akan membantu peserta didik buat menentukan jawaban yang baik;
⮚ memusatkan perhatian peserta didik terhadap persoalan yang sedang
dibahas.
Adapun teknik pertanyaan penggali adalah teknik bertanya pengajar
yang bertujuan mengetahui lebih pada pengetahuan yang melatarbelakangi
siswa. Terdapat tujuh cara buat menggali lebih pada jawaban peserta didik,
yaitu :
⮚ Penjelasan
⮚ Meminta peserta didik memberikan alasan
⮚ Pertanyaan produktif
⮚ Meminta kesepakatan umum
⮚ Meminta ketepatan jawaban
⮚ Meminta jawaban yang relevan
⮚ Meminta contoh
⮚ Meminta jawaban kompleks.
Teknik lain yang dapat digunakan guru adalah menerapkan pertanyaan
penuntun. Teknik ini bisa dipergunakan guru buat membantu peserta didik bila
jawaban yang diberikan siswa kurang sempurna atau peserta didik tidak bisa
menjawab. Tiga cara yang bisa digunakan untuk menuntun peserta didik
menggunakan jawaban yang benar, yaitu :

35
a) Mengungkap kembali pertanyaan menggunakan cara yang lebih sederhana.
b) Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat
digunakan buat menuntun peserta didik menemukan jawaban atas
pertanyaan semula.
c) Mengulang penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan
semula.
Selain ketiga teknik bertanya di atas, aspek lain yang perlu diperhatikan
adalah waktu tunggu ialah salah satu komponen yang memegang peran
penting dalam membentuk lingkungan dan mendorong seluruh peserta
didik buat aktif melakukan aktivitas belajar. Adapun Nasution
mengemukakan sepuluh prinsip umum bagi guru yang baik, tetapi di
antara kesepuluh tadi, prinsip yang dapat memotivasi peserta didik yaitu :
 Menyesuaikan metode mengajar guru dengan bahan pelajaran.
⮚ Mengaktifkan siswa pada hal belajar.
⮚ Mengaitkan pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
⮚ Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran yang diberikannya.
⮚ Tidak terikat oleh satu asal buku.
⮚ Bukan hanya menyampaikan pengetahuan pada peserta didik,
namun juga mengembangkan pribadi peserta didik.
Beberapa contoh pertanyaan produktif yang dapat diberikan pengajar
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
⮚ Pertanyaan untuk mendorong siswa memusatkan perhatian. Contoh
pertanyaannya, "Perhatikan gambar di depan, gambar apakah yang
kamu lihat ?" .
⮚ Pertanyaan yang membimbing peserta didik untuk membandingkan be
berapa objek yang diamati. Contoh pertanyaannya, "Perbedaan apa
yang terdapat pada proses pembentukan sel sperma dan sel ovum ?”.
⮚ Pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk memecahkan
persoalan. Contoh pertanyaannya, “Bagaimanakah pengaruh hormon
progesteron dalam pembentukan dinding endomerium ?”.

KESIMPULAN

36
Pada setiap bentangan historisitas bahwa tiap zaman mempunyai karakteristik dan
nuansa refleksi yang berbeda, tidak terkecuali pada bentangan sejarah filsafat Barat. berikut
adalah dikemukakan periodesasi perkembangan pemikiran filsafat Barat yaitu Zaman Pra-
Yunani Kuno (zaman batu), zaman yunani klasik, aman abad pertengahan, zaman renaisans,
zaman modern dan zaman kontemporer. Selain itu prinsip- prinsip metodologi terbagi
menjadi tiga yaitu unsur- unsur metodologi, cara penemuan kebenaran dan definisi
kebenaranya. adapun unsur- unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton
Bakker dan Acmad Zubair antara lain yaitu interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi
intern, holistis, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, analogical dan
deskripsi. Kemudian pembelajaran ilmu pengetahuan alam disekolah di dasari oleh
pembelajaran serta teknik bertanya dan pertanyaan produktif. Pembelajaran adalah
serangkaian perbuatan guru serta peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung pada situasi edukatif buat mencapai tujuan. Pada pembelajaran, bertanya
memegang peran penting sebab pertanyaan yang tersusun menggunakan baik serta teknik
pelontaran pertanyaan yang tepat akan memberikan akibat positif terhadap peserta didik.

BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN

37
A. Landasan Teori
Kata sejarah sudah tidak asing lagi bagi para penuntut ilmu, sejak dari bangku
sekolah dasar sampai perguruan tinggi pun, kata ini masih sering didengarkan.
Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajârat yang berarti pohon.
Dalam istilah bahasa asing lain, sejarah dalam bahasa Inggris disebut history, dalam
bahasa Perancis histoire, dan dalam bahasa German geschichte. Sedangkan istilah
kata history yang lebih populer digunakan saat ini, berasal dari bahasa Yunani
istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, termasuk gejala-gejala
manusia yang bersifat kronologis. Ilmu pengetahuan di sini, mencakup seluruh aspek
wawasan yang mendukung peradaban (civilization) manusia semakin berkembang
dan mutakhir. Mulai kemahiran dalam bercakap yang disimbolkan dengan karya
sastra, kemampuan mendiagnosa terhadap suatu penyakit, sampai pada puncaknya
pengetahuan ilmu hitung bangun ruang atau yang lebih dikenal dengan ilmu eksak. 
Islam memberikan apresiasi yang amat tinggi terhadap akal. Demikian
tingginya sehingga akal menempati posisi yang urgen dan vital dalam pergumulan
wacana keislaman. Oleh karena itu, akal seringkali disandingkan dengan wahyu
dalam banyak kesempatan dan pembahasan. Dengan demikian, maka wajarlah jika
dikatakan bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Tentu saja produk dari
pendayagunaan akal adalah ilmu pengetahuan. Dari akal dan daya pikir yang telah
dianugerahkan oleh Allah, manusia dapat menggali berbagai pengetahuan yang ada
di alam semesta, baik yang bersifat makro maupun mikro. Dengan demikian
muncullah berbagai disiplin ilmu. Hal ini dalam sejarah Islam dibuktikan dengan
maraknya perkembangan ilmu dari berbagai bidang dan munculnya ratusan bahkan
ribuan sarjana sarjana Muslim. Keilmuan dalam Islam tidak dapat terlepas dari
sejarah yang ada pada pengembangan keilmuan modern. Keilmuan sains yang
digunakan pada abad modern (abad ke-21) merupakan hasil proses pengembangan
akal fikir dari pengembangan sains yang sebelumnya. Dalam sejarah sains umat
muslim banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan sains di dunia
modern. Perkembangan sejarah islam di Indonesia maupun dunia tak luput dari
peran para ulama dan ilmuwannya terdahulu. Banyak sekali tokoh ilmuwan Islam
memberikan sumbangsih penemuannya untuk kemajuan teknologi maupun
perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Beberapa ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina
(Avicenna), Ar-Razi, Al-Zahrawi, dalam bidang matematika ditemukan sosok Al-
Khwarizmi, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa (800-847), Ibn al Haytham, Al-

38
Biruni yang merupakan ilmuwan di bidang matematika. Pada makalah ini akan
membahas sejarah perkembangan ilmu pengetahuan matematika, aritmetika, aljabar,
aritmetika bisnis, faraid, ilmu ukur, geometri, dan optika.

METODELOGI
Makalah ini dibuat dengan cara mengumpulkan informasi dari beberapa artikel,
referensi, jurnal dan makalah yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat dengan cara
membaca dan mempelajari beberapa literature yang berkaitan dengan topik yang
permasalahan yang menjadi objek pembahasan pada makalah ini.

PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
Pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu budaya.
Akan tetapi di saat sekarang ini sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu
sosial,  terutama  bila menyangkut  peruntutan sejarah secara kronologis. Sejarah
berasal dari bahasa Arab “syajarah”, yang artinya pohon. Dalam  bahasa  asing 
lainnya  istilah  sejarah disebut histore (Prancis), geschichte (Jerman),
histoire/geschiedemis (Belanda) dan history  (Inggris). Sejarah adalah sebuah ilmu
yang berusaha menemukan, mengungkapkan, serta memahami nilaidan makna budaya
yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa  masa  lampau. Sejarah  adalah  riwayat 
kejadian masa  lampau  yang  benar-benar  terjadi  atau  riwayat  asal  usul  keturunan 
terutama  untuk raja-raja yang memerintah. Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan,
berarti mempelajari  dan  menerjemahkan  informasi  dari  catatan-catatan  yang 
dibuat  oleh  orang-perorang, keluarga, dan komunitas.
1. Matematika
Matematika merupakan ilmu yang didapatkan melalui tangga musik dan
rasional. Dalam perkembangan matematika memiliki  beberapa konsep, (1)
Logika tentang bukti,  (2) Ide-ide empiris tentang hukum eksakta dalam hukum
alam, (3) Konsep operasi, (4) Matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat
statis pada deskripsi yang dinamis. 
Kajian matematika secara ilmiah didasarkan pada Umat Islam,  sejak umat
islam  bersentuhan dengan berbagai karya di lapangan matematika peradaban lain
setelah penaklukan mereka daerah oleh Muslim, misalnya Bagdad dan
Aleksandria. Alexandria dikenal pada waktu itu jika kita layah pusat

39
pengembangan matematika, ditaklukkan oleh umat Islam pada tahun 641 M.
Bagdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah di dipimpin oleh Ali - Mansur,
Harun al - Rasyid, dan semuanya - Ma'mun, kemudian dijadikan sebagai pusat
pengetahuan pengetahuan, sehingga a di kota semua kegiatan ilmu dilakukan
seperti pertukaran ilmu antara ilmuwan melalui karya dan terjemahannya.
Dalam sejarah  peradaban Islam, perkembangan matematika setidaknya 
dipengaruhi oleh lima  hal.  yang mana, adanya dorongan normatif yang
bersumber dari Al - Qur’an  mengenai perlunya mengoptimalkan nalar untuk
merenungkan ayat - ayat  Tuhan  baik  yang  berkaitan  dengan  fenomena  alam.
Kedua, adanya tantangan realitas yang menuntut ilmuwan muslim untuk
mengembangkan matematika sebagai ilmu yang akan terus dibutuhkan dan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam masalah keagamaan.
Ketiga, keberadaan matematika karena peradaban pra-Islam dianggap perlu untuk
dikembangkan lebih lanjut seiring dengan perluasan wilayah kekuasaan Islam.
Keempat, dorongan etos keilmuan para ilmuwan muslim. Kelima, adanya
dukungan politik dari penguasa, seperti pada masa keemasan Bani Abbasiyah dan
Bani Umayyah.
Matematika juga dikenal sebagai fondasi dari segala ilmu pengetahuan, yang   
memilik sejarah perkembangan begitu panjang mulai dari peradaban Babylonia
sekitar  4000  tahun  yang  lalu  hingga  pada  masa   sekarang. Bukti keberadaan
matematika pada masa peradaban Babilonia adalah ditemukannya lempengan-
lempengan yang terbuat dari tanah liat yang berisi daftar soal kuadrat untuk
menentukan panjang dan lebar suatu bidang persegi panjang. Saat memecahkan
masalah matematika, orang Babilonia menggunakan solusi geometrik cut and
paste.  Teknik  penyelesaian  cut and paste  ini  merupakan sebuah teknik 
penyelesaian  masalah  yang  menggunakan  ide  geometri.
Dalam Perjalanan Islam ilmu yang bertolak dari matematika yang di pengaruhi
oleh budaya islam yang mana ditemukan letak kiblat, penemuan pola
kemungkinan simetris antara ruang dan waktu yang sifatnya statis, serta berbagai
penemuan mengenai simetris-simetris kristal. Salah satu ilmuan islam yang
mengembangkan matematika adalah Al-Khawarizmi, mempunyai andil besar
dalam perkembangan matematika dunia. Ia memperkenalkan sistem penomaran
posisi desimal di dunia barat pada abad ke-12.
2. Aritmetika

40
Diperkirakan aritmatika diperkenalkan kepada manusia antara 20.000 SM-
18.000 SM atau sebelum orang tahu cara menulis. Hal ini dibuktikan dengan
tulang rockfish yang ditemukan di Kongo, Afrika. Monyet itu memiliki bekas luka
vertikal di fibulanya, yang menurut penemunya, Jean de Anselin de Bourcourt,
adalah sistem penghitungan manusia purba pada saat itu. Bekas luka kemudian
berkembang menjadi simbol dan digunakan oleh orang Mesir. Ada sejumlah
angka tertentu dalam bentuk simbol. Aritmatika berkembang pesat selama masa
Motoami. 1200 SM Leonardo dari Pisa, dalam bukunya "Liber Abaci", menulis
tentang penggunaan metode India sebagai metode perhitungan, yang sangat tidak
biasa. Gunakan angka Arab Hindu dengan simbol angka 0 dan 9. Dan angka-
angka ini adalah angka yang kita kenal sekarang sebagai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0.
Sejarah aritmatika paling awal adalah dari orang Mesir kuno dan Babilonia, yang
menggunakan aritmatika dari tahun 2000 SM. Operasi aritmatika dasar digunakan
untuk kegiatan sehari-hari seperti perdagangan, perdagangan, dll. Perhitungan
kompleks digunakan dalam desain bangunan.
Suatu  ilmu  pengetahuan  tidak  akan  lepas  dari  tokoh  pelopornya.  Ada 
beberapa  tokoh pelopor aritmatika diantaranya adalah:
a. Johan   Friedrich   Gauss,   seorang   matematikawan,   astronom,   dan   fisikawan
Jerman.  Saat  ia  berusia  10  tahun Gauss  menciptakan  cara  untuk  menghitung
deret  aritmatika.  Cara  yang  Gauss  ciptakan  untuk  menghitung  deretaritmatika
tersebut telah disederhanakan menjadi rumus  Dn = n2(U1+Un), namun tetap
berdasarkan cara yang Gauss temukan.
b. Phytagoras  of  Samos  adalah  seorang  filsuf  Yunanilonia  dan  pendiri  gerakan
keagamaan  disebut  Phytagoreanism.  Motto  Phytagoras  yang  sangat  terkenal
adalah  “semua  adalah  bilangan”  atau  “bilangan  menguasai  seluruh  alam”.
Dalam  hal  ini,  bilangan  dianggap  sebagai  sejumlah  titik  dalam  konfigurasi
geometri,  yang  menggambarkan  mata  rantai  antara  geometri  dan  aritmatika.
Phytagoras  dan  pengikutnya  membangun  bilangan-bilangan  figurative  dimana
banyak  teorema  menarik  yang  dapat  dibuat  dengan  bilangan  figurative  ini,
antara lain: Suatu bilangan dikatakan bilangan bersahabat apabila bilangan yang
pertama  sama  dengan  jumlah  pembagi  murni  bilangan  kedua,  dan  bilangan
kedua   sama dengan   pembagi   murni   bilangan   pertama.   Sedangkan   untuk
bilangan sempurna apabila jumlah pembagi murni suatu bilangan sama dengan
bilangan itu sendiri.

41
c. Muhammad  Ibn  Musa  al-Khawarizmi,  pengetahuan  dan  keahliannya  bukan
hanya  dalam bidang  syariat  tapi  didalam  bidang  falsafah,  logika,  aritmatika,
geometri,   musik,   ilmu   hitung,   sejarah   Islam   dan   kimia.   Beliau   pernah
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia
Islam. Banyak ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika
dan menghasilkan konsep-konsep  matematika  yang  begitu  populer  yang  masih
digunakan  sampai  sekarang.  Beberapa  cabang  ilmu  dalam  Matematika  yang
diperkenalkan  oleh  Al-Khawarizmi  seperti:  geometri,  aljabar,  aritmatika  dan
lain-lain.
3. Aljabar
Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan
kuantitas. Aljabar berasal dari bahasa arab "al-jabr" yang berasal dari kitab “Al-
Kitab aj-jabr wa al-Muqabala”. Ditulis oleh matematikawan Persia Muhammad
ibn Musa Al- Khawarizmi yang berarti "pertemuan", "hubungan" atau
"perampungan") atau dapat dikatakan sebagai cabang matematika dengan
bercirikan sebagai generalisasi dan perpanjangan aritmatika. Kitab ini merupakan
karya yang sangat monumental pada abad ke-9 M. Dalam pendidikan telah
dibuktikan bahwa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang
syariat tapi di dalam bidang Falsafah, Logika, Aritmatika, Geometri, Musik, Ilmu
Hitung, Sejarah Islam dan Kimia.
Sejarah aljabar dimulai di Mesir kuno dan Babilonia, dimana orang belajar
untuk memecahkan linear (ax = b) dan kuadrat persamaan (ax 2+bx=c), serta
persamaan tak tentu seperti x2+y2=z2. Dengan menggunakan sistem ini, mereka
mampu mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak
diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan
persamaan Linier, persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya,
bangsa Mesir dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam milenium
pertama sebelum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri untuk
memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam “the
Rhind Mathematical Papyrus”, “Sulba Sutras”,“Eucilid’s Elements” dan “The
Nine Chapters on the Mathematical Art”. Hasil bangsa Yunani dalam Geometri,
yang tertulis dalam kitab elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk
menggeneralisasi formula metematika di luar solusi khusus dari suatu

42
permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan
memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.
Para matematikawan Alexandria Hero dari Alexandria dan Diophantus
melanjutkan tradisi Mesir dan Babel, tapi Diophantus buku Arithmetica ada di
tingkat yang jauh lebih tinggi dan memberikan solusi mengejutkan banyak
persamaan tak tentu sulit. Pada abad ke-9, al-Khawarizmi menulis salah satu
aljabar Arab pertama, memperkenalkan aljabar dalam suatu bentuk dasar yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti membuktikan hukum dasar
dan identitas dari aljabar dan memecahkan masalah-masalah rumit seperti
menemukan x, y, dan z sehingga x + y + z = 10, x 2 +y2 = z2  dan xz = y2.
Sedangkan konsep aljabar Diophantus lebih cenderung menggunakan aljabar
sebagai alat bantu untuk aplikasi teori bilangan. Para sejarawan meyakini bahwa
karya al-Khawarizmi merupakan buku pertama dalam sejarah di mana istilah
aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu.
4. Aritmetika Bisnis
Aritmetika bisnis adalah salah satu cabang ilmu hitung dagang yang berkenaan
dengan jual beli barang, pengukuran tanah, zakat, dan semua bisnis lain yang
berhubungan dengan angka-angka. Di bidang bisnis dan ekonomi teori atau
prinsip prinsip deret aritmetika sering diterapkan dalam kasus kasus yang
menyangkut perkembangan dan pertumbuhan apabila perkembangan atau
pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai nilai suku
sebuah deret baik deret hitung maupun deret ukur maka teori deret yang
bersangkutan sangat relevan diterapkan untuk menganalisisnya. Aritmetika bisnis
adalah salah satu penerapan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari yang
menggunakan deret aritmetika dalam pelaksanaannya. Ilmuwan Andalusia yang
terkenal dengan ilmu dagangnya adalah Az-zahrawi, Ibn As-Samah, Abu Muslim
bin Khaldun, dan Maslamah Al- Majriti.

5. Ilmu Faraid
Adalah ilmu yang mempelajari tentang pembagian dan pemindahan harta dari
orang yang sudah meninggal ke orang yang masih hidup, atau dengan kata lain
adalah pemindahan harta waris dari pewaris kepada ahli waris yang mana dalam
hal ini dijelaskan dalam islam. yang mana seperti yang kita ketahui ada banyak
masalah yang timbul akibat masalah harta warisan, seperti permusuhan adik

43
kakak, perpecahan keluarga, atau bahkan ada yang saling membunuh karena tidak
adilnya pembagian harta warisan tersebut, Namun biasanya ada beberapa solusi
yang dilakukan dengan dibagi sama rata. Atau ada juga yang menyelesaikannya di
meja pengadilan dan upaya lainnya.
Dalam islam sendiri setiap pribadi muslim adalah merupakan sebuah
kewajiban baginya untuk melaksanakan kaidah-kaidah hukum Islam yang telah
mempunyai dalil yang jelas (shahih). Begitupun tentang masalah Faraid, Al-
Qur’an Surat AnNisa’ Ayat 11,12,13 dan 176 yang artinya : 
”Allah mensyariatkan bagi kalian tentang (pembagian harta waris untuk) anak-
anak kalian” dan Al-Hadist diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud: “Bagilah
harta pusaka antara ahli-ahli waris menurut Kitabullah”. Dalam riwayat lain yaitu
Ahmad, Nasa’I dan Dar Qathny : “Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkan kepada
orang-orang dan pelajarilah Faraidh dan ajarkan kepada orang lain. Sesungguhnya
aku adalah orang yang bakal dicabut nyawanya, sesungguhnya ilmu itupun akan
tercabut pula. Hampir saja dua orang bertengkar karena pembagian harta warisan.
Kemudian keduanya tidak mendapatkan orang yang akan memberi keputusan
kepada mereka” dari Ayat dan hadist yang telah di jelaskan Allah telah
menerangkan dengan jelas mengenai kewajiban untuk melaksanakannya. Allah
SWT menjelaskan di dalam Al-Quran Pembagian harta warisan disesuaikan
dengan Jenis Kelaminnya Manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari dua jenis
kelamin, yaitu laki laki dan perempuan dengan segala karakteristik yang berbeda
beda dari tiap jenis kelamin diantaranya perilaku, alat kelamin, dan penampilan.
Alat kelamin disini menjadi pembeda paling penting.Secara terperinci ahli waris
tersusun sebagai berikut: Keturunan garis ke atas dari orang yang meninggal; ayah
ibu, nenek; Keturunan garis ke bawah dari orang yang meninggal; anak, cucu, dan
seterusnya; Keturunan garis ke samping; saudara, paman, bibi; dan Keluarga dari
perkawinan; istri atau suami.
Proses kewarisan dalam Islam mengenal tiga unsur pokok yaitu: 
1. Mauruth yaitu harta benda yang ditinggal oleh si mati yang akan dipusakai
oleh ahli waris setelah dikurangi biaya perawatan, melunasi hutang, dan
melaksanakan wasiat. 
2. Muwarith yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati hakiki maupun mati
secara hukum (hukmy) berdasarkan putusan hakim atas dasar beberapa sebab,
walau mungkin ia belum mati sejati. 

44
3. Warith yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan muwarith karena
sebab pewarisan antara lain ikatan perkawinan, hubungan darah dan hak
perwalian dengan muwarith.(H. Faiz,2020)
B. Ilmu Ukur (Geometrika)
'Keterukuran' nampaknya seperti sebuah intuisi yang secara alamiah hadir
dalam alam fikiran manusia,intuisi itulah yang menggerakkan fikiran manusia
mencari cari dan lalu mengkonsep 'ilmu-kebenaran' sebagai konsep konsep dasar
dalam persoalan filsafati.dan dunia
Ilmu Ukur dalam bahasa (Yunani Kuno: γεωμετρία, geo-"bumi",-metron
"pengukuran"), ilmu ukur, atau ilmu bangun adalah cabang matematika yang
bersangkutan dengan pertanyaan bentuk, ukuran,posisi relatif gambar, dan sifat
ruang.yang mana mempelajari  ukuran-ukuran kuantitas, seperti garis,bidang dan
benda benda geometris lainnya. 
'Keterukuran' nampaknya seperti sebuah intuisi yang secara alamiah hadir
dalam alam fikiran manusia,intuisi itulah yang menggerakkan fikiran manusia
mencari cari dan lalu mengkonsep 'ilmu-kebenaran' sebagai konsep konsep dasar
dalam persoalan filsafati.dan dunia keterukuran nampaknya seperti sebuah intuisi
yang secara alamiah hadir dalam alam fikiran manusia,intuisi itulah yang
menggerakkan fikiran manusia mencari cari dan lalu mengkonsep 'ilmu-
kebenaran' sebagai konsep konsep dasar dalam persoalan filsafati dan dunia
macam-macam skala pengukuran 
a) Skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala
pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau
peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat).
b) Skala Ordinalini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang
bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan
urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
c) Skala intervalmempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala
nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya
interval yang tetap. Skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah
memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan yaitu skala
interval tidak memiliki nilai nol mutlak.

45
d) Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio,
terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal dan skala interval
ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak
ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan
skala yang lain. Pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai
perbandingan/rasio.
C. Geometri
Geometri adalah sebagian dari matematik yang mengambil persoalan
mengenai size, bentuk, dan kedudukan relatif dari sifat ruang.  Pada mulanya ia
hanya sebagian dari pengetahuan praktis yang menitik beratkan pada jarak luas
dan isi, tetapi pada abad ke 3 SM geometri telah diletakkan di dalam bentuk
aksioma oleh euclid membentuk geometri euclid. Sedangkan Geometri berasal
dari bahasa Yunani (greek) yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup
mengukur segala sesuatu yang ada di bumi. Geometri kuno sebagian dimulai dari
pengukuran praktis yang diperlukan untuk pertanian orang–orang Babilonia dan
Mesir. Kata “geometri” menurut orang Mesir dan Babilonia ini diperluas untuk
perhitungan panjang ruas garis, luas dan volume.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, geometri lebih berkenaan dengan
bangun-bangun geometri, garis dan sudut, kesebangunan, kekongruenan,
transformasi, dan geometri analitis. Geometri merupakan bagian dari matematika
yang mempelajari pola-pola visual, yang akan menghubungkan matematika
dengan dunia nyata. Geometri juga dapat dipandang sebagai sistem matematika
yang menyajikan fenomena yang bersifat abstrak (tidak nyata), akan tetapi dalam
pembelajarannya bertahap didahului dengan benda-benda kongkret sebagai media
sesuai dengan tahap perkembangan anak. 
Pada geometri, hal yang berhubungan dengan dengan filsafat adalah
keberadaan objeknya. Hal ini berhubungan dengan persoalan tentang ”ada”,
sehingga berada pada ranah ontologi. Matematika ditinjau dari aspek ontologi,
dimana aspek ontologi telah berpandangan untuk mengkaji bagaimana mencari
inti yang yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang
kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa
yang nyata secara fundamental. Pembahasan geometri meliputi benda-benda
abstrak sebagai objeknya. Pada kenyataannya, benda-benda abstrak tersebut dapat
dimodelkan dengan benda-benda kongkret sebagai objek pengamatan, khususnya

46
pada tahap awal pembelajaran tentang geometri di SD ataupun SMP. Pemodelan
tersebut tetap harus memperhatikan batasan-batasan atau definisi atau pengertian
dari benda-benda geometri yang dimaksud.
Sifat alami geometri yang abstrak berkaitan dengan bangun-bangun pada
matematika, berawal dari persoalan nyata kehidupan manusia. Sehingga hubungan
antara realitas dan penyusunan pengertian manusia berhubungan erat dengan
fenomenologi. Menurut Edmund Hussrel dalam Dwin Gideon (2004 : 217),
seluruh ciri benda yang masuk ke dalam kesadaran sebagai fenomena. Fenomena
bersifat intensional, yang berarti selalu berhubungan dengan struktur kesadaran.
Kesadaran senantiasa terarah menampakkan diri, sehingga terjadi korelasi antara
kesadaran dengan fenomena. 

D. Optika
Optika merupakan cabang geometri ilmu yang menerangkan musabab
terjadinya kesalahan dalam persepsi visual, dengan dasar pengetahuan tentang
bagaimana sebab hal tersebut terjadi. Persepsi visual terjadi melalui kerucut yang
ditimbulkan oleh sinar. Puncaknya adalah titik pandang dan pangkalnya adalah
objek yang dilihat. Ilmu ini juga membahas perbedaan melihat bulan pada laritude
yang berlainan (De Slane, mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah mengatakan
longitude-longitude). Sarjana yang paling terkenal membahas ini adalah Ibnu Al-
Haitsan. 
Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat cahaya
dan interaksi cahaya dengan materi. Optika menerangkan dan diwarnai oleh gejala
optis. Kata optik berasal dari bahasa Latin dati, yang berarti tampilan. Bidang
optika biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan ultraviolet;
tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik. gejala yang sama juga
terjadi di sinar-X. gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik dan juga gejala serupa seperti pada sorotan partikel muatan
(charged beam). Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari
keelektromagnetan. Beberapa gejala optis bergantung pada sifat kuantum cahaya
yang terkait dengan beberapa bidang optika hingga mekanika kuantum. Dalam
prakteknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung dengan menggunakan
sifat elektromagnetik dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh persamaan
Maxwell.

47
Bidang optika memiliki identitas, masyarakat, dan konferensinya sendiri.
Aspek keilmuannya sering disebut ilmu optik atau fisika optik. Ilmu optik terapan
sering disebut rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus
dengan sistem iluminasi (iluminasi) disebut rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin
cenderung sedikit berbeda dalam aplikasi, keterampilan teknis. fokus, dan afiliasi
profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik sering dikategorikan
sebagai fotonika atau optoelektronika. Batas-batas antara bidang ini dan "optik"
sering tidak jelas, dan istilah yang digunakan berbeda di berbagai belahan dunia
dan dalam berbagai bidang industri.
Karena aplikasi yang luas dari ilmu "cahaya" untuk aplikasi dunia nyata,
bidang ilmu optika dan rekayasa optik cenderung sangat lintas disiplin. Ilmu
optika merupakan bagian dari berbagai disiplin terkait termasuk elektro, fisika,
psikologi. kedokteran (khususnya optalmologi dan optometri), dan lain-lain.
Selain itu, penjelasan yang paling lengkap tentang perilaku optis, seperti
dijelaskan dalam fisika,tidak selalu rumit untuk kebanyakan masalah, jadi model
sederhana dapat digunakan.Model sederhana ini cukup untuk menjelaskan
sebagian gejala optis serta mengabaikan perilaku yang tidak relevan dan / atau
tidak terdeteksi pada suatu sistem.

KESIMPULAN

1. Sejarah adalah sebuah ilmu yang berusaha menemukan, mengungkapkan, serta


memahami nilai dan makna budaya yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa  masa 
lampau 
2. Matematika merupakan ilmu yang di dapatkan melalui tangga musik dan rasional.
Dalam perkembangan matematika memiliki  beberapa konsep, (1) Logika tentang
bukti,  (2) Ide-ide empiris tentang hukum eksakta dalam hukum alam, (3) Konsep
operasi, (4) Matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat statis pada deskripsi
yang dinamis. 
3. Sejarah aritmatika paling awal adalah dari orang Mesir kuno dan Babilonia, yang
menggunakan aritmatika dari tahun 2000 SM. Operasi aritmatika dasar digunakan
untuk kegiatan sehari-hari seperti perdagangan, perdagangan, dll. Perhitungan
kompleks digunakan dalam desain bangunan.

48
4. Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan
kuantitas. Aljabar dapat dikatakan sebagai cabang matematika dengan bercirikan
sebagai generalisasi dan perpanjangan aritmatika.
5. Aritmatika bisnis adalah salah satu cabang ilmu hitung dagang yang berkenaan
dengan jual beli barang, pengukuran tanah, zakat, dan semua bisnis lain yang
berhubungan dengan angka-angka
6. Ilmu faraid adalah ilmu yang mempelajari tentang pembagian dan pemindahan harta
dari orang yang sudah meninggal ke orang yang masih hidup, atau dengan kata lain
adalah pemindahan harta waris dari pewaris kepada ahli waris yang mana dalam hal
ini dijelaskan dalam islam.
7. ilmu ukur, atau ilmu bangun adalah cabang matematika yang bersangkutan dengan
pertanyaan bentuk, ukuran, posisi relatif gambar, dan sifat ruang yang mana
mempelajari  ukuran-ukuran kuantitas, seperti garis, bidang dan benda benda
geometris lainnya.
8. Pada geometri, hal yang berhubungan dengan dengan filsafat adalah keberadaan
objeknya. Hal ini berhubungan dengan persoalan tentang ”ada”, sehingga berada pada
ranah ontologi. Pembahasan geometri meliputi benda-benda abstrak sebagai objeknya.
9. Optika merupakan cabang geometri ilmu yang menerangkan musabab terjadinya
kesalahan dalam persepsi visual, dengan dasar pengetahuan tentang bagaimana sebab
hal tersebut terjadi.

49
BAB IV
SEJARAH & DINAMIKA PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN
A. Landasan Teori

Sejarah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia.


Rantai peristiwa ini tidak disengaja, tetapi disengaja. Ciri khas dari bangunan
bersejarah ini adalah rangkaian peristiwa yang selalu bergerak menuju
perkembangan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. (Suparlan Suhartono,
2007: 109). Sejarah dapat digambarkan sebagai suatu sistem peristiwa yang timbul
dari kesadaran dan mempunyai tujuan tertentu, yaitu pengakuan akan perlunya
perubahan bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia.
Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang terjadi dengan sengaja karena selalu
mengikuti rencana. Sejarah selalu rasional dan empiris. Jadi sejarah terutama adalah
urusan manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang telah menciptakan
sejarahnya sendiri sejak keberadaannya. Hal ini dibuktikan dengan perubahan yang
dilakukan secara sistematis dari waktu ke waktu. Dengan sejarah, orang menjadi
semakin sadar akan keserbagunaan mereka. Bahkan dengan sejarah, orang mencoba
berubah agar sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa sejarah

50
adalah akumulasi yang dinamis dan kausal dari segala macam peristiwa menuju
masa depan. Sejarah adalah masa depan.
Kata filsafat, yang dikenal sebagai filosofis dalam bahasa Arab dan filosofis
dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani filsafat. Kata Philosophia terdiri dari
kata Philein, yang berarti cinta, dan Sophia, yang berarti kebijaksanaan. Dalam arti
yang paling dalam, istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom.
(Adib, 2010). Filsuf dan filosof mendefinisikan filsafat sebagai: Plato berpendapat
bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mengetahui kebenaran yang asli. Menurut
Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menganut kebenaran, meliputi ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, ilmu politik dan estetika (filsafat
keindahan) (Adib, 2010: 37).
Makna etimologis ini berakar pada sikap Socrates pada abad-abad SM. Socrates
mengatakan manusia tidak berhak atas kebijaksanaan karena kemampuan mereka
terbatas. Bertentangan dengan kebijaksanaan, orang hanya memiliki hak untuk
mencintainya. Sikap Socrates juga menunjukkan kritiknya terhadap kaum sofis yang
mengklaim memiliki kebijaksanaan (Suhartono, 2007). Sederhananya, istilah "cinta"
menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh dua pihak. Orang pertama adalah subjek
dan orang kedua adalah objek. Tindakan atau intrik didorong oleh kecenderungan
subjek untuk “menyatu” dengan objek. Untuk melebur dengan suatu objek, subjek
harus mengetahui hakikat atau hakikat objek tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang objek menentukan pengikatan subjek dan objek. Semakin banyak pengetahuan
yang Anda miliki tentang suatu subjek, semakin kuat koneksi Anda dengannya. Di sisi
lain, istilah ``kebijaksanaan'', yang etimologinya adalah ``bijaksana'', diawali dengan
``ke'' dan diakhiri dengan ``an'', mewakili pengetahuan kebijaksanaan yang sebenarnya.
Kebijaksanaan dengan demikian dikenal sebagai adil, baik, dan adil. Perbuatan seperti
itu muncul dari kemauan yang kuat, mengingat tekad meditatif dan perasaan batin yang
mendalam. Dari pendekatan etimologi dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti
pengetahuan tentang pengetahuan. Bisa juga diartikan sebagai sumber ilmu atau ilmu
yang paling dalam (Suhartono, 2007).

B. Tujuan
Adapun tujuan kepenulisan ini makalah ini antara lain adalah penulis maupun
pembaca dapat :

51
1. Memenuhi tugas filsafat sains
2. Memahami sejarah islam menurut perkembangan ilmu pengetahuan
3. Mengetahui dinamika perjalanan sejarah ilmu pengetahuan

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari penulis menulis karya ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja sejarah islam menurut perkembangan ilmu pengetahuan
2. Apa saja dinamika perjalanan sejarah ilmu pengetahuan

METODELOGI PENULISAN
Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.
Pengumpul data dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai literatur,
seperti buku, handbook, jurnal, dan berbagai referensi laman pengetahuan di internet lainnya
yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pendidikan
1. Astronomi
Astronomi adalah ilmu yang mempelajari gerak bintang dan planet.
Astronomi, berdasarkan metode geometris, menarik kesimpulan tentang
keberadaan bentuk tertentu dan posisi lingkaran yang berbeda yang menyebabkan
gerakan yang dapat dirasakan oleh indera. Astronomi juga membuktikan, dengan
akurasi vernal equinox, bahwa pusat bumi tidak sama dengan pusat lingkaran
kecil (episode) yang menopang (bintang-bintang) dan bergerak di dalam
lingkaran yang lebih besar. Astronomi kemudian membuktikan adanya bola
kedelapan dari pergerakan bintang. Astronomi juga telah membuktikan bahwa
setiap bintang memiliki jumlah deklinasi tertentu.

52
Pada masa Al-Ma'mun, sebuah observatorium besar yang disebut astrolabe
dibangun, namun tidak selesai hingga fondasi bangunan tersebut hilang dan
terlupakan. Karya terbaik dalam bidang ini adalah Majisti (Al-Magest), yang
ditulis oleh Ptolemeus (Raja Yunani) dan disusun dalam Asy-Syif oleh filsuf
Muslim terkemuka seperti Ibnu Sina. Ibnu Rusyd (filsuf Andalusia) juga
merangkum karya Ptolemeus. Selanjutnya, dalam kitab Al-iqtishar dan Ibnu Al-
Farghani, Ibnu As-Samah dan Ibnu Ash-Shalt menyebutkan ringkasan astronomi.

2. Tabel-Tabel Astronomi
Tabel astronomi oleh Al-Khawarizmi dan Maslamah bin Ahmad Al-Majriti
merupakan sumber informasi penting bagi para pemikir Eropa. Ilmu ini, cabang
astronomi, berisi informasi tentang proses gerak khusus setiap bintang dan sifat gerak
cepat ini, berdasarkan rumus matematika. Berisi tabel berdasarkan perhitungan Hitung
gerakannya sesuai dengan hukum yang berlaku, seperti gerakan, lambat, lurus, kembali.
Tabel ini mengikuti beberapa prinsip yang ditetapkan untuk mengetahui apogee (titik
terjauh dan orbit satelit) dan deklinasi, berbagai jenis gerakan, dan bagaimana
pengaruhnya satu sama lain. Para sarjana menyebut tabel ini tabel astronomi (Azyaj).
Menentukan posisi bintang pada titik waktu tertentu di bidang ini disebut penyetelan
agregat. Cendekiawan Muslim yang telah menulis tentang hal ini adalah Al-Battani 10
dan Ibn Al-Khamad. Sarjana lain yang melakukan pengamatan astronomi pada tahun 619
(1222) adalah Ibnu Ishak. "

3. Fisika
Sejarah perkembangan fisika merupakan ciri khas zaman ilmiah modern
dengan sifat pengamatan yang sangat mikroskopis. Paradigma yang berkembang
adalah paradigma atom. Fisika modern dicirikan oleh cara berpikir baru oleh para
ilmuwan, dan cara berpikir baru ini lebih luas daripada fisika klasik pada
zamannya. Kelemahan fisika klasik memungkinkan fisika modern berkembang
dan memecahkan berbagai masalah yang tidak dapat dijawab oleh fisika klasik.
Menurut Richtmeyer, sejarah perkembangan fisika dapat dibagi menjadi
empat periode:

a. Periode Pertama

53
Periode pertama berkisar dari prasejarah hingga tahun 1550-an. Berbagai fakta
fisik dikumpulkan selama periode ini dan digunakan dalam perumusan
empiris. Tidak ada studi sistematis selama periode awal ini. Penemuan dari
periode ini meliputi:

● 240 SM – 599 SM. Dalam bidang astronomi, satu tahun = 365 hari, dibuat
kalender Mesir yang terdiri dari ramalan gerhana matahari, jam matahari, dan
bagan bintang. Teknik meliputi peleburan berbagai logam, pembuatan roda,
teknik konstruksi (piramida), standar berat, pengukuran, dan koin (mata
uang). 600 SM - 530 M Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat erat kaitannya dengan perkembangan matematika. Dalam bidang
astronomi, terdapat pengamatan tentang gerak benda langit (termasuk Bumi),
jarak dan ukurannya. Di bidang ilmu alam, hipotesis Democritus sudah ada,
bahwa materi tersusun dari atom. Archimedes memulai tradisi "fisika
matematika" untuk menjelaskan hal-hal seperti katrol dan hukum tekanan
hidrostatik. Tradisi fisika dan matematika berlanjut hingga saat ini.
● 530 M-1450 M. Kemunduran tradisi keilmuan di Eropa dan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan di Timur Tengah. Kalkulus dikembangkan
selama periode ini. Dalam bidang astronomi, terdapat "Almagest" karya
Ptolemy yang telah menjadi buku standar astronomi, perkembangan
teknologi observasi, dan trigonometri sebagai bagian dari perkembangan
astronomi. Dalam ilmu alam, Aristoteles berpendapat bahwa gerak terjadi,
magnet berkembang, eksperimen optik berkembang, dan kimia berkembang
(alkimia) ketika ada dorongan terus menerus.
● 1450 M-1550. Ada publikasi teori heliosentris dan teori Copernicus yang
menjadi poin kunci dalam revolusi ilmiah. Sudah ada arah penelitian yang
sistematis

b. Periode Kedua
Periode kedua dimulai dari tahun 1550-an hingga 1800-an. Galileo yang
dikenal sebagai penemu metode penelitian ilmiah memulai pengembangan
metode penelitian sistematik pada fase kedua ini. Berikut adalah hasil yang
dicapai:
● Kolaborasi antara hasil eksperimen dan teoretis dalam teori baru gerak planet.

54
● Isaac Newton mengambil alih penelitian Galileo, khususnya di bidang
mekanika, dan menciptakan hukum gerak yang masih berlaku hingga saat ini.
● Dalam mekanika, selain hukum Newton, persamaan Bernoulli, teori gas
kinetik, getaran transversal batang, hukum kekekalan momentum sudut, dan
persamaan Lagrange juga telah ditetapkan.
● Dalam termofisika, ada penemuan termometer, asas black, dan kalorimeter.
● Dalam gelombang cahaya, terdapat pendeteksian anomali dan pengukuran
kecepatan cahaya.
● Dalam kelistrikan, terdapat klasifikasi konduktor dan non-konduktor,
penemuan elektroskop, pengembangan teori perpindahan panas dan teori arus
listrik yang mirip dengan hukum Coulomb.

c. Periode Ketiga
Periode ketiga berlangsung dari tahun 1800 hingga 1890. Selama periode
inilah konsep fisika dasar yang sekarang dikenal sebagai fisika klasik
dirumuskan. Selama periode ini ditandai dengan perkembangan ilmiah berikut:
● Fisika telah berkembang pesat, terutama dengan rumusan umum mekanika,
termofisika, elektromagnetisme, dan gelombang, yang masih digunakan
sampai sekarang.
● Dalam mekanika, persamaan Hamilton dirumuskan (digunakan dalam fisika
kuantum), teori persamaan benda tegar, elastisitas dan mekanika fluida.
● Termofisika merumuskan hukum termodinamika, teori gas kinetik, dan
perpindahan panas.

● Dalam Listrik-Magnetisasi, hukum Ohm, hukum Faraday dan teori


Maxwell dirumuskan.

● Gelombang merumuskan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi dan


difraksi.

d. Periode Keempat
Periode keempat dimulai pada tahun 1890-an dan berlanjut hingga saat ini.
Pada akhir abad ke-19, ditemukan beberapa fenomena yang tidak dapat
dijelaskan oleh fisika klasik. Ini membutuhkan pengembangan konsep fisika

55
yang lebih mendasar, yang sekarang disebut fisika modern. Selama periode ini
ditandai dengan perkembangan ilmiah berikut:
● Pengembangan teori yang lebih umum yang dapat mencakup masalah
kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) atau partikel yang sangat kecil
(teori kuantum).
● Teori relativitas Einstein menghasilkan beberapa hal, seperti persamaan
massa-energi E=mc², yang digunakan sebagai salah satu prinsip dasar
transformasi partikel.
● Teori kuantum, yang dimulai dengan karya Planck dan Bohr dan kemudian
dikembangkan oleh Schrödinger, Pauli, dan Heisenberg, telah menghasilkan
teori atom, inti, partikel, subatom, molekul, dan padatan. perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Ilmu Kedokteran
Pengobatan berkembang secara bertahap di berbagai tempat seperti Mesir kuno, Cina
kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia. Sekitar tahun 1400 terjadi perubahan besar dan
itu adalah pendekatan kedokteran terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini mulai terwujud
dalam penolakan mereka terhadap berbagai hal yang dikemukakan tokoh-tokoh masa
lalu karena tidak sesuai dengan fakta yang ada (bandingkan penolakan Copernicus
terhadap teori astronomi Ptolemeus.
a. Ilmu Kedokteran Di Mesir kuno
Sekitar 2600 SM sudah banyak dokter dan dokter di Mesir. Dokter pertama di
Mesir sekitar 2600 SM. dipanggil Imhotep, dia dikenal karena fisiologi dan
penyakit. Secara tradisional, para dokter di Mesir kuno mempelajari kedokteran
di sekolah-sekolah kuil. Mereka belajar bertanya, memeriksa, dan merawat orang
sakit. Selain itu, mereka juga belajar tentang resep dokter, cara menentukan dosis,
dll. Menurut data sejarah, pada masa itu kedokteran gigi merupakan profesi yang
sangat penting dan banyak dicari.
b. Penulisan Medis India dimulai pada periode Weda 1500-1800 SM. berisi himne
yang disebut Atharta Veda, yang kemudian berkembang menjadi sistem yang
lebih rasional disebut Ayur Veda yang bertujuan untuk kesempurnaan moral.
Pengobatan Hindu kuno disusun dalam kitab Caraka. Kesehatan dilihat melalui
keseimbangan unsur tubuh (dhatus), kesehatan jiwa (prasana). Jika tidak

56
seimbang, itu menyebabkan rasa sakit. Tridhoshas - Dhatus (angin, empedu,
dahak).
c. Cina Sejarah pengobatan Cina berawal dari Dinasti Shang (1763-1123 SM).
Sakit: Hukuman leluhur. Wu adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menghilangkan penyakit. Pengobatan Tiongkok dimulai pada masa Dinasti Han,
dibentuk oleh tulisan-tulisan Huang Ti Nei Ching. Prinsipnya adalah
keseimbangan dua prinsip dasar alam, yaitu jing dan yang, dan sistem pertukaran
energi yang kompleks.

5. Ilmu Pertanian
Ilmu pertanian mempelajari reproduksi, tanaman, irigasi dan budidaya. Salah satu
kitab berbahasa Yunani, Al-Falahah An-Nabathiyah Terjemahan Hak (Pertanian
Nabatean), yang diatributkan kepada Abu Bakar Muhammad bin Ali Ibnu Wasyiyah,
memuat informasi tentang pertanian. Namun, buku ini tidak hanya tentang tanaman,
penanganan, perawatan, tetapi juga tentang sihir. Mempelajari sihir dilarang dalam
Islam (Khaldun, hal. 678).

6. Ilmu Kimia
Dalam ilmu ini dipelajari kandungan emas dan perak serta fungsi bahan
Produksi emas, perak. Ilmu ini juga mempelajari limbah/sampah, upaya fungsional
untuk memindahkan zat dari kemungkinan ke kenyataan, seperti pembubaran
benda (materi) menjadi penyusun alaminya dengan sublimasi dan pemadatan
benda cair (cair) dengan penyulingan. Sortasi (proses pengerasan menjadi kapur)
dengan cara menggiling benda-benda keras dengan alat gerinda seperti palu dll.
limabelas
Ahli kimia yang terkenal dalam bidang ini adalah Jabir bin Hayyan, oleh karena
itu mereka menyebut ilmu kimia dengan istilah “Ilmu Jabir”: Jabir bin Hayyan menulis
70 makalah tentang kimia, namun masih seperti teka-teki silang. Seorang filosof Timur
yang menjelaskan kimia secara sistematis adalah Ath-Thaghra Kemudian, Maslamah Al-
Majrithi, seorang ilmuwan Andalusia yang menulis buku tentang kimia.
Karya tentang kimia sering dibacakan kepada Al-Ghazal. Asumsi ini salah,
karena persepsi lanjutannya tidak memungkinkannya untuk belajar atau bahkan
menerima berbagai kesalahan teoretis kimia.

57
B. Dinamika Perjalanan Sejarah Ilmu Pengetahuan
1. Manusia, Akal dan Moral

Manusia adalah makhluk yang berpikir secara alami, mengetahui tentang dirinya
sendiri, tetangganya, Tuhannya, kehidupan sehari-harinya, dunia tempat mereka
menemukan diri mereka sendiri, asal dan tujuan keberadaan mereka dan segala
sesuatu yang berpartisipasi di dalamnya, ingin memulai, mencerminkan masa kini. .
Keinginan rasional ini adalah bagian alami dari keberadaan dan keberadaan manusia.
Sifat rasional kehadiran manusia adalah kealamian, normalitas, kealamian.
Keinginan untuk mengetahui (rasa ingin tahu) sebagai keinginan alami manusia
merupakan titik awal munculnya semua pengetahuan. Dengan kata lain, lahirnya ilmu
selalu didahului oleh keingintahuan manusia terhadap segala sesuatu. Apa yang
diketahui seseorang disebut pengetahuan. Ilmu yang mempelajari pengetahuan
manusia disebut filsafat pengetahuan (epistemologi atau teori pengetahuan) (Suharto,
2020).

2. Kegunaan Pengetahuan Sains


Temuan ilmiah secara alami memiliki nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari, yang
melayani hubungan antara manusia dan alam. Teori ilmiah memiliki tiga kegunaan,
yaitu sebagai alat eksplanasi, sebagai alat peramal, dan sebagai alat pengontrol.
a. Sebagai Alat Eksplanasi
Perkembangan keadaan pengetahuan sebelumnya biasanya berfungsi sebagai
bantuan untuk menjelaskan realitas. Menurut Jacob (1993), pengetahuan adalah
sistem penjelas yang paling andal dapat menjelaskan dan memahami apa yang
terjadi di masa lalu, sekarang dan masa depan. Bagaimana? Pada akhir tahun
1997, Indonesia mengalami krisis mata uang, sehingga nilai rupiah terdepresiasi
terhadap dolar (nilai tukar rupiah terhadap dolar turun). Gejala ini cukup
mempengaruhi kehidupan di Indonesia. Gejalanya adalah harga-harga naik.
Bagaimana gejala ini bisa dijelaskan?
Teori ekonomi (mungkin juga politik) dapat menjelaskan hal ini (jelaskan)
gejalanya. Sederhananya, teori ekonomi mengatakan bahwa karena banyak utang

58
luar negeri yang jatuh tempo (harus dibayar), maka utang itu harus dibayar dalam
dolar, maka banyak orang yang membutuhkan dolar, karena banyak orang yang
membeli dolar, maka harga dolar dalam rupiah.

b. Sebagai Alat Peramal


Saat dijelaskan, para ilmuwan biasanya sudah mengetahui faktor penyebab
gejala tersebut. Dengan menganalisis faktor dan gejala yang terjadi, peneliti dapat
membuat prediksi atau diagnosis berdasarkan latar belakang keilmuannya. Dari
faktor-faktor tersebut, peneliti dapat membuat prediksi atau prediksi. Dengan
menganalisis faktor penyebab, peneliti dapat membuat prediksi. Pada contoh nilai
tukar dolar sebelumnya, mudah bagi para ahli untuk memprediksi. Misalnya,
karena semakin banyak utang luar negeri yang jatuh tempo dalam beberapa bulan
mendatang, nilai tukar rupee terhadap dolar diperkirakan akan melemah (Maulana
et al., 2022).

c. Sebagai Alat Pengontrol


Pernyataan tersebut merupakan bahan untuk peramalan atau peramalan dan
untuk instrumen pengendalian. Perbedaan antara prediksi dan kontrol adalah
prediksi lebih pasif, karena ketika gejala tertentu muncul, kita dapat membuat
prediksi, misalnya keadaan atau kondisi tertentu juga akan terjadi. Pada saat yang
sama, supervisor lebih aktif dalam situasi tersebut, misalnya dengan mengambil
tindakan efektif untuk meminimalkan efek dari gejala tersebut..
Penjelasannya menjadi bahan prediksi dan konfirmasi. Ilmuwan tidak hanya
bisa membuat prediksi berdasarkan penjelasan gejala, tapi juga melakukan
pengawasan. Misalnya, contoh yang terkait dengan yang sebelumnya. Untuk
memperkuat nilai tukar rupiah diperlukan penundaan pembayaran utang,
sehingga pembayaran utang tertunda (Subiyakto et al., 2021). Apa yang dipantau?
Yang dikelola adalah kurs rupiah terhadap dolar agar tidak terapresiasi.
Pengendaliannya adalah kebutuhan dolar dikurangi dengan menunda pembayaran
hutang dolar. Untuk mengelola lebih efektif, lebih baik mengelola lebih dari satu
spesies. Dalam hal ekonomi ini, kita bisa meningkatkan kontrol, misalnya
menghentikan pembangunan proyek yang membutuhkan bahan impor. Kontrol
sebenarnya adalah tindakan yang seharusnya mencegah terjadinya gejala yang
tidak terduga atau diharapkan (ABBAS, 2020)

59
KESIMPULAN
1. Sejarah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
Serangkaian peristiwa ini terjadi bukan secara kebetulan, tetapi dengan sengaja. Ciri
khas benda bersejarah adalah rangkaian peristiwa yang selalu berproses ke arah
kehidupan yang lebih baik.
2. Kata filsafat, bahasa Arab untuk "filsafat" dan filsafat Inggris, berasal dari filsafat
Yunani. Filsafat terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti
kebijaksanaan. Istilah filsafat dalam arti yang paling dalam berarti love of wisdom
atau cinta kebijaksanaan.
3. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan bintang dan planet tetap.
Astronomi, berdasarkan metode geometris, menarik kesimpulan tentang keberadaan
bentuk lingkaran tertentu dan posisi berbeda yang menghasilkan gerakan yang terlihat
secara sensual.
4. Tabel astronomi Al-Khawarizmi dan Maslamah bin Ahmad Al-Majrit merupakan
sumber informasi penting bagi para pemikir Eropa.Ilmu astronomi ini berisi tabel
berdasarkan perhitungan menurut rumus aritmatika tentang lintasan spesifik setiap
bintang dan sifat pergerakannya. dengan menghitung operasinya cepat, lambat,
langsung, mundur, dll, sesuai dengan hukum yang berlaku.
5. Sejarah perkembangan fisika memiliki ciri era ilmu pengetahuan modern dengan ciri
pengamatan yang sangat mikroskopis. Paradigma yang berkembang adalah paradigma
atom. Menurut Richtmeyer, sejarah perkembangan fisika terbagi menjadi empat
periode, yaitu periode pertama, periode kedua, periode ketiga, dan periode keempat.
6. Pengobatan berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat, yaitu Mesir kuno,
Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia dan lain-lain. Sekitar abad ke-15
terjadi perubahan besar dalam pendekatan kedokteran terhadap ilmu pengetahuan.
7. Ilmu pertanian mempelajari reproduksi, tanaman, irigasi dan budidaya. Salah satu
kitab berbahasa Yunani, Al-Falahah An-Nabathiyah Terjemahan Hak (Pertanian
Nabatean), yang diatributkan kepada Abu Bakar Muhammad bin Ali Ibnu Wasyiyah,
memuat informasi tentang pertanian.
8. Dalam ilmu kimia mempelajari bahan-bahan emas dan perak serta fungsi bahan dalam
pembuatan emas dan perak. Ilmu ini juga mempelajari pemborosan dan operasi,
memindahkan materi dari kemungkinan ke kenyataan.

60
9. Kelahiran ilmu pengetahuan selalu didahului oleh keingintahuan manusia terhadap
segala sesuatu. Apa yang diketahui seseorang disebut pengetahuan. Ilmu yang
mempelajari pengetahuan manusia disebut filsafat pengetahuan.
10. Ada tiga kegunaan teori sains antara lain sebagai alat eksplanasi, sebagai alat peramal
dan sebagai alat pengontrol.

BAB V
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT

61
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani, philosophia. Philein artinya cinta,
mencintai, philos artinya pecinta, dan Sophia artinya kebijaksanaan atau hikmat.
Dengan demikian, filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
terhadap kebenaran sejati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab asal dan hukumnya. Ada tiga karakteristik berpikir filsafat, yaitu (1) sifat
menyeluruh, seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu dari
segi pandang ilmu itu sendiri; (2) sifat mendasar, yaitu sifat yang tidak saja begitu
percaya bahwa ilmu itu benar; (3) spekulatif, yaitu dalam menyusun sebuah lingkaran
dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya
dibutuhkan sifat spekulatif, baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya sehingga
dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Filsafat pertama muncul di Yunani kira-kira abad ke-7 SM. Banyak yang
bertanya- tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, bukannya di daerah yang beradab
lain kala itu, seperti Babilonia, Yudea (Israel), atau Mesir. Jawabannya sederhana,
yaitu di Yunani tidak seperti daerah lainnya, tidak terdapat kasta pendeta sehingga
secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang diberi gelar filsuf
adalah Thales dari Mileta -sekarang pesisir barat Turki. Akan tetapi, filsuf filsuf
Yunani yang terbesar tentu saja Socrates, Plato, dan Aristoteles Socrates adalah guru
Plato, sedangkan Aristoteles adalah murid Plato Bahkan, ada yang berpendapat bahwa
sejarah filsafat tidak lain hanyalah komentar komentar karya Plato. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Filsafat hadir ketika orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi tentang keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri pada
agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Filsafat juga pada
mulanya dikatakan sebagai awal dari hadirnya ilmu pengetahuan (mother of science)
dikarenakan filsafat seolah bisa menjawab semua pertanyaan mengenai segala sesuatu
atau segala hal, baik yang berhubungan dengan alam semesta, maupun manusia
dengan segala problematika dan kehidupannya. Sebagai permulaan dari ilmu
pengetahuan tentunya filsafat merupakan titik awal dari perkembangan ilmu
pengetahuan-ilmu pengetahuan yang sedang berkembang pesat pada saat ini Namun

62
seiring dengan perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang melahirkan berbagai disiplin ilmu baru dengan masing-masing spesialisasinya,
filsafat seakan akan telah berubah fungsi dan perannya.
Sejarah yang panjang mewarnai perkembangan filsafat yang dimulai dari
zaman klasik, zaman pertengahan dan zaman modern hingga sekarang ini. Berbagai
tokoh-tokoh filsafat barat, timur dan Islam menuangkan hasil pemikiran mereka demi
kemajuan ilmu pengetahuan. Proses sejarah masa lalu tidak dapat dielakkan begitu
saja bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruhi oleh filsafat Yunani. Para filosof
Islam banyak mengambil Pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik terhadap
pikiran-pikiran Platinus. Sehingga banyak teori-teori filosof Yunani diambil oleh
filosof Islam.
Kedatangan para filosof Islam telah banyak terpengaruhi oleh orang-orang
sebelumnya dan berguru kepada filosof Yunani. Bahkan kita yang hidup pada abad
ke-21 ini, banyak hal berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan
tetapi berguru bukan berarti mengekor atau mengutip, sehingga tidak dapat dikatakan
bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, karena filsafat
Islam telah mampu menampung dan mempertemukan berbagai aliran pemikiran.
Seorang filosof berhak mengambil sebagian pandangan orang lain, tetapi hal
itu tidak menghalanginya untuk membawa teori-teori dan filsafatnya sendiri. Ibnu
Sina misalnya, walaupun sebagai murid yang murni dari Aristoteles tetapi ia
mempunyai pandangan tersendiri yang tidak dikatakan oleh gurunya. Filosof-filosof
Islam secara umum hidup di dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda dengan
filosof-filosof lain, sehingga salah jika kita mengabaikan berbagai pengaruh kondisi
ini dalam pemikiran dan teori-teori mereka. Jadi, dunia Islam mampu menyusun suatu
filsafat untuk dirinya sendiri yang berjalan seiring dengan nilai pokok agama dan
kondisi sosialnya, dan tidak ada sesuatu apapun yang dapat menolong untuk mengenal
dan mengetahui hakikat filsafat ini, kecuali harus mempelajari dan menjelaskannya.
Dengan adanya perkembangan filsafat yang begitu signifikan dari zaman yunani
kuno, maka dari itu berdasarkan sejarah nya filsafat tersebut dapat terbagi menjadi 3
zaman perkembangan yaitu di era filsafat Barat, filsafat Timur, dan filsafat Islam.

METODELOGI
Makalah ini dibuat dengan metode studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan
cara mencari informasi, mengkaji dan menelaah sumber-sumber literatur yang berasal dari

63
jurnal, artikel, makalah, prosiding, buku yang bersumber dari website sciencedirect, google
scholar dan website terlegalisasi serta memiliki keterkaitan dengan objek pembahasan.

PEMBAHASAN
A. Filsafat Barat
Filsafat berkembang pada falsafi orang yunani kuno yang dimana memiliki
pemikiran yang sistematis,radikal dan kritis. Misalnya aliran empirisme,postivisme
dan filsafat analitik. Filosofi ini mengandung kebenaran korespondensi dan koherensi.
Pada abad ke-18, filsafat Barat mengalami kejayaannya dari masa-masa sebelumnya
yang mengalami keterpurukan. Filsafat Barat pada abad tersebut memiliki nama
periodesasi masing-masing. Salah satu contohnya seperti pada filsafat di Jerman
dengan julukan masa Aufklarung atau Pencerahan.Sedangkan pemakaian terma
Inggris menamakan masa Enlightment
Filsafat barat secara sistematis terbagi tiga bagian besar yaitu :
● Bagian filsafat ada yang mengkaji (being)
● Bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistemology)
● Nilai filsafat yang mengkaji nilai yang dilakukan manusia (aksiologi)
1. Sejarah Filsafat Barat
Sejarah Filsafat Barat terbagi dalam 4 periode:
a. Zaman Kuno (600 SM 4OO M).
Para Filsuf Alam (Pra Socrates)Filsafat Filsuf Alam muncul pada abad
ke 6SM dengan ciri khas parafilsuf yang menanyakan tentang asal mula alam
(arche). Awalnya perkara alam lebih condong ke pada pembahasan mitologis,
namun lama-lama pembahasan itu berubah menjadi kosmologis.Beberapa
filsuf mengemukakan pendapatnya tentang hakikat asal muasal alam.
b. Zaman Keemasan Yunani
Jika pada zaman kuno filsafat Barat beralih dari mitologis ke
kosmosentris, filsafat barat pada zaman keemasan beralih paham dari
kosmosentris ke antroposentris, yaitu tentang hakikat manusia secara
seutuhnya. Pada zaman keemasan ini muncul tiga tokoh utama yang sangat
berperan dalam memajukan Filsafat Barat. Berikut biografi dan pemikiran
sedikit dari Socrates, Plato dan Aristoteles
1. Socrates Sokrates hidup tahun 469-399 SM, ia memindahkan filsafat dari
langit ke bumi dan manusia sebagai obyeknya. Socrates memberikan

64
ajarannya dengan kebijakan atau kautaman (arate), yaitu pengetahuan
tentang yang baik adalah satu dan menyeluruh. Sokrates juga dikenal
dengan metode maieutik Selain itu dalam proses pemikirannya Sokrates
percaya akan adanya wujud Tuhan walaupun dalam riwayat hidupnya
dianggap membuat dewa baru.
2. Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM., dan meninggal pada tahun
347 SM pada usia 80 tahun. Plato merupakan pengikut sekaligus murid
setia dari Socrates. Intisari pemikiran filsafat Plato adalah pendapatnya
tentang Idea.Konsep ‘pengertian’ yang dikemukakan Sokrates diperdalam
oleh Plato menjadi idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada
pandangan dan pendapat orang banyak. Idea timbul semata mata dari
kecerdasan berpikir.’Pengertian’ yang dicari dengan pikiran adalah idea.
Idea pada hakekatnya sudah ada.
3. Aristoteles Aristoteles lahir di Stageria di Semenanjung Kalkidike,
Trasia(Balkan) pada tahun 384 SM., dan meninggal di Kalkis pada tahun
322 SM, di usianya ke-63. Ia menemukan persoalan besar diantaranya
logika,matematika,fisika dan metafisika. Aristoteles terkenal sebagai
‘bapak’ logika. Logika tidak lain dari berpikir secara teratur menurut
urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Aristoteles
sendiri memberi nama model berpikirnya tersebut dengan nama
‘analytica’, Intisari dari ajaran logikanya adalah silogisme. Silogisme itu
terdiri dari : Semua manusia akan mati, Socrates seorang manusia dan
Socrates akan mati
c. Zaman Hellenisme
Hellenisme diambil dari kata ‘Hellas’ yang berarti Yunani. Pada masa
Hellenisme ini, filsafat Yunani menyebar ke seluruh wilayah Iskandar Agung,
India Barat sampai ke Mesir. Kegiatan intelektualitas berada di pusat Yunani.
Sehingga, masa ini disebut masa Yunani atau Hellenisme

d. Zaman Patristik dan Skolastik (400 1500 M)


Pada zaman patristik dan skolastik terjadi dominasi dari gereja dan
iman kristini. Sehingga tidak khayal pada zaman ini dinamakan zaman
patristic. Selain itu, banyak sekolah didirikan digereja sebagai tempat belajar

65
mengajar, sehingga dinamakan zaman skolastik.Pada zaman ini merupakan
zaman penghujung zaman kuno dan abad pertengahan. Pada zaman ini terjadi
sekitar tahun 900 dan 1200.
e. Zaman Patristik
Patristik berasal dari kata ‘ Patres’ berarti Bapa Gereja atau Pater yang
diangkat dari bahasa Yunani, mengingat dominasi yang muncul pada zaman
sebelumnya yaitu zaman keemasan Yiunani . Pada zamanini dibagi menjadi
dua bagian, pertama patristik Yunani dan kedua yaitu Patristik Romawi.2.
f. Zaman Skolastik
Kata ‘Scolastik ’ berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘guru’. Zaman
ini disebut zaman skolastik karena pada zaman ini filsafat mulai diajarkan
dibiara-biara dan universitas sebagai kurikulum tetap.Pada zaman ini
pemikiran fenomenal Plotinus didunia filsafat mulai diganti dengan pemikiran
Aristoteles. Pemikiran Aristoteles Dikenalkan oleh para filsuf Islam sepeti
Avecina (980-1087)Mamonides, dan Averroes (1126- 1198).
g. Zaman Modern (1500-1800 M)
Renaissance Zaman Renaissance merupakan zaman kelahiran kembali
kebudayaan klasik Yunani dan Romawi. Zaman ini terjadi pada tahun 1400
s.d 1600 dengan pemahaman yang antroposentris yang menggeser
pemahaman kosmosentris. Bidang ilmu yang muncul pada saat ini adalah
seni, kesusastraan dan ispirasi dari yunani- romawi. Beberapa tokoh pada
zaman ini adalah N. N. Macchiavell (1469-1527), Th. Robbers(1588-1679),
F. Bacon(1561- 1626), Th. More(1478-1535)
1) Zaman Barok Pada zaman barok pemahaman yang disebar melanjutkan
zaman renaissance. Sedangkan pusat pemahaman yang tersebar pada
zaman ini yaitu mengenai pemahaman Matematika atau Matematikus
sebagai dasar filsafatnya.
2) Zaman Pencerahan. Pada zaman ini memiliki nama berbeda-beda. Saat
masuk zaman Jerman, dinamakan zaman Aufklarung sedangkan di Inggris
dinamakan zaman Enlightenment atau Fajar Budi. Zaman ini dinamakan
zaman pencerahan karena pada zaman ini manusia semakin menekankan
pada aspek rasionya dan mengindahkan aspek mitologis.Pada zaman ini
salah satu pemikiran yang terkenal yaitu muncul dari tokoh Immanuel

66
Kant dari Jerman dengan pemahamanya ‘Saphire Aide!’ yang artinya
(beranilah berfikir).
3) Zaman Romantik. Pada zaman romantik terdapat aliran Idealisme dengan
pemahaman penting mengenai ide. Tokoh yang berperan yaitu F.Hegel
dengan kemunculanya pada abad 19 dan 20. Sedangkan filsuf lainnya
yaitu ada J. Fichte (1762- 1814), F.Schelling (1775-1854) yang berasal
dari Jerman. Kedua filsuf tersebut menyumbangkan pemikirannya yang
besar di zaman romantik.
h. Zaman Sekarang (1800 )
1) Positivisme
Gerakan aliran positivisme inilah yang mengembangkan bagaimana
suatu kebenaran didapat dengan empirisme, dengan bukti nyata.Tokoh
filsuf yang terkenal di Positivisme adalah Isidore Auguste Marie Francois
Xavier Comte (1798- 1857)
2) Marxisme
Sesuai namanya dalam paradigma Marxime terinspirasi dari
filsufsensasional dari Jerman Karl Marx yang kemudian dikembangkan
lagi oleh Engels. Secara universal pemikiran Karl Marx bertumpu pada
tiga pokok yaitu
● perkembangan histori berlangsung melalui sintesis ketegangan
atau kontradiksi yang inheren-dialektika;
● institusi sosial dan politik dibentuk dan ditentukan oleh ekonomi
materialisme historis;
● gerakan dialektik sejarah terungkap dalam pertentangan atau
konflik antar kelompok-kelompok ekonomi pertentangan kelas.
3) Eksitensialisme
Tokoh dari pandangan eksistensialisme yang terkenal adalah Friedrich
Nietzsche. Filsuf kenamaan dari jerman dan termasuk tokoh yang
kontroversial dimana Nietzche menganggap dunia adalah hampa atau
kekosongan. Fokus filsafatnya adalah pengembangan diri manusia
semaksimal mungkin, dan analisis kebudayaan di jamannya. Ia
menekankan sikap menerima dan merayakan kehidupannya, kreativitas,
kekuasaan, segala kontradiksi, serta absuditas hidup manusia. Ia menolak
untuk mengakui adanya dunia lain di luar dunia ini. Ide paling penting

67
didalam filsafat Nietzsche adalah ide penerimaan pada hidup. Dengan
pemikirannya ini ia memberikan inspirasi besar bagi para penyair, filsuf,
sosiolog, atis dan para pemikir progresif di kemudian hari.Tokoh
eksistensialisme yang lain adalah Søren Aabye Kierkegaard (5Mei 1813-
11 November 1855), K. Jeespers.
4) Fenomenolog
Tokoh filsuf fenomenologis diantaranya Edmund Gustav Albrecht
Husserl dan Max Scheler.Pandangan fenomenologi melihat bahwa hal
yang dituju manusia adalah nilai. Jika ada orang yang mengejar
kenikmatan, maka hal itu bukan demi kepuasan perasaan, melainkan
karena kenikmatan yang dipandang sebagai suatu nilai.
5) Pragmatisme
Tokoh-tokoh filsuf pragmatisme yang terkenal ada William James Dan
John Dewey. Pragmatisme dalam pandangan William James Merupakan
sikap memandang jauh terhadap benda-benda pertama
6) Neo-Kantianismc dan neo-tmisme
Tokoh yang terkenal adalah Joseph Marechal dan A.
Sertilliangers.Joseph Marechal dalam karya filsafat terpentingnya adalah
Le point dedepart de la metaphisique (Titik Tolak Metafisika dalam lima
jilid dari tahun 1922 sampai 1926, yang terakhir diterbitkan setelah dia
meninggal). Menurut Marechal, pengetahuan obyektif didasari pada suatu
analisis dari akhir rasio.
7) Filsafat Analitis
Wittgenstein adalah penulis Tractatus Logico-Philosophicus yang
merupakan sumber inspirasi kaum logis-positivis dalam hal analisis antara
pernyataan yang bermakna dengan pernyataan yang tidak bermakna.
Dalam karyanya kemudian, Philosphical Investigations dia mengoreksi
pandangan awalnya dalam Tractatus dan lebih menekankan pendekatan
holistik-praktis dalam pendekatan terhadap persoalan bahasa.

8) Strukturalisme
Claude Lévi-Strauss berpendapat bahwa "pikiran primitif"memiliki
struktur yang sama dengan pikiran yang "beradab" dan bahwa ciri-ciri
manusia itu sama saja di mana- mana. Strukuralisme didefinisikan sebagai

68
"pencarian pola pola pikiran tersembunyi di dalam segala bentuk kegiatan
manusia".
2. Tokoh dari filsafat barata.
a. Wittgenstein mempunyai aliran analitik yang menyerupai ilmu ilmu alam empiris
sehingga criteria berlaku dalam ilmu eksata yang juga harus diterapkan pada
filsafat
b. Immanuel kent mempunyai aliran kritik yang tidak mau melewati batas pemikiran
manusiawi. Yang dimana terdiri dari kritik atas rasio murni hakikat kenyataan
yang dioenuhi, Kritik atas praktis ,apa yang harus saya buat dan kritik atas daya
pertimbangan
c. Rene Descartes berpendapat bahwa kebenaran terletak pada subjek yang mencari
proses nya,kebenarannya dan kita pergunakan ide ide yang jelas dan tajam

B. Filsafat Timur
Tradisi filsafat ditimur berkembang di cina dan india yang bersamaan dengan
berkembangnya yunani kuno. Yang dimana perkembangan filsafat ini bersifat
spritualistik. Nama nama filsuf antara lain Lao tse, Kong Hu Cu,Zhuang zi dll.
Filsafat China yang terbagi menjadi dua pemahaman. Filsafat Konfusianisme Dan
Taoisme. Kemudian India ada pemahaman filsafat Hindu dan Budha.Sedangkan Islam
seperti yang ada ditimur tengah secara garis besar terbagi menjadi filsafat teoretis (al-
hikmah al-nazhariyyah) dan filsafat praktis (al-hikmah al-‘amaliyyah). Pemikiran
filsafat timbul terkadang tidak rasional.tidak sistematis dan tidak kritis karena
pemikiran timur lebih dianggap agama daripada filsafat. Salah satu ciri khas dari
Filsafat timur yaitu akan pemahamanya yang lebih kepada tentang Ketuhanan atau
berkaitan dengan Agama.
1. Filsafat Persia dan Timur Tengah
Filsafat Persia dan Timur Tengah yang tertua berada di Negara India dengan
pemahaman yang mendominasi yaitu tentang philosophia. Ajaran ini memaparkan
tentang cara-cara yang dapat ditempuh agar manusia mencapai kebahagiaan yang
kekal. Hinduisme sendiri merupakan suatu kepercayaan monetheistik yang hanya
pada satu Tuhan. Selain itu, ajaran Hinduisme juga familiar dengan istilah
Sanathana Dharma. Filsafat India bercorak religius dan etis. Sejarah filsafat India
dibagi menjadi empat periode, yaitu periode Weda (1500-600 SM), periode

69
Wiracarita (600 SM-200 M), periode Sutra -Sutra (200-sekarang), periode
Skolastik (200M-sekarang).
2. Filsafat Cina
Filsafat Cina berkembang sekitar abad ke 6 SM. Saat itu pemerintahan
dibawah tonggak kepemimpinan Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang
Tze yang sudah menjadi perhatian dunia. Mereka dberi julukansebagai peletak
dasar dan pengasas filsafat China. Pemikiran mereka yang sistematis dan
terbentuk dengan apik mampu meluapkan filsafat Yunani dan Romawi saat
itu.Filsafat Cina dibagi dalam empat periode, yakni zaman kuno (600-200
SM),zaman pembauran (200 SM-1000 M), zaman neo- konfusianisme(1000-1900
M),dan zaman modern (1900-sekarang)

C. Filsafat Zaman Islam


a. Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang
dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah,
Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru
Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-
daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323
SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah
timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan
kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan kebudayaan
Yunani dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di
wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di
Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam
belum begitu nampak karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak
tertuju kepada kebudayaan Arab. Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada
masa Dinasti Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki
peranan penting dalam struktur pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran
Yunani berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga

70
tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat
meningkat pada zaman Khalifah Al-Makmun (198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan
naskah- naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam
bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam. Dalam Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha
penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa
Yunani saja, tetapi juga naskah-naskah dari berbagai bahasa, seperti bahasa
Siryani, Persia, dan India.
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran signifikan dalam
kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal al-Dīn al-Afgani, seorang murid
Mazhab Mulla Shadra saat di Persia, menghidupkan kembali kajian filsafat Islam
di Mesir. Di Mesir, sebagian tokoh agama dan intelektual terkemuka seperti Abd.
al-Halim Mahmud, Syaikh al- Azhar al-marhum, menjadi pengikutnya.
Filsafat Islam di Persia, juga terus berkembang dan memainkan peran yang
sangat penting meskipun terdapat pertentangan dari kelompok ulama Syi’ah.
Tetapi patut dicatat bahwa Ayatullah Khoemeni, juga mempelajari dan
mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam) selama berpuluh puluh tahun di Qum,
sebelum memasuki arena politik, dan juga Murtadha Muthahhari, pemimpin
pertama Dewan Revolusi Islam, setelah revolusi Iran 1979, adalah seorang filosof
terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad Baqir al-Shadr, pemimpin politik
dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat Islam.
b. Filsafat Islam
Periode antara 750 M dan 1100 M merupakan abad masa keemasan dunia
Islam. Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga
membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat
mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. Plato dan Aristoteles
telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya
mazhab Peripatetik.
Al-Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara
berpikir logis (logika) pada dunia lslam. Berbagai karangan Aristoteles, seperti
Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-
Farabi ke dalam bahasa Arab. AI-Farabi juga telah membicarakan berbagai sistem
logika dan cara berpikir deduktif dan induktif. Di samping itu, ia dianggap sebagai

71
peletak dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Karena jasanya, Al-Farabi diberi
gelar Guru Kedua, sedangkan gelar Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al- Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya
mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al-Farabi telah memberikan definisi dan
batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Al-Farabi
mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang, yaitu logika, percakapan,
matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqh (hukum). IImu percakapan
dibagi lagi ke dalam bahasa, gramatika, sintaksis, syair, menulis, dan membaca.
Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi menjadi imat mufrad, preposisi, aturan
penulisan yang benar, aturan membaca dengan benar, dan aturan mengenai syair
yang baik. llmu logika dibagi dalam delapan bagian, dimulai dengan kategori dan
diakhiri dengan syair (puisi). Matematika dibagi dalam tujuh bagian, yaitu
aritmetika, geometri, optika, astronomi, musik, hisabaqi, dan mekanika.
Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai pengetahuan
tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu. Politik dikatakan
sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika dan politika. Perkataan
politieia yang berasal dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
menjadi madani, yang berarti sipil dan berhubungan dengan tata cara mengurus
suatu kota. Kata ini kemudian sangat populer digunakan untuk menyepadankan
istilah masyarakat sipil menjadi masyarakat madani. Ilmu agama dibagi dalam
ilmu fiqh dan ilmu ketuhanan/kalam (teologi).
Buku Al-Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin untuk konsumsi bangsa Eropa dengan judul De Divisione
Philosophae. Karya lainnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul De Scientiis atau De Ortu Scientearum. Buku ini mengulas berbagai jenis
ilmu, seperti ilmu kimia, optik, dan geologi. Al-Farabi (w. 950) terkenal dengan
doktrin wahda al-wujud membagi hierarki wujud, yaitu: (1) di puncak hierarki,
wujud adalah Tuhan yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain; (2) para
malaikat di bawahnya merupakan sebab bagi keberadaan yang lain; (3) benda-
benda langit (angkasa); (4) benda-benda bumi.
Perkembangan filsafat di dunia Islam ini sebenarnya mengambil tempat yang
istimewa. Sebab, dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa
dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi filsafat Barat (Yunani). Ada dua

72
pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama
mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani, seperti
Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354-430 M), yang
kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480- 524 M) dan John
Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-
orang Yunani, yaitu dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab oleh filsuf Islam, seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap
pendapat pertama, Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya. Menurutnya, dalam
filsafat Islam ada empat aliran berikut.
1) Peripatetik, ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistemologis adalah
menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme),
serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang
terkenal, yaitu Al-Kindi (w. 866), Al-Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037),
Ibnu Rusyd (w. 1196), dan Nashir Ad-Din Thusi (w. 1274).
2) Aliran lluminasionis (Israqi). Menurutnya, dunia ini terdiri atas cahaya dan
kegelapan. Baginya, Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati
(nur al-anwar), cahaya di atas cahaya.
3) Aliran `Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang
bersifat suprarasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal,
pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah
Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
4) Aliran Hikmah Muta'aliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang filsuf
Syi'ah, yaitu Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan
nama Shadr Ad-Din Asy-Syirazi, atau yang dikenal dengan Mulla Shadra,
yaitu seorang filsuf yang berhasil menyintesiskan ketiga aliran di atas.
c. Periodisasi Perkembangan Filsafat Islam
Jalaluddin dan Usman Said pada bukunya Filsafat Pendidkan Islam Konsep
dan Perkembangan dalam Zuhdi, Afwan. mengemukakan perkembangan
periodisasi filsafat pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Periode awal perkembangan Islam


Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini
merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadis, yang

73
keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain,
bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Qur’an dan hadis,
tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya
dengan masyarakat seperti yang digambarkan oleh Islam.
2. Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa’
al-Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut
meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan
kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19.
Walaupun pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa
pertimbangan yang dijadikan dasar pembagian itu. Pertama, sistem
pemerintahan; kedua, luas wilayah kekuasaan; ketiga, kemajuan-kemajuan
yang dicapai; dan keempat, hubungan antar negara. Dari dasar pertimbangan
tersebut, maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya
sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan
tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu.
3. Periode Modern
Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah Islam,
yaitu menurut Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun
1800 M. periode ini ditandai dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani
Ummaiyah secara politik dan dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Beberapa
pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut
sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat pendidikan
Islam pada periode modern. Seperti Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986),
membidangi secara profesional bidang pengkajian Islam,
d. Ciri - Ciri Filsafat Islam
Filsafat Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Filsafat Religius.
Topik-topik filsafat Islam bersifat religius, dimulai dengan meng-
Esakan Tuhan dan menganalisis secara universal dan menukik ke teori
keTuhanan yang tak terdahului sebelumnya.

2. Filsafat Rasional.

74
Akal manusia juga merupakan salah satu potensi jiwa dan disebut
rasional soul. Walaupun berciri khas religius-spritual, tetapi tetap bertumpu
pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia dan alam,
karena wajib al-wujud adalah akal murni. Ia adalah obyek berpikir sekaligus
obyek pemikiran.
3. Filsafat Sinkretis
Filsafat Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti
mendekatkan dan mengumpulkan dua sudut, dalam filsafat ada aspek-aspek
yang tidak sesuai dengan agama. Sebaliknya sebagian dari teks agama ada
yang tidak sejalan dengan sudut pandang filsafat. Para filosuf Islam secara
khusus konsentrasi mempelajari Plato dan Ariestoteles. Untuk itu mereka
menerjemahkan dialog-dialog penting Plato. Republik, hukum, Themaus,
Sophis, Paidon, dan Apologia (pidato pembelaan Socretes).
4. Filsafat yang Berhubungan Kuat dengan Ilmu Pengetahuan
Filosof Islam menganggap ilmu-ilmu pengetahuan rasional sebagai
bagian dari filsafat. Misalnya adalah buku As-Syifa’ milik Ibnu Sina yang
merupakan Encyclopedia, Al-Qanun, kemudian Al-Kindi mengkaji
masalah-masalah matematis dan fisis. Al-Farabi mempunyai kajian Ilmu ukur
dan mekanik.

KESIMPULAN

75
Filsafat merupakan dasar-dasar dari keseluruhan yang terjadi pada dirimanusia serta
makhluk hidup lain yang ada di muka bumi ini baik dari awal penciptaan manusia
dimuka bumi ini, ilmu-ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmulainnya Filsafat merupakan teoritis
ilmu yang dapat mematahkanteori lain dengan adanya pembuktian yang menyatakan bahwa
teori itu dapat diterima dengan akal pikiran serta terbukti kebenarannya atau
disebutempirisme.Secara garis besar filsafat Timur banyak memasukkan unsur-unsuragama
yang menjadikan filsafat Timur memiliki   ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat
Barat, sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur
dikatakan sebagai fisafat, walaupun terdapat perbedaan- perbedaa n diantara filsafat Barat
dan Timur keduanya tidak dapat nilai manayang lebih baik karena memiliki keunikan
tersendiri. Selain itu, keduanyadiharapkan dapat saling melengkapi khazanah filsafat secara
luas.
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran signifikan dalam
kehidupan intelektual dunia Islam. Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat
Yunani. Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-
naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah
dilakukan sejak masa klasik Islam. Filsafat islam memiliki ciri-ciri yaitu religious, rasional,
sinkretis, berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan.

BAB VI
FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN
A. Latar belakang
Sebagai landasan setiap agama, filsafat sangat penting bagi doktrin, kajian, gagasan, dan
ideologi aliran pemikiran semapi keagamaan. Ilmu dimulai dengan persepsi manusia terhadap
suatu objek. Ilmu sangat luas untuk menelaah filsafat adalah salah satu ilmu pengetahuan
yang memedomani manusia dalam hal mencari fakta ketika menempuh kehidupan. Bagi
manusia, ini berarti memiliki rasa komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip jalan
hidupnya, apakah itu uhan, altruistik, atau bahkan kebenaran. Ini dikenal sebagai tanggung
jawab. Menurut analisis dasbor, filsafat adalah atribut mendasar yang dimiliki umat manusia.
Setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar lebih banyak tentang keadaan sekitarnya,
baik yang sedang belajar maupun sedang belajar untuk kedua kalinya.
Menurut definisi yang ketat, filsafat adalah cinta atau perubahan perilaku selama pertemuan.
"inta keahlian" artinya "cinta pada pemahaman". Kadang-kadang, orang merujuk pada filsafat

76
atau filsafat pikiran. Pengetahuan didefinisikan sebagai mereka yang menggunakannya
sebagai strategi bisnis dan tujuan hidup. (ohammad) dalam alinea lain yang lebih rinci,
Menurut Louis O. Kattsoff, filsafat adalah suatu jenis analisis kritis hukum pidana yang
menitikberatkan pada suatu persoalan tertentu dan memerlukan tindakan segera, serta
pertimbangan sistematis dari sudut pandang tertentu yang berfungsi sebagai landasan suatu
persoalan tertentu (disebut sebagai “Suhar”)macam daan pokok-pokok permasalahan yang
tunduk pada filsafat di antaranya menyangkut logika, etika, estetika, metafisika, dan politik.
Meniadakan bagian pertama ini menyebabkan munculnya bagian-bagian filsafat yang lebih
terspesialisasi di antara filsafat ilmu
Ilmu Filsafat adalah cabang epistemologi yang secara khusus mengkritisi pengertian
"pengetahuan Ilmiah" dalam kaitannya dengan pengetahuan. Pemahaman filsafat dan filsafat
ilmu secara garis-garis akan dituliskan dalam makalah ini. Filsafat dapat digunakan untuk
menjelaskan sumber intuisi filosofis seseorang melalui berbagai pengamatan dan eksperimen
yang mengungkap keyakinan terdalam seseorang. Karena itu, filsafat juga dikenal sebagai
"ibu dari ilmu pengetahuan", dan hasil karya filsafat dapat menjadi batu loncatan untuk
pengembangan gagasan apa pun. Lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang
dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan untuk kepentingan perkembangan ilmu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus
bahasan dalam makalah ini adalah

1. Apa pengertian filsafat ilmu ?


2. Bagaimana Perkembangan Filsafat Ilmu?
3. Apa hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-ilmu pengetahuan lainnya?
4. Apa peranan Filsafat Ilmu dalam ilmu pengetahuan
5. Bagaimana filsafat menjadi induknya ilmu?
6. Apa alasan yang menjadikan filsafat menjadi induknya ilmu?

C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sains?
2. Mengetahui ciri-ciri dan cara kerja Filsafat ilmu?
3. Mengetahui sejarah perkembangan Filsafat Ilmu?
4. Mengetahui hubungan antara filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan lainnya?
5. Mengetahui peranan Filsafat dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan?

77
6. Mengetahui filsafat sebagai induknya ilmu?

Metodelogi Penulisan
Dalam kepenulisan makalah in, penulis menggunakan metode studi literatur. pengumpul data
dalam penyusunan makalh ini dengan menggunakan berbagai literatul, seperti buku,
handbook, jurna, dan berbagai refrensi laman pengetahuan di internet lainnya yang berkaitan
dengan topik kepenulisan makalah ini. proses pengumpulan data dilakukan dengan
menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Menurut empirisme, filsafat berasal dari bahasa filsafat Yunani dan terdiri dari kata
"philos" dan "sophia", yang keduanya berarti kesepakatan atau kesepakatan dengan
subjek tertentu. Filsafat digambarkan sebagai kecintaan tertentu mengenai keahlian
yang sesuai dengan syariah (kesamaan buat menyenangi keahlian). Pengertian filsafat
pada tataran terminologis sangat luas dan subyektif, atau bisa merujuk pada
bagaimana seseorang membuat penilaian berdasarkan sudut pandang pribadinya
sendiri. Menggunakan pemikiran kefilsafatan yang sama yang identik dengan itu, para
filsuf menguraikan filosofi pengertian.
B. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang membentuk Filsafat Ilmu. Jika
pernyataan kedua benar, maka Filsafat Ilmu adalah sekelompok orang yang ingin
menjawab pertanyaan tentang hakekat ilmu yang datang dari perspektif ontologis,
epistemologis, atau aksiologis. Dengan kata lain, filsafat ilmu adalah cabang
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara khusus mengkritisi keutuhan ilmu.
C. Pendekatan dalam mempelajari Filsafat

Tujuan dari pendekatan filsafat adalah untuk memberikan informasi tentang


sesuatu yang terletak di seberang objek yang bersangkutan. Ini bisa berbentuk
pandang atau paradigma. Dengan kata lain, komposisi filsafat adalah upsay yang
dilakukan untuk menjelaskan apa yang ada di balik sesuatu yang bermakna. Secara
umum, pesan ini dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan pengaruhnya
terhadap definisi filsafat, yaitu sebagai produk dan sebagai proses. Sebagai produk,
telusuri filsafat sebagai kumpulan tulisan dan harta benda yang dibentuk oleh filsuf.

78
Sebaliknya, filsafat sebagai proses mengacu pada filsafat sebagai bentuk atau cara
berpikir tertentu yang sejalan dengan kaidah berpikir. filsafat menurut donnny gahral
adian ( 2002) terdapat empat pendekatan dalam melihat/memhami filsafat, yaitu :
pendekatan definisi, pendekatan sistematika, pendekatan tokoh, pendekatan sejarah.
a. pendekatan definisi

Dalam pendekatan ini, filsafat dipahami melalui berbagai macam definisi yang
telah disepakati oleh para penganutnya. Penelusuran asal kata sangat penting
dalam hubungan ini karena, di permukaan, kata filsafat berfungsi sebagai
kristalisasi atau representasi dari banyak konsep yang terkandung dalam definisi.
Alhasil, memahami istilah “filsafat” cukup membantu dalam memahami
definisinya.

b. pendekatan sistematika

objek materiil filsafat adalah sarwa yang ada dengan berbagai variasi substansi
dan tingkatan. objek materill ini bisa ditelaah dari berbagai sudut sesuai dengan
fokus keterangan yang diinginkan. variasi fokus telaahan yang mengacu pada
objek formal melahirkan berbagai bidang kajian dalam filsafat yang
menggambarkan sistematika filsafat.

c. pendekatan tokoh

Objek pendekatan tokoh dalam filsafat adalah sarwa yang ada dengan berbagai
variasi substansi dan tingkatan. Pendekatan ini dapat dibuat dari berbagai sumber
sesuai dengan fokus keterangan yang diinginkan. Variasi fokus yang dilakukan
pada objek formal meliputi berbagai jenis bidang kajian dalam dokumen-
dokumen yang mengilustrasikan sistematisasi filsafat.

d. pendekatan sejarah

Pendekatan ini bertujuan memahami filsafat dengan melihat aspek sejarah dan
perkembangan pemikiran filsafat dari waktu ke waktu dengan melihat
kecendrungan-kecendrungan umum sesuai dengan semangat zamannya,
kemudian dilakukan pengecekan secara berkala untuk melihat apakah filsafat
perkembangan mengalami kemajuan secara bertahap.

D. Sudut pandang terhadap filsafat

79
Tiga sudut pandang mengamati filsafat. Sudut pandang dalam berbagai jenis ini
menggambarkan beberapa jenis pemahaman yang dapat dicapai dengan menggunakan
kata filsafat sehingga setiap pengguna akan mengalami konsep yang berbeda. Berikut
merupakan salah satu jenis sudut pandang filsafat :
1. filsafat sebagai metode berpikir ( philosophy as a method of thought)
2. filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy as a way of life)
3. filsafat sebagai ilmu ( philosophy as a science )

Ketika digunakan sebagai metode, filsafat dimengerti sebagai langkah-langkah manusia


mendekati tiap keadaan secara radikal dan menyeluruh. Filsafat dianggap sebagai cara
hidup yang berfokus pada dasar-dasar kehidupan sehari-hari, apakah itu intelektual,
emosional, atau praktis. adapaun filsafat sebagai ilmu, artinya melihat filsafat sebagai
displin ilmu yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan hakikat ilmu apapun yang
diberikan.
E. CIRI-CIRI FILSAFAT

Dari tindakan tersebut terbukti bahwa filsafat adalah suatu teknik berpikir
yang memiliki ciri-ciri tertentu. Sutan takdir alisiahban, syarat-syarat berpikir yang
juga disebut memiliki “filsafat”, khususnya mengenai:

1. berpikir dengan teliti;


2. berpikir menurut aturan yang pasti;

Kedua ciri ini menunjukkan bahwa pengumpulan informasi dilakukan secara


langsung. Ini dijelaskan sebagai bagian dari prosedur berfilsafat. Sedangkan
pendapat Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri berfilsafat adalah radikal,
sistematis, dan universal. Radikal bermakna berpikir sampai ke akar-akarnya
(radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dirusak oleh berbagai
pemikiran konvensional yang ditulis ulang sebelumnya, berbeda bentuknya
sampai dengan berbagai konsekuensinya. Logika sistematis didasarkan pada
aturan logika fundamental yang dapat diterapkan pada situasi apa pun. Gagasan
universalitas berlaku untuk semua orang, tidak hanya untuk wilayah tertentu di
mana maknanya paling lemah.
Sementara itu, Sudarto (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri berpikir filsafat adalah;

a. matodis: menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (ahli
filsafat) dalam proses berfikir;

80
b. sistematis: berfikir dalam suatu keterkaitan antarunsur dalam suatu keseluruhan
sehingga tersusun pola pemikirsn filosofis;
c. koheren: diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang
bertentengan dan tersusun secara logis;
d. rasional: mendasarkan pada kaidah berpikir yang benar dan logis (sesuai dengan
kaidah logika);
e. radikal: berpikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau pada tingkatan
esensi yang sedalam-dalamnya;
f. komprehernsif: berpikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi);
g. universal: muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas
kehidupan manusia secara keseluruhan;

Oleh karena itu, berfilsafat atau berpikir filsafat tidak selalu merupakan tindakan pikir
yang sederhana, seperti halnya ketika seseorang melakukan pikir pada kaidah-kaidah
yang relevan secara disiplin. Menurut pandangan konvensional, manusia merupakan
homo sapiens, namun hal ini tidak berarti bahwa semua manusia adalah filsui. Oleh
karena itu, untuk mencapai kebenaran jawaban secara jelas sebagai perwujudan
kebenaran kecintaan, berpikir filsafat memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus-
menerus selama proses berpikir..

F. OBJEK FILSAFAT

Objek Filsafat, yaitu pernyataan atau bahan yang dibuat adalah (hal yang
dijadikan sasaran penyelidikan). Atau apapun yang tersedia. “ada” dalam kalimat ini
memiliki tiga arti, yaitu “ada in kenyataan”, “ada in pikiran”, dan “ada in
kemungkinan”. Di permukaan, filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang unik dan
terlepas dari kehidupan sehari-hari. Sebab, segala sesuatu yang ada dan yang diduga
dapat menjadi objek filsafat jika dipertanyakan berulang-ulang harus dicurigai secara
radikal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Louis Kattsoff menegaskan bahwa
wilayah kerja filsafat bukanlah fokus utama organisasi; sebaliknya, itu mencakup
semua pengetahuan manusia dan apa pun yang ingin dipahami umat manusia.
Langeveld (1955) menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran
keseluruhan sarwa sekalian secara radikal dan menurut sistem. Sementara itu, Mulder
(1966) menjelaskan bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berpikir tentang diri sendiri

81
dan tempattempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan yang begitu
penting. Dengan demikian, persoalan itu dapat disebut persoalan pokok, yaitu:
1. adakah Tuhan dan siapa Tuhan itu?;
2. apa dan siapakah manusia?;
3. apakah hakikat dari segala realitas, apakah maknanya, apakah instarinya?

Lebih jauh, E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy


(1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat
menunjukan objek filsafat) adalah truth (kebenaran) mind (pikiran), the relation of
matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), space and time (ruang dan
waktu), cause (sebab-sebab), freedom (kebebasan), monism versus pluralism serba
(tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).
Pendapat-pendapat yang mendapatkan seberapa luas dan mencakup filsafat,
baik terdiri dari substansi masalah atau sudut pandangnya dalam masalah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah setiap objek yang bergerak di
dalam pandan dan sebuah kajian yang bergerak di dalamnya (radikal). Secara lebih
tertata, para ahli memasukkan objek filsafat ke dalam objek material dan objek
formal. Objek materi adalah objek yang secara wujud dapat dikatakan bahan telaahan
dalam berpikir, tetapi objek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang
dalam melihat objek materii tertentu.

Menurut Endang Saefuding Anshori (1981) objek materiil filsafat sarwa yang
ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi tiga
persoalan pokok, yaitu :
a. hakikat Tuhan;
b. hakikat alam;
c. hakikat manusia;
Sebaliknya, tujuan sistem pengarsipan formal adalah mencari korespondensi radikal
dengan objek pengarsipan formal. Dengan demikian, objek filsafat material berfokus pada
substansi yang hadir dan berpotensi tersedia bagi manusia, sedangkan objek filsafat formal
menggambarkan cara dan signifikansi objek material yang diberikan. Dengan kata lain, objek
filsafat formal bergerak ke dasar pandang yang digunakan untuk mengukur objek
filsafat.Bidang-bidang kajian/sistematika filsafat, antara lain:

a. Ontology

82
Kata "ontologi" berasal dari kata "ada", dan kata "ontos" berarti "milik".
Sebaliknya, logo menandakan kepercayaan. Ontologi adalah studi tentang keberadaan
dan implikasinya. (suparlan

Soeharto (112). "Yang ada secara nyata," sebuah kenyataan yang sesungguh-
sungguhnya, adalah arti dari Yunani ke. 142 Nadiroh Ontologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mendalami hakikat pengetahuan. Apa sebenarnya yang dikatakan?
(Jujun R. Suriasumantri : 61). Perlu juga dicatat bahwa ontologi dalam studi
pengetahuan meneliti asumsi tentang apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam
hal keyakinan tentang apa yang benar dan siapa yang bertanggung jawab atas apa
yang "ada" (yang ada). 143 (Nadiroh, 2011) Berdasarkan kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa Ontologi adalah pembahasan tentang pengamatan gejala yang
terjadi pada suatu penelitian tertentu yang tidak dipengaruhi oleh keinginan lain.

b. Epistemologi

Menurut etimologi, istilah "epistemologi" merupakan gabungan dua kata dari


bahasa Yunani, yaitu "episteme" dan "logos". "Episteme" adalah istilah untuk
pengertian, tetapi "logo" lebih umum digunakan untuk menunjukkan adanya
pemahaman yang sistemik. Epistemologi pada dasarnya merupakan cabang pemikiran
keagamaan yang menekankan keutuhan, kebijaksanaan, dan pemahaman akan
kebenaran. Apa yang bisa dipelajari manusia? Dari manakah umat manusia menerima
pengajaran? Apakah ada cara bagi manusia untuk mengkomunikasikan
pengetahuannya, atau apakah mereka hanya harus menerima pendapatpendapat satu
sama lain? Apakah kemampuan manusia untuk memahami fakta-fakta indera terbatas,
atau adakah ruang bagi pemahaman manusia untuk melampaui apa yang terungkap di
dalam? Nama teori pengetahuan adalah epistemologi, yang berasal dari kata Cina
untuk pengetahuan, episteme (pengetahuan). Ada tiga persoalan santun dalam bidang
ini:

1) sumber-sumber pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang benar itu


datang, dan bagaimana manusia dapat mengetahui? Ini semua adalah
problem “asal “ (origins)
2) Apakah watak dari pengetahuan? Apakah ada dunia yang riil di luar akal,
dan kalau ada, dapatkah manusia mengetahui?.Ini semua merupakan
problem penampilan (apperience) terhadap realitas.

83
3) Apakah pengetahuan manusia itu benar (valid). Bagaimana membedakan
antara kebenaran dan kekeliruan?Ini adalah problema mencoba menguji
pengetahuan (verification).
Istilah "aksiologi" berasal dari suku kata Yunani "yaitu", dan mengacu pada aksioma
yang mungkin berarti "menurut atau salah". Sebaliknya, logo yang menunjukkan
pengetahuan. Aksiologi dipandang sebagai teori yang valid. Aksiologi ilmu (nilai)
adalah ilmu pengetahuan yang menyelubungi hakekat nilai, yang berlaku menurut
sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai penyelidikan tentang apa yang dipakukan. Yang
dimaksud dengan “nilai-nilai” adalah parameter untuk apa saja yang disebut sebagai
“kebenaran” atau “kenyataan” karena berkaitan dengan bagaimana kehidupan kita
sehari-hari melibatkan berbagai jenis bangunan, seperti bangunan sosial, bangunan
fisik yang terbuat dari material, dan bangunan simbolis yang masing-masing
menonjolkan kualitas unik mereka sendiri. Di luar itu, aksiologi juga menguraikan
poin-poin penting yang harus kita pertimbangkan saat mempraktekkan pengetahuan.
Menurut Suriasumantri, teori aksiologi didasarkan pada penerapan pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi adalah
alat pemahaman manusia tentang kehidupan sehari-hari, dengan fokus pada tata
krama. Terlepas dari itu, sistematisasi filsafat dapat dilakukan dengan menjawab tiga
pertanyaan berikut yang diajukan oleh Immanuel Kant:
1) apa yang dapat saya ketahui ?
2) apa yang dapat saya harapkan ?
3) apa yang dapat saya lakukan ?

Tiga wilayah filsafat terbesar—Willayah Penetahuan, Wilayah Ada, dan


Wilayah Nilai—teridentifikasi dari penyelidikan sebelumnya. Dari wilayah
sebelumnya, diklasifikasikan lebih lanjut sebagai wilayah tertentu yang menekankan
nilai estetika dan keindahan (keindahan). Ada bidang yang termasuk dalam ontologi
dan metadisisme, dan ada bidang pengetahuan yang termasuk dalam empat kategori:
metodologi, epistemologi, dan logika.

Plato ( 427-347 SM) membedakan lapangan atau bidang-bidang filsafat ke dalam :


1. Dialektika, (yang mengandung persoalan idea-idea atau pengertian-
pengertian umum)
2. Fisika, (yang mengandung persoalan dunia materi)

84
3. Etika, (yang mengandung persoalan baik dan buruk
Aristoteles (382-322 SM) berpendapat bahwa filsafat dapat dibagi ke dalam empat
cabang yaitu:
1. Logika, merupakan ilmu pendahuluan bagi filsafat
2. Filsafat teoritis yang mencakup tiga bidang: 1) Fisika, 2) Matematika, 3)
Metafisika.
3. Filsafat praktis yang mencakup tiga bidang yaitu 1) Etika, 2) Ekonomi, 3)
Politik.
4. Poetika (kesenian)

Al-Kindi membagi filsafat ke dalam tiga bidang yaitu:


1. Ilmu Thabiiyat (Fisika), merupakan tingkatan terendah
2. Ilmu Riyadhi (matematika), merupakan tingkatan menengah
3. Ilmu Rububiyat (Ketuhanan), merupakan tingkatan tertinggi

Al-Farabi
1. Filsafat Teori meliputi matematika, fisika, dan metafisika.
2. Filsafat praktis meliputi etika dan politik

H.De Vos menggolongkan filsafat ke dalam :


1. Metafisika (pemikiran di luar kebendaan)
2. Logika (cara berfikir benar)
3. Ajaran tentang Ilmu Pengetahuan
4. Filsafat Alam
5. Filsafat Kebudayaan
6. Filsafat sejarah
7. Etika (masalah baik dan buruk)
8. Estetika (masalah keindahan, seni)
9. Antropologi (masalah yang berkaitan dengan manusia)

Hasbullah Bakry (1978) menyatakan bahwa di zaman modern ini pembagian/cabang


filsafat terdiri atas:

85
1. Filsafat teoritis yang terdiri dari: logika, metafisika, filsafat alam, filsafat
manusia.
2. Filsafat praktis. Terdiri dari : etika, filsafat Agama, filsafat kebudayaan

Prof. H. Ismaun membagi cabang-cabang filsafat sebagai berikut:


1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni)
4. Metafisika
5. Politik (filsafat pemerintahan/negara)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat pendidikan
8. Filsafat ilmu
9. Filsafat hukum
10. Filsafat sejarah
11. Filsafat matematika

• Richard A.Hokpin Membahas Filsafat ke dalam tujuh cabang penelaahan


yaitu:
1. Etics (etika)
2. Political Philosophy (filsafat politik)
3. Metaphisics (metafisika)
4. Philosophy of Religion (filsafat Agama)
5. Theory of Knowledge (teori pengetahuan)
6. Logics (logika)

• Alburey Castell membagi filsafat ke dalam:


1. Ketuhanan (theological problem)
2. Metafisika (methaphysical problem)
3. Epistemologi (epistemological problem)
4. Etika (ethical problem)
5. Politik (political problem)
6. Sejarah (historical problem)

86
• Endang Saifuddin Anshori membagi cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
1. Metafisika yaitu filsafat tentang hakekat yang ada dibalik fisika, tentang
hakekat yang bersifat transenden, di luar atau di atas jangkauan pengalaman
manusia.
2. Logika yaitu filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3. Etika yaitu filsafat tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk.
4. Estetika yaitu filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek
5. Epistemologi yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan
6. Filsafat-filsafat khusus lainnya seperti: filsafat hukum, filsafat sejarah,
filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan dan lain
sebagainya.

Pencabangan filsafat dengan cara-cara yang diuraikan di atas sangat penting untuk
dipahami guna melihat perkembangan keluasan dari zat-zat yang dirujuk sama dalam
filsafat. Dan dari segi teoretis, hal ini sangat mungkin terjadi bersamaan dengan
pergeseran cara pandang masyarakat terhadap objek-objek filsafat material
(Suhasraputra, 2004: 27-30).

87
KESIMPULAN

Menurut empirisme, filsafat berasal dari filsafat Yunani dan terdiri dari kata-kata
seperti "kesukaan" atau "kencintaan" yang mengacu pada situasi tertentu. Namun,
terminologi yang digunakan dalam filsafat sangat luas dan seringkali mengacu pada
keyakinan subjektif individu daripada tindakan mereka secara keseluruhan. Sebaliknya,
maksud Filsafat Ilmu adalah untuk menjawab pertanyaan tentang hakikat ilmu yang berasal
dari perspektif ontologis, epistemik, atau aksiologis. Dengan kata lain, filsafat ilmu adalah
cabang epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara khusus mengkritisi keutuhan ilmu.
Secara umum, ada beberapa cara berbeda untuk mengkategorikan filsafat. Baik filsafat
sebagai produk maupun filsafat sebagai proses dibahas dalam cara-cara tersebut di atas.
Sebaliknya, menurut Donnny Gahral Adian (2002), ada delapan cara pendekatan membaca
atau memahami filsafat, meliputi definisi, sistem, tokoh, dan sejarah. lalu Ada 3 sudut
pandang saat melihat filsafat.

Filsafat sebagai teknik berpikir, cara hidup, atau disiplin akademik hanyalah beberapa
contoh dari apa itu filsafat (filsafat sebagai ilmu) Selain itu, ada beberapa amalan yang
disebut “filsafat” dalam buku tersebut, antara lain: “berpikir dengan teliti”, “berpikir menurut
aturan yang pasti”, Selain itu, Sudarto (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri agama penganutnya
adalah: matodis, sistematis, koheren, rasional, radikal, komprehernsif, dan universal.
Kemudian ada Objek Filsafat, yaitu pernyataan atau item yang digariskan (hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan). Atau apapun yang tersedia. "ada" dalam kalimat ini memiliki tiga arti:
dalam kenyataan, pikiran, dan kemungkinan. dan Menurut Endang Saefuding Anshori (1981),
ada tiga jenis pokok yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan sebuah materi: hakikat

88
Tuhan, akikat alam, dan kikat manusia. Dengan kata lain, objek filsafat formal bergerak ke
dasar pandang yang digunakan untuk mengukur objek filsafat. Ontologi, epistemologi, dan
aksiologi merupakan komponen utama Sistematika secara keseluruhan.

BAB VII
PERBEDAAN ANTARA PENGETAHUAN DAN ILMU

PENDAHULUAN
D. Latar Bealakang
Setiap manusia menginginkan dirinya mengetahui segala sesuatu yang benar.
Karena hanya kebenaran yang manpu memuaskan rasa keingintahuan manusia.
Pengetahuan bertujuan untuk mengetahui yang benar (kebenaran), demikian pula
dengan ilmu yang memiliki tujuan untuk mencapai kebenaran. Dalam ilmu, manusia
bisa memperoleh pengetahuan yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang
sistematis. Pengetahuan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang kita ketahui
tentang objek tertentu, termasuk pengetahuan. Oleh karena itu, sains adalah bagian
dari pengetahuan yang diketahui manusia di samping banyak jenis pengetahuan
lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan adalah gudang kekayaan spiritual yang
secara langsung atau tidak langsung memperkaya hidup kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat pengetahuan?
2. Bagaimana menjadi manusia berpengetahuan?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang hakikat pengetahuan
2. Agar mahasiswa mengetahui makna pengetahuan bagi manusia

89
KAJIAN TEORI
Pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia tentang perpaduan atau kerja sama
antara yang mengetahui dengan objek yang diketahui. Segala sesuatu yang kita ketahui
tentang objek tertentu. Menurut Notoatmodjo dalam Rahman, M. T. (2020), pengetahuan
adalah hasil dari perasaan manusia, atau hasil dari pengetahuan seseorang tentang objek
melalui indranya (mata, hidung, telinga). , dll). Jadi pengetahuan adalah banyak hal yang
diperoleh seseorang melalui panca indera.
Menurut Notoatmodjo dalam Rahman, pengetahuan MT (2020) merupakan hasil
mengetahui setelah seseorang menemukan suatu objek tertentu. Pendeteksian terjadi melalui
indra manusia yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan atau
persepsi adalah area yang sangat penting dari tindakannya (dalam hal perilaku). Pengetahuan
juga didefinisikan sebagai informasi yang dibutuhkan seseorang secara terus menerus untuk
memahami sebuah pengalaman (B. Lawson & Potter, 2012 dalam Rahman, M. T. (2020).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui terkait
dengan proses pembelajaran (KBBI, (2019) dalam Rahman, M. T. (2020).
Menurut Ziman (1980) dari DA Soelaiman, RS Putra (2019), dalam esai “Apa itu
Sains?” Lihat berbagai definisi sains. Dari beberapa definisi ilmiah yang dipelajarinya, dapat
dikatakan bahwa definisi berikut dianggap paling relevan dan disukai oleh banyak filsuf.
“Ilmu adalah kebenaran yang diperoleh dengan kesimpulan logis dari pengamatan empiris
(berpikir logis dan berpikir induktif)”. Definisi ini biasanya didasarkan pada prinsip induksi,
yaitu bahwa apa yang tampaknya terjadi berkali-kali hampir selalu terjadi dan dapat
digunakan sebagai fakta atau hukum dasar untuk menyusun suatu struktur teori yang kokoh.
Pentingnya pemikiran spekulatif telah diakui, dengan asumsi dikendalikan oleh kesesuaian
dengan kenyataan (DA Soelaiman, RS Putra, 2019)

90
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Sains adalah pengetahuan, tetapi
pengetahuan belum tentu pengetahuan, karena pengetahuan dapat diperoleh dengan atau
tanpa metode ilmiah, yaitu dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa
informasi yang kita terima dari otoritas atau otoritas. Sedangkan pengetahuan harus diperoleh
dengan metode ilmiah, yaitu dengan metode penalaran, berpikir induktif. Pengetahuan adalah
tubuh gagasan, pemikiran, gagasan, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang
dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Sedangkan sains adalah
keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Pengetahuan lebih bersifat spontan, sedangkan sains lebih sistematis dan bijaksana.
Pengetahuan jauh lebih luas daripada sains, karena pengetahuan mencakup semua yang sudah
diketahui orang tanpa standarisasi yang sistematis. (DA Soelaiman, RS Putra, 2019).
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab alamah. Arti kata ini adalah pengetahuan. Sains sering
disamakan dengan kata bahasa Indonesia science, yang berasal dari bahasa Inggris “science”.
Kata “sains” sendiri berasal dari kata Yunani “scire” yang berarti “pengetahuan”. “Sains”,
yang berasal dari kata Latin “scientia”, yang berarti “pengetahuan”, adalah aktivitas
sistematis membangun dan mengkodifikasi pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan
prediksi tentang alam semesta. Berdasarkan Kamus Oxford, sains didefinisikan sebagai
aktivitas intelektual dan praktis dari mempelajari secara sistematis, melalui observasi dan
eksperimentasi, struktur dan perilaku dunia fisik dan alam.” (Blackburn, 2005 dalam
Rahman, M.T. 2020). Definisi ilmiah oleh ahli antara lain:
 Mohamad Hatta mendefinisikan pengetahuan sebagai pengetahuan biasa tentang
bekerjanya hukum-hukum sebab-akibat dalam suatu kelas masalah yang memiliki sifat
yang sama baik dari segi letak yang tampak secara eksternal maupun struktur internalnya.
 Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag mengatakan bahwa sains itu empiris, rasional,
umum dan sistematis, keempatnya sekaligus.
 Karl Pearson mengatakan bahwa sains adalah deskripsi yang komprehensif dan koheren,
atau deskripsi secara sederhana tentang fakta-fakta pengalaman.
 Ashley Montagu menyimpulkan bahwa sains adalah pengetahuan yang diorganisasikan
ke dalam sistem yang berasal dari pengamatan, penelitian, dan percobaan untuk
menentukan sifat-sifat prinsip materi yang dipelajari. Pak Halsojo percaya bahwa sains
adalah akumulasi pengetahuan yang sistematis, dunia empiris, yaitu dunia yang terikat
oleh unsur-unsur ruang dan waktu, dan perkiraan seluruh dunia yang dapat diamati
dengan panca indera manusia pada prinsipnya. dijelaskan.

91
 Afanasieff menjelaskan bahwa pengetahuan tentang alam, masyarakat dan pemikiran
adalah manusia. Ini mencerminkan sifat dan konsep, kategori dan hukum, dan validitas
dan validitasnya diuji oleh pengalaman praktis.
Menurut D. Kusnadi, DKK (2019), manusia adalah makhluk yang menempati tempat (unik)
dalam ekosistem, tetapi sangat tergantung dan menjadi bagian dari ekosistem itu sendiri.
Berikut definisi manusia:
 Ludwing Binswanger: Manusia memiliki kemampuan untuk hidup, menyadari
keberadaannya, dan mempertahankan keberadaannya di dunia.
 Thomas Aquinas: Manusia adalah substansi sempurna yang terdiri dari tubuh dan jiwa.
 Betrand Russell: Manusia diciptakan dalam keadaan egois. Dalam bahasa manusia, kata
"manu" (Sanskerta) berasal dari "manusia" (Latin) yang berarti pemikiran, kecerdasan,
atau makhluk cerdas (mampu menguasai makhluk hidup lainnya).
Istilah manusia dapat diartikan sebagai konsep atau fakta, ide atau realitas, kelompok (genus)
atau individu. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah SWT.
Kesempurnaan manusia adalah fungsi dan tugasnya sebagai khilafah konsekuensi di planet
ini. Al-Quran menjelaskan bahwa manusia berasal dari Bumi.
METODELOGI
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah adalah dengan cara mengumpulkan
berbagai informasi yang diambil dari beberapa sumber referensi artikel, jurnal, dan makalah
yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat dengan cara membaca dan mempelajari
beberapa literatur yang berkaitan dengan topik permasalahan yang menjadi objek
pembahasan.
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pengetahuan
1. Teori tentang Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge atau pengetahuan) merupakan bagian integral dari
aksiden manusia, sebagaimana pengetahuan adalah produk dari 'pikiran'. Pemikiran
(natiqiyyah) adalah pembeda (fashl) yang memisahkan manusia dengan sesama
hewan, binatang. Padahal, kehebatan manusia dan "mungkin" keunggulannya atas
spesies lain adalah karena pengetahuan manusia. Adanya perbedaan pandangan
dunia (worldviews) menimbulkan perbedaan ideologi. Inilah realitas kehidupan
manusia dengan cara pandang dan ideologi yang berbeda. Sains, dalam hal ini,
bukan lagi aktivitas otak: penerimaan, perekaman, dan pemrosesan pikiran,

92
melainkan objeknya. Para pemikir menyebutnya sebagai epistemologi ilmiah (Teori
Pengetahuan atau Nadzariyyah al-ma'rifah).
Epistemologi sebagai ilmu sebenarnya berkembang di dunia Barat belum
lama ini, lebih dari tiga abad. Di sisi lain, mempelajari ini sebagai ilmu yang mandiri
belum umum di dunia Islam. Di dunia Barat, kita telah melihat ledakan kebebasan
berekspresi yang besar dan dahsyat di semua lini, mengubah cara berpikir mereka.
Hegemoni dan kendali gereja atas sains terguncang. Akibat runtuhnya gereja, yang
secara apriori melihat dunia atas nama Tuhan dan agama, mereka berusaha mencari
alternatif lain untuk pandangan dunia mereka. Namun demikian, pada umumnya
muncul dua aliran: aliran rasionalis dan aliran empiris. Dari kaum rasionalis muncul
Descartes, Immanuel Kant dan Hegel, dari kaum empirisis Auguste Comte yang
positivis, William James yang pragmatis dan Francis Bacon yang sensualis.
Berbeda dengan Barat, tidak ada ledakan seperti itu di dunia Islam. Karena
dalam Islam, agama dan sains sangat erat kaitannya. Ada beberapa friksi antara
agama dan sains, tetapi itu minimal dan muncul karena penafsiran teks-teks agama
yang tergesa-gesa. Namun secara keseluruhan, agama dan sains saling mendukung.
Bahkan cukup banyak ulama Islam yang juga ulama, seperti Ibnu Sina, Al-Farabi,
Jabil bin Al-Hayan, Al-Kwalizmi, Syekh al-Tushi.
2. Mungkinkah Manusia Mempunyai Pengetahuan?
Pertanyaan epistemologis yang telah lama dipelajari adalah apakah
pengetahuan itu mungkin. Ada orang yang mengingkari atau meragukan ilmu.
Misalnya, Georgia, bapak kaum Sofis, pernah berkata: "Segala sesuatu tidak ada.
Jika tidak dapat diketahui, atau jika dapat diketahui, maka tidak dapat
diinformasikan." , atau memiliki alasan kuat untuk mengklaim bahwa mereka adalah
tidak bisa diandalkan. Salah satunya, Philo, mendalilkan bahwa pengetahuan tidak
mungkin terjadi karena kesalahan akal dan akal. Kedua, ketika dia mengatakan
bahwa akal dan akal sering atau selalu bersalah, itu berarti dia tahu akal dan akal itu
salah, dan itu juga pengetahuan. . Namun argumen Philo tidak mengarah pada
kesimpulan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang mustahil.
Menurut Ibnu Sina, ada cara lain yang lebih efektif untuk menghadapi
mereka, yaitu dengan menyerang mereka. Jika mereka merasakan sakit, berarti
mereka tahu bahwa mereka sedang sakit (ujung dawa` kay). Rene Descartes telah
memainkan peran kunci dalam kebangkitan rasionalisme di Barat. Muhammad Vakil
Sadr memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Dia adalah seorang pemikir yang

93
telah mengalami skeptisisme terhadap pengetahuan dan realitas. Bangunan
rasionalnya didasarkan pada keraguan tentang realitas dan pengetahuan. Dia mencari
landasan iman kepada Tuhan, alam, jiwa dan kota Paris. Descartes menemukan
dasar atau alat keyakinan dan pengetahuannya adalah akal dan akal. Namun, belum
ada yang dibahas.
Imam al-Ghazali, yang dulu skeptis terhadap realitas, bertahan dan menjadi
pemikir filsafat dan tasawuf yang hebat. Pepatahnya yang terkenal adalah,
"Keraguan adalah kendaraan yang mengarah pada keyakinan."

3. Sumber dan Alat Pengetahuan


Kebenaran adalah pernyataan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Baik
logika deduktif maupun induktif menggunakan premis-premis dalam proses
penalaran, berupa pengetahuan yang dianggap benar. Pada dasarnya, ada dua cara
utama seseorang memperoleh pengetahuan yang benar. Ini tentang mengandalkan
alasan dan pengalaman. Rasionalis mengandalkan akal, empirisis mengandalkan
pengalaman.
Singkatnya, bagi kaum rasionalis, gagasan bersifat apriori, pengalaman yang
diperoleh orang melalui pemikiran rasional. Berbeda dengan rasionalis, empiris
berpendapat bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui pemikiran konkret
daripada abstrak dan dapat diekspresikan melalui indera. Selain rasionalisme dan
empirisme, ada cara lain untuk memperoleh pengetahuan. Hal terpenting yang perlu
kita ketahui adalah intuisi dan wahyu. Intuisi adalah pengetahuan yang diperoleh
tanpa proses pemikiran tertentu. Intuisi bersifat pribadi dan tidak dapat diprediksi.
Pengetahuan intuitif dapat digunakan sebagai hipotesis untuk analisis lebih lanjut
untuk menentukan apakah argumen itu benar. Wahyu adalah pengetahuan yang
diturunkan dari Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini dikomunikasikan melalui
para nabi yang telah diutus Tuhan selama berabad-abad. Agama bukan hanya ilmu
yang relevan dengan kehidupan sekarang menurut pengalaman, tetapi juga hal-hal
yang bersifat transendental: keyakinan kepada Tuhan sebagai sumber ilmu,
keyakinan kepada nabi sebagai perantara, juga termasuk iman kepada wahyu.

4. Sumber dan Alat Pengetahuan


a. Alam Fisik

94
Tanpa indera, seseorang tidak dapat mengetahui alam realitas. Dalam
filsafat Aristoteles pengetahuan melalui indera terkandung dalam enam
pengetahuan aksiomatik (badihiyyat). Indera memainkan peran yang sangat
penting dalam pengetahuan, tetapi itu hanya kondisi umum, bukan kondisi yang
cukup. Bahkan, dalam kajian-kajian filsafat Islam mutakhir, mereka menyatakan
bahwa ada dua macam objek ilmu (al-ma'lum): (1) objek ilmu esensial dan (2)
objek ilmu insidental.

b. Alam Akal
Rasionalis percaya bahwa akal, terlepas dari alam atau alam fisik, adalah
sumber dan alat pengetahuan. Mereka mengira bahwa akal sebenarnya adalah
alat pengetahuan, dan indra hanyalah pembantu. aktivitas mental:
1. Menarik kesimpulan, yaitu menarik hukum untuk kasus tertentu dari
hukum umum. Kegiatan ini secara logis disebut silogisme kategorikal
empiris.
2. Memahami konsep umum. Ada dua teori yang menjelaskan aktivitas
intelektual ini. Yang pertama adalah teori bahwa alasan pertama-tama
menghilangkan karakteristik pembeda dari beberapa karyawan,
meninggalkan kesamaan yang mereka miliki. Teori ini disebut teori
Tajir-Intiza. Kedua, teori bahwa pengetahuan intelektual tentang konsep-
konsep umum melewati tiga tahap: kontak dengan materi, pencatatan
mental, dan generalisasi.
 Bentuk pengelompokan. Akal memiliki kemampuan untuk membagi
segala sesuatu yang ada di alam realitas menjadi kelompok-
kelompok. Misalnya, realitas dikelompokkan ke dalam entitas dan
aksen (yang terdiri dari sembilan jenis).
 Pemisahan dan pembongkaran
 Integrasi dan penyebaran.
 Kreativitas.
c. Analogi (Tamtsil)

95
Analogi adalah alat kognisi manusia. Dalam bahasa fikih, analogi
disebut qiyas. Analogi menetapkan hukum sesuatu berdasarkan kesamaan dua
hal, menggunakan hukum yang sudah ada dalam sesuatu yang lain. Analogi
terdiri dari beberapa elemen.
1) Asal, hal dimana hukum diketahui.
2) Cabang, yang merupakan subkasus dimana hukum harus diketahui.
3) Asal dan kesamaan industri.
4) Aturan Asal. Ada dua analogi khususnya:
 Analogi interpretasi. yaitu ketika ada hukum yang jelas yang sebab
atau alasannya tidak jelas.
 Analogi yang digambarkan oleh Irat adalah ketika hukum dan
pertanyaan Irat sudah jelas.
5) Basis Pengetahuan Secara simbolis, manusia memakan buah pengetahuan
melalui Adam dan Hawa. Setelah itu, seseorang harus hidup dengan ilmu
sebagai senjata. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang benar-benar
dapat mengembangkan pengetahuan. Hewan juga memiliki pengetahuan,
tetapi pengetahuan itu terbatas pada kelangsungan hidup. Intinya adalah
orang memiliki tujuan khusus dalam hidup yang lebih tinggi daripada
kelangsungan hidup. Hal inilah yang mendorong manusia untuk
mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Hal ini memungkinkan manusia
menjadi makhluk yang unik. Pengetahuan ini dikembangkan terutama
melalui dua faktor: bahasa dan kemampuan berpikir dengan cara tertentu.
a) Hakikat Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang mengarah pada suatu
kesimpulan. Pikiran menghasilkan pengetahuan yang berkaitan dengan
aktivitas berpikir daripada emosi. Sebagai kegiatan berpikir, penalaran
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Ada pola berpikir yang secara umum dapat disebut logika, dan setiap
pemikiran memiliki logikanya masing-masing, dan kita juga dapat
menyimpulkan bahwa pemikiran adalah aktivitas pemikiran logis.
Berpikir logis didefinisikan sebagai berpikir menurut pola atau logika
tertentu.

96
 Penalaran yaitu sifat analitis proses berpikir. Argumen adalah kegiatan
berpikir analitis, dan kerangka analitis adalah logika pemikiran itu.
Dengan kata lain, berpikir ilmiah adalah kegiatan analisis yang
menggunakan logika ilmiah. Demikian pula untuk argumen lain yang
menggunakan logikanya sendiri. Sifat analitis ini adalah hasil dari pola
pikir tertentu.
b) Induksi
Induksi adalah ide menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individu. Penalaran induktif terbatas pada membangun argumen yang
dimulai dengan pernyataan khusus dan diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. Kesimpulan umum ini penting karena memiliki dua
keuntungan: (1) ekonomis, dan (2) memungkinkan proses penalaran lebih
lanjut.
c) Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir yang mengarah dari pernyataan
umum ke kesimpulan konkrit. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir
yang berlawanan dengan penalaran induktif. Penalaran deduktif biasanya
menggunakan pola pikir yang disebut silogisme. Kebenaran kesimpulan
tergantung pada tiga hal: kebenaran premis mayor, kebenaran premis
minor, dan validitas kesimpulan. Jika salah satu dari ketiga faktor tersebut
tidak terpenuhi, kesimpulannya akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang terorganisir secara apriori.
d) Kriteria Kebenaran
Tidak semua orang memiliki persyaratan yang sama untuk apa yang
mereka anggap benar. Ada beberapa teori yang terbentuk dalam
mempertimbangkan kriteria kebenaran. Pertama, teori koherensi, yang
menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan harus sesuai dengan
pernyataan dan kesimpulan sebelumnya agar dianggap benar.
Sederhananya, suatu pernyataan dianggap benar jika konsisten atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar, berdasarkan
teori konsistensi. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang dibingkai
oleh bukti teoretis yang koheren. Pandangan lain adalah bahwa kebenaran
didasarkan pada teori korespondensi. Bagi pendukung teori korespondensi,
suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung

97
dalam pernyataan itu sesuai (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh
pernyataan itu. Dengan kata lain, jika seseorang mengatakan “Ibukota
Republik Indonesia adalah Jakarta”, hal itu benar karena pernyataan
tersebut memiliki subjek nyata, yaitu Jakarta sebenarnya adalah ibu kota
Republik Indonesia.
Hal ini berbeda dengan teori praktis yang dikemukakan oleh Charles S.
Peirce (1839-1924) dalam bukunya Philosophy of Science. Teori ini
kemudian dikembangkan oleh seorang filsuf Amerika. Bagi para pragmatis,
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut berhasil dalam kehidupan nyata. Artinya, suatu pernyataan
dikatakan benar jika pernyataan itu atau hasil dari pernyataan itu benar-
benar digunakan dalam kehidupan manusia. Pragmatis memandang metode
ilmiah sebagai cara memperoleh pengetahuan tentang alam yang mereka
anggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan fenomena alam. Kriteria
pragmatisme ini juga digunakan oleh para sarjana untuk menilai kebenaran
dari segi waktu.
B. Menjadi Manusia Berpengetahuan 
Kemampuan manusia menggunakan ide untuk mengelola lingkungan merupakan
kemampuan mendasar yang memungkinkan manusia untuk berpikir. Manusia dapat
mengubah diri mereka melalui pikiran mereka. Benar bahwa sebagian besar perubahan
manusia adalah hasil dari aktivitas berpikir. Oleh karena itu, wajar jika pemikiran
menjadi konsep kunci dalam wacana apa pun tentang peran manusia di bumi. Artinya
tanpa berpikir, sifat manusia tidak ada artinya dan tidak bisa eksis. Oleh karena itu,
kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan
implikasi utama yang terlibat dalam aktivitas berpikir dan kognitif. Melalui ruh ini,
manusia bisa berkembang lebih jauh dari makhluk lain agar terbebas dari stagnasi
kekhalifahan di muka bumi.Anda bisa menentukan pilihan. Ada pandangan yang
merendahkan orang, dan ada pandangan yang mengagungkan mereka. Semua perspektif
ini diperlukan untuk menjaga keseimbangan makna manusia. Menurut Hamdani
(2011:89), beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli untuk lebih memahami
manusia.Plato (427-348). Dalam pandangan Plato, manusia dilihat secara dualistis, yaitu
unsur jasad dan unsur jiwa. Jasad akan musnah, sedangkan jiwa tidak. Jiwa mempunyai
tiga fungsi (kekuatan), yaitu logystikon (berpikir/rasional), thymoeides (keberanian), dan
epithymetikon (keinginan).

98
1) Aristoteles (384-322 SM). Manusia adalah hewan rasional yang mengungkapkan
pendapatnya dan berbicara dengan penalarannya sendiri. Manusia adalah hewan
politik (zoon political animal/hewan politik). Hewan yang membangun masyarakat
di atas keluarga menjadi kelompok impersonal di desa dan negara.
2) Ibnu Sina (980-1037 M). Manusia adalah makhluk dengan kemampuan sebagai
berikut: makan; b. tumbuh; c. berkembang biak; Pengetahuan tentang Hal-Hal
Umum G. Kehendak Bebas Menurutnya, tumbuhan hanya memiliki keterampilan a,
b, c, dan hewan hanya memiliki keterampilan a, b, c, d, e.
3) Ibnu Khaldun (1332-1406). Manusia adalah hewan yang memiliki kemampuan
berpikir. Kemampuan ini adalah sumber kesempurnaan, puncak dari segala
kemuliaan dan pemuliaan atas makhluk lainnya.
4) Ibnu Miskawai menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kuat. a) Al-
quwwatul aqliyah (daya pikir); b) Al-Quwwatul Godhbiyyah (kemarahan); c) Al-
quwwatu syahwiyah (keinginan).
5) HF. Biering mengatakan bahwa orang adalah penanya. Dari berbagai definisi
tersebut kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang manusia.
1. Secara fisik, manusia adalah sejenis hewan.
2. Manusia memiliki kemampuan untuk bertanya.
3. Manusia mampu memperoleh pengetahuan.
4. Manusia memiliki kehendak bebas.
5. Orang dapat bertindak sesuai dengan norma (moral).
6. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya.
7. Manusia memiliki kemampuan berpikir holistik dengan percaya diri.
8. Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk percaya kepada Tuhan.
Namun demikian, penjelasan ini hendaknya hanya dilihat sebagai pendekatan
terhadap makna manusia, karena manusia adalah makhluk yang sangat
multidimensional. Dengan demikian, gambaran besarnya terus menjadi minat dan
studi yang menarik.

1. Makna Berpikir
Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pikiran memberi manusia
pengetahuan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk bertindak, dan kehendaklah
yang mendorong tindakan. Oleh karena itu, berpikir adalah kualitas penting yang
membuat manusia menjadi manusia. Pikiran adalah fondasi, kemauan adalah kekuatan

99
pendorong. Jika berpikir (penggunaan akal) merupakan salah satu sifat utama yang
membedakan manusia dengan hewan, apa yang dimaksud dengan berpikir? Apakah
semua penggunaan akal dapat digolongkan sebagai berpikir? Ataukah hanya sekedar
menggunakan nalar dengan cara tertentu yang disebut berpikir?Para ahli mencoba
mendefinisikan makna berpikir dalam rumusannya masing-masing, namun jelas bahwa
tidak ada aktivitas berpikir yang dapat dilakukan tanpa alasan. Demikian pula, memiliki
pikiran fisik tidak serta merta menunjukkan aktivitas berpikir.
Menurut J.M. Bochenski (2001), berpikir adalah pengembangan ide dan konsep.
Definisi ini tampaknya sangat sederhana, tetapi esensinya sangat dalam. Pikiran adalah
aktivitas mental, bukan aktivitas fisik. Ketika seseorang secara mental melekat pada
sesuatu dan sesuatu itu masih ada dalam ingatannya, kita dapat mengatakan bahwa dia
sedang berpikir.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (1996), berpikir adalah proses menghasilkan
pengetahuan. Proses ini merupakan rangkaian gerak pikiran yang mengikuti cara
berpikir yang tetap dan bermuara pada hasil pengetahuan. Dengan demikian, terdapat
berbagai tahapan berpikir, mulai dari berpikir sederhana hingga berpikir sulit, dari
berpikir hanya mengikat subjek dan objek hingga berpikir yang membutuhkan
penalaran berdasarkan ikatan tersebut. Partap Sing Mehra (2001), sebaliknya
menyatakan bahwa proses berpikir meliputi:
a. conception (pembentukan gagasan);
b. judgement (penentuan sesuatu);
c. reasoning (pertimbangan pemikiran ataupun penalaran).
Ketika seseorang mengatakan dia sedang memikirkan sesuatu, itu berarti dia
sedang membentuk gagasan umum tentang sesuatu atau sedang membuat keputusan
atau penalaran (penyimpulan argumen) sehubungan dengan sesuatu itu. Seperti yang
telah disebutkan, ruang lingkup proses berpikir menggambarkan isi dari hasil yang
diinginkan, dan setiap ruang lingkup menciptakan proses (urutan) pemikiran tertentu
sesuai dengan kontennya.
2. Makna Pengetahuan bagi Manusia
Pikiran membutuhkan pengetahuan atau sesuatu yang diketahui agar pencapaian
pengetahuan baru lainnya dapat diproses dengan benar. Subjek adalah orang yang
memiliki kemampuan untuk mengetahui (akal), dan objek adalah benda atau benda yang
ingin diketahui. Individu (manusia) adalah satu realitas dan objek adalah realitas lainnya.
Hubungan keduanya merupakan proses kognitif. Saat bersatu, pengetahuan lahir dari

100
orang-orang. Di sini kita melihat bahwa subjek harus berpartisipasi aktif dalam proses
integrasi sementara objek berpartisipasi dalam keadaannya. Subjek dan objek adalah satu
realitas, dan kedua realitas ini ditangani dalam interaksi partisipatif. Tanpa semua
pengetahuan ini tidak mungkin. Demikian pendapat Max Scheler yang menyatakan
bahwa pengetahuan adalah penyertaan satu realitas pada realitas lain, tetapi tidak
mengubah kualitas realitas lain (Buku Filsafat Ilmu, Hamdani 2011:96). Sebaliknya,
subjek yang mengetahui dipengaruhi oleh objek yang diketahuinya.
Pengetahuan pada hakekatnya adalah segala sesuatu yang diketahui tentang suatu
pokok bahasan tertentu, termasuk ilmu pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri).
Pengetahuan tentang sesuatu selalu mengandung dua unsur. elemen representasi tetap dan
tidak dapat dijelaskan, dan elemen interpretasi konseptual yang menunjukkan respons
mental. Unsur konseptual disebut unsur formal dan unsur tetap disebut unsur material
atau isi (Maurice Mandelbaum, 1958). Interaksi antara objek dan subjek yang
menafsirkan membuat pemahaman (manusia) tentang objek menjadi jelas, disengaja, dan
sistematis dengan cara yang membantu memecahkan berbagai masalah yang muncul.
Pengetahuan tumbuh dengan pengalaman. Oleh karena itu, kita membutuhkan informasi
yang bermakna untuk mengeksplorasi pemikiran kita untuk menghadapi realitas dunia
tempat kita hidup.
3. Berpikir dan Pengetahuan
Pemikiran dan pengetahuan adalah dua elemen yang mencirikan kebajikan
manusia. Tanpa pengetahuan menjadi sulit bagi seseorang untuk berpikir, dan tanpa
berpikir pengetahuan selanjutnya tidak mungkin. Oleh karena itu, pemikiran dan
pengetahuan berada dalam hubungan siklus. Beberapa orang tidak puas hanya dengan
mengetahui. Mereka berusaha melakukan refleksi secara mendasar dan mendalam tentang
hakikat dan kebenaran yang mereka ketahui sehingga lahirlah pengetahuan filosofis. Oleh
karena itu, pemikiran dan pengetahuan ditinjau dari karakteristik proses dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Pemikiran sederhana biasa menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan
eksistensial).
b. Pemikiran sistematis berbasis fakta tentang suatu subjek tertentu menghasilkan
pengetahuan ilmiah (sains). Pemikiran mendasar tentang hakikat sesuatu
menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat).
Setiap pola pikir dan pengetahuan memiliki posisi dan kelebihannya masing-
masing. Semuanya wajar pada manusia, jadi perbedaannya hanya pada derajat. Sifat

101
pemikiran dan pengetahuan bawaan manusia mendorong pemahaman yang lebih baik
tentang prinsip-prinsip pemikiran yang benar (logika). Semua ini membutuhkan keahlian
tingkat tinggi, jadi semakin kompleks pemikiran dan tingkat pengetahuan Anda, semakin
sedikit orang yang memiliki keahlian ini. Akan tetapi serendah apapun tingkat pemikiran
dan pengetahuan seseorang, ia tetap dapat menggunakan kepalanya untuk memperoleh
pengetahuan, terutama ketika menghadapi masalah-masalah hidup untuk bertahan hidup
(ilmu demikian adalah pengetahuan). Pengetahuan mutlak diperlukan bagi kehidupan
manusia. Karena itu, kita memiliki pikiran yang dapat kita gunakan untuk berpikir lebih
dalam dan menambah pengetahuan kita. Ada dua alasan mengapa manusia membutuhkan
ilmu.
a. Manusia tidak bisa hidup di alam yang tidak diolah, tetapi hewan dengan berbagai
kemampuan bawaan sudah siap hidup di alam.
b. Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mengajukan pertanyaan, baik secara
implisit maupun eksplisit.
Pikiran dan pengetahuan adalah sarana untuk menghadapinya. Pemikiran dan
pengetahuan merupakan alat penting bagi manusia untuk menghadapi berbagai masalah
di dunia. Tanpa mereka, kita hanya melihat kehancuran manusia (terlepas dari kenyataan
bahwa orang yang berpikir dan berpengetahuan lebih cenderung menyebabkan kerusakan
dan kehancuran diri lebih cepat).
4. Tingkatan dalam Pengetahuan
Pada tataran pengetahuan, pengetahuan lahir karena pengetahuan pada hakekatnya
merupakan persepsi (manusia) terhadap objek (nyata dan gaib) atau fakta. Pengetahuan
berdasarkan bentuk dan tatanan realitas dapat dibagi menjadi pengetahuan teologis,
pengetahuan filosofis, pengetahuan kolektif/pribadi, pengetahuan eksternal, pengetahuan
teknis, dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan juga dapat diklasifikasikan sebagai:
a. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang hal-hal duniawi, selanjutnya disebut
pengetahuan
b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan dengan sistem dan metode tertentu,
selanjutnya disebut ilmu pengetahuan.
c. Selanjutnya, pengetahuan filosofis disebut pengetahuan filsafat.
d. Pengetahuan teologis, yaitu pengetahuan agama atau pengetahuan tentang agama.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai “Perbedaan Antara Pengetahuan dan Ilmu” dapat
disimpulkan bahwa Pengetahuan (knowledge atau pengetahuan) merupakan bagian integral

102
dari aksiden manusia, karena pengetahuan adalah produk dari 'pikiran'. Dalam hal ini,
manusia harus hidup berbekal ilmu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang benar-benar
dapat mengembangkan ilmunya. Kemampuan manusia menggunakan ide untuk mengelola
lingkungan merupakan kemampuan mendasar yang memungkinkan manusia untuk berpikir.
Melalui pemikiran, orang dapat mengeksplorasi, memilah, dan membuat pilihan yang berarti
bagi kehidupan mereka. Selain itu, berpikir dan mengetahui adalah dua hal yang mencirikan
kebajikan manusia. Tanpa pengetahuan sulit bagi seseorang untuk berpikir, dan tanpa
berpikir pengetahuan lebih jauh tidak mungkin. Oleh karena itu, pemikiran dan pengetahuan
berada dalam hubungan siklus.

BAB VIII
PENJELASAN TENTANG ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan hasil aktivitas berpikir manusia yang bertujuan
menerapkan ilmu yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Sains dengan
demikian menciptakan pendekatan terbaru pada berbagai1 observasi. Dalam kgiatan ini
mengungkapkankan bahwa penelitian ilmiah tidak dipelajari atau bahkan dikembangkan
menurut ilmu pengetahuan maupun teknologi. Kita akui juga sebenarnya menurut
sejarahnya perkembangan ilmu tidak terlepas dari sejarah perkembangan filsafat ilmu,

103
yang menyebabkan ilmuwan yang tergolong filosof muncul dan membuat dia
mempercayai keterkaitan diantara ilmu dan filsafat ilmu. .
Maksud filsafat ilmu ini adalah tubuh kebenaran ilmiah dalam bentuk hasil
pemikiran yang radikal, sistematis, dan universal. Filsafat ilmu dengan demikian
merupakan upaya untuk mengatur lagi kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dan
teknologi disesuaikn kepada tujuan untuk fokus pada kesejahteraan umat manusia.
Dengan demikian, sains telah membuat lebih banyak kemajuan dalam satu setengah
abad terakhir dibandingkan abad-abad sebelumnya. Hal ini karena ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dari hari ke hari, dan kejadian ini juga disebut kebangkitan
pemahaman manusia agar mempelajari ilmu pengetahuan.
Usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan sebenarnya cuma berdasarkan
kepada tiga masalah dasar: Bagaimana pengetahuan ini dapat diperoleh, dan apa nilai
dan kegunaan dari pengetahuan tersebut? Ketiga pertanyaan ini menjadi diketahui. Ini
adalah bagaimana Anda mencoba mencari tahu dan bagaimana pemanfaatan ilmu itu
untuk diri sendiri ataupun orang lain. Ketiga realisasi dicapai tanpa memperhatikan apa
yang sebenarnya terjadi.

B. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan unutuk:

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat sains

2. Menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan

3. Mempelajari objek ilmu pengetahuan


4. Mengetahui metode dalam ilmu pengetahuan

5. Mempelajari hakikat ilmu pengetahuan

6. Menetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan

7. Mengetahui fungsi dan tujuan ilmu pengetahuan

8. Mempelajari struktur ilmu pengetahuan

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?

104
2. Bagaimana objek ilmu pengetahuan?

3. Bagaimana metode dalam ilmu pengetahuan

4. Bagaimana hakikat ilmu pengetahuan?

5. Bagaimana ciri-ciri ilmu pengetahuan?

6. Bagaimana fungsi dan tujuan dari ilmu pengetahuan?

7. Bagaimana struktur ilmu pengetahuan?

METODELOGI PENULISAN
Pada penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur, yaitu
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai literatul,
seperti buku, artikel, jurnal, dan berbagai refrensi laman pengetahuan yang ada di internet
lainnya yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. proses pengumpulan data
dilakukan dengan menyeleksi berdasarkan materi atau topik-topik yang sesuai dari sumber
yang diambil.

PEMBAHASAN

A.Objek Ilmu Pengetahuan


Objek kognisi adalah pengetahuan ilmiah, yang disebut sains. Sains adalah kumpulan
pengetahuan yang dibingkai dengan benar menggunakan sistem dan prosedur agar
tercapainya tujuan yang dapat diterapkan secara umum dan yang kebenarannya bisa
dipastikan kebenarannya. Objek ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah alam dan
manusia. Itu dapat dibedakan atau ditentukan berdasarkan mata pelajaran ilmiah.
Ada dua macam objek ilmiah: objek material dan objek formal. Objek material ilmu
(Material Object) adalah seluruh bidang wacana yang dijadikan objek penyelidikan
ilmiah. Objek formal pengetahuan, di sisi lain, adalah objek material di jantung sains
(Hamdani, 2011).
Objek berwujud adalah semua hal yang terdapat dalam hal pemikiran, realitas, atau
kemungkinan. Ada objek fisik yang sifatnya umum dan khusus. General mendalami atau
mempelajari hal-hal yang bersifat umum, serta benda-benda material yang biasanya

105
bersifat umum, tidak, misalnya terdiri dari manusia dan alam. dilihat. (Muria Safitri,
2021) . Di sini sains berbeda dengan sains lain karena memiliki objek material yang sama.
Di sisi lain ketika objek material Kebetulan sama itu membedakan objek formal sudut
pandang tertentu yang menentukan jenis pengetahuan.

B. Metode Dalam Ilmu Pengetahuan


Tujuan sains adalah untuk menemukan kebenaran. Jalan yang ditempuh bergantung
pada hakikat ilmu itu sendiri, baik alam maupun sosial. Pengetahuan diperoleh melalui
pengamatan alam menggunakan induksi sistematis.
1. Metode induktif
Metode induktif adalah sebuah metode yang digunakan untuk sampai pada pengetahuan
ilmiah yang dimulai dari pengamatan terhadap suatu fakta atau masalah tertentu
kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Ketika orang menggunakan penalaran
induktif, itu berarti mereka bekerja dari bawah ke atas. Dapat diartikan, orang memulai
penalarannya dengan memberikan contoh kejadian spesifik yang serupa, lalu menarik
kesimpulan umum. (Sudart, 2022)
Tata cara induksi menurut Wiramiharja (2007:121-122) adalah:
1) Perumusan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban tentatif kepada masalah yang diteliti. Hipotesis perlu diuji
dalam penelitian. Hipotesis ini harus didasarkan pada formulasi asumsi dasar.
Artinya, pendapat yang mendasari hipotesis dianggap benar tanpa bukti.
2) Pengumpulan data
Data dikumpulkan secara hipotesis. Hasil survei akan bergelantung kepada urutan
penyatuan data tersebut. Penyatuan data didasarkan pada observasi dan
eksperimentasi.
3) Klasifikasi data
Untuk menarik kesimpullan, kita perlu mengklasifikasikan data.
4) Generalisasi
Inilah yang tersirat oleh penalaran, yang merupakan pendapat umum, dan sering
disebut hukum atau aturan. Metode pita popok ini disebut nomosetics.

2. Metode deduktif

Metode deduktif adalah metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah berdasarkan


pengamatan fakta atau masalah umum. Kemudian menarik kesimpulan tertentu. Ketika orang

106
menggunakan penalaran deduktif, itu berarti orang bergerak dari atas ke bawah. Dapat
diartikan, langkah awal adalah memastikan sikap tertentu dalam mendapati suatu masalah,
kemudian menarik kesimpulan pada tingkat yang lebih rendah berdasarkan penentuan sikap
tersebut.

Metode deduktif adalah metode menganalisis kesimpulan umum atau generalisasi,


diurai menjadi contoh atau fakta konkrit untuk menggambarkan kesimpulan atau generalisasi
itu.

3. Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah metode sistematis yang dipakai agar suatu masalah terpecahkan
ketika didapati oleh para ilmuwan. Metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah
sistematis untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan ilmiah.

Para ahli merumuskan beberapa prosedur terkait data yang umumnya dikenal sebagai
metode ilmiah:

1) Koleksi (koleksi)

2) observasi (pengamatan)

3) Pilihan

4) Klasifikasi (Klasifikasi)

5) Penerjemah (juru bahasa)

6) Kesimpulan umum (generalisasi)

7) Perumusan hipotesis

8) Uji (validasi) hipotesis melalui penelitian, empirisme, dan eksperimentasi.

Implementasi metode ilmiah ini terdiri dari enam tahap:

a. Perumusan masalah. Masalah merupakan suatu hal yang perlu diselesaikan.


b. Mengumpulkan informasi dan informasi yang mendekati pemecahan masalah dan
pendekatan. Ini sering disebut sebagai studi teori atau studi sastra.
c. Membuat hipotesa. Hipotesis adalah jawaban awal yang dirumuskan berdasarkan
data atau informasi dari pengamatan dalam literatur.
d. Pengujian hipotesis enggan melakukan percobaan atau penelitian.

107
e. Menggunakan teknik statistik untuk mengolah data percobaan (hasil) dan menarik
kesimpulan; Hasil penelitian yang diperoleh dengan metode ini merupakan data
objektif yang tidak terpengaruh oleh subjektivitas peneliti, dan bersifat umum.
f. Kesimpulan dari tes. Pengujian ulang diperlukan untuk mengkonfirmasi
kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan. Suatu hipotesis dapat menjadi aturan
atau bahkan teori jika hasil pengujiannya selalu mendukung hipotesis tersebut.
(Ilmelda Afriana, Nurhafifah, Robi Alkadri. 2019)

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan


Hakikat ilmu pengetahuan berasal dari bahasa Arab dan masdar berasal dari `alima -
ya'lamu, yang berarti "mengetahui" atau "mengetahui". Adapun secara terminologi, ilmu
didefinisikan sebagai rasa puitisku bi haqiqatih (hakikatnya mengetahui sesuatu). Untuk
bahasa Inggris, sains identik dengan kata science (Latin scio, scire, artinya mengetahui),
biasa diartikan sebagai pengetahuan, meskipun secara konseptual merujuk pada arti yang
sama, sains dan interpretasi sering dilakukan. Untuk lebih memahami pentingnya ilmu
pengetahuan.
Beberapa definisi diberikan di bawah ini.
a. IImu adalah pengetahuan tentang suatu daerah yangdisusun secara sistematis menurut
cara tertentu dan dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena tertentu di daerah
itu (pengetahuan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
b. Liang Gie menyatakan bahwa dilihat dari ruang lingkupnya, pengertian ilmu adalah:
1. Sains adalah istilah kolektif untuk semua pengetahuan ilmiah yang dianggap
sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, sains mengacu pada pengetahuan umum.
2. IImu mengacu pada bidang pengetahuan ilmiah apa pun yang mempelajari subjek
tertentu. Sains berarti bidang pengetahuan khusus. Mengenai kepentingannya, The
Liang Gie mengemukakan tiga pandangan terkait pentingnya ilmu pengetahuan:
a) Sains sebagai pengetahuan. Dengan kata lain, sains adalah kumpulan
sistematis atau kumpulan pengetahuan biasa yang terkait dengan suatu
subjek atau materi. Dengan kata lain, pengetahuan mengacu pada konten
esensial yang terkandung dalam sains.
b) Pengetahuan sebagai suatu kegiatan, yaitu kegiatan meneliti, menambang,
mencari, melacak, menyelidiki sesuatu secara aktif hingga diperoleh
pengetahuan. Oleh karena itu, pengetahuan sebagai kegiatan ilmiah dapat

108
berupa penelitian, penyelidikan, upaya penemuan, atau pengambilan
kembali.
c) Sains sebagai metode. Dengan kata lain, IPA adalah metode untuk
mengatasi suatu masalah, atau kegiatan penelitian atau proses yang
melibatkan prosedur, metode yang melibatkan rangkaian jalan dan langkah-
langkah tertentu yang menghasilkan pola yang tetap. Urutan langkah dan
langkah ini disebut metode dalam dunia ilmiah.
c. Halsoyo mendefinisikan sains dengan mempertimbangkan proses sejarah dan
pendekatannya.
1. Sains adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis, atau kumpulan pengetahuan
yang terorganisir.
2. Sains juga dapat dipandangsebah pendekatan atau cara untuk mendekati semua
dunia empiris, yaitu dunia yang dibatasi oleh unsur-unsur ruang dan waktu, yang
pada prinsipnya dunia tersebut bisa di observasi oeh indra manusia.
Sains adalah konstruksi dan susunan pengetahuan yang sistematis sebagai suatu
penjelasan dan dugaan yang bisa dibuktikan dengan menjelaskan alam smsta pada
metode ilmiah. Sains terdiri dari dua bagian: tubuh pengetahuan dan proses dimana
pengetahuan itu dihasilkan. Pengetahuan proses memberikan kesempatan bagi
seseorang untuk berpikir dan belajar tentang dunia. Jadi cara untuk membangunkan
pengetahuan serta membuata suatu dugaan tentang dunia dengan cara bisa dibuktikan
adalah definis dari pproses ilmiah. Tujuan ilmiah yang berbeda seringnya mengarah
pada metode dan pendekatan yang berbeda sehingga bisa mempelajari dunia, dengan
menggunakan proses ilmiah sebagai proses pengujian untuk para ilmuan. (Carpi &
Egger, 2011).
Pengetahuan adalah keakraban, persepsi, atau kesadaran tentang seseorang atau
sesuatu, seperti fakta, informasi, penjelasan, atau sebuah keterampilan, dalam
meperoleh suatu pengalaman atau pendidikan melalui persepsi, penemuan, ataupun
pembelajaran. Pengetahuan bisa mendekati pada sebuah pemikiran teoretis atau praktis
tentang sebuah subjek. Hal tersebut tentu saja bisa didapatkan secara implisit melalui
keterampilan atau keahlian praktis atau eksplisit, pemikiran teoretis tentang topik, dan
adaptasi formal atau sistematis. Mintaredja (1980) memberikan pendapatnya bahwa
pengetahuan merupakan istilah yang menggambarkan pengetahuan individu tentang
suatu hal. Dapat diartikan, seluruh pengetahuan yang dimiliki manusia bersumber dari

109
rasa ingin tahu manusia. Rasa ingin tahu tersebut dicerna oleh indera dan ditangkap
dalam memori untuk menghasilkan pengetahuan.
Dalam pengertian di atas, sains seolah-olah mengandung pengetahuan, tetapi juga
tampaknya tidak hanya mengandung pengetahuan, tetapi juga sifat khusus: pengetahuan
manusia yang tertata secara sistematis. Ini membutuhkan upaya untuk menemukan
penjelasan dan informasi. Mohammad Hatta mengatakan bahwa pengetahuan yang
diperoleh melalui informasi disebut ilmu pengetahuan. Bisa dianggap, pengetahuan
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pencarian informasi dan penjelasan.
Selain itu, dengan memusatkan perhatian pada konsep sains seperti di atas, bisa kita
tari beberapa kesimpulan tentang konsep sains.
a. Sains adalah sejenis pengetahuan.
b. Teratur atau terurut secara sistematis
c. Organisasi dilakukan dengan cara-cara tertentu.
d. Belajar terjadi melalui studi, observasi, dan percobaan.
Oleh karena itu, hakikat ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini adalah
akumulasi pengalaman ataupun pengetahuan manusia, terus-menerus ditelaah,
disistematiskan, dan diorganisasikan, sehingga tersusun secara sistematis dan memiliki
cara berpikir yang jelas.pengetahuan yang normal menjadi pengetahuan ilmiah.
Sedemikian rupa sehingga membentuk bidang yang unik dalam materi pelajarannya.
(Hamdani, 2009)

D.Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah sistematisasi dari rangkaian kegiatan akal manusia.
Semua ilmu selalu memiliki syarat atau sifat tertentu. Hakikat dan ciri-ciri ilmu adalah:
1) Empiris, sifat ilmiah pertama kali diperoleh melalui proses observasi, penelitian,
dan percobaan. Proses panjang ini akhirnya menghasilkan pengetahuan.
2) Radikal, Radikal artinya bukanlah kebebasan tanpa aturan. Namun upaya yang
lebih terarah untuk menjelaskan akar permasalahan dan lebih menekankan
esensinya.
3) Disebut sistematis, sistematis karena harus menyebarluaskan ilmu yang ditemukan
kebenarannya. Karena tidak semua orang awam mengetahui maksud dari para
peneliti atau penemu ilmu ini. Oleh karena itu, harus dilakukan pengaturan yang
sistematis mengenai pemberian atau penyebarluasan ilmu tersebut. Tujuannya agar

110
masyarakat mudah memahami dan mengerti. Jika mudah dipahami, orang
setidaknya bisa menerapkan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari.
4) Objektivitas, hakikat ilmu harus objektif. Niat objektif itu adil. Atas dasar sifat
objektif, penghapusan prasangka dan penilaian negatif terhadap orang lain.
5) Analitis, fungsi spesifik, tentu saja sains menjadi analitis. Jika disampaikan secara
detail, kritis dan menyeluruh. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan antara topik atau
peran.
6) Validasi: Tujuan validasi adalah bahwa sains harus diuji berulang kali. Tes ini
merupakan bentuk pertanggungjawaban dan pencarian jawaban sempurna atas
pertanyaan yang mungkin belum terjawab. Artinya, pengetahuan harus
ditransmisikan.
7) Logis, makna ilmiah diperoleh secara logis dan disusun secara logis melalui
metodologi penelitian. Tujuannya adalah untuk mencapai solusi dan pesan holistik
8) Bersifat Ilmiah, pengetahuan bersifat ilmiah dan proses memperoleh pengetahuan
benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sungguh-sungguh.
9) Kritis, ketika suatu teori ternyata tidak lagi menjadi teori definitif, maka disebut
kritis. Selain mengkritik sains sebagai penghubung antara teori dan kasus aktual.
10) Impersonal, yang dikomunikasikan dan diterima oleh masyarakat umum,
merangkum fenomena yang lebih luas dan berarti impersonal.
11) Memiliki tujuan Semua ilmu memiliki tujuan utama untuk penelitian. Objek yang
dipelajari dalam penelitian ilmiah biasanya spesifik. Misalnya matematika, biologi,
seni, dll.
12) Dalam penelitian ilmiah, memiliki metode tidaklah sembarangan. Tapi itu
membutuhkan metode khusus. Metode ilmiahlah yang bisa dipakai agar bisa
mempeljari sains itu. Metode ilmiah ini dipakai untuk meneliti dan mempelajari
objek hingga ditemukan kebenarannya. Pengetahuan yang dikembangkan dengan
metode ini diterima secara ilmiah oleh semua ahli ilmiah umum sampai ada bukti
baru untuk menyanggah atau menghancurkannya.
13) Universal, ilmu harus bersifat universal. Artinya, kebenaran yang diberikan dalam
sains bersifat universal dan harus diterima oleh semua lembaga pendidikan.
Keuniversalan ini tidak hanya dimaksudkan untuk memudahkan pembelajaran,
tetapi juga menciptakan keseragaman. Semoga kebenaran yang diungkapkan
diterima di setiap penjuru dunia..

111
E. Fungsi dan Tujuan ilmu Pengetahuan
Sains merupakan aktivitas kognitif dan tentunya juga mengayomi berbagai aturan
penalaran logis. Sains juga merupakan proses yang bersifat rasional dan teleologis.
Artinya, ilmuwan memiliki tujuan yang ingin dicapai ketika melakukan kegiatan ilmiah,
yang mengarah pada tujuan tertentu. Sains tidak hanya memiliki tujuan, tetapi juga
memiliki fungsi.fungsi ilmiah. Sains memiliki beberapa fungsi:
1. Penjelasan.Dalam kapasitas ini, pengetahuan memiliki empat macam bentuk.
a) Deduktif, yaitu ilmu yang menjelaskan sesuatu berdasarkan premis-premis dasar
Illil dimana sudah ditentukan sebelumnya.
b) Probabilistik, i.H. Ilmu yang mendefinisikan penalaran induktif dari sekumpulan
peristiwa yang berlainan sehingga cuma bisa diberikan kemungkinan atau
kepastian kemungkinan (tidak mutlak).
c) Fungsional, yaitu ilmu yang menggambarkan kedudukan komponen-komponen
dalam sistem secara keseluruhan.
d) Genetika, ilmu yang menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi umum.
2. Ramalan.Dalam kapasitas ini, sains harus mampu menjelaskan peristiwa dan
kausalitas peristiwa.
3. Kontrol. Dalam kapasitas ini, sains harus mampu mengendalikan fenomena alam
berdasarkan teori ataupun pendekatan.
R.B.S. Fudyartanta mengungkapkan bahwa fungsi ilmu pengetahuan dalam segala
bidang melayani kebutuhan hidup manusia dan dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis fungsi:
a) Fungsi deskriptif yaitu menggambarkan, menjelaskan, dan menjelaskan objek atau
masalah dengan cara yang memudahkan penelitian oleh peneliti.
b) fungsi pengembangan, yaitu kelanjutan dari hasil penemuan sebelumnya dan
penemuan hasil ilmiah baru;
c) Fungsi prediktif. Dengan kata lain, mengantisipasi peristiwa yang mungkin terjadi
sehingga orang dapat mempersiapkan atau mengambil tindakan yang diperlukan
untuk menghadapinya.
d) fungsi kontrol, yaitu upaya untuk mengontrol kejadian yang tidak diinginkan;

Kalinger mengklasifikasikan fungsi sains ke dalam dua perspektif:

112
1. Statis. Dari sudut pandang statis, sains adalah aktivitas yang membantu mengatur
informasi dunia. Seorang ilmuwan diberikan tugas untuk menemukan fakta baru dan
menambah informasi. disebabkan itu, sains dipandang sebagai kumpulan fakta dan
cara menjelaskan fenomena yang diamati.
2. Dinamis atau Heuristik. Heuristik berarti penemuan. Sains dipandang lebih dari
sekadar aktivitas, dengan fokus khusus pada teori terkait dan skema konseptual yang
sangat penting untuk penelitian.

Descartes mengatakan bahwa fungsi belajar ilmu pengetahuan yaitu agar bisa
membedakan antara yang benar dan yang salah, atau yang salah, sejelas-jelasnya. tujuan
ilmiah. Sains memiliki banyak tujuan. Dari banyaknya tujuan bisa kita simpulkan bahwa
tujuan yang dicapai ilmu pengetahuan antara lain mencari dan menemukan sesuatu.

• Pengetahuan.
• Kebenaran (Kebenaran).
• Pemahaman (pemahaman, pemahaman, wawasan).
• penjelasan.
• Kontrol (Kontrol).
• Aplikasi (aplikasi, penemuan, produksi).
Di sisi lain, menurut beberapa ahli, tujuan sains antara lain:
 Robert Ackermann mengatakan bahwa terkadang dikatakan bahwa tujuan sains
adalah untuk menguasai alam, untuk memengerti alam.
 Francis Bacon berargumen tentang tujuan ilmu pengetahuan yang sah dan benar
adalah untuk berkontribusi pada kehidupan manusia melalui kreasi dan kekayaan
baru.
 Jacob Branofsky beragumen tentang tujuan sains adalah mencari sesuatu yang benar
tentang dunia. Kegiatan ilmiah ditujukan untuk mencari kebenaran dan dinilai dari
kesesuaiannya dengan fakta.
 Mario Bunge memberikan pendapat, tujuan sains adalah untuk meningkatkan
pengetahuan (tujuan internal dan kognitif), kebahagiaan dan kekuatan (tujuan atau
keuntungan eksternal).
 Enrico Cantore beragumen tentang tujuan sains yaitu penentuan realitas yang bisa
diamati atau struktur alam yang dapat dipahami.

113
 Albert Einstein beragumeen tentang tujuan sains adalah untuk memahami hubungan
antar pengalaman indrawi selengkap mungkin, dengan menggunakan sesedikit
mungkin konsep dasar dan hubungan yang ada.

F. Struktur Ilmu Pengetahuan


Peter R. Senn, pada Perspektif Sains (Jujun Suriasumantri), bukan secara eksplisit
menyatakan bahwa sains mempunyai struktur, tetapi Van Peursen dengan tegas
mengatakan: Tidak ada batu atau bahan mentah yang diekstraksi langsung dari alam.
Melalui pengamatan ilmiah, blok bangunan dibuat untuk digunakan dan ditugaskan ke
kelompok tertentu untuk digunakan. Upaya tersebut tidak terjadi secara kebetulan, tetapi
merupakan hasil arahan dengan susunan keseluruhan piramida keilmuan, di mana
berbagai teori meresapi dasar-dasar ilmu pengetahuan (Ahmad Tafsir, 2004: 47).
Hidayat Natatmajya mengatakan dengan kata-katanya sendiri tentang hal di atas,
“Ilmu memiliki struktur, dan struktur pengetahuan terdiri dari beberapa lapisan. Ia
membagi lapisan pengetahuan menjadi dua kelompok/kategori: lapisan terapan dan
lapisan paradigma. Kedua kategori tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing.
Lapisan yang diterapkan adalah pragmatis, lapisan paradigma adalah asumsi spekulatif
(Alex Lanur, 1993:73)
Jika dilihat pada penerapannyaa, ilmu bisa dibedakan sebagai berikut:
• Ilmu murni
Ilmu murni berarti bahwa ilmu hanya melayani ilmu itu sendiri dan diarahkan untuk
membangun teori. Dengan kata lain, ilmu murni terutama ditujukan agar bisa membangun
dan mengembangkan ilmu abstrak,agar kualitas ilmu eningkat.
• Ilmu terapan
Ilmu praktis berarti bahwa pengetahuan ini dapat diterapkan secara praktis dan langsung
kepada masyarakat, ini dikarenakan ilmu memiliki tujuan untuk memanfaatkan detail
pengetahuan ini di seluruh masyarakat.
• Ilmu campuran
Ilmu campuran mempunyai arti ilmu yang merupakan ilmu murni dan ilmu praktis yang
dapat digunakan dalam kehidupan masyarakat biasa.
Sementara itu, ilmu pengetahuan juga dapat (secara paradigma) membedakan fungsi kerja
sebagai berikut:
• Ilmu teoritis rasional

114
Ilmu teori rasional merupakan ilmu yang menggunakan cara berpikir deduktif yang sangat
dominan dan menggunakan silogisme seperti doktrin hukum.
• Pengetahuan praktis berdasarkan pengalaman
Ilmu-ilmu empiris praktis adalah ilmu-ilmu yang jalur analitisnya hanya bersifat induktif,
misalnya dalam pekerjaan sosial atau realisasi kesejahteraan masarakat secara umum.
• Ilmu teoretis empiris
Ilmu teoretis empiris merupakan ilmu yang menggunakan mode perkumpulan pemikiran
induktif- deduktif begitupun sebaliknya deduktif-induktif. Struktur pengetahuan
menggambarkan organisasi pengetahuan dalam suatu lingkungan (batas) dan keterkaitan
antar elemen ditampilkan dengan jelas.
Menurut Savage & Armstrong, struktur pengetahuan adalah skema yang dirancang untuk
menunjukkan hubungan antara faktaa, konsep, dan generalisasi. (Struktur sains adalah
diagram hubungan antara faktaa, konsepp, dan generalisasi, dan hubungan ini menjadi
struktur sains). Di sisi lain, H.E. Kusmana, mengungkapkan struktur ilmu adalah seperangkat
pertanyaan penting dan metode obsevasi yang menolong kita mendapatkan jawaban, dan
berbagai faktaa, konsep, dan pengetahuan umum yang memiliki sifat unik yang mengarahkan
kita untuk memahami gagasan utama bidang ilmu tertentu. transformasi, dan teori. .
Oleh karena itu jelas dari dua pernyataan ini bahwa ada dua elemen penting dari struktur
ilmiah:
 Badan pengetahuan (knowledge framework) terdapat dari fakta, konsepp,
generalisasii dan juga teori. Ini adalah karakteristik ilmu tentang masalah yang
dibatasi.
 Survei atau metode evaluasi/survei, termasuk pertanyaan dan metode survei agar
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan
tersebut.
Kerangka ilmiah terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, mulai dari tingkat
konkret, fakta, dan semakin berfokus pada fakta, hingga ke tingkat abstraksi yang lebih
konkret, yaitu teori. Sebaliknya, semakin teoretis, semakin abstrak karena sifatnya lebih
umum.

115
PENUTUP

A.Kesimpulan
Sains adalah kumpulan pengetahuan yang dibingkai dengan benar menggunakan
sistem dan metode demi tercapainya tujuan yang dapat diterapkan secara umum dan
yang kebenarannya dapat dipastikan atau diverifikasi. Objek ilmu pengetahuan pada
hakikatnya adalah alam dan manusia. Tujuan sains adalah untuk menemukan
kebenaran. Jalan yang ditempuh bergantung pada hakikat ilmu itu sendiri, baik alam
maupun sosial. Sains memiliki beberapa metode. yaitu, metode induksi dan metode
ilmiah. Hakikat ilmu pengetahuan adalah segala usaha kesadaran dalam melakukan
observassi, menemukan, dan memabangun pemikiran manusia tentang berbagai aspek
realitas dalam fittrah manusia. Aspek-asspek ini dibatakan untukk membuat formulasi
yang unik.

Ciri-ciri illmu antara lain empiris, sistematis, objektiff, analitis, dan verifikatif.
Fungsi ilmu adalah untuk memungkinkan seseorang dapat membbedakan mana yang
benar dan yang ssalah. Pengetahuan membuat seseorang lebih bijaksana dan lebih
berhati-hati dalam menghadapi masalah yang muncul. Pengetahuan membantu kita
memahami, menjelaskan, mengatur, dan memprediksi peristiwa alam atau sosial yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Struktur ilmu adalah struktur ilmu yang terdiri dari
unsur-unsur yang saling terkait untuk memperoleh kebenaran dari pengetahuan, dan
itu bisa disebut sains.

116
BAB IX
AKTIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SERTA TINGKAT KEBENARAN
ILMU DAN PROBLEM-PROBLEM DALAM ILMU

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori
a. Definisi Ilmu
Dalam Ensiklopedia Indoenesia dalam Salam (2006:7) ilmu diartikan sebagai
“ilmu pengetahuan, suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang masing-
masingmengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian
rupamenurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan, suatu sistem dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-
metode tertentu (induksi,deduksi)”.
Sedangkan The Liang Gie (1987) dalam Surajiyo (2008:56) memberikan peng
ertian “ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasansuatu
metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai duniaini
dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejalan yang ingin dimengerti manusia”.
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan
(inquiry), usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search).
Metodeilmiahmerupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan, pikiran, pola ke
rja, tatalangkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru ataumemperke

117
mbangkan pengetahuan yang ada.Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang
dilakukan oleh para ilmuwan dapaatlah didihimpun pengetahuan yang baru atau
disempurnakan pengetahuan yang telah ada, sehingga di kalangan ilmuwan
maupun para filsuf padaumumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu
kumpulan pengetahuanyang sistematis.
Adapun menurut Bahm (dalam koento Wibisono, 1997) definisi ilmu pengetah
uan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah(problem),
sikap (attitude), metode (method) aktivitas (activity), kesimpulan(conclusion), dan
pengaruh (effects).
b. Hakikat Ilmuwan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ilmuwan adalah
orang yang ahli; banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang
berkecimpung dalam ilmu pengetahuan; orang yang bekerja dan mendalami ilmu
pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Istilah ilmuwan dipakai untuk
menyebut aktifitas seseorang untuk menggali permasalahan ilmu secara
menyeluruhdan mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja
merekakepada dunia dan untuk berbagi hasil tersebut kepada masyarakat. Seseorang
dikatakan ilmuwan adalah apabila dirinya sangat menyukai ilmu pengetahuan dan
kebenaran dari suatu permasalahan, memiliki pribadi yang layak untuk dikatakan
ilmuwan, memahami tanggung jawabnya sebagai seorang ilmuwan juga memenuhi
standar yang disyaratkan. Salah satu syarat yang harus dilaluinyaadalah mengadakan
suatu penelitian yang menggunakan suatu metode ilmiah dalamrangka menghasilkan
suatu karya ilmiah
Adapun tanggung jawab seorang ilmuwan menurut (Nita, 2013) adalah
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui beberapa penelitian dan
pengembangan,menumbuhkan sikap produktif, dan menguasai bidang kajian ilmu
secara mendalam. Seorang ilmuwan juga harus mampu meninggikan kesejahteraan
masyarakat denganmenemukan suatu permasalahan dan mengkomunikasikannya
sehingga mampu mengungkapkan kebenaran terhadap masyarakat. Selain itu terdapat
tanggungjawab secara sosial, moral dan etika.
Adapun menurut Pielke (2007) ada empat tipe peran ilmuwan:
1. Ilmuwan murni (pure scientist): tidak memiliki ketertarikan khusus,
hanyamembagi beberapa informasi-informasi yang bersifat fundamental.

118
2. Penyedia ilmu (science arbiter): sebagai sumber daya, siap untuk menjawab
segalasesuatu yang relevant dari pembuat keputusan.
3. Advokat isu (issue advocate): untuk meyakinkan keputusan tertentu,
memberitahuapa yang lebih baik dilakukan.
4. Perantara jujur dari kebijakan alternatif (honest broker of policy alternative):
menyediakan informasi yang mendasar, berusaha untuk mengembangkan
(atausetidaknya mengklarifikasi) kemungkinan pilihan-pilihan yang ada, kendala
dankonsekuensinya, dan membiarkan pengambil keputusan untuk memilih
berdasarkan preferensi dan nilai-nilai. Membutuhkan sekumpulan ahli dari
berbagai sudut pandang, pengalaman, dan pengetahuan
c. Cara Kerja Ilmuwan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ilmu pengetahuan melibatkan
palingtidak enam komponen. Di dalam komponen-komponen itu juga disebutkan
mengenai bagaimana cara kerja dan sikap seorang ilmuwan. Berikut keenam
komponen yangdimaksud (Surajiyo. 2007):
1. Masalah (Problem), ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk
menunjukkan bahwa suatumasalahbersifatscientific, yaitucommunicability, the
scientific attitude dan sesuatu masalah harus dapat diuji.
2. Sikap (Attitude), karakteristik yang harus dipenuhi antara lain:
● Curiosity, berarti adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu
ada, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana sesuatu dihubungkan
dengansesuatu yang lain.
● SpeculativenessScientist, harus mempunyai usaha dan hasrat untuk
mencobamemecahkan masalah, melalui hipotesis-hipotesis yang
diusulkan.
● Willingness to be objective, hasrat dan usaha untuk berikap dan bertindak
objektif merupakan hal yang penting bagi seorang ilmuwan.
● Willingness to susspend judmement, ini berarti bahwa seseorang
ilmuwandituntut untuk bertindak sabar dalam mengadakan observasi, dan
bersikap bijaksana dalam menentukan kebijakan berdasarkan bukti-bukti
yangdikumpulkan karena apa yang diketemukan masih serba tentatif.
3. Metode (Method), Sifatscientific method
berkenaan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi

119
scienceterletak pada metodenya.Sciencesebagai teori, merupakansesuatu
yang selalu berubah. Berkenaan dengan sifat metode
scientific, parailmuwan tidak selalu memiliki ide yang pasti yang dapat
ditunjukkan sebagaisesuatu yang absolut atau mutlak.
4. Aktivitas (Activity) Scienceadalah sesuatu lahan yang dikerjakan oleh
parascientist melalui apayang disebutscientific researchterdiri atas dua aspek,
yaitu individual dansosial. Dari aspek individual,scienceadalah aktivitas yang
dilakukan olehseseorang. Adapun dari aspek sosial,science has become a cast
institutional undertaking. Scientist menyuarakan kelompok orang-orang
‘elite’, dan sciencemerupakana never endingjourneyataua never ending effort
5. Kesimpulan (Conclusions), Science lebih sering dipahami sebagai
a body of knowledge. Tubuh dari ide-ideini merupakanscience
itu sendiri. kesimpulan yang merupakan pemahamanyang dicapai sebagai
hasil pemecahan masalah adalah tujuan dariscience,yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas
6. Beberapa Pengaruh (Effects), Sebagian dari apa yang dihasilkan melalui
science pada gillirannya memberi berbagai pengaruh. Pertimbangannya
dibatasi oleh dua penekanan, yaitu pertama, pengaruh ilmu terhadap ekologi,
melalui apa yang disebut denganapplied science, dan kedua, pengaruh ilmu
terhadap atau dalam masyarakatserta membudayakannya menjadi berbagai
macam nilai

B. Tujuan
Adapun tujuan kepenulisan makalah ini antara lain adalah penulis maupun pembaca
dapat:
1. Memenuhi tugas filsafat sains
2. Memahami aktivitas dan sikap ilmiah
3. Mengetahui tingkat kebenaran ilmu
4. Mengetahui problem-problem dalam ilmu

C. Rumusan Masalah

120
Adapun rumusan masalah yang melatarbelakangi penulis dalam kepenulisan makalah
ini antara lain sebagai berikut:
1. Apa perbedaan aktivitas dan sikap ilmiah ?
2. Bagaimana tingkat kebenaran ilmu ?
3. Apa saja problem-problem dalam ilmu ?

METODELOGI PENULISAN
Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.
Pengumpul data dalam penyusunan makalah ini dengan mengunakan berbagai literatur,
seperti buku, handbook, jurnal, dan berbagai refrensi laman pengetahuan di internet lainnya
yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

PEMBAHASAN
A. Aktifitas dan Sikap Ilmiah
Aktivitas dan sikap ilmiah adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah Seorang
ilmuwan harus beraktivitas dan bersikap secara ilmiah, yaitu suatu sikap yang
menunjukkan bahwa ia adalah seorang ilmuwan. Segala sesuatu yang berhubungan
dengan keilmuan harus la teliti dengan menggunakan metode ilmiah dan bukan
berdasarkan asumsi-asumsi. Misalnya, ketika ada sebuah kejadian pesawat jatuh, sebagai
seorang ilmuwan, ia tidak bisa hanya menggunakan dugaan-dugaan untuk mencari tahu
penyebab jatuhnya pesawat tersebut, tetapi harus melakukan penelitian di lapangan untuk
mengetahui penyebab yang sebenarnya, dan tentunya dengan menggunakan metode-
metode ilmiah.
Dengan demikian, aktivitas dan sikap ilmiah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
seorang ilmuwan yang bisa berupa sebuah penelitian dalam rangka mencari kebenaran
dari suatu permasalahan. Hasil dari penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan
diuji kebenarannya, ia harus memiliki sikap ilmiah karena sikap ilmiah merupakan suatu
sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objekt
Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tujuan suatu ilmu melainkan
cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

121
Adapun sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan, antan lain sebagai
berikut.
a. Tidak ada rasa pamrih, yaitu sikap yang dimaksudkan untuk mencapa pengetahuan
ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih misalnya karena ingin dipuji atau
kesenangan pribadi.
b. Bersikap selektif, yaitu sikap yang berdasarkan atas pilihan dengan tujuan agar para
ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi.
c. Adanya rasa percaya yang layak, baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indra serta budi (mind).
d. Adanya sikap yang berdasarkan pada suatu kepercayaan dan dengan keyakinan
bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai pengetahuan yang
pasti.
e. Adanya suatu kegiatan rutin, seorang ilmuwan harus selalu merasa tidak puas dengan
penelitian yang telah dilakukannya sehingga selaluada dorongan untuk terus
melakukan penyelidikan yang pada akhirnya penelitian penelitian yang ia lakukan
akan menjadi sebuah identitas yang menonjol pada dirinya.
f. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap yang sesuai dengan etika, yaitu selalu
memiliki keinginan untuk mengembangkan ilmu dengan tujuan memajukan ilmu dan
untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus lagi untuk membangun bangsa dan negara.
1. Ciri-ciri Ilmu Modern
Ilmu cenderung dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dalam mendasari
berbagai kebijakan kemasyarakatan, serta telah menjadi dasar penting yang
memengaruhi penentuan perilaku manusia. Keadaan ini berakibat pada karakterisasi
ciri ilmu modern, yaitu sebagai berikut.
a. Bertumpu pada paradigma positivisme. Ciri ini terlihat dari pengem bangan ilmu
dan teknologi yang kurang memerhatikan aspek nila baik etis maupun agamis,
karena memang salah satu aksioma positivisme adalah value free yang
mendorong tumbuhnya prinsip science for science.
b. Mendorong tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumerisme. Berbaga
pengembangan ilmu dan teknologi selalu mengacu pada upaya untuk
meningkatkan kenikmatan hidup, meskipun hal itu mendorong gersangnya rohani
manusia akibat semakin memasyarakatnya budaya konsumerisme yang terus
dipupuk oleh media teknologi modem, seperti iklan besar-besaran yang dapat
menciptakan kebutuhan semu.

122
c. Perkembangannya sangat cepat. Pencapaian sains dan teknologi modern
menunjukkan percepatan yang menakjubkan, yang berubah tidak dalam waktu
tahunan lagi, bahkan mungkin dalam hitungan hari. Ini jelas sangat berbeda
dengan perkembangan iptek sebelum nya.
d. Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan ling kungan hidup
dewasa ini tidak terlepas dari pencapaian iptek yang kurang memerhatikan
dampak lingkungan.
2. Paradigma Ilmu Modern menurut Beberapa Aliran
Paradigma sains telah mengalami berbagai tahapan perubahan sebagaimana
dikemukakan oleh S. Nasution dalam bukunya Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif (1996: 3). Tahap pertama disebut masa pra-positivisme, yang diawali dari
zaman Aristoteles sampai David Hume Aplikasinya dalam penelitian adalah
mengamati secara pasif, tidak ada upaya memanipulasi lingkungan dan melakukan
eksperimen terhadap lingkungan. Tahapan ini kemudian berganti dengan tahapan
positivisme. Paradigma ini menjadi dasar bagi metode ilmiah dengan bentuk
penelitiankuantitatif, yang mencoba mencari prinsip-prinsip atau hukum-hukum
umum tentang dunia kenyataan. Paradigma berikutnya adalah paradigma post
positivisme sebagai reaksi atas pendirian positivisme. Dalam pan- dangan ini,
kebenaran bukan sesuatu yang tunggal (it is an increasing complexity) sebagaimana
diyakini positivisme.
B. Tingkat Kebenaran Ilmu
Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai
fenomena empiris yang terjadi di alam ini. Tujuan upaya tersebut adalah memperoleh
pemahaman yang benar terhadap fenomena tersebut. Ada kecenderungan yang kuat
sejak berjayanya kembali akal pemikiran manusia adalah keyakinan bahwa ilmu
merupakan satu-satunya sumber kebenaran. Segala sesuatu penjelasan yang tidak
dapat atau tidak mungkin diuji, diteliti, atau diobservasi adalah sesuatu yang tidak
benar, dan karena itu tidak patut dipercayai.
Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua masalah dapat dijawab
dengan ilmu. Banyak hal yang merupakan concern manusia, sulit, atau bahkan tidak
mungkin dijelaskan oleh ilmu, seperti masalah Tuhan, hidup sesudah mati, dan hal-hal
lain yang bersifat nonempiris. Oleh karena itu, apabila manusia hanya memercayai
kebenaran ilmiah sebagai satu-satunya kebenaran, dia telah mempersempit kehidupan

123
dengan hanya mengikatkan diri dengan dunia empiris. Untuk itu, diperlukan
pemahaman tentang apa itu kebenaran, baik dilihat dari jalurnya (gradasi berpikir)
maupun macamnya.
Apabila dilihat dari gradasi berpikir, kebenaran dapat dikelompokkan dalam
empat gradasi berpikir berikut.
1. Kebenaran biasa, yaitu kebenaran yang dasarnya adalah common sense atau akal
sehat. Kebenaran ini biasanya mengacu pada pengalamanindividual yang tidak
tertata dan sporadis sehingga cenderung sangatsubjektif sesuai dengan variasi
pengalaman yang dialaminya. Sekali-pun demikian, seseorang bisa
menganggapnya sebagai kebenaran apabila telah dirasakan manfaat praktisnya
bagi kehidupan individu orang arsebut.
2. Kebenaran ilmu, yaitu kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada
fakta-fakta empiris, serta memungkinkan semua orang untuk mengujinya dengan
metode tertentu dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama.
3. Kebenaran filsafat. Kebenaran model ini sifatnya spekulatif, mengingat sulit/tidak
mungkin dibuktikan secara empiris. Akan tetapi, apabila metode berpikirnya
dipahami, seseorang akan mengakui kebenar- annya. Satu hal yang sulit adalah
setiap orang dapat memercayainya karena cara berpikir di lingkungan filsafat pun
sangat bervariasi.
4. Kebenaran agama, yaitu kebenaran yang didasarkan pada informasi yang
datangnya dari Tuhan melalui utusannya. Kebenaran ini bersifat dogmatis, artinya
ketika tidak ada kepahaman atas suatu hal yang berkaitan dengan agama,
seseorang tetap harus memercayainya sebagai suatu kebenaran.
Dari uraian di atas, tampak bahwa masalah kebenaran tidaklah sederhana.
Tingkatan tingkatan/gradasi berpikir akan menentukan kebenaran yang dimiliki atau
diyakininya, demikian juga sifat kebenarannya juga berbeda. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila seseorang berbicara mengenai suatu hal, dan apakah hal itu benar atau
tidak, pertama-tama perlu dianalisis tentang tataran berpikirnya sehingga tidak serta-
merta menyalahkan atas suatu pernyataan, kecuali apabila pembicaraannya sudah
mengacu pada tataran berpikir tertentu.
1. Keterbatasan Ilmu
Apakah kebenaran ilmu itu sesuatu yang mutlak? Apakah seluruh persoalan
manusia dapat dijelaskan oleh ilmu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya

124
menggambarkan betapa terbatasnya ilmu dalam mengungkap misteri kehidupan
serta betapa tentatifnya kebenaran ilmu.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya diungkapkan pendapat para ahli
berkaitan dengan keterbatasan ilmu, antara lain sebagai berikut.
a. Jean Paul Sartre menyatakan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang sudah selesai
terpikirkan, sesuatu yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan
oleh hasil-hasil penelitian dan percobaan baru yang dilakukan dengan metode-
metode baru atau karena adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih
sempurna, dan penemuan baru itu akan disisihkan pula oleh ahli-ahli lainnya.
b. DC Mulder menyatakan bahwa setiap ahli ilmu menghadapi soal-soal yang
tidak dapat dipecahkan dengan memakai ilmu itu sendiri. Ada soal-soal pokok
atau soal-soal dasar yang melampaui kompetensi ilmu, misalnya apakah
hukum sebab akibat itu? Di manakah batas-batas lapangan yang saya selidiki
ini? Di manakah tempatnya dalam kenyata- an seluruhnya ini? Sampai di
mana keberlakuan metode yang diguna- kan? Jelaslah bahwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, ilmu memerlukan instansi lain yang melebihi
ilmu, yaitu filsafat.
c. Harsoyo menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia dewasa ini
belumlah seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang
melindungi manusia. Ilmuwan-ilmuwan besar biasanya diganggu oleh
perasaan agung semacam kegelisahan batin untuk ingin me- ngetahui lebih
banyak bahwa yang diketahui itu masih meragukan, serba tidak pasti yang
menyebabkan lebih gelisah lagi, dan biasanya mereka adalah orang-orang
rendah hati yang semakin berisi semakin menunduk. Selain itu, Harsoyo juga
mengemukakan bahwa kebenaran amiah itu tidaklah absolut dan final sifatnya.
Kebenaran-kebenaran miah selalu terbuka untuk peninjauan kembali
berdasarkan adanya fakta fakta baru yang sebelumnya tidak diketahui.
d. Boeke menyatakan bahwa bagaimanapun telitinya kita menyelidiki peristiwa-
peristiwa yang dipertunjukkan oleh zat hidup itu, bagai- manapun kita
mencoba memperoleh pandangan yang jitu tentang keadaan sifat zat hidup itu
yang bersama-sama tersusun, asas hidup yang sebenarnya adalah rahasia abadi
bagi kita. Oleh karena itu, kita harus menyerah dengan perasaan saleh dan
terharu.

125
Dengan memerhatikan penjelasan tersebut, tampak bahwa ilmu itu tidak dapat
dipandang sebagai dasar mutlak bagi pemahaman manusia tentang alam.
Demikian juga, kebenaran ilmu harus dipandang secara tentatif. Artinya, selalu
siap berubah apabila ditemukan teori-teori baru yang menyangkalnya.
2. Epistemologi Ilmu
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti
knowledge, pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh JF. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat, yaitu
epistemology dan ontology (on-being, wujud, apa + logos = teori), ontology (teori
tentang apa). Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar
yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.
Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tidak-ilmiah. Adapun
yang tergolong ilmiah adalah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu
saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi
sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural,
metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian, kebenaran ilmiahnya
teruji sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah, dapat
dipertanggungjawabkan.
Adapun pengetahuan yang tidak ilmiah masih tergolong pra-ilmiah. Dalam hal
ini, berupa hasil serapan indriawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah
lama maupun baru diperoleh. Di samping itu, sesuatu yang diperoleh secara pasif
atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
1. Pengetahuan Manusia
Pengetahuan Objek Paradigma Metode Kriteria
Sains Empiris Sains Metode ilmiah Rasional empiris
Filsafat Abstrak rasional Rasional Metode rasional Rasional
Abstrak Rasa,iman,logis,kada
Mistis Mistis Latihan percaya
supersional ng empiris

Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis,
jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, serta
diakhin dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya.

126
Adapun pengetahuan yang pra-ilmiah, walaupun diperoleh secara sadar dan
aktif, bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga
tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, penge tahuan pra-ilmiah karena
tidak diperoleh secara sistematis-metodologis ada yang cenderung menyebutnya
sebagai pengetahuan "naluriah Dalam sejarah perkembangannya, pada zaman
dahulu yang lazim disebut tahap mistik, tidak terdapat perbedaan di antara
pengetahuan-pengetahuan yang berlaku juga untuk objek-objeknya. Pada tahap
mistik ini, sikap manusia seperti dikepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di
sekitarnya sehingga semua objek tampil dalam kesemestaan. Dalam arti satu sama
lain berdifusi menjadi tidak jelas batas-batasnya.
Tahap berikutnya adalah tahap ontologis, yang membuat manusia terbebas dan
kepungan kekuatan gaib sehingga mampu mengambil jarak dari objek di
sekitarnya, dan dapat menelaahnya. Orang-orang yang tidak mengakui status
ontologis objek-objek metafisika pasti tidak akan mengakui status-status ilmiah
dari ilmu tersebut. Itulah sebabnya, tahap ontologis dianggap sebagai tonggak ciri
awal pengembangan ilmu. Dalam hal ini, subjek menelaah objek dengan
pendekatan awal pemecahan masalah, semata-mata mengandalkan logika berpikir
secara nalar. Hal ini merupakan salah satu ciri pendekatan ilmiah yang kemudian
dikembang kan lebih lanjut menjadi metode ilmiah yang semakin mantap berupa
proses berpikir secara analisis dan sintesis. Dalam proses tersebut, ber- langsung
logika berpikir secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan khusus dari yang
umum. Hal ini mengikuti teori koherensi, yaitu perihal melekat nya sifat yang
terdapat pada sumbernya yang disebut premis-premis yang telah teruji
kebenarannya, dengan kesimpulan yang pada gilirannya. otomatis mempunyai
kepastian kebenaran.
2. Sumber-sumber Pengetahuan
Ada dua cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar. Pertama,
mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman.
Kaum rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan peng- alaman
mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif
dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang dianggapnya
jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia.
Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya (idelisme). Di
samping rasionalisme dan pengalaman, masih ada cara lain, yaitu intuisi atau

127
wahyu. Intuisi merupakan pengetahu an yang diperoleh tanpa melalui proses
penalaran, bersifat personal, dan tidak bisa diramalkan. Adapun wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Masalah yang muncul dalam sumber pengetahuan adalah dikotomi atau gop
antara sumber ilmu umum dan ilmu agama. Bagi agama Islam, sumber ilmu yang
paling otoritatif adalah Al-Quran dan hadis. Bagi ilmu umum (imuwan sekuler),
satunya-satunya yang valid adalah pengalaman empiris yang didukung oleh
indriawi melalui metode induksi. Adapun metode deduksi yang ditempuh oleh
akal dan nalar sering dicurigai secara apriori (yaitu tidak melalui pengalaman).
Menurut mereka, setinggi- tingginya pencapaian akal adalah filsafat. Filsafat
masih dipandang terlalu spekulatif untuk bisa mengonstruksi bangunan ilmiah
seperti yang diminta kaum positivis. Adapun pengalaman intuitif sering dianggap
sebuah halusinasi atau ilusi belaka. Menurut agamawan, pengalaman intuitif
dianggap sebagai sumber ilmu, seperti para nabi memperoleh wahyu ilahi atau
mistikus memperoleh limpahan cahaya llahi.
Masalah berikutnya adalah pengamatan. Sains modern menentukan objek ilmu
yang sah adalah segala sesuatu sejauh ia dapat diobservasi (the observables) atau
diamati oleh indra. Akibatnya, muncul penolakan dari filsuf logika positivisme
yang menganggap segala pernyataan yang tidak ada hubungan objek empirisnya
sebagai nonsens. Perbedaan ini melahirkan metafisik (dianggap gaib) dan fisik
(dianggap science). Masalah lainnya adalah munculnya disintegrasi pada tatanan
klasifikasi ilmu. Penekanan sains modern pada objek empiris (ilmu-ilmu fisika)
membuat cabang ilmu nonfisik bergeser secara signifikan ke pinggiran.
Akibatnya, timbul pan- dangan negatif bahwa bidang kajian agama hanya
menghambat kemajuan. Seperti dalam anggapan Freud yang menyatakan agama
dan terutama pendukungnya yang fanatik bertanggung jawab terhadap pemiskinan
pengetahuan karena melarang anak didik untuk bertanya secara kritis.
Masalah lainnya yang muncul adalah menyangkut metodologi ilmiah. Sains
pada dasarnya hanya mengenal metode observasi atau eksperimen, sedangkan
agamawan mengembangkan metode lainnya seperti metode intuitif. Masalah
terakhir adalah sulitnya mengintegrasikan ilmu dan agama, terutama indra,
intektual, dan intuisi sebagai pengalaman legitimate dan real dari manusia.
3. Ilmu dan Morakitas

128
Dari awal perkembangannya, ilmu selalu dikaitkan dengan masalah moral.
Copernicus (1473-1543) menyatakan bumi berputar mengelilingi matahari,
kemudian diperkuat oleh Galileo (1564-1642) yang menyatakan bumi bukan
merupakan pusat tata surya yang akhimya harus berakhir dipengadilan inkuisisi
Kondisi ini selama 2 abad memengaruhi proses per kembangan berpikir di Eropa.
Moral reasioning adalah proses penilaian tingkah laku manusia, institusi, atau
kebijakan yang sesuai atau menyalahi standar moral, Kritenanya adalah logis,
bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian yang tepat dan konsisten
dengan lainnya. Kohlberg (Valazquez, 1998) menyatakan perkembangan moral
individu terdiri atas tiga tahap berikut.
a. Level preconventional. Level ini berkembang pada masa kanak-kanak
Level ini terdiri atas:
1) Punishment and obidience orientation, yaitu alasan seseorang patuh
adalah menghindari hukuman;
2) Instrument and relativity orientation, yaitu perilaku atau tindakan benar
karena memperoleh imbalan atau pujian.
b. Level conventional: individu termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan
norma kelompok agar diterima dalam suatu kelompok tersebut. Level ini
terdiri atas :
1) Interpersonal concordance orientation, yaitu orang bertingkah laku
baik untuk memenuhi harapan dari kelompoknya yang menjadi
loyalitas, kepercayaan, dan perhatiannya, seperti keluarga dan teman;
2) Law and order orientation, yaitu benar atau salah ditentukan loyalitas
seseorang pada lingkungan yang lebih luas, seperti kelompok
masyarakat atau negara.
c. Level postconventional. Pada level ini, orang tidak lagi menerima saja
nilai-nilai dan norma-norma dari kelompoknya, tetapi melihat situasi
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang diyakininya, Level ini terdiri atas.
1) Social contract orientation, yaitu orang mulai menyadari bahwa orang-
orang memiliki pandangan dan opini pribadi yang sering bertentangan
dan menekankan cara-cara adil dalam mencapai konsensus dengan
perjanjian, kontrak, dan proses yang wajar;

129
2) Universal ethical principles orientation, yaitu orang memahami bahwa
suatu tindakan dibenarkan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang
dipilih karena logis, komprehensif, universal, dan konsisten.
4. Beberapa Asumsi dan Ilmu
Dalam mengembangkan asumsi ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut.
a. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin
keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian
teoretis.
b. Asumsi ini harus disimpulkan dari "keadaan sebagaimana adanya 'bukan'
bagaimana keadaan yang seharusnya." Asumsi yang pertama adalah asumsi
yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang
mendasari telaah moral. Seorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi
yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya. Hal ini karena
mempergunakan asumsi yang berbeda, berarti berbeda pula konsep pemikiran
yang digunakan. Sering kita menjumpai bahwa asumsi yang melandasi suatu
kajian keilmuan tidak bersifat tersurat, tetapi tersirat. Asumsi yang tersirat ini
kadang-kadang menyesatkan sebab selalu terdapat kemungkinan bahwa kita
berbeda penafsiran tentang sesuatu yang tidak dinyatakan. Oleh karena itu,
untuk pengkajian ilmiah yang lugas, lebih baik dipergunakan asumsi yang
tegas. Sesuatu yang belum tersurat dianggap belum diketahui atau belum
mendapat kesamaan pendapat. Pernyataan semacam ini jelas tidak ada ruginya
sebab jika kemudian ternyata asumsinya adalah cocok, kita tinggal
memberikan informasi. Jika ternyata mempunyai asumsi yang berbeda, dapat
diusahakan pemecahannya.
5. Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada
batas pengalaman manusia, Jadi ilmu tidak mempelajari masalah surga dan neraka
dan tidak mempelajari sebab musabab kejadian terjadinya manusia sebab kejadian
itu berada di luar jangkauan pengalaman manusia.
Pada fungsi ilmu tersebut dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat
pembantu manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia dan metode

130
yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara
empiris. Jika ilmu memasukkan daerah di luar batas pengalaman empirisnya,
bagaimanakah kita melakukan suatu kontradiksi yang menghilangkan kesahihan
metode ilmiah? Kalau begitu, sempit sekali batas jelajah ilmu, seperti kata
seorang, cuma sepotong dari sekian permasalahan kehidupan. Memang demikian,
menurut filsuf ilmu. Bahkan, dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya
berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang baik
dan buruk, semua berpaling pada sumber-sumber moral; tentang indah dan jelek
semua berpaling pada pengkajian estetik.
6. Unsur-unsur Usaha Ilmu
Unsur-unsur usaha ilmiah yang dilakukan manusia untuk melahirkan ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut.
a. Unsur-unsur empiris, konseptual, dan formal serta tafsiran teoretisnya
berbagai pandangan mengenai pentingnya secara relatif dari peng- amatan,
teori, dan perumusan matematis.
b. Prosedur empiris dari ilmu
c. Penggolongan: problem taksonomi
d. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah: prosedur dasar dari perkembangan
intelektual dari ilmu.
e. Kedudukan filsafati dan teon ilmiah
f. Hubungan antara ilmu dan pengetahuan humaniora: persoalan tentang
perbedaan antara metodologi ilmiah dan metodologi humaniora.
A. Problem-problem dalam Ilmu
Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang
lingkup filsafat ilmu secara umum. Selanjutnya, ilmu merupakan suatu bagian dari
filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupfilsafat, tidak terlepas dari
persoalan-persoalan filsafat ilmu. Filsuf ter- kemuka, Clarence Irving Lewis, juga
mengemukakan adanya dua persoalan, yaitu problem-problem reflektif dalam suatu
ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan problem
problem mengenai asas permulaan dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi
semua ilmu ataupun aktivitas kehidupan secara umum.
Adapun yang dimaksud masalah dalam bidang filsafat ilmu dan ilmu itu
sendin menurut A. Cornelius Benjamin adalah situasi praktis atau Teoretis yang untuk

131
itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai sehingga memerlukan
proses-proses refleksi. Banyak pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau
perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, berikut ini dikutipkan pendapat
pendapat para ahli.
1. Cornelius Benjamin
a. semua persoalan yang bertalian secara langsung atau tidak langsungdengan
suatu pertimbangan mengenai metode ilmu;
b. filsafat ilmu kurang terumuskan, baik dari problem-problem tentang metode.
c. beragam kelompok persoalan yang tidak mudah terpengaruh oleh
penggolongan sistematis.
2. Michael Berry
a. Bagaimanakah kuantitas dari rumusan dalam teori-teori ilmiah (misal- nya
suatu ciri dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di luar pikiran kita?
b. Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah "benar
serdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?
3. Victor Lenzen
a. struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
b. pentingnya ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas.
4. J. J. C. Smart
a. Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah,
langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dalil dan teori, dan cara-
cara merumuskan konsep ilmiah.
b. Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil
penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
5. Frederick Suppe
Menurut filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam ilmu adalah
sifat dasar atau struktur teori ilmiah. Alasannya adalah teori merupakan roda dari
pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi usaha ilmiah. Tanpa
teori, tidak akan ada problem-problem mengenai entitas teoretis, istilah teoretis,
pembuktian kebenaran, dan kepentingan kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji

132
atau diterapkan, rancangan percobaan tidak akan berarti. Oleh karena itu, agak
berlebihan bilamana dinyatakan bahwa ilmu adalah suatu analisis mengenai teori
dan peranannya dalam usaha ilmiah.
6. D.W.Theobald
a. Problem metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan
hubungan-hubungan di antara mereka.
b. Problem tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari konsep- konsep
yang dipakai para ilmuwan.
7. W.H.Walsh
Filsuf sejarah ini menyatakan bahwa ilmu mencakup problem yang timbul dari
metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari
pengetahuan ilmiah.
8. Walter Weimer
a. Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional (ini berkisar pada
penyimpulan induktif, sifat dasamya, dan pembenarannya).
b. Teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah (ini berkisar pada
pertumbuhan pengetahuan ilmiah, pencarian, dan penjelas annya.
c. Pencarian terhadap suatu teori tindakan pragmatis (dalam menentukan salah
satu teori di antara teori-teori yang salah, bagaimanakah caranya untuk
mengetahui secara pasti teori yang paling terkecil kesalahannya Problem
mengenai kejujuran intelektual (ini menyangkut usaha mencocokkan perilaku
senyatanya, dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut setia).
9. Philip Wiener
a. struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu:
b. saling hubungan di antara ilmu-ilmu.
Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahapan-tahapan lainnya
dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni, dan agama.
Problem ilmu bilamana digolong-golongkan berkisar pada enam hal pokok
yaitu pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan.
Berdasarkan keenam sasaran itu, bidang ilmu secara sistematis dibagi dalam enam
cabang pokok, yaitu epistemologi (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai
apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori penyimpulan),
etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan). Problem-problem dalam

133
ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai
dengan cabang-cabang pokok filsafat itu. Dengan demikian, seluruh problem
dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi:
a. epistemologis tentang ilmu;
b. metafisis tentang ilmu;
c. metodologis tentang ilmu;
d. logis tentang ilmu;
e. etis tentang ilmu;
f. estetis tentang ilmu.

KESIMPULAN

Aktivitas dan sikap ilmiah adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah Seorang
ilmuwan harus beraktivitas dan bersikap secara ilmiah, yaitu suatu sikap yang menunjukkan
bahwa ia adalah seorang ilmuwan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keilmuan harus
la teliti dengan menggunakan metode ilmiah dan bukan berdasarkan asumsi-asumsi. Ilmu
cenderung dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dalam mendasari berbagai kebijakan
kemasyarakatan, serta telah menjadi dasar penting yang memengaruhi penentuan perilaku
manusia.

134
Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai fenomena
empiris yang terjadi di alam ini. Tujuan upaya tersebut adalah memperoleh pemahaman yang
benar terhadap fenomena tersebut. Ada kecenderungan yang kuat sejak berjayanya kembali
akal pemikiran manusia adalah keyakinan bahwa ilmu merupakan satu-satunya sumber
kebenaran. Segala sesuatu penjelasan yang tidak dapat atau tidak mungkin diuji, diteliti, atau
diobservasi adalah sesuatu yang tidak benar, dan karena itu tidak patut dipercayai. Apabila
dilihat dari gradasi berpikir, kebenaran dapat dikelompokkan dalam empat gradasi berpikir
berikut. 1) Kebenaran biasa, 2). Kebenaran Ilmu, 3).Kebenaran Filsafat, 4)Kebenaran Agama
Problem ilmu bilamana digolong-golongkan berkisar pada enam hal pokok yaitu
pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Berdasarkan
keenam sasaran itu, bidang ilmu secara sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu
epistemologi (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi
(studi tentang metode), logika (teori penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika
(teori keindahan).

BAB X

TEORI DAN GENERALISASI KONSEP-KONSEP, PEMBAGIAN


DAN PENGELOMPOKAN ILMU, HUBUNGAN AKSIOLOGI ILMU
DAN NETRALITAS ILMU, SERTA METODE ILMIAH DALAM
ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN

135
A. Landasan Teori

Filsafat Ilmu Pengetahuan ialah filsafat spesifik yang membahas banyak sekali
macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. menjadi filsafat, Filsafat Ilmu
Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan menjadi objeknya secara rasional (kritis,
logis, serta sistematis), menyeluruh serta mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha
memperoleh pemahaman perihal ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta
fundamental buat bisa menemukan kerangka utama dan unsur-unsur hakiki yang kiranya
sebagai ciri khas berasal ilmu pengetahuan yang sebenarnya. sehingga kita dapat menentukan
ciri-ciri ilmu pengetahuan dengan benar, bisa memilih mana yang termasuk ilmu
pengetahuan, serta mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.

Filsafat yang didasarkan pada semangat yang mencari kejelasan, kebenaran, dan
kebijaksanaan tidak pernah puas dengan kebiasaan dan pendapat pemikiran rasional dan
obyektif yang tidak berdasar. Filsafat adalah pionir pertama yang berani mendobrak dan
mendekonstruksi pandangan-pandangan tradisional dan mistis yang telah lama diterima
begitu saja tanpa penjelasan rasional. Filsafat dengan permasalahannya yang rasional (kritis,
logis, sistematis), objektif, mendalam dan mendasar, merupakan suatu pendapat yang
disajikan begitu saja tanpa penjelasan yang rasional, atau yang tidak jelas dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Pemikiran rasional lah yang bisa melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu
tradisional serta mistis, serta membebaskan manusia asal kepicikan, ketidakjelasan,
ketidaktahuan serta kebodohannya. menggunakan pemikiran kritisnya, insan tidak puas
terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap ketidakjelasan segala macam 4 isu yang
diterimanya. Pemikiran kritis ialah pemikiran yang menyadari akan arah tujuan dari aktivitas
berpikir, yaitu mencari kejelasan serta tidak kebenaran. sehingga orang yang berpikir kritis
tak puas akan sekedar isu menjadi penerangan yang dari saja. berita yang ialah penjelasan
diperlukan adalah info yang relevan menggunakan hal yg dijelaskan serta memberikan
penerangan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dengan demikian orang yang berpikir kritis perlu bisa membedakan serta menentukan
penjelasan yang relevan dan benar, daripada penerangan yang tak relevan serta keliru. buat
memperoleh penjelasan yang relevan serta kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan, selain
melakukan pengamatan serta penelitian secara cermat serta teliti, orang juga perlu berpikir
logis. Berpikir logis merupakan pemikiran yang didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran

136
yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan, serta kesimpulan yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. dengan pemikiran yang kritis serta disusun
secara logis, diharapkan dapat membuat tubuh pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-
kesatuan pemahaman yang saling terkait satu sama lain secara organis, yang masing-masing
bagian mempunyai kedudukan dan peranan yang memang tidak tergantikan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini ialah :
1. Apa saja teori dan generalisasi konsep-konsep?

2. Bagaimana pembagian dan pengelompokan ilmu?

3. Bagaimana hubungan aksiologi ilmu dan netralitas ilmu?

4. Bagaimana metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat sains.

2. Mengetahui teori dan generalisasi konsep-konsep.

3. Mengetahui pembagian dan pengelompokan ilmu.

4. Mengetahui hubungan aksiologi ilmu dan netralitas ilmu.

5. Mengetahui metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan.

METODELOGI PENULISAN

Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur. Pengumpul
data dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai literatur, seperti buku,
handbook, jurnal, dan berbagai referensi laman pengetahuan di internet lainnya yang
berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data dilakukan dengan
menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

137
PEMBAHASAN

A. Teori dan Generalisasi Konsep-konsep

Konsep dibangun dari fakta, kemudian fakta dijadikan bahan atau atau
dipergunakan untuk mengembangkan konsep. apabila konsep memberikan ciri
keumuman, terbentuklah generalisasi, lalu dapat diformulasikan menjadi teori. Tapi
kabar-kabar sangat dibatasi oleh nilai transfer ketika, tempat, serta kejadian. Konsep serta
generalisasi memiliki nilai transfer yang lebih luas serta dalam. Sedangkan itu, teori
mempunyai jangkauan yang lebih universal karena cenderung diklaim berlaku umum
tanpa terikat oleh waktu serta tempat sehingga mampu berlaku universal.
1. Fakta dan Konsep
Fakta adalah building blocks untuk menyebarkan konsep, generalisasi
(Schuncke : facts are building blocks from which concept and generalization are
constructed) serta teori. dari Bertrand Russel , fakta adalah segala sesuatu yang
berada pada global. Ini berarti gejala apa pun, baik tanda-tanda alam maupun gejala
human ialah keterangan yg mampu sebagai bahan standar bagi pembentukan konsep-
konsep. Sekalipun demikian, karena luasnya, tiap - tiap ilmu akan menyeleksi kabar
tadi sinkron menggunakan orientasi ilmunya. keterangan mempunyai peranan krusial
bagi teori, serta mempunyai interaksi yang tetap menggunakan teori.
Berdasarkan Moh Nazir peranan fakta terhadap teori ialah:
a. Fakta menolong memprakarsai teori.
b. Fakta memberi jalan dalam mengganti atau memformulasikan teori.
c. Fakta dapat membentuk perlawanan terhadap teori.

d. Fakta memberikan serta memperjelas definisi kembali terhadap teori.

Adapun konsep ialah label atau penamaan yang dapat membantu seorang
membentuk arti berita dalam pengertian yang lebih luas serta memungkinkan
dilakukan penyederhanaan atas keterangan-fakta sebagai akibatnya proses berpikir
serta memecahkan persoalan lebih praktis. Konsep intinya adalah gambaran mental
atau persepsi yang mendeskripsikan atau menunjukkan suatu kenyataan, baik secara
tunggal juga dalam suatu kontinum. Konsep juga seringkali diartikan menjadi abstraksi
berasal suatu fakta yang menjadi perhatian ilmu, baik berupa keadaan, insiden,
individu juga grup. pada umumnya, konsep tak mungkin/sangat sulit buat diobservasi
secara pribadi maka buat keperluan penelitian, diperlukan klasifikasi ke tingkatan yg

138
lebih konkret agar pengamatan dan pengukuran dapat dilakukan.

pada suatu teori, konsep tak jarang dinyatakan dalam suatu korelasi atau
hubungan antara dua konsep atau lebih yg tersusun secara logis, pernyataan yang
mendeskripsikan hubungan antar konsep diklaim proposisi. menggunakan demikian,
konsep adalah himpunan yang membentuk proposisi, sedangkan proposisi merupakan
himpunan yang membuat teori.

Dalam suatu teori, konsep sering dinyatakan dalam suatu hubungan atau
hubungan antara dua konsep atau lebih yang tersusun secara logis, pernyataan yang
menggambarkan hubungan antar konsep disebut proposisi. Dengan demikian, konsep
merupakan himpunan yang membentuk proposisi, sedangkan proposisi merupakan
himpunan yang membentuk teori.
Berdasarkan Bruner, Goodnow dan Austin, sebagaimana dikutip oleh Hamid
Hasan (1996), menyatakan bahwa pada ilmu-ilmu sosial dikenal tiga jenis konsep
berikut.
1. Konsep konjungtif
2. Konsep disjungtif
3. Konsep relasional
Sedangkan itu, menurut Sofian Effendi , bila ditinjau selaras dengan
realitas/fakta, ada dua jenis konsep, yaitu :
1. Konsep-konsep yang kentara selaras dengan realitas (contohnya : meja,
lemari, kursi) serta
2. Konsep-konsep yang lebih tak berbentuk dan lebih kabur hubungannya
menggunakan realitas (contohnya : kecerdasan dan emosi).

Sementara itu Prof. Konsep teori mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi serta
ialah pengertian esensial asal suatu kenyataan. Konsep realitas merupakan

ilustrasi konsep yang sudah bisa diobservasi, sedangkan itu konsep analisis ialah
konsep yang membagikan apa dan bagaimana konsep empiris tadi dapat diketahui buat
keperluan analisis.

Generalisasi artinya konklusi umum yang ditarik sesuai hal hal spesifik (induksi),
generalisasi menggambarkan keterhubungan beberapa konsep dan merupakan yang

139
akan terjadi yang sudah teruji secara realitas (generalisasi realitas). Kebenaran suatu
generalisasi ditentukan oleh kemurnian konsep dan referensi pada fakta-informasi.
Generalisasi yang diakui kebenarannya di satu ketika dapat dimodifikasi jika diperoleh
keterangan atau bukti - bukti baru, bahkan ditinggalkan Jika lebih banyak bukti yang
mengingkarinya. Generalisasi tidak selaras dengan teori sebab teori memiliki tingkat
keberlakuan yg lebih universal serta lebih kompleks sehingga teori sudah dapat
dipergunakan buat menjelaskan bahkan memprediksi kejadian-kejadian.

Teori terdiri atas sekumpulan konsep yang umumnya diikuti oleh relasi antar
konsep sehingga tergambar hubunganya secara logis pada suatu paradigma tertentu.
Adapun teori berdasarkan Redja Mudyahardjo, dapat dibagi menurut tingkatannya ke
pada teori induk, teori formal, dan teori substantif menggunakan penerangan menjadi
berikut :

1. Teori induk serta model, yaitu sistem pernyataan yang saling bekerjasama erat dan
konsep-konsep tak berbentuk yang menggambarkan, memprediksi, atau
menjelaskan secara komprehensif hal-hal yang luas tentang gejala yang tidak bisa
diukur tingkat kemungkinannya (misalnya teori-teori manajemen).

2. Teori formal serta tingkat menengah, yaitu pernyataan - pernyataan yang saling
bekerjasama, yang didesain buat menyebutkan suatu tingkah laku tingkah laku
secara singkat (contohnya teori manajemen berdasarkan F.W.Taylor).

3. Teori substantif, adalah pernyataan atau konsep yang saling bekerjasama, yang
berkaitan menggunakan aspek-aspek spesifik perihal suatu kegiatan (contohnya
fungsi perencanaan).
Berdasarkan LeCompte dan Goetz teori dibagi kedalam empat jenis berikut.
1. Grand theory (teori besar)
2. Theoritical model (model teoritis)
3. Formal and middle-range theory (teori formal dan tingkat
menengah)
4. Substansive theory (teori subtansi)
Teori intinya merupakan alat bagi ilmu serta berperan pada hal-hal berikut (Moh.
Nazir,1985).
1. Teori menyatakan orientasi pokok ilmu dengan cara menyampaikan

140
definisi terhadap jenis - jenis data yang akan dirancang abstraksinya.
2. Teori menyampaikan rencana konseptual, dengan fenomena-fenomena
yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan, serta dihubung-hubungkan.
3. Teori menyatakan ringkasan terhadap informasi dalam bentuk generalis
realitas serta sistem generalisasi.
4. Teori menyampaikan prediksi terhadap informasi.
5. Teori menjelaskan celah-celah didalam pengetahuan kita.
2. Proposisi dan Asumsi

a. Proposisi
Preposisi adalah suatu pernyataan tentang satu atau lebih
konsep/variabel, proposisi yang menyatakan variabel tunggal disebut
proposisi univariate jika menghubungkan 2 variabel disebut proposisi
multivariat, dan apabila proposisi itu menghubungkan lebih berasal dua
variabel disebut proposisi multivariat. Adapun jenis-jenis proposisi
(subtipe kata depan) ialah menjadi berikut :
1. Hipotesis, ialah proposisi yang dinyatakan buat dilakukan
pengujian.
2. Generalisasi empiris, ialah pernyataan korelasi yang berdasarkan di
hasil penelitian induksi (lapangan).
3. Aksioma, ialah proposisi yang kebenaranya mengacu pada
proposisi-proposisi lainnya.
4. Postulat, ialah proposisi yang mempunyai makna hampir sama
seperti aksioma, tetapi kebenaran pernyataan telah teruji secara
realitas.
5. Teorema, ialah proposisi yang berdasarkan serangkaian postulat
atau aksioma.
b. Asumsi
Asumsi umumnya dipadankan menggunakan istilah asumsi dasar.
Asumsi merupakan sesuatu yang dianggap tidak berpengaruh atau dianggap
konstan. perkiraan bisa berhubungan menggunakan kondisi, syarat, serta
tujuan menyampaikan hakikat, bentuk, serta arah argumentasi. Perkiraan
bermaksud membatasi persoalan. Di setiap judgment serta/atau kesimpulan
pada bidang ilmu implisit asumsi dasar tertentu yang menopang kekuatan
konklusi/ judgment eksklusif.
3. Definisi/Batasan

141
Agar benar - benar bercirikan keilmiahan, ilmu harus terus dikaji ulang
dengan cara melakukan pengumpulan konsep serta aturan (prinsip) umum dalam
definisi dikembangkan rekanan antar konsep/variabel, meneliti keterangan liputan
buat kemudian dikembangkan generalisasi serta teori-teori serta perlu dilakukan
upaya verifikasi buat menguji validitas teori/ilmu dengan menggunakan metode
tertentu sesuai dengan arah kajiannya. buat menghindari banyak sekali pendapat
yang bisa mengaburkan atas suatu kegiatan ilmiah, konsep/variabel perlu
diberikan pembatasan atau definisi sebagai koridor buat mencapai pemahaman
yang sempurna.

Dicermati dari sudut bentuk pernyataannya, menurut Redja Mudyahardjo


(2001), definisi bisa dibedakan menjadi dua macam.

a. Definisi konotatif adalah definisi yang menyatakan secara jelas (eksplisit


perihal isi yang terkandung pada kata konsep) yang didefinisikan. Definisi
konotatif bisa dibedakan pada dua grup, ialah definisi leksikal/definisi
berdasarkan kamus, dan definisi stiputatit, yaitu definisi yang
mengungkapkan syarat-syarat yang menjadi makna konsep tadi atau
ketentuan berasal suatu pihak tentang arti yang hendaknya diberikan. Di
definisi stipulatif terdapat beberapa jenis definisi, yaitu: 1. definisi
nominan atau definisi verbal, 2. definisi naratif, 3. definisi
operasional/definisi kerja, 4. definisi teoretis.
b. Definisi denotatif adalah definisi yang dinyatakan secara tersurat luas
pengertian dari istilah/konsep yang didefinisikan. Pengertian luasnya ialah
hal-hal yang ialah bagian kelas berasal konsep yang didefinisikan. Cara
buat mendefinisikan konsep secara denotatif merupakan menggunakan
jalan menjelaskan keseluruhan bagian atau keliru satu bagian yang
termasuk pada
kelas asal konsep yang didefinisikan. berdasarkan Hasbulah Bakry, ada
lima macam definisi, yaitu menjadi berikut. a.Obstensive definition,
b.Biverbal definition, c. Extensive definition, d. Analytic definition, e.
Descriptive definition.
4. Paradigma

142
Berdasarkan Webster's Dictionary, kerangka berpikir adalah pola, contoh
atau hodel. menjadi kata pada bidang ilmu (sosial), kerangka berpikir merupakan
perspektif atau kerangka acuan buat memandang dunia, yang terdiri atas banyak
sekali konsep dan perkiraan . Sebenarnya konsep kerangka berpikir bukanlah hal
yang baru. pada karya Thomas Kuhn (1962) yang berjudul The Structure of
Scientific Revolution, Kuhn mendefinisikan kerangka berpikir, diantaranya
menjadi keseluruhan konstelasi dari kepercayaan , nilai, teknologi, serta
sebagainya yang dimiliki beserta sang anggota-anggota berasal gerombolan
tertentu. Definisi Kuhn banyak dikritik sebab diklaim tak jelas. Tapi, di edisi
kedua bukunya, Kuhn menyampaikan definisi yang lebih spesifik yang
mempersamakan paradigma menggunakan model (exemplars). Karya Kuhn dalam
perkembangannya telah membangkitkan diskusi pada kalangan para pakar tentang
kerangka berpikir yang terkait menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan.

George Ritter mendefinisikan bahwa kerangka berpikir adalah gambaran


dasar bidang kajian pada suatu ilmu. Lebih lanjut, dia berkata bahwa ada empat
komponen pokok yang menghasilkan suatu paradigma, ialah: (1) contoh suatu
penelitian pada bidang kajian; (2) suatu citra perihal bidang kajian; (3) teori; (4)
metode dan alat penelitian.

Sedangkan itu, Bailey mendefinisikan kerangka berpikir sebagai jendela


mental seorang untuk melihat dunia. dengan pengertian dasar pada atas, suatu
problem yang sama akan membentuk analisis serta kesimpulan yang tidak sama
bila kerangka berpikir yang dipergunakan tidak sinkron. Misalnya, persoalan
reruntuhan (ledakan penduduk) dari Malthus, hal itu terjadi sebab penduduk
bertambah berdasarkan deret ukur, sementara bahan kuliner bertambah dari deret
hitung.
5. Objek Ilmu
Setiap ilmu memiliki objek sendiri-sendiri. Objek ilmu itu memilih kelompok
serta cara ilmu itu bekerja dalam memainkan perannya realitas melihat. Secara
umum, objek ilmu ialah alam dan manusia, namun sebab alam terdiri atas
berbagai komponen serta manusia pun mampu keluasan dan kedalaman yang
berbeda-beda, mengklasifikasikan benda sangat dibutuhkan. terdapat dua macam
objek asal ilmu , yaitu objek material dan objek formal. Objek materi ialah

143
seluruh bidang atau bahan yang dijadikan telaahan ilmu, sementara objek formal
adalah objek yang berkaitan menggunakan cara objek materi itu ditelaah oleh
suatu ilmu. berbeda-bedaan bhineka objek ilmu apa yang memberbeda-bedakan
antara ilmu satu serta lainnya, terutama objek formalnya. Contohnya, ilmu
ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material yg sama, yaitu manusia, tetapi
objek formalnya tidak selaras. Ekonomi melihat insan dalam kaitannya dengan
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan sosiologi dalam kaitannya
menggunakan korelasi antar manusia.

B. Pembagian dan pengelompokan Ilmu


Ilmu Pengetahuan manusia semakin berkembang, dan pemikiran semakin banyak
dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini mendorong para pakar untuk
mengklasifikasikan ilmu dalam beberapa gerombolan menggunakan sudut pandang
sendiri-sendiri. Secara umum, pembagian ilmu lebih mengacu di objek formal asal ilmu
itu sendiri, sedangkan jenis jenis pada pada suatu grup mengacu pada objek formalnya.
pada tahap awal perkembangannya, ilmu terdiri atas dua bagian berikut.
1. Trivium yang terbagi atas : dialektika, agar orang berpikir logis; gramatika, tata
bahasa agar orang berbicara benar; retorika , agar orang berbicara dengan indah.
2. Quadrivium yang terbagi atas : ilmu hitung: geometrika, aritmatika, ilmu musik
astronomi, ilmu perbintangan, ilmu ukur; musika.
Pembagian tadi intinya sesuai dengan bidang-bidang pengetahuan manusia
berkembang serta lahir ilmu-ilmu baru, pembagian ilmu yang menjadi telaahan utama di
masanya. menggunakan demikian waktu pengetahuan manusia berkembang serta lahir
ilmu-ilmu baru, pembagian ilmu pun turut berubah. Mohammad Hatta membagi ilmu
pengetahuan dalam:
1. Ilmu alam (terdiri dalam praktika dan teoritika);
2. Ilmu sosial (terdiri dalam praktika dan teoritika);
3. Ilmu kebudayaan (kultur).
Menurut Stuart chase ilmu pengetahuan terbagi sebagai berikut;
1. Ilmu-ilmu pengetahuan alam
Yang terdiri atas farmasi, antropologi fisik, biologi, kedokteran, pastrti, alam
geologi, pertanian dan lainnya.
2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan
Yang terdiri atas jiwa social, ilmu hukum, sosiologi, ekonomi, sosial, bumi social,

144
antropologi budaya dan sosial, politik, sejarah, pendidikan, jurnalistik dan
publisistik.
3. Ilmu Humaniora
Terdiri atas filsafat, ilmu agama, seni, jiwa, bahasa.
A.M. Ampere beropini bahwa pembagian ilmu pengetahuan sebaiknya
berdasarkan di objek atau target persoalannya. Dia membagi ilmu ke dalam dua bagian
berikut :
a) Ilmu yang kosmologis, ialah ilmu yang objek materiilnya bersifat jasadi,
contohnya ilmu hayat, kimia, dan fisika.
b) Ilmu yang noologis, ialah ilmu yang objek materiilnya bersifat rohaniah, seperti
ilmu jiwa. August Comte membagi ilmu atas dasar kompleksitas objek materil
nya yang terbagi atas: binatang, ilmu pasti; alam, sosiologi, hayat, dan kimia.
Menurut Herbert Spencer membagi ilmu atas dasar tujuan yang hendak dicapai
atau objek formal (bentuk pemikirannya). Sehingga menurutnya ilmu terbagi dalam dua
bagian berikut.
1. Ilmu murni (pure science), ialah ilmu yang pengkajiannya hanya bisa memperoleh
prinsip-prinsip umum atau teori baru tanpa membuka dampak mudah berasal ilmu
itu sendiri. dengan kata lain, ilmu buat ilmu itu sendiri.
2. Ilmu terapan (ilmu terapan), ialah ilmu yang dimaksudkan buat diterapkan pada
kehidupan mudah pada warga.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan wajib dipandang menjadi kerangka
dasar pemahaman. Hal ini karena pengetahuan manusia terus berkembang sehingga
memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru sebagai akibatnya pengelompokan ilmu pun
akan terus bertambah seiring menggunakan perkembangan tadi. Ditinjau asal objek
materialnya, ilmu dapat dikurung dalam dua bagian, yaitu ilmu yang mempelajari
manusia serta ilmu yang menelaah/menyelidiki alam.

1. Penjelasan ilmiah
Penjelasan ilmiah adalah penjelasan yang merujuk di ilmu kerangka, baik teori
maupun informasi yang telah mengalami proses induksi. Ada beberapa jenis penjelasan
ilmiah, ialah sebagai berikut.
a. Genetic explanation, ialah penjelasan perihal suatu gejala dengan cara
melacak sesuatu tersebut dari awalnya atau sumbernya.

145
b. Intentional explanation, ialah penjelasan perihal suatu gejala dengan melihat
hal-hal yang melatarbelakanginya atau apa tujuannya.
c. Dispositional explanation, ialah penjelasan perihal suatu gejala dengan
mempertimbangkan ciri-ciri atau sifatnya.
d. Reasoning explanation (explanation through reason), ialah penjelasan yang
dihubungkan menggunakan alasan mengapa sesuatu itu dilakukan atau sesuatu
itu terjadi.
e. Functional explanation, ialah pendeskripsian dengan melihat suatu gejala
dalam konteks keseluruhan asal suatu sistem atau gejala yang lebih luas.
f. Explanation through empirical generalization, ialah pendeskripsian yang
didesain dengan cara menyimpulkan hubungan antara sejumlah gejala.
g. Explanation through formal theory, ialah penerangan yang menekankan pada
adanya aturan, hukum, atau prinsip yang umumnya terbentuk melalui
konklusi.
2. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki sang ilmuwan, atau para pencari
ilmu. dari Harsoyo, perilaku ilmiah mencakup hal-hal sebagai berikut : sikap objektif
(objektivitas); sikap serba relatif; sikap skeptis; kesabaran intelektual; kesederhanaan;
sikap tidak memihak pada etik. Tini Gantini pada bukunya Metodologi Riset menjelaskan
delapan karakteristik dari sikap ilmiah dari pendapat tersebut, bisa ditarik beberapa utama
perilaku ilmiah, yaitu objektif, terbuka, rajin, tabah, tidak sombong, serta tidak
memutlakkan suatu kebenaran ilmiah.
3. Ide Dasar Netralitas

Istilah "netral" diartikan tidak memihak atau imbang atau murni . pada istilah "
ilmu netral " atau "sain netral" ataupun "netralitas ilmu”, netral berarti bahwa ilmu tidak
memihak di apapun termasuk kebaikan serta tidak juga pada kejahatan. Ilmu berdiri
sendiri (independent) tidak terpengaruh oleh apapun. Kebaikan atau keburukan ialah hal
lain pada luar pertarungan keilmuan . Keduanya merupakan nilai yang sama sekali tidak
boleh mensugesti ilmu. Itulah sebabnya, istilah "netralitas ilmu" atau semacamnya
seringkali disebut dan diganti dengan kata ilmu yg bebas nilai (value free). Di samping
kedua istilah tadi, yg secara jelas membagikan saling keterkaitannya, jua dikenal
menggunakan kata lain berupa "ilmu objektif” : ialah, bahwa ilmu pengetahuan terbentuk

146
berasal perpaduan teori yang diperoleh dari objek pengetahuan yang berupa data-data
warta empiri (semesta). menggunakan demikian, jelas bisa dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan dikatakan objektif apabila dia terlepas dari unsur-unsur lain pada luar
dirinya, termasuk nilai (value free). paradigma netralitas ilmu ini meyakini bahwa
semakin terbebas asal nilai (objektif) ilmu pengetahuan, semakin mendekati kebenaran
(positif).

Paradigma netralitas ilmu atau bebas nilai ini pertama kali dianut serta
dikembangkan sang paham positivisme pada sejarah filsafat ilmu pengetahuan. Paham ini
memandang bahwa pengetahuan positif-ilmiah ialah pengetahuan yang pasti, konkret,
dan berguna. Objektif ialah bahwa data bisa tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa
ada hubungannya menggunakan ciri individual berasal seseorang ilmuwan (Senn). Untuk
memperkukuh pandangannya, positivisme menetapkan syarat-syarat bagi ilmu
pengetahuan, ialah bisa diamati atau teramati (observable), bisa diulang atau terulang
(repeatable), bisa diukur atau terukur (measurable), bisa diuji atau teruji (testable), serta
bisa diramalkan imun atau teramalkan (predictable). Dengan demikian, objek ilmu
pengetahuan dapat diindera oleh subjek peneliti.

4. Menyoal Netralitas Ilmu

Ilmu disebut bebas nilai apabila ia tidak terikat oleh suatu apa pun di ilmu
pengetahuan netral dan luar objeknya sendiri, seolah-olah sudah menjadi diktum resmi
yang dijadikan asas yang kukuh bagi perkembangan ilmu modern. Sekalipun demikian,
sejarah pun mencatat bahwa klaim ilmu bebas nilai ditentang oleh banyak kalangan di
komunitas keilmuan itu sendiri. Bahkan, sampai saat ini, pertentangan itu semakin sengit,
terutama dari kalangan penganut paham agama, etika, budaya, estetika, sosial, dan
sebagainya.
Aristoteles yang berasumsi bahwa ilmu itu tumbuh menggunakan nilai - nilai.
Keduanya menyatu serta tak terpisahkan satu sama lain. empiris objek serta subjek saling
berkaitan serta sulit buat dipisahkan. Ilmuwan di zaman pada masa ini pun beropini
demikian. Mereka berasumsi dasar sebagai berikut (Gahral, 2002).
a. fakta bermuatan teori, tetapi tidak bebas;
b. falibilitas teori;
c. fakta sarat nilai, tetapi tidak bebas;

147
d. Interaksi diantara objek dan subjek penelitian
Paul Edwards pada bukunya The Encyclopedia of Philosophy, nilai dibagi
menjadi 3 bentuk. Pertama, nilai yang digunakan menjadi istilah benda tak berbentuk.
Kedua, nilai menjadi kata benda konkret serta Ketiga, nilai menjadi kata kerja, hal
tersebut tercermin berasal aktivitas Louis O. Katstoff (2000) beropini bahwa nilai terbagi
sebagai dua macam, yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Dari semua pendapat
tersebut, bisa disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan organik antara nilai serta warta
alam yang kemudian mempengaruhi paradigma ilmu pengetahuan itu sendiri. Berita
secara intrinsik mempunyai nilai tersendiri, ada interim di luar itu ada nilai-nilai lain yang
mencoba mempengaruhinya. Pertarungan netralitas sains yang lain terus mendapat
sorotan tajam berasal berbagai pakar. Karl Raimund Popper (1902-1994), seorang
pemikir Jerman yang juga aktif pada lingkaran Wina, mempermasalahkan objektivitas
ilmu. la beropini bahwa kita tidak pernah mampu memastikan secara logis bahwa kita
sudah mencapai kebenaran melalui pembuktian terhadap kabar meskipun kita juga bisa
mendekati kepastian semacam itu melalui pengguguran teori-teori yang terklaim keliru
(falsifikasi).
Thomas S. Kuhn, seorang ilmuwan fisika serta sejarawan filsafat ilmu beropini
bahwasanya inspirasi netralitas ilmu atau bebas nilai hanyalah delusi (Kuhn, 1962).
Menurutnya, kerangka berpikir lah yang memilih jenis-jenis eksperimen yg dilakukan
para ilmuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka ajukan, serta persoalan yang mereka
anggap penting. Tanpa paradigma tertentu, para ilmuwan bahkan tidak mampu
mengumpulkan informasi.
Reaksi keras terhadap inspirasi netralitas sains datang asal Mazhab Frankfurt
yang menyatakan bahwa klaim nilai bebas itu memberikan kepentingan pribadi
(kepentingan tertentu). di balik klaim bebas nilai, tersembunyi nilai-nilai ideologis yang
mempunyai maksud tersendiri. Para pemikir Frankfurt seolah-olah ingin mengungkapkan
bahwa inspirasi rasionalisme serta empirisme untuk melepaskan diri berasal mitos dunia,
dibagi dua informasi, serta nilai hanyalah bentuk upaya lain bagi pengurungan insan serta
alam ke dalam mitologi rasio. Mazhab Frankfurt menolak dibagi dua keterangan/nilai
sebab berpengaruh negatif, baik secara epistemologis maupun sosiologis. Mereka menilai
bahwa dibagi dua tadi menghasilkan akal manusia menjadi logika instrumental logika
yang sifatnya kalkulatif, manipulatif, dominasi terhadap semesta yang cuma menangani
perangkat teknologis serta melupakan tujuan.
Habermas pada bukunya Knowledge and Human Interest (1968) mengemukakan

148
bahwa ilmu pengetahuan serta kepentingan tidak bisa dipisahkan. Inspirasi netralitas ilmu
pengetahuan yang tak berpihak pada apa pun hanya akan membutakan ilmuwan terhadap
tujuan atau kepentingan dasar sebuah penelitian ilmiah.
Sosok filsuf lain yang juga menentang ide netralitas ilmu ialah Paul Feyerabend
(1924-1994), la beropini bahwa tidak ada informasi yang netral . informasi tidak pernah
bicara dengan sendirinya, namun diinterpretasikan pada suatu kerangka konseptual
tertentu. Hacking menambahkan pendapat ini dengan mengemukakan bahwa ilmu
pengetahuan bukan hanya pada interpretasi, melainkan pula diintervensi. waktu sebuah
teori mengemuka serta mencoba melakukan konfirmasi empirisnya melalui eksperimen,
eksperimen tersebut mengintervensi informasi-informasi sehingga tidak lagi netral.
terdapat dua argumentasi Feyerabend yang bisa menggugurkan ide netralitas ilmu
(Gahral, 2002). Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan diwarnai oleh banyak inovasi
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan melanggar hukum metodologi yang ketat, mirip
intuisi, kebetulan, dan khayalan. kedua, tidak terdapat informasi yang netral serta terberi,
informasi dicermati pada suatu kerangka konseptual yang berbeda-beda dari teori lain.

C. Hubungan Aksiologi Ilmu dan Netralitas Ilmu


Pengertian secara etimologi, istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua istilah yaitu axios yang artinya layak atau pantas serta logos yang artinya
ilmu atau studi filosofi. Selain itu, nilai pula asal berasal bahasa latin Valere yang artinya
mampu akan, berguna, berdaya, kuat atau berlaku yang bermakna kualitas sesuatu hal
yang menjadikannya bisa diinginkan, disukai, sebagai objek kepentingan atau
bermanfaat. Namun juga bisa bermakna sebagai apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau
dihargai menjadi suatu kebaikan (Zaprulkhan, 2016).
Berdasarkan pengertian menurut bahasa sebagaimana tersebut diatas, maka secara
istilah pengertian aksiologi adalah studi yang berkaitan dengan teori perihal nilai atau
studi segala sesuatu yang bisa bernilai atau memberikan manfaat. Nilai adalah suatu
kenyataan akan tetapi tidak berada pada suatu ruang dan waktu. Selain itu, nilai juga
adalah esensi-esensi logis serta bisa dipahami melalui logika.
Kata aksiologi pada pandangan kepercayaan Islam bukanlah adalah hal yang baru
sebab Nabi Muhammad selalu memintanya setiap pagi dengan berdoa “Allahumma inni
asaluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thoyyiban wa ‘amalan mutaqabbalan” merupakan:
“Yaa Allah benar-benar aku memohon kepadaMu ilmu yg bermanfaat, rezeki yang baik

149
dan amal yang diterima” (HR. Ibnu AS-Sunni serta Ibnu Majah). Jadi aksiologi akan
terkait menggunakan kemanfaatan daripada ilmu yang menyampaikan perihal value atau
nilai suatu kehidupan. kata aksiologi yang berasal asal bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata yaitu axion yang artinya nilai serta logos yang artinya teori (Dani Vardiansyah,
2008). dengan demikian, aksiologi bisa didefinisikan menjadi teori perihal nilai (Dani
Vardiansyah, 2008).
Pembahasannya meliputi tiga hal berupa tindakan moral yang melahirkan etika,
aktualisasi diri estetika yang melahirkan keindahan serta kehidupan sosial politik yang
melahirkan filsafat sosial politik. Nilai merupakan sifat atau kualitas yang menempel
pada suatu objek akan tetapi bukan objek itu sendiri. Sedangkan pengertian secara
etimologi, makna aksiologi dari Kattsof ialah sains tentang hakikat nilai yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Louis Kattsoff, 2004).
Sesuai definisi dari aksiologi sebagaimana disebutkan diatas, bisa dipahami
bahwa aspek aksiologi asal filsafat menelaah serta mengungkapkan perihal segala sesuatu
yang berafiliasi dengan moral serta nilai- nilai. Adapun kata netralitas ilmu diartikan
menjadi upaya rasionalisasi ilmu-ilmu pengetahuan tanpa terpengaruh serta berkonotasi
parokial, seperti oleh ideologi, ras, nilai, agama, dan sebagainnya. Itu artinya netralitas
ilmu tidak terlalu memperdulikan nilai-nilai kebaikan ataupun keburukan. Ilmu hanyalah
teori yang independen (berdiri sendiri) serta diusahakan benar-benar tidak terpengaruh
oleh apa pun. Ilmu dibiarkan berbicara perihal dirinya sendiri.
Dari pengertian singkat ini, jelas bahwa antara aksiologi ilmu serta netralitas ilmu
terdapat perbedaan. bila aksiologi ilmu mementingkan adanya nilai yang dimuat oleh
sebuah ilmu, netralitas ilmu mengusung inspirasi pembebasan diri dari nilai. Jika
aksiologi ilmu condong ke arah pembahasan tujuan ilmu, netralitas ilmu tak demikian.
Dengan demikian, tidak ada hubungan antara aksiologi ilmu menggunakan ide netralitas
ilmu.
1. Aksiologi dan Nilai Ilmu
Aksiologi artinya nilai kegunaan ilmu. Ilmu akan berguna bagi perkembangan
peradaban manusia. di dalam kehidupan, ilmu akan saling terkait
menggunakan moral. persoalan moral tak mampu dilepaskan dengan tekad
manusia buat menemukan kebenaran, sebab buat menemukan kebenaran serta
terlebih-lebih lagi buat mempertahankan kebenaran, dibutuhkan keberanian
moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi oleh semangat para martir yang rela

150
mengorbankan nyawanya demi mempertahankan apa yang disebut benar.
Peradaban sudah menyaksikan Socrates dipaksa meminum racun serta John
Huss dibakar. Sejarah tidak berhenti disini, kemanusiaan tidak pernah urung
dihalangi buat menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral, ilmuwan rawan
sekali dalam melakukan prostitusi intelektual.
2. Perbedaan dan Fungsi Ilmu

Setelah kita ketahui bahwa ilmu artinya pengetahuan yang dirumuskan secara
sistematis, bisa diterima oleh logika melalui verifikasi-verifikasi realitas,
terdapat kategori lain, yaitu pseudo ilmu. Secara garis akbar, pseudo ilmu
ialah pengetahuan atau praktik-praktik metodologis yang dianggap menjadi
pengetahuan. tapi, tidak selaras menggunakan ilmu, pseudo ilmu tidak
memenuhi persyaratan yang di keberadaan ilmu timbul sebab adanya
penelitian di objek yg sifatnya empiris. Tidak selaras halnya dengan pseudo
ilmu yg lahir atau ada asal penelaahan objek-objek yang abstrak. Landasan
dasar pseudo ilmu adalah keyakinan atau agama. perbedaan keduanya dapat
kita ketahui asal penampakan yang menjadi objek penelitian masing-masing
bidang. dengan istilah lain, disparitas tadi ada pada sisi epistemologinya.
3. Teori tentang Nilai Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai

Perkembangan yang terjadi pada pengetahuan ternyata melahirkan polemik


baru sebab kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang dapat kita sebut
yaitu netralitas pengetahuan (value free). kebalikannya, terdapat jenis
pengetahuan yang berdasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal
sebagai value bound. Mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan
serta pengetahuan yang berdasarkan pada keterikatan nilai? Bagi ilmuwan
yang menganut paham bebas nilai, kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan
akan lebih cepat terjadi.

Hal ini sebab ketiadaan kendala pada melakukan penelitian, baik dalam
memilih objek penelitian, cara yang dipergunakan juga penggunaan produk
penelitian. Bagi ilmuwan penganut paham nilai terikat, perkembangan
pengetahuan akan terjadi kebalikannya karena dibatasinya objek penelitian,
cara, serta penggunaan sang nilai. Kendati demikian, paham pengetahuan
yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata melahirkan permasalahan

151
baru. dari yang semula menciptakan pengetahuan menjadi sarana membantu
manusia, lalu penemuannya tadi justru menambah persoalan bagi manusia.
Meminjam kata Carl Gustav Jung "bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust,
melainkan Faust-lah yang melahirkan Goethe:
a. Hakikat Nilai

Bertens (2007) mengungkapkan nilai menjadi sesuatu yang menarik bagi


seorang, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesuatu yang
disukai serta diinginkan. Pendeknya, nilai merupakan sesuatu yang baik.
lawan dari nilai merupakan non-nilai atau disvalue. Terdapat yang berkata
disvalue menjadi nilai negatif. Sedangkan sesuatu yang baik ialah nilai
positif. Hans Jonas, seseorang filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai
sebagai the addresse of a yes. Sesuatu yang ditujukan dengannya. Nilai
ialah sesuatu yang kita iya-kan atau yang kita aminkan. Nilai sering
mempunyai konotasi yang baik (Bertens, 2007).
b. Kriteria Nilai

Kriteria nilai artinya standar pengujian yang lebih banyak ditentukan


aspek psikologis serta logis.
1) Kaum hedonis mendapatkan standar nilai pada kuantitas kesenangan
yang dijelaskan oleh masyarakat atau individu.
2) Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
3) Kaum naturalis mendapatkan ketahanan biologis sebagai tolak ukur.
c. Status Metafisika Nilai
Status metafisik nilai banyak dipengaruhi oleh subjektivitas, objektivisme
logis, serta objektivisme metafisik. Subjektivisme artinya nilai semata-
mata tergantung pengalaman manusia. Objektivisme logis artinya nilai
ialah hakikat logis atau subsistensi, bebas dari keberadaannya yang
dikenal. Objektivisme metafisik ialah nilai artinya sesuatu yang ideal
bersifat integral, objektif, serta komponen aktif dari fenomena metafisik
(contohnya: theisme).
d. Karakteristik Nilai

Nilai juga mempunyai ciri yang bersifat abstrak (ialah kualitas), melekat
pada objek, bipolaritas yaitu indah /buruk, baik/buruk, benar/keliru; serta

152
bersifat hierarkis; nilai kerohanian, nilai penting, nilai kesenangan.

D. Metode Ilmiah dalam Ilmu Pengetahuan

Metode ilmiah (scientific method) merupakan cara atau jalan buat mencari ilmu
pengetahuan dengan mengikuti suatu struktur logis ilmiah, yang dimulai dari perumusan
persoalan, diikuti dengan pengumpulan data yang relevan, diteruskan dengan analisis
data serta interpretasi temuan, serta diakhiri dengan penarikan kesimpulan temuan. Alur
umum ini pada pelaksanaan di lapangan masih memerlukan langkah-langkah yang lebih
teknis yang dibahas lebih lanjut. dengan demikian, jelaslah terdapat beberapa hal yang
membedakan antara metode ilmiah serta metode non-ilmiah.

Beberapa perbedaan pokok antara metode ilmiah serta metode non-ilmiah, seperti
yang terlihat di tabel berikut.

Beberapa perbedaan metode non-ilmiah dengan ilmiah berdasarkan Shaugnessy


serta Zechmeister (pada Liche Seniati, dkk., 2005), diantaranya:
Aspek Non-ilmiah Ilmiah
Pendekatan persoalan Intuitif. Empiris.
Teori/konsep Ambigu dengan arti yang Spesifik, operasional, dan
berlebihan. jelas.
Hipotesis Tidak bisa dibuktikan. Bisa dibuktikan.
Observasi gejala Seadanya, tidak Terkontrol, sistematis.
terkontrol.
Alat ukur Tidak akurat. Sesuai, tepat, akurat
Pengukuran Reliabel dan tidak valid. Reliabel dan valid.
Kontrol Tidak ada. Sering dikerjakan.
Pelaporan hasil penelitian Subjektif, bias. Objektif, tidak bias.
Perilaku peneliti Apa adanya. Mencari bukti, skeptis,
kritis.
Sifat penelitian Tidak bisa diulang. Bisa diulang.

Berdasarkan uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa istilah kunci asal metode
ilmiah artinya realitas, teori yang kentara, operasional serta khusus, bisa dibuktikan,
sistematis, alat ukur diadaptasi, perhatian terhadap validitas serta reliabilitas, objektif,

153
perilaku peneliti yang cenderung kritis serta mencari verifikasi, serta bisa diulang.
1. Empiris menekankan bahwa setiap pernyataan wajib bisa dibuktikan. Ialah,
suatu penerangan diklaim benar bila sinkron dengan pengalaman atau
observasi. Secara sederhana, empirisme selalu sinkron dengan fenomena
sebab fenomena selalu bisa dialami serta diobservasi. Contohnya, pernyataan
"Langit mendung sementara waktu lagi akan hujan. Pernyataan ini
berdasarkan pada pengalaman yang bisa dialami seluruh orang atau
diobservasi.
2. Teori yang jelas, operasional, serta khusus. Ialah, bahwa teori-teori yang
dipergunakan haruslah jelas, operasional (dapat diukur), serta khusus.
contohnya, motivasi yang didefinisikan oleh Robbins menjadi proses
tujuannya, motivasi ini dioperasionalisasi ke dalam lima dimensi (contohnya:
usaha untuk maju, kerja keras, ketekunan, orientasi masa depan, tingkat cita-
cita tinggi). Kelima dimensi ini didefinisikan lagi secara khusus di bentuk
indikator.
3. Hipotesis yang yang bisa dibuktikan. Ialah hipotesis (dugaan sementara) yang
diajukan oleh peneliti wajib bisa dibuktikan melalui suatu pengujian hipotesis
yang metode/tekniknya diadaptasi dengan jenis data, jenis penelitian, serta
banyak sekali hukum pada pengujian hipotesis ilmiah.
4. Observasi yang terkontrol, ialah setiap tindakan observasi yang dilakukan
terkontrol secara ketat dan sistematis. Contohnya, penelitian perihal dampak
motivasi terhadap akibat belajar. Adanya kontrol yang ketat ini buat
meminimalisasi dampak variabel lain (contohnya inteligensia) dengan cara
memperhatikan homogenitas subjek penelitian atau subjek diambil dengan ciri
yang cukup homogen, baik pada usia, IQ, dan sebagainya.
5. Alat ukur atau instrumen yang yang dipergunakan haruslah sempurna.
Contohnya, untuk mengukur instrumen yang dipergunakan bisa berupa lembar
observasi atau angket, motivasi belajar, dan sebagainya.
6. Perhatian terhadap validitas serta reliabilitas. Pada penelitian ilmiah, validitas
serta reliabilitas adalah prasyarat penelitian. keliru satu penelitian yang
mengalami kritikan sebab aspek validitas serta reliabilitas ini merupakan
penelitian tentang Emotional Quotient oleh Goleman. keliru satu pakar yang
mengkritiknya adalah Stolzt (penggagas teori AQ/Adversity Quotient) yang

154
menduga bahwa EQ tidak berdasarkan pada standar pengukuran yang valid
serta metode yang kentara buat mengukurnya.
7. Bersikap kritis, skeptis, serta mencari pembuktian. Dari sisi peneliti, perilaku
kritis, skeptis, serta mencari verifikasi artinya keliru satu orientasi penelitian
ilmiah. ialah, seseorang peneliti tidak boleh mendapatkan begitu saja
penerangan dari akibat penelitian orang lain serta permanen membuatkan
banyak sekali kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian, metode
ilmiah selalu terbuka buat mendapatkan pendapat yang tidak sama serta setiap
pendapat terbuka buat diuji ulang (mirip keraguan Stolzt di poin 6 pada atas).

KESIMPULAN

1. Konsep dibangun dari fakta, kemudian fakta dijadikan bahan atau dipergunakan buat
mengembangkan konsep. bila konsep memberikan karakteristik keumuman,

155
terbentuklah generalisasi, lalu bisa diformulasikan sebagai teori. tapi fakta-fakta
sangat dibatasi oleh nilai transfer waktu, tempat, serta peristiwa. Konsep serta
generalisasi mempunyai nilai transfer yang lebih luas serta dalam. Sedangkan itu,
teori memiliki jangkauan yang lebih universal sebab cenderung disebut berlaku
umum tanpa terikat oleh waktu serta tempat sebagai akibatnya mampu berlaku
universal.
2. Secara umum, pembagian ilmu lebih mengacu di objek formal dari ilmu itu sendiri,
sedangkan jenis jenis di dalam suatu kelompok mengacu pada objek formalnya. di
tahap awal perkembangannya, ilmu terdiri atas dua bagian yaitu Trivium serta
Quadrivium. Sedangkan bila ditinjau dari objek materialnya, ilmu bisa dikurung pada
dua kelompok, yaitu ilmu yang menelaah/mengkaji alam serta ilmu yang menyelidiki
manusia.
3. Antara aksiologi ilmu serta netralitas ilmu ada disparitas yaitu bila aksiologi ilmu
mementingkan adanya nilai yang dimuat oleh sebuah ilmu, netralitas ilmu mengusung
inspirasi pembebasan diri dari nilai. Jika aksiologi ilmu condong ke arah pembahasan
tujuan ilmu, netralitas ilmu tidak demikian.
4. Metode ilmiah (scientific method) merupakan cara atau jalan buat mencari ilmu
pengetahuan dengan mengikuti suatu struktur logis ilmiah, yang dimulai dari
perumusan persoalan, diikuti dengan pengumpulan data yang relevan, diteruskan
dengan analisis data dan interpretasi temuan, dan diakhiri menggunakan penarikan
kesimpulan temuan. Alur umum ini dalam aplikasi pada lapangan masih memerlukan
langkah-langkah yang lebih teknis yang dibahas lebih lanjut.

156
BAB XI
KARAKTERISTIK BERPIKIR ILMIAH

PENDAHULUAN

Rene Decartes berkata, bahwa aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum). Karena
itu, penanda penting manusia hakikatnya adalah kemampuan berpikir itu sendiri. Untuk itu
manusia jika ingin dianggap manusia maka hendaklah berfikir,. Masalahnya, apakah ada
orang yang tidak berpikir? Hakikat manusia memang sebagai manusia individu, akan tetapi
manusia juga memiliki kodrat yang lain, yakni sebagai makhluk sosial (masyarakat). Kodrat
manusia adalahrasa ingin tahu yang besar. Ingin tahu tentang sesuatu, mendalam dan terus-
menerus. Dengan ilmu pengetahuan maka manusia akan berarti, sebaliknya tanpa ilmu
pengetahuan kita akan “mati”. Bukankah penanda penting manusia adalah berpikir? Berpikir
adalah alat ilmu pengetahuan terpenting?
Filsafat ilmu atau teori keilmuan, sering dibatasi hanya menjadi ajaran tentang metode
keilmuan. Lebih jelas lagi ia dibatasi menjadi sebuah refleksi atau metode-metode yang
belum dimasukan kedalam bidang matematika atau logika formal, etika dan nilai. Padahal
filsafat ilmu tidak boleh dibatasi atau hanya sebatas mengenal metode-metode atau teori-
teori. Apabila filsafat ilmu atau teori keilmuan tidak diartikan , maka sebagai filsafat, akan
dapat merefleksikan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkut paut dengan masalah keilmuan
dan kehidupan yang lebih luas. Misalnya: “Apakah ilmu itu?” bagaimana cara ilmu itu
dibangun? “Adakah batas-batas karya keilmuan?” bagaimana Dengan penentuan tanggung jawab
para ilmuan?” Artinya dengan pertanyaan-pertanyaan itu, ajaran tentang metode keilmuan
akan menjadi suatu bagian yang kokoh dari filsafat ilmu, di samping ajaran-ajaran
lainnya.Oleh karena itu, persoalan-persoalan tentang posisi dari metodologi, akan menjadi
persoalan di dalam lingkungan teori keilmuan atau filsafat ilmu itu sendiri, begitu juga
mencakup pembahasan Ilmu dan jenisnya, ajaran keilmuan,ilmu sebagai penelitian serta
objek ilmu dan kewajiban Manusia

METODOLOGI PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan cara mengumpulkan informasi dari beberapa artikel,
referensi, jurnal dan makalah yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat dengan cara

157
membaca dan mempelajari beberapa literatur yang berkaitan dengan topik yang permasalahan
yang menjadi objek pembahasan pada makalah ini.

PEMBAHASAN

1. Ilmu dan Jenis-jenisnya


A. Pengertian ilmu
Sains berasal dari bahasa Arab: 'alima, ya'lamu, ilman, yang berarti benar-benar mengerti.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia : IPA adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan
fenomena tertentu dalam bidang pengetahuan itu. Pengetahuan adalah setiap pengetahuan
yang terorganisir. Sains dan sains tidak terlalu berbeda sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu
sains lebih terbatas pada alam fisik atau indera, sedangkan sains melampaui alam non-fisik
seperti metafisika.Adapaun Ilmu memiliki dua pengertian ganda yang mana tergantung
pandangan setiap orang, Baik dipandang dari dalam maupun Luar:
a. Pandangan Dari Luar
1. Pengertian subjektif
Dalam pengertian subjektif, ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah pengetahuan
yang sistematik, yaitu pengetahuan atau pengetahuan subjektif dimana orang yang
memiliki pengetahuan memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu di lapangan
dan melakukan tindakan yang berada dalam lingkup hukum.
2. Pengertian Objektif
Dalam arti objektif sains, itu bukanlah pengetahuan, tetapi gambaran dari
serangkaian proposisi atau formulasi objektif. Adapun beberapa ciri-ciri sains yang
dipahami secara objektif:
 Ia merupakan kerangka yang diatur secara sistematis
 Ilmu bukanlah sebuah kalimat atau rumusan yang tercakup dalam
bidangnya melainkan yang telah dikenal oleh seseorang.
 Ilmu merupakan sebuah karya social.
b. Pandangan dari Dalam
Maksudnya adalah orang dapat juga melihat bahwa kegiatan keilmuan dapat pula
dilaksanakan dengan dua cara:
1. Dengan bersikap lebih reseptif terhadap ilmu sehingga orang berusaha secara
sungguh-sungguh untuk memperoleh pengetahuan dari ilmu,

158
2. Dengan bersikap lebih aktif, yaitu dengan mengambil bagian lebih produktif
dalam rangka penciptaan dan mengembangkan ilmu.

A. Jenis-jenis Ilmu
a. Ilmu Teoritis
Ilmu - ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan
tentang kenyataan.
b. Ilmu Praktis
Ilmu - ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan
perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan.

1. Ajaran Keilmuan (Reseptif)


Sebagai bagian dari filsafat, sains lebih berkaitan dengan doktrin rasional atau doktrin
ilmiah. Sains dalam pengertian ini dapat dilihat sebagai seperangkat ajaran ilmiah yang
terintegrasi. Sebagai doktrin ilmiah yang demikian, sains dapat digambarkan sebagai
hubungan dengan tujuh mata pelajaran (guru, siswa, bidang pendidikan kelembagaan, alat,
kesadaran, dan latar belakang sejarah), yang semuanya memiliki struktur yang sama.

Pendidikan tidak selalu harus dikaitkan dengan kegiatan kajian ilmiah sejak awal. Dalam
kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa setiap orang pernah menerima atau pernah
menerima ajaran. Tukang kayu, tukang masak, pengrajin, bahkan pedagang, politikus, serta
pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat, yang mengajarkan anggotanya untuk hidup
sesuai dengan aturan sosial yang ada, semuanya adalah struktur formal yang sama.

2. Ilmu sebagai Penelitian (Aktif)


Laporan latar belakang ilmiah hanya dapat dikumpulkan jika dapat menunjukkan
perbedaan yang dapat dikenali dari jenis laporan ilmiah lainnya. Jika tidak digunakan
sebagai titik awal untuk upaya menggambarkan pengetahuan, titik awal lain harus dicari. Hal
ini dapat dilakukan melalui penelitian ilmiah, sehingga penelitian dapat digambarkan sebagai
suatu konsep yang meliputi penelitian, penelitian dan penelitian. Karena penelitian, sekali
dilakukan secara sistematis dan metodis, dengan cepat menjadi penelitian ilmiah.
 Terminologi
Untuk mencerminkan ajaran ilmiah dan metodologis yang ada, perlu mengenal
terminologi yang digunakan dan makna yang dipilih dengan benar (Bochenski). Jadi
pertama-tama ambil kambingnya, potong-potong lalu buat satenya. Terminologi

159
berurusan dengan aturan penggunaan kata dan frasa untuk mengungkapkan makna
ilmiah tertentu.
Definisi terminologis sering berbentuk rumus yang dimaksudkan untuk
menjelaskan masalah atau masalah tanpa kebingungan. Secara kolektif, terminologi
merupakan aset sekaligus tambahan yang memberi kehidupan bagi para filsuf dari
segala usia, termasuk ilmuwan. Tidak heran, sepanjang sejarah, setiap istilah (term)
memiliki arti yang berbeda pada waktu tertentu. Kemampuan untuk membuat
pilihan yang tepat setiap saat, sehingga istilah yang dipilih dan digunakan tidak
membingungkan, apalagi setelah mempertimbangkan latar belakangnya, merupakan
seni berpikir yang tinggi dari pelakunya. Menurut Bochenski, ada berbagai
terminologi, seperti:
a) Terminologi Ontologis
Dunia terdiri dari objek (barang, masalah) yang ditentukan oleh properti yang
berbeda (warna, bentuk, kemampuan, dll.) Dan terhubung satu sama lain oleh
berbagai jenis hubungan atau hubungan. Dalam kaitannya dengan objek yang ada,
seperti sifat dan hubungan (makhluk), dua aspek atau momen dapat dibedakan pada
setiap makhluk. Pertama, aspek itu ada dalam dirinya sendiri, yang pada hakikatnya
adalah apa adanya, atau esensi. Kedua, aspek isi, yakni makna di balik bentuk yang
ada.
Jika sesuatu dari sifat itu ada, seperti benda yang berwarna merah atau
berbentuk bulat, itu disebut fakta. Intinya, bagaimanapun, adalah bahwa fakta tidak
independen satu sama lain. Jika ada satu fakta atau objek, ada yang lain. Dunia dapat
dilihat sebagai gambaran fakta atau masalah. Memang, ini adalah topik yang kolosal
dan kompleks. Semua yang ada dan akan terhubung ke orang lain melalui jaringan
komunikator yang tak terbatas.
Meskipun kategori-kategori seperti itu selalu dipertanyakan dalam sejarah
filsafat, dalam sains mereka selalu menuntut pertanyaan-pertanyaan praktis.
Kebetulan, selalu ada kesepakatan di antara para pemikir besar sejarah budaya
tentang kategori semacam itu dalam bahasa mereka, misalnya Plato, Aristoteles,
Plotinus, Agustinus, Thomas, Spinoza, Leibniz, Kant, Hegel, Husserl, Whitehead,
dan sebagainya.

b) Terminologi Bahasa

160
Terminologi linguistik digunakan untuk menyampaikan makna dan ekspresi
(atau frase) kepada orang lain. Bahkan, itu bisa digunakan untuk memudahkan
pemikiran seseorang. Untuk ini kita membutuhkan tanda-tanda yang bisa kita
pahami bersama. Tanda-tanda tersebut, dalam bentuk tulisan atau bahasa lisan,
tersusun dari kata-kata atau simbol-simbol yang mirip. Hal-hal yang perlu
diperhatikan tentang terminologi linguistik adalah sebagai berikut.
 Bahasa tidak langsung menyalin (menggambarkan) mengadanya tetapi
pengertian objektif dan kalimat (rumusan) objektif. Orang tidak menyatakan
mengada sebagaimana mengadanya, tetapi sebagaimana ia memikirkannya.
Mengabaikan kenyataan tersebut mengakibatkan kesalahan fatal.
 Bahasa tidak pernah menyalin (menggambarkan) pengertian dan kalimat
(rumusan) objektif secara tepat (adikuat). Sebuah tanda bahasa sering
menggambarkan bermacam-macam gambaran objektif (artian jamak), atau
sebaliknya, berbagai tanda menggambarkan yang sama (artian sama,
sinonim).

Selalu ada kecenderungan untuk membentuk bahasa yang dapat secara akurat
menggambarkan makna dan formulasi objektif (formal, bahasa yang dipelajari).
Selain itu, bahasa juga memainkan peran yang sangat penting dalam
memperkenalkan kemanusiaan (tentunya karena jenis pengenalan ini memiliki
karakteristik sosial). Dengan demikian, analisis bahasa dan makna bahasa menjadi
bagian yang sangat penting dari metode pengetahuan. Tanda untuk makna objektif
disebut nama, untuk kalimat objektif disebut pernyataan.
c) Terminologi Epistemologis
Terminologi epistemologi adalah rumusan objektif yang selalu berhubungan
langsung dengan benar atau salah. Karena sesuatu ditentukan sebagai formula yang
tepat, apakah itu benar atau tepat sasaran. Artinya, jika sesuai dengan fakta. Di
samping itu. Rumus dianggap salah jika salah. Dalam artian, jika tidak sesuai
dengan fakta atau permasalahan yang ada. Kata 'kebenaran' dapat diartikan sebagai
sifat suatu formula (atau pernyataan) yang mengandung hal-hal yang sesuai dengan
fakta atau subjek. Filsuf dan ahli logika melegitimasi makna yang mereka gunakan
dalam bahasa mereka.
Definisi kebenaran di atas dipilih karena: (a) definisi ini paling umum dan
digunakan hampir di semua jenis pengetahuan; (b) semua definisi lainnya selalu

161
mensyaratkan pengertian di atas terlebih dahulu. Misalnya, bandingkan rumus
tentang keberadaan manusia atau pernyataan tentang kebenaran relatif → benarkah?
Apakah itu benar atau tidak? Kebenaran seperti rumusan ini sangat ideal untuk
membuat klaim ilmiah dan pada saat yang sama merupakan tujuan akhir dari
pengetahuan ilmiah. Meskipun tidak selalu layak, tren seperti itu selalu kuat. Oleh
karena itu, pengertian “kebenaran” di atas kemudian menjadi sangat penting dalam
metodologi ilmiah.
Tujuan untuk mendapatkan kebenaran, agar sesuai dengan fakta, dapat dicapai
dengan dua cara berikut.
 Dengan cara memandang fakta atau pokok persoalan (baik yang indriawi
maupun yang rohani). Pengenalan yang dihasilkan dengan cara semacam ini
disebut pengenalan langsung.
 Dengan cara memandang fakta atau pokok persoalan yang lain. Jadi, bukan
fakta atau pokok persoalan yang terkait secara langsung, kemudian
mengambil kesimpulan. Jenis pengenalan atau penge- tahuan semacam ini
disebut pengenalan atau pengetahuan tidak langsung. Perhatikanlah: setiap
pemaknaan tanda selalu menjadi alat pengenalan secara tidak langsung. Pada
satu pihak, orang melihat tanda materiil (misalnya: sepotong batu), pada
pihak lain (rohani), orang melihat hubungan-hubungan antara tanda tersebut
dengan fakta atau pokok persoalan.

3. Objek Ilmu dan Kewajiban Manusia


A. Definisi Sains

Scientia berasal dari bahasa latin sains yang berarti pengetahuan atau biasa dikenal
dengan Ilmu Pengetahuan Alam. Sains dapat melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-
hukum alam yang terjadi dan diperoleh melalui pembelajaran serta pembuktian misalnya
didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Adapun definisi sains menurut para ahli,
yaitu sebagai berikut:
a) Menurut Powler, sains adalah ilmu yang dirumuskan secara sistematis, yang
didasarkan terutama atas pengamatan induksi serta berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan.

162
b) Menurut Carin dan Sund, sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang tersusun
secara teratut (sistematis) berupa kumpulan data hasil eksperimen maupun observasi
dan berlaku umum.
c) Menurut Paul Freedman (1950) mengatakan bahwa sains merupakan “suatu bentuk
aktivitas manusia untuk mendapatkan pemahaman dan memperoleh pembahasan
mengenai alam secara lengkap dan cermat, baik pada masa lalu, masa kini, maupun
masa depan, serta melatih manusia dalam meningkatkan kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungannya sekaligus mengubah sifat lingkungan agar ia dapat
menyesuaikan diri mengikuti keinginannya” dalam bukunya The Principles of
Scientific Research. (Liang Gie, 1984).
d) Menurut Blis (1929) mengatakan bahwa sains merupakan “sekumpulan pengetahuan
yang dapat dibuktikan fakta/kebenarannya baik secara rasional maupun metodik,
disusun secara sistematis dan diperoleh dari konsep sederhana, data empiris dan
eksperimental, dan kaitan-kaitan perseptual menjadi kaidah yang dapat
menggeneralisasikan asas, kaidah, teori, serta penjelasan yang mencakup konsepsi
luas dan system konseptual” dalam bukunya The Organisation of Knowledge (Liang
Gie, 1984).
e) Menurut Laubenfels (1949) menyebutkan sains adalah “suatu pengetahuan terkait
fakta atau asas yang disusun secara teratur dalam proses pencarian kebenaran” dalam
bukunya Life Science (Liang Gie, 1984).
f) Menurut Sporn (1970) menyatakan sains ialah sekumpulan pengetahuan yang
kebenarannya bisa dibuktikan secara sistematis, eksperimental, dalam kaitan
hubungan antara fenomena dunia fisik yang kompleks dalam bukunya Technology,
Engineering, and Economics (Liang Gie, 1984).

B. Manfaat Sains

Sains memiliki banya sekali manfaat, apalagi di zaman sekarang manusia terus
mencari pengetahuan untuk mengembangkan sains seluas-luasnya. (Liang Gie, 1984).
Adapun manfaat sains, sebagai berikut:
a. Sains dapar membantu mencari kebenaran (truth)
b. Sains dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan (knowledge) sehingga lebih
pandai dalam menjalankan kehidupan.

163
c. Menambah suatu pemahaman yang berkaitan dengan gejala alam (insight,
comprehension, understanding).
d. Dapat membantu menjelaskan dari proses sampai sebab akibat dari suatu kejadian
(explanation).
e. Suatu kejadian dapat diperkirakan melalui sains (prediction).
f. Mengontrol/mengendalikan alam agar sesuaidengan harapan (control).
g. Sains dapat mengaplikasikan kaidah alam dalam kehidupan (appplication).
h. Sesuatu dapat dihasilkan (production) yang nantinya sangat berguna untuk kehidupan
manusia.

Wilayah kajian sains semkin luas dikarenakan pengetahuan manusia semakin


berkembang dari dulu hingga sekarang. Sains dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Ilmu nyata (concrete science) versus Ilmu abstrak (abstract science)
b. Ilmu empiris (empirical science) versus Ilmu apriori (a priori science)
c. Ilmu terapan (applied science) versus lmu dasar (basic science)
d. Ilmu normatif (normative science) versus Ilmu deskriptif (descriptive science)
e. ilmu nonempiris (nonempirical science) versus Ilmu empiris (empirical science)
f. Ilmu noneksakta (unexact science) versus Ilmu eksakta (exact science)
g. Ilmu faktual (factual science) versus Ilmu formal (formal science)
h. Ilmu idiografik (idiographic science) versus Ilmu nomotetik (nomothetic science)

C. Struktur Ilmu
Sains yang dimiliki manusia dikelompokkan ke dalam beberapa pohon ilmu menurut
The New Encyclopaedia Britannica. Adapun pohon ilmu tersebut sebagai berikut:
1. Logika (Logic)
a) Filsafat logika dan Sejarah yang terbagi menjadi:
 Filsafat logika
 Sejarah logika
b) Logika terapan, logika formal, dan metalogika yang terbagi menjadi:
 Logika terapan
 Logika formal
 Metalogika

2. Matematika (Mathematics)

164
a) Landasan dan sejarah matematika terbagi menjadi:
 Landasan matematika
 Sejarah matematika
b) Matematika terdiri dari berbagai cabang, yaitu:
 Aljabar
 Kombinatorika dan teori bilangan
 Analisis
 Topologi
 Geometri
 Teori Himpunan
c) Penerapan-penerapan matematika terbagi menjadi:
 Matematika tentang teori fisika
 Analisis numeris
 Teori matematis optimisasi
 Matematika sebagai suatu ilmu berhitung
 Teori automata
 Statistika
 Teori informasi

3. Ilmu Alam (Natural Science)


a) Filsafat dan sejarah ilmu terbagi menjadi:
 Filsafat ilmu
 Sejarah ilmu
b) Ilmu-ilmu fisika terbagi menjadi:
 Sejarah ilmu fisika
 Lingkup astrofisika dan astronomi dan sifat dasar
 Lingkup fisika dan sifat dasar
 Lingkup kimia dan sifat dasar
c) Ilmu bumi membahas tentang:
 Sejarah ilmu bumi dan sifat dasar
 Metode ilmu bumi khusus, lingkup, dan sifat dasar.
d) Ilmu-ilmu biologi terbagi menjadi:

165
 Filsafat biologi
 Metodologi ilmu biologis, lingkup dan sifat dasar
 Perkembangan ilmu-ilmu biologi

e) Ilmu kedokteran dan disiplin ilmu terbagi menjadi:


 Sejarah ilmu kedokteran
 Penelitian medis khusus atau idang-bidang praktik
 Ilmu kedokteran yang tergabung dalam disiplin ilmu

f) Ilmu psikologi dan sosial terdiri dari:


 Sejarah dan metode psikologi
 Sifat dasar ilmu ekonomi
 Ilmu politik
 Sifat dasar antropologi
 Sifat dasar sosiologi
 Perkembangan ilmu sosial

g) Ilmu teknologi yang mencakup:


 Cakupan ilmu pertanian dan sifat dasar
 Sejarah ilmu teknologi
 Cakupan disiplin antarilmu yang baru dikembangkan dan sifat dasar
 Profesional dari keinsinyuran dan segi-segi akademika

4. Sejarah dan Humaniora (History and Humanities)


Humaniora dan sejarah terdiri dari:
a) Studi sejarah dan Historiografi, terbagi menjadi:
 Filsafat sejarah
 Historiografi
 Penyelidikan dan penelitian sejarah modern
b) Kesarjanaan humanistik dan humaniora, terbagi menjadi:
 Sejarah kesarjanaan humanistik
 Humaniora

5. Filsafat (Philosophy)

166
Filsafat terdiri atas:
a) Pembagian filsafat dan sifat dasar, terbagi menjadi:
 Pembagian filsafat
 Metode filsafat, sifat dasar, dan lingkup

b) Sejarah filsafat terbagi menjadi:


 Filsafat yang berhubungan dengan agama
 Filsafat bukan Barat
 Sejarah filsafat Barat
 Penulisan sejarah filsafat

c) Aliran dan ajaran filsafat, terdiri atas:


 Aliran aliran filsafat utama di Barat
 Teori perilaku
 Teori pikiran, daya budi, dan pengetahuan
 Eksistensi dan teori ada

Sais dibagi beberapa bagian menurut The World Book Encyclopedia sebagai berikut:
1. Matematika dan logika, contohnya: aljabar dan aritmetika.
2. Ilmu fisika, contohnya: geologi, astronomi, dan fisika
3. Ilmu kehidupan, contohnya: botani, taksonomi, dan ekologi
4. Ilmu social, contohnya: antropologi, ilmu politik, dan ilmu sosial.

167
KESIMPULAN

1. Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman yang berarti mengerti,
memahami benar-benar. Sedangkan dalam Kamus bahasa Indonesia: ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu.
2. Ilmu memiliki dua pengertian ganda tergantung pandangan setiap orang, baik
dipandang dari dalam maupun luar.
- Ilmu dipandang dari luar: orang memahami ilmu melalui pemahaman subjektif
atau objektif.
- Sedangkan Ilmu dipandang dari dalam: orang memahami ilmu melalui sikap
reseptif (ajaran keilmuan) atau sikap aktif (ilmu sebagai penelitian)
3. Ilmu terdiri atas 2 Jenis yaitu :
- Ilmu teoritis: Ilmu yang penyelidikannya bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang kenyataan.
- Ilmu Praktis/produktif: Ilmu yang penyelidikannya bertujuan untuk
menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan.
4. Terminologi berkaitan dengan aturan pemakaian kata-kata dan ungkapan-ungkapan
untuk menyatakan pengertian keilmuan yang tertentu. Adapun Terminologi terbagi
menjadi 3 jenis yaitu Terminologi Ontologis, Bahasa, dan Epistemologis.
5. Sains berasal dari bahasa latin Scientia yang berarti pengetahuan. Sains adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan
yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi.
6. Ada 8 manfaat sains (menurut Liang Gie) yaitu :

168
- Mengungkapkan kebenaran
- Menambah pengetahuan
- Meningkatkan pemahaman
- Menjelaskan proses sebab akibat kejadian
- Memperkirakan kejadian yang akan terjadi
- Mengendalikan alam agar sesuai harapan
- Menerapkan suatu kaidah alam
- Menghasilkan hal berguna untuk masa kini dan masa mendatang

7. Struktur Ilmu menurut The New Encyclopaedia Britannica berdasarkan pohon ilmu :
a) Logika
b) Matematika
c) Ilmu Alam
d) Sejarah dan Humaniora
e) Filsafat
8. Struktur Ilmu menurut The World Book Encyclopedia, dibagi menjadi :
a) Matematika dan logika
b) Ilmu fisika
c) Ilmu kehidupan
d) Ilmu sosial

169
BAB XII

BERPIKIR ILMIAH DENGAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN,


TEORI KRITIS DAN TEORI ILMIAH

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dunia semakin berkembang pesat. Sesuatu yang awalnya tidak mampu


dilakukan, tiba-tiba mengejutkan yang lain. itu bisa dilakukan Agar tidak terbengkalai
dan tidak terlantar sesuai dengan perkembangan jaman yang cepat. Kami menyadari
pendidikan sangat penting. Banyak negara mengakui pendidikan itu adalah masalah
kompleks. Tetapi mereka semua merasa bahwa pengetahuan adalah salah satu misi
terpenting negara. Negara yang ingin berusaha memperbaiki kondisi masyarakat dan
dunia akan mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci keberhasilan suatu bangsa.

Berpikir adalah proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses internal adalah


serangkaian gerakan intelektual yang mengikuti cara berpikir tertentu. Yang akhirnya
meringkas dalam bentuk manusia, pengetahuan, berpikir, mencari intuisi atau firasat,
mengemukakan pendapat dan meringkas hasil atau mengambil keputusan sesuai dengan
yang diinginkan. Menurut J.S. Suriya Mantri adalah seorang Homo sapiens. Berpikir
tidak pernah berhenti hingga akhir hayat.

Berpikir ilmiah adalah penggunaan nalar untuk berpikir, mengambil keputusan,


mengembangkan dan sebagainya. (Menurut prinsip ilmiah) atau menggunakan logika

170
untuk menemukan, memverifikasi, dan menjelaskan kebenaran) dalam mengejar
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dalam dua cara: deduktif dan induktif. Metode
deduktif adalah proses yang muncul dari kejadian umum yang diketahui atau diyakini
sebagai fakta dan diakhiri dengan kesimpulan atau pengetahuan baru yang lebih spesifik.
Pendekatan ini dimulai dengan penciptaan teori, hipotesis, definisi operasional, alat dan
tindakan. Dengan kata lain, untuk memahami gejalanya Pertama, harus ada konsep dan
teori tentang gejala tersebut. Kemudian dilakukan penelitian di lapangan. Dengan
demikian, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu fenomena.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir ilmiah merupakan


kebutuhan dasar manusia untuk hidup di muka bumi. Manusia memiliki akal untuk
berpikir. Bahkan jika anda memikirkan diri sendiri. Namun pemikiran yang benar adalah
pemikiran menggunakan ilmiah. Jadi hasilnya juga akan benar. Oleh karena itu, penting
untuk mengkaji batasan-batasan pemikiran ilmiah melalui konsep-konsep ilmu sebagai
pedoman kajian filsafat ilmu.

B. Tujuan
Adapun tujuan kepenulisan ini makalah ini antara lain adalah penulis maupun
pembaca dapat :
1. Memenuhi tugas filsafat sains

2. Memahami konsep ilmu pengetahuan menurut karakteristik berpikir ilmiah

3. Mengetahui teori kritis dan teori ilmiah


C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang melatarbelakangi penulis dalam kepenulisan
makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa saja konsep ilmu pengetahuan menurut karakteristik berpikir ilmiah

2. Apa saja teori kritis dan teori ilmiah

METODELOGI PENULISAN
Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.
Pengumpul data dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai literatur,
seperti buku, handbook, jurnal, dan berbagai referensi laman pengetahuan di internet

171
lainnya yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber
yang diambil.

172
PEMBAHASAN

A. Konsep Ilmu Pengetahuan


1. Hakikat ilmu
Menurut definisi Bahm tentang sains, setidaknya melibatkan enam elemen berikut:
a. Masalah (Problem)
Ada tiga ciri yang bisa kita cari untuk mengenali suatu masalah ilmiah yaitu :
Kemampuan berkomunikasi, Sikap Ilmiah dan Metode Ilmiah. Kemampuan
berkomunikasi mengacu pada masalah, yaitu apa yang perlu dikomunikasikan.
Sikap ilmiah memperkuat sifat keingintahuan, spekulasi, tujuan. Kesediaan untuk
mentolerir penilaian dan ketidakpastian.
b. Sikap (Attitude)
Karakteristik yang harus dipenuhi, antara lain:
1) Keingintahuan adalah rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi, bagaimana
cara kerjanya, dan bagaimana cara kerjanya. dan bagaimana hubungannya
dengan hal-hal lain.
2) Spekulasi Ilmuwan harus berusaha dan aktif berusaha memecahkan
masalah melalui hipotesis yang diajukan.
3) Kemauan untuk memiliki tujuan Keinginan dan usaha untuk bersikap dan
bertindak secara objektif penting bagi para ilmuwan.
4) Kesediaan untuk menahan penilaian berarti para ilmuwan harus secara
pasif mematuhi pengamatan mereka. dan harus bijak dalam merumuskan
kebijakan dari bukti-bukti yang terkumpul karena yang mereka temukan
masih bersifat sementara.
c. Metode (Method)
Sifat metode ilmuwan melibatkan hipotesis yang sedang diuji. Hakikat ilmu
terletak pada metodenya. Sains sebagai teori adalah sesuatu yang berubah.
Adapun sifat dari metode ilmiah Ilmuwan seringkali tidak memiliki konsep
"pasti" yang dapat didemonstrasikan secara penuh atau abstrak.
d. Aktivitas (Activity)
Sains adalah bidang di mana para ilmuwan melakukan penelitian ilmiah, yang
terdiri dari dua aspek: individu dan masyarakat.

173
e. Kesimpulan (Conclusion)
Sains biasa dikenal dengan tubuh pengetahuan. Isi dari ide ini adalah sains itu
sendiri. Singkatnya, pemahaman bahwa pemecahan masalah merupakan tujuan
ilmu pengetahuan diakhiri dengan sikap dan pendekatan yang rasional.
f. Pengaruh (Influence)
Apa yang diciptakan sains memiliki implikasi yang luas. Pertimbangannya
terbatas pada dua hal, pertama pengaruh ilmu pengetahuan terhadap ekologi
melalui ilmu terapan. dan kedua untuk mempengaruhi atau dalam nilai-nilai
sosial dan budaya ruang lingkup ilmu termasuk ilmu manusia dan sosial Ilmu
Pengetahuan Alam. Dengan ini, filsafat dan sains memiliki tujuan yang sama
yaitu meneliti manusia, alam, dan Tuhan Pencipta. Perbedaannya terletak pada
kualitas sasaran yang dituju. Sains mempelajari jenis, bentuk, sifat, dan
komposisi fisik bagian individu.
Sains mengkaji manusia. (antropologi) dan penyelidikan berhenti pada ciri
fisik jenis, bentuk, dan susunan objek manusia. Karena ciri fisik manusia ada
dalam berbagai bentuk dan situasi. Oleh karena itu antropologi cenderung
memiliki banyak cabang. Tren sebagian besar pengetahuan Jika lepas dari ikatan
filsafat Pasti akan ada perbedaan yang jelas antara yang satu dengan yang
lainnya. Namun, dalam ranah filsafat Sebagian besar ilmu ini menjadikan
keberadaannya lebih lengkap dan praktis, yaitu setiap cabang ilmu berhubungan
secara kritis, konstruktif dan efektif demi stabilitas ilmu-ilmu utama. Niscaya
akan menghancurkan ilmu lama. Jika pengetahuan inti hilang Bidang
pengetahuan itu akan ditarik ke berbagai kebutuhan praktis. yang jauh dari nilai
ilmiah Berbahaya bagi kehidupan sehari-hari manusia dan masyarakat.
Oleh karena itu, semua ilmu memperoleh nilai ilmiah universal dari filsafat,
yaitu berupa gagasan atau pandangan yang komprehensif, luas, dan mendalam.
Maska dari itu, filsafat ilmu dikembangkan secara sistematis dan sistematis untuk
memungkinkan pencarian kebenaran ilmiah yang objektif.

2. Sumber Ilmu Pengetahuan

Sebagian filsuf seperti Bacon, Hobbes, dan Locke berpendapat bahwa sumber
utama pengetahuan bukanlah akal. Ini adalah pengalaman indrawi John Locke

174
mengatakan bahwa semua pikiran manusia muncul langsung dari indra dan melalui
refleksi pikiran yang cermat. Tidak ada dalam pikiran manusia yang tidak berasal dari
pengalaman indrawi. Immanuel Kant, yang filosofinya tidak sesuai dengan filosofi
John Locke, berpendapat bahwa semua pemikiran dan gagasan manusia harus
diperhitungkan. Ada kebenaran penting bahwa pikiran dan gagasan hanya dapat
diterapkan pada pengalaman. tidak berpengalaman Semua ide dan konsep serta
kebenaran dasar tidak akan berlaku. Secara tidak langsusng. Kant ingin mengatakan
bahwa pikiran manusia hanya bekerja dalam kaitannya dengan pengalaman, sehingga
Kant sering memediasi dua pandangan yang saling bertentangan. Ada banyak sumber
pengetahuan yang kita ketahui, termasuk kepercayaan tradisional. Tradisi dan
Kesaksian Keagamaan Orang Lain Panca indera (pengalaman), akal, dan intuisi
pribadi. Pengetahuan diperoleh melalui warisan dan diterapkan dalam adat istiadat,
kebiasaan dan kehidupan beragama. Sumber daya tersebut biasanya diisi dengan
muatan pengetahuan berupa pandangan hidup yang merupakan norma atau aturan
untuk menetapkan sikap, pedoman dan perilaku dalam kehidupan. Tingkatan ini
diperoleh dengan cara yang sederhana, tanpa menggunakan metode dan sarana
apapun.Pengetahuan diperoleh secara langsung, seketika, intuitif tanpa perlu
penalaran untuk membuktikan dan menguji kebenaran pengetahuan itu. Apa yang
dilakukan oleh manusia biasa harus diperhatikan tanpa kritik, oleh karena itu dalam
kehidupan sehari-hari banyak ditemukan jenis-jenis perilaku yang pengetahuannya
langsung berasal dari adat, kebiasaan dan agama, ada pula pengetahuan yang
bersumber dari kesaksian orang lain. Beberapa orang dapat dipercaya karena
dianggap memiliki pengetahuan yang akurat dan menjadi panutan yang dapat
diandalkan bagi orang untuk melihat kehidupan, perilaku, kehidupan dan perilaku.
Yang dianggap memiliki jenis ilmu ini adalah guru, pertapa, cendekiawan.Guru
adalah sumber ilmu bagi murid. Para petapa adalah kiblat bagi umat. Filsuf memiliki
pengaruh besar pada kaum terpelajar. lansia menjadi Tempat bertanya untuk
masyarakat umum. Pemimpin mematuhi pengikutnya, dll.

Pengetahuan yang diperoleh dan pernyataan orang lain diberikan dengan


segera, semua alasan, bukti dan penyelidikan ada pada orang yang bersaksi. Panca
indera manusia merupakan alat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat
dikatakan bahwa hampir semua masalah sehari-hari dapat diatasi dengan panca
indera, setiap hari manusia melihat, mendengar, mencium, mengecap dan meraba

175
melalui mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, sekalipun salah satunya tidak mampu.
fungsi. Tetapi pengetahuan manusia akan berkurang, bagaimanapun, jika semua
indra tidak berfungsi. Manusia mungkin dapat bertahan hidup bahkan jika mereka
tidak dapat mengembangkan kehidupan. Dengan begitu, manusia hanya bisa eksis
dengan insting. Karena panca indera manusia sangat erat kaitannya dengan aktivitas
pikiran, perasaan dan kehendak.
Kemampuan persepsi panca indera sungguh terbatas. Akan tetapi, ilmu
indrawi ini tidak bisa diabaikan sepenuhnya. Terlebih lagi ilmu yang menyebabkan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan penggalian ilmu untuk mendapatkan
kebenaran yang sangat akurat.
Sumber ilmu yang terakhir yaitu intuisi. Pada makhluk hidup, intuisi
mendominasi bagian netral dari pikiran. Jadi itu benar-benar rohani. dengan kata
lain Intuisi adalah fenomena internal yang bersifat subyektif. sumber pengetahuan
Intuisi memperoleh pengetahuan langsung. Meskipun ini jelas dan pasti bagi
seseorang, orang yang luar biasa Satu tahu secara intuitif mungkin tidak sama untuk
yang lain. Orang yang cenderung mengandalkan pengetahuan intuitif mereka
sendiri. Dan seringkali pengetahuan mereka benar. Oleh karena itu, orang perlu
memupuk kepekaan intuisinya untuk mendapatkan peralatan yang lebih sempurna.
dan mendapatkan pengetahuan yang lebih lengkap juga. Ada banyak masalah dalam
hidup dan kehidupan yang tidak dapat diselesaikan karena suatu alasan.
Jika dinilai secara keseluruhan, sumber ilmu diselaraskan dengan benar dan
proses akuisisi pengetahuan benar. Seperti yang sudah dijelaskan pada topik
sebelumnya. ketika orang melihat nilai sesuatu Mereka sering memperoleh
pengetahuan mereka langsung dari kepercayaan dan kesaksian orang lain. Ia mulai
meragukan ilmu yang berasal dari kedua sumber tersebut. Jika Anda menggunakan
akal sehat, keraguan akan hilang.

3. Cara memperoleh Ilmu Pengetahuan

a. Pengalaman Indra

Orang sering merasa bahwa perasaan adalah alat terpenting dalam


pencarian pengetahuan mereka. Walaupun dalam kehidupan manusia seolah-
olah perasaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap semua objek di luar
manusia. Karena terlalu menekankan pada kebenaran, maka pemahaman

176
filosofis semacam itu disebut realisme. Realisme adalah ideologi yang
menganggap bahwa segala sesuatu yang diketahui adalah benar. Dengan cara
ini, pengetahuan dimulai dari kenyataan. Pencetus ide ini adalah Aristoteles,
yang berpendapat bahwa pengetahuan muncul ketika objek berubah di bawah
pengaruhnya. Artinya, bentuk dunia luar meninggalkan jejak kehidupan batin.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indrawi merupakan
sumber pengetahuan berupa pencengkeram objek di luar diri manusia dengan
kekuatan indera. Pemeriksaan dilakukan jika terjadi kerusakan peralatan.

b. Nalar
Penalaran adalah suatu bentuk berpikir yang memadukan dua atau lebih gagasan
dengan maksud untuk mencari pengetahuan baru. Berikut adalah beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan tentang ide ini: Prinsip Identitas. Itu harus identik dengan
dirinya sendiri. Prinsip ini dikenal dengan prinsip keselamatan.
1) Kontradiksi prinsip, yaitu jika dua pendapat saling bertentangan. Keduanya
tidak valid pada saat bersamaan. Dengan kata lain, pada subjek yang sama.
Kedua predikat tersebut saling bertentangan pada saat yang bersamaan.
Prinsip ini disebut prinsip konflik.
2) Pengecualian dari asas tertii, yaitu jika dua pendapat saling bertentangan.
Tidak mungkin keduanya benar, dan tidak mungkin keduanya salah. Hanya
ada satu kebenaran di antara keduanya. Saya tidak ingin pendapat ketiga.
Prinsip ini dikenal sebagai prinsip ketiadaan kemungkinan ketiga.
3) Pengecualian terhadap prinsip tersier, adalah jika dua pendapat saling
bertentangan, Tidak mungkin keduanya benar, dan tidak mungkin keduanya
salah. Hanya ada satu kebenaran di antara keduanya. Saya tidak ingin
pendapat ketiga. Prinsip ini disebut prinsip tidak adanya kemungkinan
ketiga.

c. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang dan diterima oleh
masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dari otoritas ini seringkali tidak teruji
karena yang memberinya kekuasaan memiliki semacam kekuasaan.

d. Intuisi
Intuisi merupakan kemampuan yang ada pada manusia melalui proses psikologis

177
tanpa rangsangan atau akumulasi. Pengetahuan berasal dari realitas karena muncul
tanpa pengetahuan sebelumnya, maka peran intuisi sebagai sumber pengetahuan
terletak pada kemampuan manusia untuk menghasilkan pesan berupa pengetahuan.

e. Wahyu
Wahyu adalah pesan yang dikirim Tuhan kepada para nabi-Nya untuk
kepentingan umat-Nya. Wahyu adalah pengetahuan yang Tuhan berikan kepada
umat-Nya. Pengetahuan ini ditransmisikan melalui para nabi yang dia turunkan
selama berabad-abad.
Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan pada hal-hal gaib. Kepercayaan
kepada Tuhan adalah sumber pengetahuan. Keimanan kepada nabi sebagai perantara
dan keimanan kepada wahyu merupakan dasar pengumpulan ilmu. Keyakinan adalah
titik awal dalam agama. Perintah harus dipercaya sebelum dapat diterima.
Pernyataan ini dapat dipelajari lebih lanjut dengan cara lain, misalnya, apakah ada
alasan pernyataan yang terkandung di dalamnya konsisten, sedangkan fakta dapat
dikumpulkan untuk mendukung pernyataan tersebut.

f. Keyakinan
Keyakinan merupakan kapasitas manusia yang bersumber dari iman, memang
sumber ilmu berupa wahyu dan iman sulit dibedakan. Karena kedua belah pihak
telah menentukan bahwa alat lain untuk digunakan adalah iman. Perbedaannya
terletak pada keyakinan terhadap wahyu, yang dengan keras kepala mematuhi
aturan-aturan bentuk agama. Adapun keyakinan dalam psikologi manusia merupakan
pematangan dari kepercayaan. Ini karena keyakinan bersifat dinamis. Mampu
beradaptasi dengan kondisi saat ini dimana keyakinan sangat stabil kecuali ada bukti
baru yang valid dan sesuai untuk keyakinan tersebut.

178
4. Manfaat Ilmu Pengetahuan

Beberapa manfaat ilmu pengetahuan sebagai berikut :


a. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan industri dalam ruang lingkup
nilai-nilai ontologis Paradigma ontologis diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
pemahaman spiritual ilmiah yang dapat mengatasi bahaya sekularisme.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri dalam lingkup nilai
epistemologis. Paradigma epistemologi dinantikan dapat menumbuhkan
pemahaman intelektual ilmiah, yang dapat membentuk sikap ilmiah.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri dalam lingkup nilai-nilai
etika, oleh karena itu diharapkan tumbuhnya perilaku yang baik dapat
menumbuhkan tanggung jawab moral. Memungkinkan pemberdayaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan industri untuk mempertahankan kehidupan yang adil
dan berbudaya bagi kemaslahatan umat manusia. Namun lebih dari itu, manfaat
benda-benda alam yang menjadi sumber kehidupan.
d. Akibat munculnya filsafat keilmuan yang berperan dalam ilmu pengetahuan,
teknologi dan industri. Hal ini mendorong universitas untuk kembali ke akar
akademik “Tribhum” secara keseluruhan. Ini bersifat parsial dan tidak secara
sistematis menghubungkan satu komponen dengan komponen lainnya, seperti
posisi dan pekerjaan para reformis sosial. hanya tersisa di badan pidato resmi.

Sains juga berguna dalam upaya mengungkap kesatuan hukum alam yang
menyeluruh. Fisikawan saat ini berupaya mereduksi semua gaya alam yang
tampaknya tidak bergantung pada satu gaya fundamental. Mereka telah sukses di
bidang ini. Untuk mencapai tujuan ini, prinsip-prinsip ilmiah modern harus
diajarkan di pusat-pusat teologi. Teologi juga harus diajarkan di universitas-
universitas lanjutan. Ini akan sangat membantu dalam memperkenalkan peneliti
Muslim dengan perspektif Islam. Lebih-lebih lagi Dia akan memberi sekolah
teologi kesempatan untuk menggunakan temuan ilmiah untuk menjelaskan isi
hukum Syariah.

179
5. Tujuan Ilmu Pengetahuan

Padahal, ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Dalam


hal ini, ilmu pengetahuan dapat dijadikan sebagai sarana atau alat untuk
meningkatkan kehidupan manusia dengan memperhatikan alam. Demi kepentingan
orang ini, penyebaran akumulasi pengetahuan di masyarakat dan dunia. Dengan
kata lain, pengetahuan adalah pengetahuan publik dan setiap orang berhak
menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Universalitas
berarti bahwa sains tidak memiliki makna rasial, ideologis, atau religius.
Dari awal pertumbuhan pengetahuan terkait erat dengan tujuan perang.
Sains digunakan tidak hanya untuk mengendalikan alam. tetapi juga melawan dan
mengendalikan orang lain. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana untuk
membuat hidup manusia lebih mudah. tetapi ada demi keberadaannya sendiri.
Orang sering menghadapi situasi yang tidak manusiawi. Terperangkap dalam
jaringan teknologi yang telah merenggut kebahagiaan.

6. Ilmu Bebas Nilai


Perkembangan dan kemajuan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. (sains dan teknologi) hingga awal abad ke-21 tidak dapat disangkal lagi.
Hal ini secara langsung dibuktikan dengan capaian ilmu pengetahuan, teknologi dan
produksi yang sangat besar pengaruhnya terhadap sistem perilaku manusia dalam
kehidupan masyarakat. Kini sistem kehidupan sosial didominasi oleh paham
ekonomi kapitalis. Pemahaman ini berkontribusi pada sifat perilaku manusia yang
hampir kompetitif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan materi
sebanyak mungkin. Sifat teknologi dan industri kelas atas berpadu dengan sifat
keserakahan manusia, sehingga mendorong sikap dan perilaku skeptis duniawi.
Persaingan monopolistik hukum dan budaya. Untuk mewarnai perilaku manusia
sehari-hari, keserakahan ekonomi menyebabkan keserakahan hukum, politik, dan
sosial lainnya. yang mencemari segala aspek kehidupan, terutama bidang
pendidikan, kebudayaan dan spiritualitas keagamaan.
Untuk manusia modern yang kapitalis, sains dan teknologi digunakan
senetral mungkin. terlepas dari sifat ontologi dan etika Mereka mengeksploitasi sains
dan teknologi dalam keserakahan kapitalisme. Seolah-olah tidak berharga dalam
artian mereka bebas menggunakannya untuk tujuan apapun yang mereka senangi.

180
Kebenaran ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sia-sia. Terikat oleh unsur dasar
pendidikan, sehingga subjek tidak bisa menilai. Selain nilai ilmiah dan teknisnya,
bahan tersebut juga tidak memiliki nilai, yaitu bergantung pada niat orang tersebut
untuk memahami penggunaannya. Namun perlu diingat bahwa sikap seperti itu
merugikan kelangsungan eksistensi ini. Rasionalisme ilmiah sudah ada sejak Rene
Descartes, dengan sikap skeptis dan rasionalnya yang meragukan segala sesuatu.
Kecuali dirinya sendiri yang curiga Sikap ini berlanjut selama periode Afklarung. Ini
adalah era di mana manusia mencoba memahami diri dan alam secara rasional.
Pertanyaannya adalah, apakah ilmu pengetahuan yang berkembang pesat
tidak berharga? Tidak ada nilai, seperti kata Josep, yaitu keharusan agar setiap
kegiatan ilmiah harus sesuai dengan hakikat ilmu itu. Sains menolak campur tangan
luar yang tidak mendefinisikan sains secara inheren. Ada tiga faktor yang
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu sebagai berikut :

a. Ilmu pengetahuan harus bebas dari agunan, yaitu dari pengaruh luar seperti
politik, ideologi, agama, budaya, dll. Penelitian ilmiah tidak lepas dari
pertimbangan etis yang sering dituduh menghambat kemajuan ilmu pengetahuan,
karena nilai-nilai etika adalah universal.
b. Perlunya kebebasan organisasi ilmiah untuk menjamin kemandirian ilmu
pengetahuan. Kebebasan adalah tentang kemungkinan dan penentuan nasib
sendiri.
c. Penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, karena nilai-nilai etika
bersifat universal.

B. Antara Teori Kritis dan Teori Ilmiah


Teori kritis awalnya merujuk pada serangkaian gagasan milik lembaga penelitian
Universitas Frankfurt pada tahun 1920-an, yang kemudian dikenal sebagai Die
Frankfurter Schule atau Sekolah Frankfurt. Sebagian besar ide diilhami atau diturunkan
dari konsep angka, seperti Emmanuel Kant, Sigmund Freud dan terutama - dan tidak
dapat dipisahkan dari - ide-ide Karl Marx (Alvesson dan Skolberg, 2000). Namun mazhab
Frankfurt telah berkembang dengan mantap dari generasi ke generasi. dan menghasilkan
ide Jadi secara keseluruhan menunjukkan bahwa mazhab ini bukanlah satu organisasi
pemikiran.

181
Teori kritis Mazhab Frankfurt pertama kali didefinisikan oleh Max Horkheimer
melalui artikelnya tahun 1937 “Traditional and Critical Theory.” Dalam artikel ini,
Horkheimer membedakan teori kritis sebagai bentuk teori Marxis yang membebaskan
secara radikal. Ini mengkritik kedua model sains maju berdasarkan pemikiran positif
logis. dan apa yang dia dan rekan-rekannya lihat sebagai kepositifan dan otoritarianisme
terselubung dari Marxisme dan Komunisme Ortodoks. Teori kritis adalah teori sosial yang
berfokus pada kritik dan transformasi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berbeda
dengan teori tradisional yang hanya bertujuan untuk menjelaskan atau memahami sesuatu.
Teori kritis Meninggalkan Marxisme tradisional, pertama-tama teori nilai karya Karl
Marx, karena dianggap tidak bermakna. Menurut Mazhab Frankfurt, dalam masyarakat
industri progresif. Nilai tenaga kerja tidak lagi menjadi kekuatan produksi yang dominan.
Tetapi sains dan teknologi adalah kekuatan produksi utama Kedua, analisis kelas
tertinggal. Karena menurut laporan Mazhab Frankfurt, dalam masyarakat yang sangat
kapitalis. Baik masyarakat kelas atas maupun antar kelas sosial sudah dipersatukan. Oleh
karena itu, teori proletariat Borjuasi (buruh/buruh) yang ditindas oleh borjuasi (kapitalis)
juga ditinggalkan. Karena dalam masyarakat kapitalis progresif Penindasan manusia
bukan lagi bentuk penindasan borjuis. Tetapi mereka semua tertahan oleh sistem di mana
proses produksi yang ditentukan teknologinya tidak lagi terkendali. Ketiga, biarkan teori
proletar menjadi revolusioner. karena menurut laporan Mazhab Frankfurt Kaum proletar
tidak lagi memiliki antusiasme revolusioner. karena itu diintegrasikan ke dalam sistem
daripada Mazhab Frankfurt. Melalui ahli teori kritis awal, Adorno dan Horkheimer
menggantikan gagasan revolusioner Marx dari masyarakat proletar ke kaum intelektual.
Sementara Habermas menempatkan semua manusia, maka instrumen revolusi adalah
rasio.Keempat, meninggalkan kritik ekonomi kapitalis dan menggantinya dengan kritik
rasio instrumental. Menurut Sekolah Frankfurt, skala alat telah melahirkan budaya
industri yang menghambat perkembangan individu yang independen, otonom, dan
mandiri.

1. Teori-Teori Kritis

Istilah Teori kritis pertama kali ditemukan Max Horkheimer pada tahun 30-
an. Awalnya teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal
modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan
mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan ideal tersebut dalam bentuk saintisme,

182
kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis.
Teori kritis berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas tentang nalar
dan kebebasan, dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu dalam bentuk
saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis. Teori kritis
merupakan sebutan untuk orientasi teoritis tertentu yang bersumber dari Hegel dan
Marx, disistematisasi oleh Horkheimer dan Aristoteles, Foucault, Gadamar, Hegel
Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein di Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, dan
dikembangkan oleh Habermas. Dalam pengertian umum istilah ini merujuk pada
elemen kritik dalam filsafat Jerman yang dimulai dengan pembacaan kritis Hegel
terhadap Kant. Secara lebih khusus, teori kritis terkait dengan orientasi tertentu
terhadap filsafat yang ”dilahirkan” di Frankfurt.
2. Tujuan Teori-Teori Kritis
Teori kritis bertujuan untuk menghilangkan berbagai bentuk dominasi. dan
mempromosikan kebebasan, keadilan dan pemerataan. Teori ini mengambil
pendekatan refleksif, mengkritik tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang
ada. karena tidak sesuai dengan perwujudan kebebasan, keadilan dan kesetaraan.Ciri-
ciri teori kritis, menurut Horkheimer, terbagi dalam empat kategori:
1) Kritis kepada masyarakat.
2) Teori kritis berpikir secara historis, meninggalkan masyarakat historis.
3) Teori kritis mengakui risiko bahwa setiap teori jatuh ke dalam model
ideologis yang termasuk dalam struktur dasar masyarakat.
4) Teori kritis untuk memisahkan antara teori dan praktek. Pengetahuan
tentang tindakan Hubungan teoritis Hubungan praktis.

183
3. Struktur Kognitif dan Objektivitas
Pengukuran objektif teori kritis membantu kita untuk memahami kesimpulan bahwa
ciri-ciri teori paling tidak mencakup tiga hal:
Pertama, bertentangan dengan teori, "sains" dalam arti aslinya seringkali tidak
berharga. Teori kritis menekankan posisinya dalam arti bahwa teori-teori tersebut (a)
bertujuan mendidik aktor-aktor sosial;yang akan terus memberi mereka kekuatan
untuk membentuk diri mereka sendiri, dan (b) pada dasarnya adalah pembebas. Dia
memposisikan dirinya sebagai agen pembebasan dari segala bentuk. dominasi dan
hegemoni
Kedua, Teori kritis, seperti teori ilmiah tradisional memiliki substansi
intelektual dalam arti bahwa mereka adalah bentuk pengetahuan.
Ketiga, dari segi epistemologi Menunjukkan perbedaan yang sangat mendasar
terhadap teori. Hal ini karena teori kritis bersifat reflektif. Sedangkan teori ilmiah
tradisional lebih objektif.
Sesuai dengan ciri-ciri di atas, teori kritis (dalam kerangka teori kritis) secara
lengkap struktur evolusinya terdiri dari 4 (empat) teori yang berbeda dan dapat dibagi
lagi menjadi 10 (sepuluh) teori yang bersesuaian. Mereka saling berhubungan dan
saling berhubungan secara sistematis dalam arti bahwa unsur-unsur dari satu teori
harus diintegrasikan ke dalam yang lain.
Teori kesadaran palsu (atau kritik terhadap ideologi) terdiri dari teori-teori yang:
1) Menunjukkan bagaimana kesadaran sekelompok orang adalah kesadaran
palsu. (tidak mencerminkan fakta pengalaman hidup "nyata" individu)
2) Menjelaskan proses dimana seseorang memperoleh kesadaran palsu.
3) Mendeskripsikan kesadaran alternatif yang lebih “unggul” atau yang
“harus”.

Teori krisis, pada dasarnya adalah seperangkat teori yang mencoba untuk:
1) Menjelaskan pengertian krisis sosial.
2) Menunjukkan adanya krisis sosial di masyarakat
3) Menjelaskan sejarah perkembangan krisis. terutama dalam kaitannya
dengan kesadaran palsu. individu dan basis struktural masyarakat

Teori Pendidikan, bertujuan untuk:


1) Memberikan gambaran yang perlu dan cukup tentang kondisi persepsi dan

184
pencerahan publik
2) Menunjukkan apakah kondisi tersebut terpenuhi.

Teori Tindakan Transformatif, bertujuan untuk:


1) Identifikasi beberapa masalah dalam masyarakat yang perlu diubah untuk
mengatasi krisis sosial dan mengurangi ketidakpuasan dalam masyarakat.
Berikan rincian rencana aksi, program yang antara lain membahas siapa atau
kelompok mana yang harus menjadi agen perubahan sosial. dan juga
setidaknya memasukkan gagasan umum tentang bagaimana kelompok dapat
berkontribusi pada transformasi sosial.
2) Objektivitas teori positif juga berarti bahwa peneliti dapat dan harus
menjauhkan diri dari fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian dan
teori tidak boleh ada nilainya. tanpa merugikan Objektivitas adalah salah
satu kriteria utama untuk kualitas atau manfaat penelitian positif. Digunakan
untuk menilai “kualitas” atau validitas suatu penelitian atau penelitian
ilmiah.

185
4. Pembuktian Empiris dalam Teori-Teori Kritis
Teori ilmiah” dalam berpikir positif Diperlukan konfirmasi empiris. melalui
pengamatan dan percobaan menggunakan seperangkat metode mulai dari metode
pengumpulan data hingga metode analisis. Semua ini sering disertai dengan ukuran
atau kuantifikasi dari realitas sosial yang sedang dipelajari. Semua ini berkaitan
dengan kriteria falsifiabilitas dan testabilitas, yaitu apakah teori meminimalkan ide
atau variabel memungkinkan pengujian empiris.
Oleh karena itu, dalam penelitian positif yang sistematis Terutama penelitian yang
menggunakan hipotesis deduktif.Kerangka teori sebenarnya adalah hipotesis
teoritis.Hipotesis teoritis ini harus direduksi menjadi hipotesis penelitian. Tujuannya
adalah untuk memungkinkan teori diuji terhadap data empiris yang tersedia.
Dengan demikian, bukti empiris dalam teori kritis melibatkan kebutuhan aktor sosial
untuk disimpulkan oleh teori terlebih dahulu. Teori Harus Diterima: Beberapa Kondisi
Empiris Sebuah teori kritis (yang menyangkut teori kritis dianggap sebagai kondisi
yang “seharusnya” ada) tercipta ketika agen-agen sosial itu sendiri menerima teori
tersebut. Mereka kemudian melanjutkan dengan teori yang telah mereka usulkan.
Hegemoni akan runtuh jika suatu masyarakat terlebih dahulu mengakui keberadaan
hegemoni dan melawannya, atau menciptakan teori-teori anti-dominan sebagai
pedoman ideologis bagi tindakan sosial (sehingga teori kritis seringkali dipandang
sebagai teori dengan unsur self-fulfilling prophecy).
Posisi data empiris terkait dengan masalah daya prediksi teori kritis yang dibahas pada
bagian sebelumnya. Dalam contoh hegemoni di atas akhir dari hegemoni bukanlah
kondisi yang dapat diprediksi. tetapi kondisi yang diinginkan untuk pembebasan
manusia. dan menciptakan kondisi yang diinginkan Agen sosial harus mengakui
adanya hegemoni. dan melawan hegemoni.
Masalah bukti empiris melibatkan gagasan teoretis kritis tentang kebenaran
data sosial empiris, pemahaman bahwa "kebenaran objektif" dapat diungkapkan
melalui pengumpulan dan pengaturan data yang benar secara metodologis. Secara
Epistemologi Aliran pemikiran ini menghadirkan epistemologi realis. yang melihat
bahwa realisasi realitas tidak muncul hanya dari mengamati indera seseorang
dengan cara tertentu tetapi juga dari penjelasan rasional.

186
5. Validitas dan Kelebihan Teori Kritis
Dari uraian sebelumnya keunggulan teori kritis antara lain:
1) Mampu menggambarkan keadaan yang tidak seharusnya, misalnya "hati
nurani yang salah"
2) Kemampuan untuk mengasosiasikan deskripsi kondisi dengan deskripsi
tindakan Prasyarat (atau praktik) untuk menciptakan kondisi tertentu
3) Kekuatan teori kritis ditentukan oleh kemampuannya menjelaskannya secara
holistik. bukan deskripsi

KESIMPULAN
1. Berpikir adalah proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses ini merupakan
rangkaian gerak intelektual yang mengikuti cara berpikir tertentu. Yang pada
akhirnya dirangkum dalam bentuk pengetahuan manusia, mencari intuisi atau
intuisi.
2. Berpikir ilmiah adalah penggunaan nalar untuk berpikir, mengambil keputusan,
mengembangkan dan sebagainya. ilmiah (menurut prinsip-prinsip ilmiah) atau

187
menggunakan logika untuk menemukan, memverifikasi, dan menjelaskan
kebenaran).
3. Komponen definisi ilmu yaitu Masalah (Problem), Sikap (Attitude), Metode
(Method), Aktivitas (Activity), Kesimpulan (Conclusions), dan Pengaruh
(Influence).
4. Sumber utama pengetahuan bukanlah akal. Tidak ada dalam pikiran manusia yang
tidak berasal dari pengalaman indrawi. Cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan
yaitu melalui Pengalaman indra, Nalar, Otoritas, Intuisi, Wahyu, dan Keyakinan.
5. Salah satu manfaat sains adalah berkembangnya IPTEK dan industri dalam ranah
nilai ontologis. Paradigma ontologis diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
pemahaman spiritual ilmiah yang dapat mengatasi bahaya sekularisme ilmiah.
6. Pada dasarnya, tujuan sains adalah untuk kesehatan manusia. Dengan demikian,
pengetahuan bisa dijadikan sebagai metode atau alat bagi perkembangan kehidupan
manusia.
7. Tidak bernilai. Berarti setiap kegiatan pengetahuan harus sesuai dengan hakikat
ilmu. Sains menolak campur tangan luar yang tidak secara inheren mendefinisikan
sains.
8. Teori kritis adalah teori sosial yang berfokus pada kritik dan transformasi
masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berbeda dengan teori tradisional yang hanya
bertujuan untuk menjelaskan atau memahami sesuatu.
9. Teori kritis bertujuan untuk menghilangkan berbagai bentuk dominasi. dan
mempromosikan kebebasan, keadilan dan kesetaraan. Teori ini mengambil
pendekatan refleksif. dengan mengkritik tatanan atau institusi sosial, politik atau
ekonomi yang ada karena tidak sesuai dengan perwujudan kemerdekaan, keadilan
dan persamaan.
10. Keunggulan teori kritis terletak pada kemampuannya menjelaskan kondisi yang
seharusnya tidak ada, seperti “tiruan”.

188
BAB XIII
PERANAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN SAINS

PENDAHULUAN

Filsafat merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada rasio (akal), dan karena
rasio (akal) adalah anugerah Allah, capaiannya kadang-kadang bisa benar, tetapi karena ia
bukan wahyu, akal pun bisa keliru. Dengan demikian, capaian filsafat ada yang baik, dan ada
pula yang buruk. Yang baik, misalnya, ketika Thales mengatakan bahwa segala sesuatu ini
berasal dari air. Thales mengatakannya sekitar abad ke-6 SM, sedangkan Al-Quran
mengemukakannya pada abad ke-6 SM. Herakleitos mengatakan bahwa segala sesuatu yang
ada di alam semesta ini berubah dan terus mengalir bagaikan sungai (pantha rei). Dengan
demikian, seperti halnya dengan ilmu-ilmu lain, produk filsafat tidak semuanya baik, tetapi

189
ada yang buruk. Sisi buruknya bisa sangat berbahaya. Sebab, filsafat berbicara tentang
berbagai persoalan penting, antara lain tentang manusia, agama, dan Tuhan. Liberalisme,
ateisme, Marxisme, komunisme adalah beberapa contoh produk filsafat yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Dengan demikian, beberapa pemikiran filsafat memang dapat mem-
bahayakan akidah, khususnya akidah orang awam. Karena itu mereka harus dilindungi.
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan
tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan
tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan
atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang
bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk
memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia
melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan.
Perubahan itu mendorong manusia memikirkan kembali pengertian tentang
kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap
sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia
terdapat hubungan timbal balik.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik.
Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan,
organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya antara
lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan
diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat
normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Filsafat pendidikan yang bersifat
deskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya di dalam
pendidikan atau apa yang dicita- citakan dalam pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak
cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja,
melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik
dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.
Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, dan sebagainya. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki
filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila.
Terdapat banyak alasan untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan
rasional yang tidak dapat atau seyogianya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu.

190
Misalnya, apakah yang dimaksud dengan pengetahuan, dan/atau ilmu? Dapatkah kita
bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tanpa terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas
dalam bab ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu pendidikan. Tampaknya. kegiatan
pendidikan bukanlah sekadar gejala sosial yang bersifat rasional mengingat kita
mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk anak-anak
kita. Ilmu pendidikan secara umum tidak begitu maju daripada ilmu-ilmu sosial dan biologi,
tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekadar ilmu atau suatu studi terapan
berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan/atau ilmu perilaku.

METODE
Makalah ini dibuat dengan metode studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan
cara mencari informasi, mengkaji dan menelaah sumber-sumber literatur yang berasal dari
jurnal, artikel, makalah, prosiding, buku yang bersumber dari website sciencedirect, google
scholar dan website terlegalisasi serta memiliki keterkaitan dengan objek pembahasan.

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis Pendidikan


1. Filsafat dan Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik,
baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis,
harmonis, dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan adalah:
a. filsafat pendidikan progresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatisme;
b. filsafat pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme;
c. filsafat pendidikan perenialisme, yang didukung oleh idealisme.

191
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-
pengalaman bar antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar
berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Kebutuhan Filsafat dan Pendidikan


Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, sedangkan pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan
tersebut karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh
karena itu, pendidikan memerlukan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam
pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks,
yang tidak dibatasi oleh pengalaman ataupun fakta faktual, dan tidak memungkinkan untuk
dijangkau oleh ilmu.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, harus
mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan. Seorang guru harus memahami filsafat
pendidikan karena tujuan pendidikan selalu berhubungan langsung dengan tujuan kehidupan
individu dan masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan
adalah filsafat menelaah realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karakteristik
filsafat yang radikal, sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup
manusia yang merupakan hasil dari studi Aisalat akan menjadi landasan dalam menyusun
tujuan pendidikan. Dengan demikian, bangun sistem pendidikan dan praktik pendidikan akan
dilaksanakan berorientasi pada tujuan pendidikan ini. Brubacher (1950) (Sadulloh, 2003)
mengemukakan, hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan bahwa filsafat tidak hanya
melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, tetapi melahirkan pendidikan. Bahkan, John Dewey
berpendapat bahwa filsafat adalah teori umum pendidikan. Dengan demikian, filsafat
pendidikan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam pendidikan.
Sadulloh merumuskan empat pertanyaan mendasar pendidikan sebagai berikut.

a. Apakah pendidikan itu?


b. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan?
c.Apakah yang seharusnya dicapai dalam proses pendidikan?

192
d Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan, baik yang tersurat maupun yang
tersirat dapat dicapai?
Jawaban atas keempat pertanyaan tersebut sangat bergantung dan ditentukan oleh
pandangan hidup dan tujuan hidup manusia, baik secara individu maupun secara bersama-
sama (masyarakat/bangsa). Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi
harus sampai pada penyelesaian tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan hidup
sempurna, tentang bentuk kehidupan individual ataupun kehidupan sosial yang baik dan
sempurna. Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain,
filsafat memberikan asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan, lembaga pendidikan, dan
aktivitas penyelenggaraan pendidikan.
Jadi, peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan.
Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi. Filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi
pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide ideal dari filsafat
menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan pembentukan kepribadian.

3. Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan Islam memperbincangkan filsafat tentang pendidikan bercorak


Islam yang berisi berbagai perenungan mengenai pendidikan Islam dan usaha-usaha
pendidikan yang dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam. Filsafat
pendidikan yang berdasarkan Islam adalah pandangan dasar tentang pendidikan yang
bersumberkan ajaran Islam dan yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajaran tersebut.
Dengan kata lain, filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional yang
dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan
mengenai hakikat pendidikan Islam.
Asy-Syaibany menandaskan bahwa filsafat pendidikan Islam harus mengandung
unsur-unsur dan syarat-syarat sebagai berikut:
a. dalam segala prinsip, kepercayaan, dan kandungannya sesuai dengan roh (spirit)
Islam;
b. berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi,
dan politiknya;
c. bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah);
d. pembinaannya berdasarkan pengkajian yang mendalam dengan memperhatikan
aspek-aspek yang melingkungi;

193
e. bersifat universal dengan standar keilmuan;
f. selektif,dipilih yang penting dan sesuai dengan roh agama islam;
g. bebas dari pertentangan dan persanggahan antara prinsip-prinsip dan kepercayaan
yang menjadi dasarnya;
h. proses percobaan yang sungguh-sungguh terhadap pemikiran pendidikan yang
sehat, mendalam, dan jelas.

Obiek kajian filsafat pendidikan Islam, menurut Abdul Munir Mulkhan, dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objek materil dan objek formal.Objek materil filsafat
pendidikan Islam adalah bahan dasar yang dikaji dan dianalisis, sementara objek formalnya
adalah cara pendekatan atau sudut pandang terhadap bahan dasar tersebut. Dengan demikian,
objek materil filsafat pendidikan Islam adalah segala hal yang berkaitan dengan usaha
manusia secara sadar untuk menciptakan kondisi yang memberi peluang berkembangnya
kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadian atau akhlak peserta didik melalui pendidikan.
Adapun objek formalnya adalah aspek khusus usaha manusia secara sadar, yaitu penciptaan
kondisi yang memberi peluang pengembangan kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadian
sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk menjalani dan menyelesaikan
permasalahan hidupnya dengan menempatkan Islam sebagai hudan dan furqan. Sebagaimana
dinyatakan Arifin bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan ilmu yang ekstensinya masih
dalam kondisi permulaan perkembangan sebagai disiplin keilmuan pendidikan.Demikian pula
sistematikanya, filsafat pendidikan Islam masih dalam proses penataan yang akan menjadi
kompas bagi teorisasi pendidikan islam.

4. Pandangan Filsafat Naturalisme terhadap pendidikan


Naturalisme mempunyai pengertian, yaitu : dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari
2 kata, yakni Natural : alami dan Isme : paham. Aliran filsafat naturalisme disebut sebagai
Paham Alami maksudnya adalah bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada
dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun
terlahir dengan pembawaan yang buruk. Secara garis besar dapat diartikan bahwa filsafat
naturalisme merupakan hasil berlakunya hukum alam fisik dan terjadinya menurut kodrat
atau menurut wataknya sendiri.
Naturalisme memiliki 3 prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan Aminuddin R.,
1992 : 9), yaitu :

194
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya
secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Serta memberikan tanggung
jawab belajar pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik. Anak
didik diberi

Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran


yang bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan
proses belajar dan mengajar. Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu
realisme, empirisme dan rasionalisme. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran
filsafat naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan
perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena
kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.
Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan,
budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau
belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana (Bertens. K.
Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia. Kanisius, 1988).
Filsafat naturalisme dalam pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari
seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar
merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran
juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid. Terdapat lima tujuan pendidikan paham
naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya
yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”.
Kelima tujuan itu antara lain sebagai berikut:
1. Mengamankan kebutuhan hidup

195
2. Meningkatkan anak didik
3. Memelihara hubungan sosial dan politik
4. Menikmati waktu luang
5. Pemeliharaan diri

Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme,
adalah:
1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
6. Praktik mengajar adalah seni menunda
7. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (hukuman dijatuhkan
sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan
hukuman, hal itu

Tokoh tokoh yang menganut aliran Filsafat Naturalisme


a. Plato. (427 – 347 SM)
Salah satu analisis dasar adalah perbedaan yang nyata antara gejala (fenomena) dan
bentuk ideal (eidos), dimana plato berpandangan bahwa, disamping dunia fenomen
yang kelihatan, terdapat suatu dunia lain, yang tidak kelihatan yakni dunia eidos.
Dunia yang tidak kelihatan itu tercapai melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos
dan hubungannya dengan dunia fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk
yang ideal untuk segala yang terdapat dibumi ini.
b. Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua
prinsip : 1. Prinsip formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan
mahluk hidup tertentu dan menentukan tujuannya.
2. Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua mahluk.
c. William R. Dennes (Filsuf Modern)
Beberapa pandangannya menyatakan bahwa:
1. Kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat
terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata pasti termasuk dalam
kategori alam

196
2. Yang nyata ada pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan
waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin
ditangani dengan menggunakan metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu
alam tidak mungkin merupakan kenyataan
3. Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun seganap
kejadian ialah proses, kualitas, dan relasi

B. Pentingnya Landasan Filsafat Dalam Pendidikan Sains


1. Landasan Sosial dan Individual Pendidikan

Pendidikan dalam penyelenggaraannya juga berlandaskan pada landasan sosial.


Landasan sosial pendidikan menekankan pada pendidikan dalam prosesnya memperhatikan
kondisi dan proses sosial yang terjadi di suatu masyarakat ataupun sebuah bangsa. Kondisi
sosial suatu masyarakat akan mempengaruhi penyelenggaraan bidang pendidikan, seperti
proses pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan pola kerjasama sekolah dengan
masyarakat. Dasar sosial pendidikan mengkaji kondisi sosial dan pendidikan berdasarkan
prinsip pemecahan masalah secara ilmiah dan berdasarkan nilai demokrasi. Kajian sosial
pendidikan mengkombinasikan konsep, instrumen, dan metode dari ilmu sosial dan filsafat
untuk membentuk kajian terpadu tentang asal usul, tujuan, dan fungsi lembaga pendidikan
dalam suatu masyarakat
Landasan Sosial sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat subjek
pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan yang
dapat dikembangkan sesuai potensinya. Dengan sosiologi, maka diharapkan pendidikan
mampu melahirkan individu yang dapat berbaur dan bekerja sama dalam masyarakat.
Pendidikan yang diinginkan masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan
dan meningkatkan keselaraasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita
pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberikan
petunjuk tentang bagaimana seharusnya seorang guru membina para siswa agar mereka bisa
memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang dapat menciptakan
hubungan tertentu diantara mereka.Interaki dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari
salah satu atau gabungan dari faktor-faktor berikut:
a. Imitasi

197
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan negatif.
b. Sugesti
Sugesti akan terjadi jika seseorang menerima atau tertarik pada pandangan sikap
orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.
c. Identifikasi
Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar.
d. Simpati
Simpati akan terjadi ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain.

2. Teori Pendidikan Memandu Jalinan antara Ilmu dan Seni


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses perkembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kesadaran spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, serta negara. Ilmu adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Menurut Carter (1985, hlm. 36)
berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah “suatu bangunan pengetahuan sistematis yang
mencakup aspek kuantitatif dan obyektif dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen
secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman
yang sering kali dalam bentuk eksperimen”.
Pendidikan sebagai ilmu diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat atau
bangsa. Nilai merupakan ukuran yang bersifat normatif. Untuk itu, pendidikan sebagai ilmu
juga bersifat normatif.Pendidikan sebagai ilmu tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif
tentang obyek pendidikan, tetapi juga ingin mengungkap bagaimana sebaiknya untuk
memperoleh manfaat terhadap obyek didiknya.Upaya pendidikan mencakup keseluruhan
aktifitas pendidikan, yakni mendidik dan dididik.

Aspek yang Ilmu Seni


Dibandingkan
Bentuk karya kreasi Aspek yang Dibandingkan Sistem pengungkapan cita
rasa

198
Sifat kreasi Pengetahuan yang deskriptif Pengungkapan yang
dan obyektif individualistik, subyektif, dan
unik
Cakupan isi kreasi Pengetahuan spesifik, Pengungkapan khusus,
informatif, dan prediktif interpretatif estetis, dan
inspiratif.
Cara penyusunan kreasi Pengetahuan hasil penyelidikan Karya seni hasil penghayatan
(purposif, selektif, dan estetis yang diungkapkan
verifikatif) dalam bentuk tertentu
Penyajian hasil kreasi Disajikan secara rinci, Diungkapkan secara konkrit
sistematis dalam bentuk konsep, dalam bentuk sastra, lukisan,
hipotesa, dalil, teori, atau bangunan, musik, dan lain-
hukum lain

Pendidikan bukan hanya sebagai ilmu, namun juga sebagai seni. Seni berasal dari kata
sansekerta sani yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Seni pada dasarnya
memiliki tujuan sebagai penyampaian komunikasi baik berupa gambar kegiatan yang
dilakukan manusia yang menggambarkan kehidupan manusia, maupun yang lainnya. Untuk
itu, seni dapat menjadi salah satu media komunikasi antar satu dengan lainnya
Dalam konteks pendidikan, bahwa pendidikan sebagai ilmu sekaligus sebagai seni.
Pendidikan sebagai ilmu terbukti karena fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui
metode ilmiah. Hasil studi ini berupa ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan dapat dijadikan dasar
dan petunjuk bagi pelaksanaan praktik pendidikan. Hal ini ditunjukkan pada:
(1) cara membuat desain pembelajaran
(2) penggunaan metode mengajar
(3) merancang media pembelajaran
(4) mengelola kelas
(5) menyajikan materi pembelajaran
(6) menggunakan media pembelajaran
(7) menyusun alat evaluasi, dan
(8) mengajukan pertanyaan.
Implikasinya bahwa untuk menjadi guru yang profesional, seseorang dapat mempelajari ilmu
pendidikan, meliputi:

199
(1) pedagogik,
(2) psikologi pendidikan,
(3) didaktik,
(4) metodik, dan
(5) evaluasi pembelajaran.

3. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan


Uraian di atas mengisyaratkan bahwa praktik pendidikan sebagai ilmu yang sekadar
rangkaian fakta empiris dan eksperimental, tidak lengkap dan tidak memadai. Adapun
pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan meresapi penghayatan 100%
melampaui tujuan-tujuan sosialisasi, internalisasi (mikro), dan hendaknya juga enkulturasi
(makro). Itulah perbedaan esensial antara pendidikan (yang menjalin aspek kognitif dengan
aspek afektif) dan kegiatan mengajar yang hanya menjalin aspek kognitif dan psikomotor.
Dalam praktik evaluasinya, kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek kognitif.
Itu sebabnya, diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan
mengajar dan mendidik.

4. Pedagogik sebagai Ilmu Murni Menelaah Fenomena Pendidikan


Jelaslah bahwa telaah lengkap atas tindakan manusia dalam fenomena pendidikan,
melampaui kawasan ilmiah dan memerlukan analisis yang mandiri atas data pedagogik
(pendidikan anak) dan data andragogi (pendidikan orang dewasa). Adapun data itu mencakup
fakta (das sein) dan nilai (das sollen) serta jalinan antara keduanya. Data faktual tidak berasal
dari ilmu lain, tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah ilmuwan itu
(pedagogi dan andragogi) secara empiris. Begitu pula, data nilai (yang normatif) tidak berasal
dari filsafat tertentu, tetapi dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya,
pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafat. Akan
tetapi, tidak berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut
aliran atau suatu filsafat tertentu.
Sebaliknya, ilmu pendidikan, khususnya pedagogik (teoretis) adalah ilmu yang
menyusun teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik tidak boleh ragu-
ragu atau menyerah pada keragu-raguan prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya
yang mikro dan makro, seperti kedokteran, ekonomi, politik, dan hukum. Oleh karena itu,
pedagogik (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogik praktis dan andragogi (dan telaah
pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau

200
menerapkan telaah aliran filsafat normatif yang bersumber dari filsafat tertentu. Adapun yang
lebih diperlukan adalah penerapan metode filsafat yang radikal dalam menelaah hakikat
peserta didik sebagai manusia seutuhnya.
Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan
haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup:
a. relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person
relationship);
b. pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi secara kualitatif;
c. orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator);
d. keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student);
e. tujuan pendidikan (educational aims and objectives);
f. tindakan dan proses pendidikan (educative process);
g. lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution).
Mengingat pendidikan juga dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai
lembaga pendidikan formal dan nonformal, tentu tenaga pendidik di lapangan memerlukan
masukan yang berlaku umum, berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum
untuk lembaga yang sejenis. Dengan demikian, selain pedagogik praktis yang menelaah
ragam pendidikan di berbagai lingkungan, diperlukan juga batang tubuh yang meliputi:
a. conteks sosial budaya (socio cultural contexts and education);
b. filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif);
c. teori, pengembangan, dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan
lainnya yang bersifat preskriptif;
d. berbagai studi empiris tentang fenomena pendidikan;
e. berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan), khususnya mengenai pengajaran
termasuk pengembangan specific content pedagogy.
Adapun telaah lingkup yang makro dan mikro dari pendidikan merupakan bidang
telaah utama yang membedakan antara objek formal dari pedagogik dengan ilmu pendidikan
lainnya. Karena pedagogik tidak langsung membicarakan perbedaan antara pendidikan
informal dengan pendidikan formal, hal itu menjadi tugas dari andragogi dan cabang-cabang
lain yang relevan dari ilmu pendidikan. Itu sebabnya, dalam pedagogik terdapat pembicaraan
tentang faktor pendidikan yang meliputi: (1) tujuan hidup; (2) landasan falsafah dan yuridis
pendidikan; (3) pengelolaan pendidikan; (4) teori dan pengembangan kurikulum; (5)
pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction), yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti
luas di lembaga formal dan nonformal yang terkait.

201
5. Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan
Dasar-dasar filsafat keilmuan terkait dengan pendidikan, antara lain adalah dasar
ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis. Selain itu, ada pula dasar antropologis ilmu
pendidikan. Rincian pembahasannya sebagai berikut.

a. Dasar Ontologis Ilmu Pendidikan


Berbicara masalah ontologi, tentunya tidak dapat terlepas dari filsafat. Karena filsafat
diperlukan untuk menjelaskan dasar ontologis dari ilmu, termasuk ilmu pendidikan. Aspek
realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah
dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materiil ilmu pendidikan adalah manusia
seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak
mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial
mengingat sebagai warga masyarakat, ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship
atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya).
Agar pendidikan dalam praktik terbebas dari keragu-raguan, objek formal ilmu
pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.
Dalam situasi sosial, manusia sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk
berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh
saja dan dapat diterima jika terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala
besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu.
Akan tetapi, pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan
antarpribadi yang menjadi syarat mutlak bagi terlaksananya mendidik dan mengajar, yaitu
kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Hal itu mengingat bahwa pendidik yang
berkepribadian sendiri secara utuh memperlakukan peserta didik secara terhormat sebagai
pribadi, terlepas dari faktor umum, jenis kelamin, ataupun pembawaannya. Apabila pendidik
tidak bersikap afektif secara utuh, akan terjadi mata rantai yang hilang (the missing link) atas
faktor hubungan antara pendidik dan anak didik, atau antara siswa dan guru.

b. Dasar Epistemologis Ilmu Pendidikan


Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi
mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun sebagian
pengumpulan data di lapangan dapat dilakukan oleh tenaga pemula, telaah atas objek formal

202
ilmu pendidikan memerlukan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empiris
dengan studi kualitatif-fenomenologis.
Pendekatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri
peneliti sebagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Oleh karena itu,
penelaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagai pakar yang
jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan
pengertian (Verstehen, Bodgan & Biklen, 1982), tetapi untuk mencapai kearifan
(kebijaksanaan) tentang fenomen pendidikan, validitas internal harus dijaga betul dalam
berbagai bentuk penelitian dan penyelidikan, seperti penelitian koasi eksperimental,
penelitian tindakan, penelitian etnografis, dan penelitian ex post facto. Inti dasar
epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskan objek formalnya,
telaah ilmu pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan, tetapi menuju telaah teori
dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom yang mempunyai objek formal sendiri atau
problematika sendiri sekalipun tidak dapat menggunakan pendekatan kuantitatif ataupun
eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian, uji kebenaran pengetahuan
sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren, dan sekaligus secara praktis dan/atau
pragmatis (Randall & Buchler, 1942).

c. Dasar Aksiologis Ilmu Pendidikan


Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya sebagai ilmu yang otonom, tetapi juga
diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses
pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu, nilai ilmu pendidikan tidak hanya
bersifat intrinsik sebagai ilmu seperti seni untuk seni, tetapi juga nilai ekstrinsik dan ilmu
untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktik melalui kontrol terhadap
pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan
demikian, ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis
antara pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagai pedagog. Dalam hal ini relevan
sekali untuk memerhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh
Phenix (1966). Itu sebabnya, pendidikan memerlukan teknologi pula, tetapi pendidikan
bukanlah bagian dari iptek. Akan tetapi, harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh
pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu perilaku. Lebih-
lebih di Indonesia.

203
Implikasinya adalah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku
daripada kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan
ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-satunya metode ilmiah (Kalr Perason, 1990).

d. Dasar Antropologis Ilmu Pendidikan


Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar adalah pertemuan antara pendidik
sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula, dimana terjadi pemberian bantuan
kepada pihak yang ingin mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia
di sekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini, ada empat dasar
antropologis yang berlaku universal, yaitu: (1) sosialitas; (2) individualitas; (3) moralitas; (4)
religiusitas.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik.
Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan,
organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan.
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah seperangkat
filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan
merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedikasi atau dijabarkan dari suatu
sistem filsafat umum yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Landasan filosofis
pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan yang apa adanya, melainkan berisi
tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan. Dalam landasan
filosofis pendidikan juga terdapat aliran pemikiran. Hal ini muncul sebagai implikasi dari
aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam landasan filosofis pendidikan
dikenal dengan adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
Seiring perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang
bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani saat pertama kali itu kehilangan
kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran. Peradaban itu telah
menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran
dan pendidikan. Sehingga tak khayal perkembangan filsafat pun ikut berkembang dan
menhasilkan pola pikir yang maju terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Itulah mengapa
dikatakan bahwa pentingnya landasan filsafat dalam pendidikan terutama di bidang sains.
BAB XIV

204
PERANAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN SAINS

PENDAHULUAN
A. Kajian Teori
Filsafat adalah hasil berpikir berdasarkan akal (reason), dan akal (reason) adalah
pemberian dari Allah, jadi kadang hasilnya benar, tapi kadang akal itu salah karena
bukan wahyu. Jadi, beberapa pencapaian dalam filsafat itu baik dan ada pula yang
buruk. Misalnya, ketika Thales mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari air.
Thales mengatakan sekitar abad ke-6 SM: Alquran menempatkannya pada abad ke-6

SM. Heraclitus mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta berubah dan terus
mengalir seperti sungai (Pantarei). Seperti dalam ilmu apapun, pencapaian filsafat tidak
semuanya baik, tetapi ada juga yang buruk. Kelemahannya sangat berbahaya. Karena
filsafat berbicara tentang berbagai subjek penting seperti manusia, agama, dan Tuhan.
Liberalisme, ateisme, Marxisme, dan komunisme adalah contoh kreasi filosofis yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, beberapa pemikiran filosofis
sebenarnya dapat merusak iman, terutama orang awam. Oleh karena itu mereka harus
dilindungi. Filsafat pada periode Yunani bukanlah bidang teoretis yang spesifik, tetapi
cara hidup yang konkret, pandangan hidup yang holistik tentang manusia dan alam,
menerangi seluruh kehidupan manusia. Apalagi dengan bertahannya atau
berkembangnya peradaban manusia dan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
pemahaman teoretis yang dihasilkan oleh filsafat Yunani telah kehilangan
kemampuannya untuk memberikan jawaban yang memadai atas kebenaran-kebenaran
peradaban itu yang telah membuat manusia melompat maju dalam ilmu dunia,

teknologi, kedokteran, pendidikan.

Perubahan ini telah menyebabkan orang mempertimbangkan kembali pemahaman


mereka tentang kebenaran. Ada korelasi antara perubahan peradaban dan pemikiran
manusia, karena setiap perubahan peradaban mempengaruhi sistem nilai secara
umum. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi manusia yang
dimiliki peserta didik. Oleh karena itu pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan
seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya melalui filsafat pendidikan keseimbangan,
kesatuan, organikitas dan dinamisme.

205
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam mempelajari masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan harus dikuasai oleh para pendidik. Inilah alasannya.
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka diperlukan juga asumsi-asumsi
normatif yang berkaitan dengan pendidikan. Asumsi pedagogis normatif ini mungkin
berasal dari filsafat. Filsafat pendidikan deskriptif dan preskriptif menunjukkan apa
yang harus dilakukan atau apa yang harus dituju dalam pendidikan. Kedua, pendidikan
harus dilihat secara holistik, tidak parsial, pendekatan saintifik deskriptif cukup untuk
memahaminya.
Kajian holistik pendidikan dapat dicapai melalui pendekatan filosofis. Ada aliran
filsafat pendidikan yang berbeda seperti idealisme, realisme dan pragmatisme. Namun
sebenarnya bangsa Indonesia memiliki falsafah pendidikan tersendiri, salah satunya
berdasarkan Pancasila.
Ada banyak alasan untuk belajar filsafat. Apalagi jika menyangkut pertanyaan
rasional yang tidak bisa atau tidak boleh dijawab dalam sains atau bidang ilmiah.
Misalnya, apa arti pengetahuan atau pengetahuan? Bisakah Anda bergerak ke kiri dan
ke kanan dalam ruang tanpa terikat oleh waktu? Topik yang dibahas dalam bab ini
terkait dengan pendidikan dan ilmu pendidikan. sepertinya begitu. Kegiatan
pendidikan bukan hanya fenomena sosial yang bersifat rasional, mengingat
masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak mereka, mengharapkan pendidikan yang
terbaik. Secara umum, pendidikan belum berkembang sejauh ilmu-ilmu sosial dan
ilmu-ilmu kehidupan, namun bukan berarti bahwa pendidikan hanyalah ilmu atau
penelitian terapan yang didasarkan pada temuan-temuan dari ilmu-ilmu sosial dan
perilaku.

206
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sains?
2. Bagaimana keterampilan generik sains dan konsep?
3. Bagaimana pembelajaran berorientasi keterampilan generic sains?
4. Apa manfaat keeterampilan generic bagi siswa?
5. Mengamati survei lingkungan?
6. Bagaimana kedudukan IT bagi pendidikan
7. Apa manfaat IT bagi pendidikan?
8. Bagimana perkembangan pada era globalisasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sains
2. Mengetahui keterampilan generik sains dan konse
3. Mengetahui pembelajaran berorientasi keterampilan generic sains
4. Mengetahui manfaat keeterampilan generic bagi siswa
5. Mengetahui pengamatan survei lingkungan
6. Mengetahui kedudukan IT bagi pendidikan
7. Mengetahui manfaat IT bagi pendidikan
8. Mengetahui perkembangan pada era globalisasi

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma

Paradigma dalam pengertian epistemologis berarti sisi model atau paradigma


sisi contoh di samping pola, bersinonim dengan pernyataan misi, perspektif dasar
atau dasar ilmu pengetahuan, kumpulan ide, model, pola, Dalam beberapa istilah
kontekstual, paradigma berarti struktur ide dasar sepanjang dengan asumsi
menggunakan variabel ide. (Zumri, 2009:12) Istilah paradigma pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Khun (1962) dan kemudian digeneralisasikan oleh
Robert Friedrichs (1970). Scott menafsirkan paradigma lama dalam beberapa aspek
kunci. Dengan kata lain, paradigma adalah penilaian baru yang pertama, kemudian
cara pemecahan masalah, dan pola pemecahan masalah di masa depan. Kedua,
sebagai seperangkat nilai, metode, standar, dan kepercayaan umum yang digunakan
ilmuwan tertentu sebagai metode kerja ilmiah dalam paradigma ini.

207
B. Pengertian Sains
Sains berasal dari kata ilmu pengetahuan alam atau natural sciences, biasa disebut ilmu
pengetahuan alam, sekelompok ilmu terkait yang terdiri dari biologi, fisika, kimia,
geologi, dan astronomi yang berusaha menjelaskan segala fenomena yang terjadi di
alam. Karena bidang studi yang berbeda, terminologi yang digunakan di setiap bidang
juga berbeda:
1) Intinya, ada pola yang seragam dan dapat diterapkan secara universal.
2) Sains adalah proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena.
3) Sains selalu berubah dan bukan kebenaran yang pasti.
4) Sains bukan "tidak berharga", jadi itu hanya perkiraan "mutlak".
5) Sains sangat terbatas sehingga tidak dapat membedakan yang benar dan yang
salah (Rutherford dan Ahlgren, 1990).

Bahkan dengan disiplin ilmu ini, sains tidak terpecah-pecah. Hal ini karena banyak
gagasan yang “menembus” antar disiplin ilmu yang diidentifikasi sebagai tema-tema
umum seperti sistem, model, persistensi, pola perubahan, ruang lingkup dan evolusi
(Rutherford dan Ahlgren, 1990). Uraian tentang topik-topik ini adalah sebagai berikut.

1. Sistem ini terjadi apabila terdapat sekumpulan objek yang saling berhubungan
dimana setiap komponen berusaha membentuk satu kesatuan dengan fungsinya
masing-masing. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem.
2. Model merupakan tiruan yang lebih sederhana dari fenomena yang sebenarnya
dipelajari dan harus berguna untuk pemahaman yang lebih baik. Model ini dapat
berupa model fisik, model matematis, atau model konseptual.
3. Keabadian adalah bagian konstan dari semua perubahan. Misalnya, pada akhir
banyak sistem fisik. Dengan energi, kita selalu mencapai keadaan setimbang.
Dalam reaksi kimia, satu bagian, massa materi, tidak berubah.
4. Pola perubahan tertentu terlihat dengan setiap perubahan. Ada tiga jenis perubahan
alam: (a) perubahan yang cenderung mengikuti pola tertentu; (b) perubahan
berkala; (c) Perubahan Tidak Teratur. Perubahan yang mengikuti pola, seperti
peluruhan radioaktif. Terjadinya hujan menunjukkan pola siklus yang berubah.
Ekspansi alam semesta mewakili perubahan acak.
5. Skala ukuran alam semesta berbeda-beda, misalnya ukuran. Batas waktu,
kecepatan. Ada banyak kuantitas di alam yang tidak sesuai dengan pengalaman
sehari-hari siswa. Kecepatan cahaya, jarak terpendek, jumlah bintang di galaksi,

208
usia matahari, dan banyak lagi yang dapat dijelaskan secara intuitif. Di sisi lain,
ukuran atom yang kecil, jumlah atom yang sangat banyak dalam materi, dan
interaksi yang cepat antar atom juga jauh dari kehidupan sehari-hari siswa, dan
melalui ukuran yang luar biasa ini ilmu pengetahuan telah kehilangan kemampuan
untuk memperkirakan ukuran. . Saya ingin pergi. (Sense of Scale) Untuk siswa
belajar membayangkan secara akurat perkiraan ukuran, jarak dan kecepatan benda.
6. Evolusi adalah perubahan yang sangat lambat. Segala sesuatu di bumi perlahan
berubah dari waktu ke waktu. Semua yang kita miliki sekarang adalah karena hal-
hal yang ada di masa lalu dan telah berubah seiring waktu. Evolusi tidak terjadi
dalam isolasi, karena segala sesuatu mengubah lingkungannya. Salah satu alasan
organisme berevolusi adalah seleksi alam.
Melalui enam topik ini, sains diintegrasikan ke dalam satu pola pikir, meskipun
bidang akademiknya berbeda. IPA selalu menjadi wahana untuk mengembangkan gagasan
yang sama bagi yang mempelajarinya. Jika seorang guru IPA hanya menghafal istilah-istilah
ilmiah, ia tidak memiliki sifat berpikir ilmiah. Ketika mengembangkan sains untuk
meningkatkan kinerja siswa, perhatian harus diberikan pada keterampilan dasar siswa.
mengapa? Sampai saat ini pembelajaran IPA belum terlalu berhasil dalam meningkatkan
kompetensi siswa. Hal itu karena kita masih belum mengetahui kelemahan pembelajaran
sains apa yang perlu kita atasi. Kami telah mempelajari banyak materi ilmiah, praktik, dan
model pembelajaran secara mendalam, namun belum ada yang berhasil meningkatkan
kemampuan siswa.
Perkembangan dan peningkatan keterampilan dasar seorang siswa tergantung pada
pengalaman siswa tersebut. Pengalaman belajar siswa di sekolah menentukan luas dan tahap
peningkatan dalam pengembangan kompetensi dasar siswa, sehingga belajar di negara maju
melibatkan berbagai pengalaman belajar, termasuk percobaan laboratorium dan belajar di
lingkungan. Pengetahuan ilmiah antara lain adalah konsep prinsip dan teori, dan
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan tentang cara memperoleh pengetahuan ilmiah, yang
terdiri dari metodologi dan epistemologi. Oleh karena itu, epistemologi merupakan bagian
dari filsafat ilmu. Contoh bagaimana pengetahuan diperoleh dari metodologi ilmiah adalah
metode ilmiah, dan contoh epistemologi adalah penalaran induktif dan deduktif.
Konteks ilmiah adalah situasi atau domain penerapan kompetensi. Karena
banyaknya jenis konteks keilmuan, tidak mungkin semua konteks keilmuan dapat digunakan
untuk melatih kompetensi siswa. OECD (2006) memilih lima situasi ilmiah untuk PISA
(Program Penilaian Pelajar Internasional): kesehatan, sumber daya alam, lingkungan,

209
bencana alam, dan sains dan teknologi. Kompetensi dasar seorang siswa adalah kompetensi
yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menerapkan konsep yang
berbeda dalam bidang yang berbeda. Keterampilan dasar siswa ini bila dipadukan dengan
pengetahuan ilmiah adalah mempelajari dan menerapkan berbagai pengetahuan ilmiah
dalam berbagai konteks ilmiah untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa dalam berbagai
situasi kehidupan. untuk (misalnya, belajar di sekolah).
Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains dengan
mengutamakan pengembangan kompetensi yang lebih luas ini dapat ditunjukkan melalui
peningkatan keterampilan umum. Mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dengan
pengetahuan ilmiah menjadikan kemampuan dasar siswa menjadi kemampuan khusus yang
spesifik untuk memahami dan menerapkan pengetahuan ilmiah tertentu. Karena berkaitan
dengan penemuan ilmiah tertentu, kemampuan khusus tidak dapat digunakan seluas
kemampuan luas. Contoh kemampuan khusus adalah kemampuan dasar (standar
kemampuan dan kemampuan dasar) pada SK/KD BSNP. Keterampilan dasar siswa,
pengetahuan ilmiah, pengetahuan ilmiah, dan integrasi latar belakang ilmiah menjadi
kemampuan yang sangat spesifik untuk menggunakan pengetahuan ilmiah tertentu dalam
konteks ilmiah tertentu dengan cara yang ditargetkan.
Pengembangan literasi sains di sekolah dasar dan menengah negeri berbeda dengan
lembaga pendidikan tinggi. Di sekolah dasar dan menengah pertama negeri, adalah prioritas
untuk memperluas jangkauan ilmu pengetahuan bagi siswa. Di perguruan tinggi,
keterampilan ilmiah yang mahasiswa pendalaman merupakan keterampilan khusus, karena
memiliki bidang spesialisasi tertentu. Kemampuan sangat spesifik. Peningkatan daya
tampung antara SMA dan SMK juga berbeda. Kompetensi yang ditingkatkan pada siswa
SMK merupakan kompetensi khusus karena siswa dikenai upah tertentu. Kalaupun seorang
siswa dapat memilih mata pelajaran utama (PA, IPS) pada moda 6 tetap bukan peminatan,
sehingga mempelajari IPA pada moda 6 tetap membutuhkan kompetensi yang tinggi.

C. Keterampilan Generik Sains

Menurut Prof.DR.Beny Suprapto (dalam Darliana, 2008), pada dasarnya cara


berpikir dan bertindak ketika mempelajari berbagai konsep ilmiah dan pemecahan masalah
sangat erat kaitannya dengan pembelajaran teoritik di kelas dan praktik. ). pembelajaran).
Jadi Anda memiliki kemampuan umum. Transferable skill adalah keterampilan yang umum
digunakan dalam berbagai tugas ilmiah. Kompetensi generik diturunkan dari keterampilan

210
proses dengan menggabungkan keterampilan tersebut dengan komponen alam yang
dipelajari dalam sains dalam struktur segitiga konsep dan prinsip ilmu alam. Oleh karena
itu, kompetensi generik lebih mudah dipahami dan diterapkan daripada kompetensi proses.
Penilaian menjadi lebih mudah.

Ketrampilan yang dapat dialihkan kurang dapat diterapkan secara universal daripada
keterampilan proses, tetapi lebih dapat diterapkan secara universal daripada kompetensi inti.
Dilihat dari kompetensi inti dalam kriteria kompetensi Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), kompetensi inti terlihat mengacu pada kompetensi khusus yang berkaitan dengan
konsep. Keterampilan yang dapat diwariskan adalah keterampilan yang lebih komprehensif
daripada keterampilan dasar. Kemampuan umum adalah kemampuan yang dapat digunakan
untuk mempelajari berbagai konsep dan memecahkan masalah ilmiah yang berbeda. Suatu
kegiatan ilmiah seperti memahami suatu konsep terdiri dari beberapa kompetensi leher, dan
kegiatan ilmiah yang berbeda dapat memuat kompetensi generik yang sama. Sedangkan
menurut Brotosiswoyo (2001), keterampilan umum IPA dalam pembelajaran IPA dapat
dikategorikan ke dalam sembilan indikator.

1) pengamatan langsung;

Sains adalah studi tentang fenomena alam dan perilaku sejauh manusia dapat
mengamatinya. ini membutuhkan. Kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan
langsung dan mencari hubungan sebab akibat dari pengamatan tersebut.

2) Pengamatan tidak langsung

Dalam kasus pengamatan tidak langsung, ada batasan pada alat indera yang
digunakan manusia. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, orang dipersenjatai dengan
berbagai alat. Ada juga fenomena alam yang terlalu berbahaya untuk bersentuhan langsung
dengan tubuh manusia, seperti arus listrik dan bahan kimia beracun. Untuk ini, Anda
memerlukan alat seperti ammeter, indikator. Metode ini disebut pengamatan tidak langsung.

3) Ukuran kesadaran

Dari pengamatan, mereka yang mempelajari ilmu alam akan mengenali ukuran
berbagai objek yang mereka pelajari. Jadi kita bisa membayangkan belajar dari hal yang
sangat besar seperti alam semesta hingga hal yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan
elektron.

211
4) bahasa simbolik

Untuk menjelaskan fenomena alam yang dipelajari oleh masing-masing jurusan


sains, diperlukan bahasa simbolik untuk komunikasi di bidang ilmu ini. Dalam ilmu
pengetahuan misalnya bidang kimia terdapat lambang unsur, persamaan reaksi, lambang
reaksi satu arah, reaksi kesetimbangan, resonansi, dan masih banyak lagi bahasa simbol
yang disepakati dalam bidang ilmu ini.

5) Kerangka logis mengikuti prinsip.

Jika Anda mengamati fenomena alam dari waktu ke waktu yang dijelaskan oleh
banyak hukum, Anda akan melihat kekhasan dalam mengikuti prinsip logisnya. Agar
hubungan hukum tunduk pada asas-asas, maka perlu dicari teori-teori baru yang
memberikan kerangka logis yang mengikuti asas-asas tersebut. Misalnya, ketidaksesuaian
antara hukum mekanika Newton dan hukum elektrodinamika Maxwell akhirnya
diselaraskan dengan lahirnya teori relativitas Einstein.

6) kesimpulan logis

Logika memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan hukum-hukum


sains. Banyak fakta yang tidak dapat diamati secara langsung dapat ditemukan dengan
penalaran logis dari konsekuensi logis pemikiran transportasi dalam pembelajaran sains. ,
titik Kelvin nol derajat belum pernah tercapai, tetapi orang percaya itu benar.

7) Hukum kausalitas

Himpunan hubungan berbagai faktor dari suatu fenomena yang diyakini ilmu
pengetahuan selalu membentuk hubungan yang disebut hukum sebab akibat.

8) Pemodelan matematika

Menjelaskan asosiasi yang diamati membutuhkan dukungan pemodelan matematis


yang dapat secara akurat memprediksi perubahan tren asosiasi dan fenomena alam.

9) Penciptaan konsep

Tidak semua fenomena alam dapat dimengerti dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena
itu, diperlukan bahasa khusus yang dapat kita sebut sebagai konsep. Oleh karena itu, belajar

212
IPA memerlukan kemampuan untuk menciptakan konsep agar dapat dipelajari lebih lanjut
untuk pemahaman yang lebih besar. Konsep-konsep ini diuji penerapannya.

Sementara itu, Dewan Pengembangan Kurikulum Hong Kong telah mengidentifikasi


sembilan keterampilan umum, antara lain:

1. keterampilan kolaborasi.
2. Keterampilan komunikasi;
3. Kreativitas:
4. Keterampilan solusi memasak.
5. Pemikiran kritis
6. Keterampilan aritmatika;
7. Pengetahuan tentang teknologi informasi
8. Keterampilan manajemen diri
9. Keterampilan Belajar (CDC Hong Kong, Young, 2007).

Hasil penelitian al. (2007) menunjukkan bahwa komponen keterampilan generik yang
relevan dengan pekerjaan dan pembelajaran sepanjang hayat meliputi:

a. Keterampilan kognitif sosial seperti komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas


dan keterampilan interpersonal.
b. Keterampilan akademik seperti keterampilan bahasa dan keterampilan berhitung
c. Ketrampilan diri/kepribadian seperti tanggung jawab, inisiatif, usaha dan belajar
mandiri. Berbagai disertasi dan disertasi Indonesia mengacu pada keterampilan
generik yang dikemukakan oleh Brotosiswoyo (2000). Misalnya, Sudarmin
(2007) menambahkan kemampuan abstraksi pada sembilan keterampilan generik
yang tercantum di atas. Rahman dkk. Al. (2008) Mengembangkan keterampilan
umum dalam 'pemodelan, penalaran logis, dan kausalitas'. Riyad (2007) dan
Marhendri (2007) mengembangkan keterampilan umum yang dirumuskan oleh
Brotosiswoyo (2000). Demikian pula, apa yang dikembangkan oleh Sunyono
saat ini masih relevan dengan fungsi umum Brotosiswoyo, yang diusulkan
melalui studi hibah kompetitif tahun 2009 yang didanai oleh Ditjen Dikti
Kemdiknas..

213
D. Keterampilan generik Sains Dan Konsep Sains
Paradigma baru di abad ke-21 mengakui bahwa penelitian akademik dengan
kompetensi lebih penting daripada efek pembelajaran langsung, keterampilan ilmiah
tertentu harus ditentukan terlebih dahulu. Dengan berkembangnya pengetahuan
ilmiah, penambahan konsep-konsep ilmiah yang perlu dipelajari siswa juga
berkembang pesat. Oleh karena itu, kita perlu memilih konsep-konsep penting bagi
siswa untuk belajar. Konsep dasar ini dipilih berdasarkan kepentingannya bagi
kehidupan siswa dan pentingnya membekali siswa dengan pengalaman belajar khusus
untuk menyampaikan keterampilan ilmiah umum secara memadai. Untuk menentukan
pengetahuan ilmiah apa saja yang perlu dipelajari siswa, guru terlebih dahulu harus
menganalisis konsep-konsep ilmiah yang ingin dipelajari siswa. Analisis lebih lanjut
dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara jenis konsep ilmiah dan keterampilan
ilmiah umum yang dapat dikembangkan.
Secara umum, konsep ilmiah dapat mengembangkan berbagai jenis keterampilan
ilmiah umum, kecuali konsep konkret. Jenis konsep ini sangat terbatas dalam sains.
Karena mempelajari konsep-konsep ilmiah mengembangkan keterampilan berpikir
ilmiah, yang pada hakekatnya adalah berpikir tingkat tinggi.
E. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Generik Sains
Ciri pembelajaran IPA melalui IPA komprehensif adalah siswa mempelajari IPA
komprehensif sebagai sarana pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Mempelajari fisika, biologi, dan kimia dapat mengajarkan keterampilan umum melalui
pengamatan langsung atau tidak langsung, bahasa simbolik, penalaran, pemodelan
matematika, dan konsep bangunan. Kerangka logis yang mengikuti prinsip dan hukum
kausal merupakan ciri khas kompetensi umum dalam kimia dan fisika. Pengenalan
skala, di sisi lain, adalah ciri khas keterampilan biologi umum (Liliasari, 2007). Dengan
demikian, studi sains terhadap keterampilan ilmiah umum adalah melalui eksperimen
(pengamatan langsung atau tidak langsung, penalaran logis, dan konstruksi konsep)
dan melalui pengamatan tidak langsung, bahasa simbolik, penalaran logis, matematika.
Hal ini dapat dicapai melalui pemodelan sistematis dan simulasi komputer konstruksi.
konsep. Serta mampu melakukan argumen (manipulatif) untuk meningkatkan
keterampilan umum seperti penalaran logis, pemodelan matematika dan konstruksi
konsep.

214
Pembelajaran sains berbasis keterampilan generik dengan pengembangan
pembelajaran yang berfokus pada aktivitas siswa dan manfaat penggunaan komputer
dilakukan oleh Sudamin (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran berbasis keterampilan umum saintifik dapat meningkatkan kemampuan
konseptual Sawa menjadi kategori sedang.
F. Manfaat Keterampilan Generik bagi Siswa
Semua kompetensi umum meliputi cara berpikir dan bertindak. Oleh karena
itu, lebih mudah bagi guru untuk meningkatkan kemampuan siswanya. Kompetensi
umum terutama digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari fenomena alam dan mempelajari cara belajar. Kompetensi umum
merupakan kompetensi yang lazim digunakan dalam berbagai tugas ilmiah, sehingga
pembelajaran yang meningkatkan kompetensi siswa secara keseluruhan berarti
memahami konsep dan memecahkan masalah serta kegiatan ilmiah lainnya,
menghasilkan siswa yang dapat belajar mandiri secara efektif dan efisien. Keuntungan
menggunakan keterampilan generik dalam pembelajaran saintifik (IPA) adalah:
a. Kompetensi umum membantu guru mengetahui kapan siswa
membutuhkan peningkatan dan mengajari siswa cara belajar.
b. Pembelajaran dengan memperhatikan kompetensi generik dapat
mempercepat pembelajaran.
c. Dengan mengajarkan keterampilan umum kepada siswa, setiap siswa
dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri dan guru dapat mengatur
kecepatan belajar setiap siswa.
Berikut adalah beberapa contoh keterampilan atau kemampuan sains yang
umum dalam pembelajaran sains:
A. keterampilan ilmu umum. "Membangun konsep, kausalitas, dan kerangka logika
menurut prinsip"
Memahami konsep ilmiah, termasuk prinsip atau teori, karena terdiri dari
fenomena yang juga berfungsi sebagai indikator sifat, istilah tentang keabsahan
konsep, prinsip atau teori, dan aturan tentang penerapan konsep Menggunakan
keterampilan umum ini dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan
kesalahpahaman siswa, karena kesalahpahaman siswa dapat melemahkan
kemampuan umum mereka.
1) mendeskripsikan fenomena konsep;

215
2) menjelaskan pengertian/hubungan parameter secara prinsip/teoritis,
3) mengidentifikasi persyaratan penerapan prinsip/teori;
4) Identifikasi parameter/hubungan parameter dari model yang digunakan;
5) mengidentifikasi indikator alami dari konsep tersebut;
B. Kompetensi umum ilmiah
Kompetensi ilmiah umum meliputi penalaran, pemodelan matematis hukum
sebab akibat, dan menyusun konsep. Penyelesaian masalah formal (masalah teori di
kelas) dilakukan dengan menggunakan beberapa kompetensi umum seperti:
1. Tentukan fenomena (objek dan peristiwa) yang terlibat.
2. fenomena pembagian (berdasarkan konsep utama);
3. Mengidentifikasi indikator-indikator alamiah dari fenomena yang
dimaksud (untuk menentukan prinsip/teori yang berlaku).
4. Modifikasi/asumsi fenomena yang tidak sama persis dengan konsep yang
bersangkutan.
5. Membangun model fenomena alam yang dimaksud
6. Mengintegrasikan prinsip/teori yang diterapkan pada penjelasan ilmiah
atau persamaan parametrik
C. Keterampilan Umum dalam Ilmu Praktis
Keterampilan ilmiah umum melibatkan observasi langsung atau tidak
langsung dan membangun konsep. yaitu selama magang di laboratorium
Pemecahan masalah konseptual dan formal juga digunakan dalam kompetensi.
Kompetensi umum digunakan untuk memahami kegiatan melakukan percobaan
ilmiah. Dalam prosesnya, IPA dapat terdiri dari beberapa kompetensi umum.
Misalnya, proses observasi terdiri dari mengidentifikasi fenomena yang menarik,
membagi fenomena (jika fenomena tersebut kompleks), mengidentifikasi indeks alam,
dan mengukur besaran parameter yang diukur. Keterampilan mekanik adalah
keterampilan yang cakupannya lebih sempit daripada keterampilan proses.
Keterampilan proses dapat terdiri dari beberapa keterampilan umum. Transferable
competence, yaitu keterampilan yang dapat dialihkan
terintegrasi dengan pengetahuan dan komponen - komponen yang dipelajari,
dalam kegiatan percobaan IPA dapat dilakukan sebagai berikut:
1) mengidentifikasi objek dan fenomena yang dipermasalahkan;

216
2) menyusun objek dan peristiwa (fenomena) yang dipermasalahkan;
3) mengidentifikasi indikator alam (menentukan konsep - konsep yang berlaku);
4) menyusun hipotesis dengan menggunakan konsep - konsep yang berlaku;
5) menentukan objek dan fenomena atau dan parameter yang harus diamati/diukur;
6) mengidentifikasi alat dan bahan;
7) menyusun alat dan bahan;
8) menjalankan alat;
9) mengamati/mengukur parameter pada fenomena yang dipermasalahkan;
10) mencatat hasil pengamatan / pengukuran dalam suatu format;
11) membuat model (jika diperlukan);
12) membahas fenomena pada percobaan,
13) menarik kesimpulan dari masalah dan pembahasan.
A. Pengamatan (Survei) Lingkungan

Berbeda dengan percobaan laboratorium yang banyak parameternya bisa sama,


fenomena yang diamati di lingkungan melibatkan banyak parameter yang berbeda. Itu
tergantung pada kondisi. Lingkungan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,
dan ada beberapa variasi yang disebabkan oleh manusia, tetapi itu alami dan tidak
dapat dihindari. Gunakan variasi alami ini untuk mempelajari berbagai efek variasi
alami. Oleh karena itu, pengamatannya hanya menggunakan dua atau tiga parameter
yang sama untuk menentukan objek utama dan pembanding yang diamati. Juga,
mengenai faktor pembeda, hanya ditemukan satu faktor utama yang berbeda.
Pengamatan lingkungan dilakukan dengan indikator alami. Indikator alam
menunjukkan pengetahuan berupa pengetahuan tentang kondisi, isi atau sifat benda,
interaksi atau prinsip atau teori tentang proses alam. Pengamatan membantu siswa
mengetahui apa yang sudah mereka ketahui dan apa yang belum mereka ketahui. Siswa
mengembangkan pengetahuan baru dari apa yang sudah mereka ketahui dan membuat
penjelasan dan perhitungan. Dalam observasi lingkungan, siswa tidak melakukan
percobaan, melainkan hanya mengamati/mengukur variabel-variabel di lingkungan
tempat mereka belajar. Fenomena yang diamati berbeda-beda tergantung objek dan
penggunaannya (pengolahan data). Bagaimana menafsirkan peristiwa dan fenomena
yang harus dipelajari siswa..

B. Kedudukan Dan Pemanfaatan Teknologi

217
Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam pembelajaran telah berkembang dari waktu
ke waktu untuk membuat pertukaran informasi lebih cepat dan instan, sehingga
menggantikan pengajaran tradisional yang berbasis interaksi tatap muka antara guru
dan siswa. . Lebih mengarah pada pendidikan yang sangat lamban dan tidak mengikuti
perkembangan zaman.

Tradisi ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi


multimedia, pembatasan dapat digunakan. Tekad dapat diatasi ketika mencari sumber
belajar.

a. Posisi TI dalam pendidikan

Adopsi segera dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh
lembaga pendidikan yang ada sebagai landasan pembelajaran yang lebih modern sudah
tepat. Hal ini penting mengingat penggunaan TI merupakan salah satu faktor kunci
yang memungkinkan kecepatan transformasi pengetahuan bagi generasi pelajar di
seluruh nusantara. Dalam konteks yang lebih konkrit, dapat dikatakan bahwa kebijakan
pendidikan harus mampu memberikan akses kepada peserta didik dalam berbagai
pemahaman dan penguasaan yang mutakhir, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, maupun masyarakat. Program pengembangan pendidikan berbasis
teknologi yang terintegrasi dan tepat sasaran setidaknya memiliki multiplier dan
fasilitatif terhadap hampir semua aspek pembangunan pendidikan, sehingga TI dapat
membantu menjembatani kesenjangan penguasaan teknologi terkini, khususnya dalam
dunia pendidikan. . Pengembangan pendidikan berbasis IT setidaknya memiliki dua
keuntungan. Pertama, sebagai penggerak masyarakat pendidikan (termasuk guru) untuk
lebih menunjukkan apresiasi dan inisiatif untuk memaksimalkan potensi pendidikan.
Kedua, kita perlu memberi siswa banyak kesempatan untuk memanfaatkan berbagai
kemungkinan yang diambil dari sumber kita yang tak terbatas..

Adapun kedudukan IT dalam pendidikan yang lain adalah:

i. Mempermudah kerjasama antara pakar dengan mahasiswa, menghilangkan batasan


ruang, jarak dan waktu.
ii. Sharing Informatioan , sehingga hasil penelitian dapat digunakan bersama-sama dan
mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan.

218
iii. Virtual University, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang
banyak.

b. Pemanfaatan IT bagi Pendidikan

Pesatnya perkembangan TI, khususnya Internet, telah memungkinkan perkembangan


layanan informasi yang lebih baik di lembaga pendidikan. Di pendidikan tinggi, penggunaan
TI lainnya tertanam dalam sistem yang disebut 'elektronik'.
Universitas (Universitas E). Pengembangan E-University bertujuan untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan agar perguruan tinggi dapat memberikan layanan informasi
yang lebih baik kepada masyarakatnya baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi
melalui Internet. Layanan pendidikan berbasis internet meliputi penyediaan catatan kuliah
online yang dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkannya, memberikan informasi
kepada mereka yang kesulitan mengaksesnya karena keterbatasan ruang dan waktu. Alias
yang sudah tidak asing lagi bagi dampak TI terhadap pendidikan adalah UI dan ITB di
lingkungan pendidikan akademik Indonesia. UI misalnya. Hampir setiap departemen di UI
memiliki jaringan yang dapat diakses oleh komunitas yang dapat memberikan informasi
kepada mereka yang mungkin memiliki akses terbatas karena kendala ruang dan waktu.
Tentunya hal ini sangat membantu calon mahasiswa dan mahasiswa serta alumni yang
membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, dll. Contoh
lain adalah Universitas Swasta Bina Nusantara juga memiliki internet yang sangat kuat
Memiliki jaringan dan layak mendapat penghargaan website terbaik dari Akademi
Pendidikan Indonesia. Layanan yang ditawarkan di situs web mereka menyaingi layanan
yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan asing seperti Institut Pendidikan California dan
Institut Pendidikan Virginia.
Kami tidak dapat menguji dampaknya di tingkat tersier, tetapi kami juga mulai
menjalankan dampaknya pada TI di tingkat sekolah menengah. Rata-rata SMA ini
menggunakan internet hanya sebagai fasilitas penunjang, dan IT belum menjadi bagian utama
dari kurikulum yang diajarkan kepada siswa. TI belum menjadi kendaraan basis data utama
untuk nilai, kurikulum, siswa dan guru. Namun, prospek penggunaan TI di SMA ke depan
sangat cerah. Selain bekerja di lembaga pendidikan secara khusus, Indonesia juga memiliki
fasilitas pendidikan secara umum.
Ada juga layanan situs Internet yang memperkenalkan kegiatan sistem pendidikan
Indonesia. Situs web ini dimaksudkan untuk merangkum informasi tentang perkembangan
pendidikan saat ini dan untuk menyediakan sumber daya dan jaringan komunikasi (forum)

219
bersama untuk administrator sekolah, pendidik, dan pihak berkepentingan lainnya. Tujuan
utama dari situs ini adalah untuk melayani sebagai forum jaringan untuk semua bidang utama
pendidikan.
Selain pengaturan pendidikan, Internet dapat digunakan, misalnya, dalam kegiatan
penelitian untuk mengambil materi dan data yang diperlukan untuk kegiatan tersebut melalui
mesin pencari di Internet. Situs ini sangat membantu jika Anda menginginkan artikel, jurnal,
atau referensi. Inisiatif untuk menggunakan TI dan Internet di luar lembaga pendidikan
formal telah muncul, namun masih relevan dengan lingkungan pendidikan di Indonesia.
Salah satu prakarsa tersebut saat ini menghosting situs web untuk komunitas sekolah di
Indonesia. Contoh website yang menyelenggarakan kegiatan tersebut adalah plasa.com dan
smu-net.com.
Pengembangan dan penerapan TI juga akan bermanfaat bagi dunia pendidikan karena
akan meningkatkan kualitas pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu aspeknya adalah
geografi Indonesia, dengan banyak pulau yang tersebar dan kontur daratan yang seringkali
tidak bersahabat, yang telah diajukan terutama sebagai kandidat untuk pengembangan dan
penerapan TI untuk pendidikan. TI berkemampuan tinggi dan mengandalkan keterampilan
pembelajaran jarak jauh TI tidak dibatasi oleh ruang, jarak maupun waktu dan akan
dikerahkan untuk menjadi fasilitator utama pemerataan pendidikan di nusantara. Tentunya
aplikasi ini harus dilakukan di Indonesia secepatnya agar dapat menjangkau daerah yang
sulit..

Adapun manfaat IT bagi bidang pendidikan yang lain adaalah;

1. Akses ke perpustakaan
2. Akses ke pakar
3. Melaksanakan kuliah secara online
4. Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan
5. Menyediakan fasilitas mesin pencari data
6. Menyediakan fasilitas diskusi
7. Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah
8. Menyediakan fasilitas kerja

c. Perkembangan Pendidikan pada era Globalisasi

Kemajuan teknologi saat ini dan yang akan datang, khususnya di bidang informasi dan
komunikasi, membuat dunia semakin kecil. Disengaja atau tidak, interaksi antar bangsa

220
menjadi semakin intens. Juga, apa yang terjadi di Indonesia dan negara-negara
globalisasi tidak bisa dihindari. Di era globalisasi, terdapat kecenderungan kuat proses
universalisasi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu pengaruh
homogenitas dapat dilihat pada munculnya gaya hidup global seperti makanan,
pakaian, dan musik. Anak kecil sudah mengenal kartun dari berbagai negara, dan kita
mengenal berbagai jenis makanan dari berbagai negara.
Banyak hal yang perlu diperhatikan agar bisa beradaptasi dengan Di sisi lain, kita juga
membutuhkan filter yang kuat untuk mencegah pengaruh buruk globalisasi
mengganggu gaya hidup etis kita.
Budaya yang mulia. Hal ini penting agar dapat menjadi bangsa yang membanggakan
tanpa tertinggal. Dalam bidang pendidikan, peran guru yang mengembangkan sumber
daya manusia yang tidak terikat oleh akar budaya dan selalu dapat menjawab
perkembangan zaman sangatlah penting dalam menentukan arah perjalanan generasi
bangsa ini. Guru harus menjadi pendidik yang dapat menjembatani kepentingan
tersebut. Tentunya melalui usaha nyata yang dapat diterapkan pada pembinaan siswa.

KESIMPULAN
Dari subjek yang saya beber bagian dalam risalah ini bisa disimpulkan bahwa
paradigm adalah pendapat pokok ambang pendapat masyarakat dan teoritis Paradigma adalah
pendapat pokok ambang pendapat masyarakat dan teoritis responden ideal sehingga t-at itu
berperan kausa arus, metode, dan aliasi secara alami elemen-elemen sangat menetapkan
hukum, hukum-sifatnya, tempuh hukum- sifatnya.koefisien cakrawala adalah koefisiennya
elemen cakrawala adalah kajian akar t-at adalah biologi, lainnya semua bentukdari teteori,
fisien, dugaan, dan kelebut pikir menjelang menyobek hal deteriorasi kausa dayadan solution
t-at sreading out Posisi dan kemustajaban teknologi bagian dalam pendidikanPenggunaan
teknologi keterangan bagian dalam pengasuhan kekhususan dugaan mengadakan keingkaran
esa guna teknologi untukmempermudah trik meniru, sehingga meniru tidak lagi semata-mata
sekedar fadliasi, les, atau lainnya hukum sensional. Karena masuknya zaman multimedia
pengasuhan sudahmenjadi jatuh waktu pelaksanaan peservis 4internet agar bisa diakses
sangat mudah bisa digunakan. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) bagian dalam
pengasuhan sehaluan sirkulasi sepuluh dasawarsa permutasi keterangan semakin dini dan
instant, sehingga pelaksanaan tertib tradisional bagian dalam menuntun yang menumpangkan
tekur depan antar pelatih dan anggota regu akan membangun tutorial yang sangat berjalan

221
perlahan-lahan dan tidak sehaluan sirkulasi Zaman. Sistem tradasional ini seharusnya
berakhir ditinggalkan sejak ditemukannya sarana persinggungan multi sarana. Karena hukum
internet yang bisa dihubungkan setiap saat, artinya anak sasian bisa menunggangi daftar-
daftar tutorial yang disediakan di ikatan internet kapan saja sepakat tambah masa luang
berupaya, sehingga halangan pendapa dan masa yang berupaya hadapi menjelang mengejar
kausa meniru bisa teratasi.

BAB XV
ETIKA ILMU DAN PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Dengan ilmu pengetahuan, segala keinginan dan kebutuhan manusia dapat terpenuhi
dengan lebih cepat dan mudah. Benar bahwa peradaban manusia sangat berhutang budi
pada sains. Sains telah banyak mengubah wajah dunia. B. Pemberantasan penyakit,
kelaparan, kemiskinan dan kesulitan lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan juga
memungkinkan manusia untuk merasakan kemudahan lain seperti transportasi,
perumahan, pendidikan, dan komunikasi. Ilmu pengetahuan pada dasarnya diarahkan
untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini, pengetahuan dapat dijadikan sebagai sarana
atau alat untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan hakikat, harkat,
dan kelangsungan hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu pengetahuan dan etika?
2. Apa itu sains dan peradaban manusia?
3. Bagaimana perkembangan IPTEK dalam pembangunan lingkungan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan etika.
2. Menjelaskan sains dan peradapan manusia.
3. Menjelaskan perkembangan IPTEK dalam pembangunan lingkungan.

KAJIAN TEORI

222
Secara etimologis, sains berasal dari bahasa Arab illum. Artinya memahami, memahami atau
mengetahui. Dalam bahasa Inggris, science biasanya disamakan dengan kata science. Dalam
bahasa Indonesia, kata science (dari bahasa latin scio, scire, artinya mengetahui) biasa
diartikan sebagai ilmu pengetahuan, meskipun secara konseptual merujuk pada arti yang
sama, sering juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan.

Pengetahuan, di sisi lain, adalah hasil dari pengetahuan orang tentang kombinasi atau
kolaborasi antara subjek yang diketahui dan objek yang diketahui. Segala sesuatu yang
diketahui tentang objek tertentu. Menurut Notoatmodjo dalam Rahman, M.T. (2020),
pengetahuan adalah hasil persepsi manusia atau mengetahui seseorang melalui panca
inderanya tentang objek (mata, hidung, telinga, dll). Pengetahuan adalah berbagai hal yang
dapat diperoleh melalui panca indera.

Pengetahuan adalah mengetahui. Sains adalah pengetahuan, tetapi pengetahuan tidak selalu
pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah. Artinya,
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa informasi yang
diterima dari suatu otoritas atau otoritas. Sebaliknya, pengetahuan harus diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah, yaitu metode penalaran deduktif dan induktif. Pengetahuan
adalah totalitas gagasan, pemikiran, gagasan, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia
tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Sains adalah
keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang dibakukan secara sistematis. Pengetahuan
lebih bersifat spontan, sedangkan sains lebih sistematis dan reflektif. Pengetahuan jauh lebih
luas daripada sains karena mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia tanpa perlu
standarisasi yang sistematis. (DA Soelaiman, RS Putra 2019)

Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang benar dan salah, ilmu
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika berarti moral dan etiket berarti tata krama.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan etika dan etiket. Etika, juga dikenal sebagai filsafat
moral, adalah cabang filsafat tentang praktik manusia (perilaku). Etika tidak mempersoalkan
kondisi manusia, tetapi bagaimana seharusnya manusia bersikap. Tingkah laku manusia ini
ditentukan oleh berbagai norma. Norma tersebut dibagi lagi menjadi norma hukum, norma
kesusilaan, norma agama, dan norma tata krama. Norma hukum berasal dari peraturan
perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati.
Norma sopan berasal dari kehidupan sehari-hari, norma moral berasal dari etika. (Dowy
Octaviani dkk., 2016)

223
Selanjutnya, sains secara linguistik berasal dari bahasa Latin scientia, yang berarti
pengetahuan. Sains sekarang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai "Science". Dari
pengertian tersebut muncullah kata science yang juga digunakan dalam bahasa Indonesia. Di
sisi lain, menurut Encyclopædia Britannica, sains adalah sistem pencarian pengetahuan
umum tentang semua hal dan fenomena yang ada di sekitar kita. Kedua, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin cepat dan canggih, dibantu oleh
globalisasi yang semakin meningkat. Namun, kemajuan tersebut harus diimbangi dengan
menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian, kami memastikan
bahwa kemajuan yang dihasilkan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan dan
bermanfaat bagi kemajuan kehidupan warga negara kami.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan cara mengumpulkan
berbagai informasi yang diambil dari beberapa sumber referensi artikel, jurnal, dan makalah
yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat dengan cara membaca dan mempelajari
beberapa literatur yang berkaitan dengan topik permasalahan yang menjadi objek
pembahasan.

PEMBAHASAN

A. Ilmu Pengetahuan dan Etika

Pengertian bahwa ilmu tidak memiliki nilai menggunakan penilaian berdasarkan nilai-nilai
yang diwakili oleh ilmu tersebut. Demikian juga sebagai bagian dari filsafat, etika adalah
ilmu tentang nilai-nilai moral manusia. Karena sains adalah magnet bagi keingintahuan
manusia dan kebenaran yang tak terbatas, perhatian harus diberikan pada etika sebagai efek
tambahan setelah sains diterapkan pada masyarakat. (Sileger, 2015)
Manusia memiliki pengetahuan (logos) karena manusia pada dasarnya lahir dari akal. Dengan
pengetahuan ini, semua aktivitas kehidupan didasarkan pada pengetahuan rasional. Kemudian
perhatikan, dengarkan, kumpulkan makna, simpan dalam pikiran Anda, dan berhenti sejenak
untuk memperhatikan. Di sini Logos dan Ethos (etika) menandakan pertemuan, akhir, rumah,
tempat, tanggal, pengendapan sikap. Intinya adalah sikap hidup yang penuh perhatian, yang
memprioritaskan mendengarkan dalam diam daripada berbicara. Dalam konteks ini, Karl
Jespers menulis bahwa sains adalah upaya manusia untuk mendengarkan jawaban-jawaban
yang datang dari dunia tempat ia hidup. Etika dan sains hidup berdampingan di sini.

224
(Suriasumantri, Ilmu Perspektif, 1994)
Ontologi (sifat penelitian), Epistemologi (metode memperoleh pengetahuan), dan Aksioma
(nilai menggunakan pengetahuan). Sebuah blok bangunan mendasar dalam studi ilmu alam
(Suriasumantri, 1998). Elemen dasar ini mencakup studi etis aksiologi. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan harus dihadirkan dan disosialisasikan kepada masyarakat agar dapat diteliti dan
dipelajari oleh masyarakat yang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dengan ilmu
yang disampaikan. Agar sains netral dapat diterima oleh massa, pengetahuannya harus
diarahkan pada tujuan tertentu. Misalnya masyarakat manusia, fenomena alam, manifestasi
aktivitas mental, dll. Selain faktor-faktor tersebut, ada yang berpendapat bahwa kegiatan baru
dapat disebut ilmu jika memiliki enam ciri sebagai berikut:
1. problem (problems)
2. sikap (attitude)
3. metode (method)
4. aktivitas (activity)
5. pemecahan (solutions)
6. pengaruh (effect)

Etika: Ilmu tentang Moralitas

Menurut Bertens (dalam bukunya Philosophy of Science, Hamdani 2011:248), etika adalah
ilmu yang membahas tentang akhlak atau moralitas. Cara lain untuk mengatakan hal yang
sama adalah bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari perilaku moral. Ada tiga pendekatan
ilmiah untuk perilaku moral: etika deskriptif, etika preskriptif, dan metaetika.
1. Etika deskriptif, yang menggambarkan perilaku moral dalam arti luas. B. Adat istiadat,
keyakinan tentang benar dan salah, perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
Etika deskriptif mengkaji moral yang ditemukan pada orang tertentu, budaya atau
subkultur tertentu, periode sejarah, dll. Etika deskriptif hanya menggambarkan situasi,
tidak menilainya.
2. Etika normatif adalah bagian terpenting dari etika di mana diskusi paling menarik tentang
masalah moral terjadi. Di sini, para profesional yang peduli berpartisipasi dengan
membuat penilaian tentang perilaku manusia, daripada tampil sebagai pengamat netral
seperti dalam etika deskriptif. Peringkat ini dibentuk atas dasar norma. Dia tidak lagi
membatasi dirinya pada fungsi prostitusi dalam masyarakat, tetapi menolaknya sebagai
institusi yang melanggar hak asasi manusia.Kita bisa mengambilnya jika kita

225
menggambarkan norma-norma ini dalam etika deskriptif: daripada memeriksa apakah
norma itu benar atau salah, normatif etika sebaliknya, dengan mengorientasikan diri pada
norma-norma, meninggalkan sikap netral. Dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat dan para filosof lainnya, ia berani mempertanyakan apakah norma-norma itu
benar. Etika normatif bersifat non-deskriptif, non-normatif (preskriptif), dan hal yang
sama dapat dirumuskan untuk menentukan daripada menjelaskan apakah suatu tindakan
atau asumsi moral itu benar. Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika
khusus.
a. Etika umum berurusan dengan masalah umum, tetapi apa itu kode etik? Jika ada
banyak kode etik, bagaimana hubungannya satu sama lain? Mengapa kita terikat
oleh kode moral? Apa itu nilai, apa keistimewaan nilai moral? Apa itu hubungan
antara tanggung jawab manusia dan kebebasan? Apakah Anda yakin bahwa
manusia benar-benar bebas? Apa itu "hak" dan "kewajiban" dan bagaimana
hubungannya? Kondisi apa yang harus dipenuhi agar orang dianggap benar-benar
baik secara moral? Hmm? Masalah seperti ini adalah subjek pengawasan etika
umum.
b. Etika khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etika umum pada bidang
perilaku manusia tertentu. Dengan menggunakan istilah-istilah yang lazim
digunakan dalam konteks logika, dapat dikatakan bahwa dalam etika khusus,
premis-premis normatif juga digabungkan dengan premis-premis faktual untuk
sampai pada suatu kesimpulan etis yang juga normatif.memiliki tradisi panjang
dalam sejarah filsafat moral.Tradisi ini sekarang dilanjutkan dengan nama baru
'Etika Terapan'. Kode etik dapat dipandang sebagai produk etika terapan.
3. Metaetika, cara lain untuk mempraktikkan etika sebagai ilmu, adalah metaetika. Awalan
meta (dari bahasa Yunani) berarti 'di luar' atau 'di luar'. Istilah itu diciptakan untuk
menunjukkan bahwa yang dipertaruhkan di sini bukanlah moralitas itu sendiri, tetapi apa
yang kita katakan di bidang moralitas. Metaetika tampaknya beroperasi pada tingkat yang
lebih tinggi daripada perilaku etis: "bahasa etis, atau bahasa yang kita gunakan dalam
ranah moral." Etika umumnya menuntut kejujuran, yang dalam sains dan teknologi berarti
kejujuran ilmiah. Mengubah, menambah, atau mengurangi data untuk keuntungan
tertentu, termasuk penipuan ilmiah. Dengan mengubah dan menambahkan data pada
desain Anda sendiri, Anda dapat membuat kurva menunjukkan tren yang diinginkan.
Mungkin para peneliti sendiri ingin temuan mereka selaras dengan teori yang sudah
mapan. Mungkin juga sponsor studi ingin menonjolkan citra suatu produk industri.

226
Menemukan data semacam itu adalah dosa kontraktual. Sebaliknya, membuang beberapa
data yang memperburuk hasil penelitian adalah dosa. Penghapusan data yang “buruk”
mungkin dilakukan dengan sengaja oleh peneliti, agar analisis data memberikan tingkat
kepercayaan yang lebih tinggi. Parahnya lagi, ketika dosa komisi dilakukan untuk
menutupi efek samping negatif dari produk yang diteliti.Jika data yang dibuang dianggap
menyimpang dari kelompok yang diselidiki dan karenanya harus diproses, validitas
ilmiah memerlukan penjelasan untuk penghapusan tersebut. Kami juga harus
menyebutkan tolok ukur yang digunakan untuk menentukan ambang data yang akan
dianalisis, seperti tolok ukur Chauvenet. Umat manusia saat ini menghadapi masalah
yang sangat serius terkait dengan teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan. Fakta
ini menimbulkan pertanyaan etis mendasar.
1) Norma etika (dan agama) apa yang harus kita patuhi dalam penelitian di bidang
bioteknologi, fisika nuklir, fisika partikel, astronomi, dan astrofisika?
2) Dalam penelitian medis dan genetika Apa arti kehidupan?
3) Saat mempelajari dampak teknologi tentang lingkungan, bagaimana seharusnya
hubungan antara manusia dan alam, baik dunia mati maupun dunia hidup?
4) Apa itu masyarakat yang baik? Apakah mungkin untuk mengembangkan pemahaman
universal tentang kebaikan bersama di luar individualisme, nasionalisme, dan bahkan
antroposentrisme? termasuk) dan sangat relevan dengan kedokteran. Apakah
seseorang yang dalam keadaan koma dan harus mempertahankan fungsi dan
metabolisme MSN tanpa batas waktu dengan alat-alat kesehatan tetap dapat menjalani
kehidupan yang bermakna? Hanya dapat dianggap dapat dibenarkan secara etis jika
mengarah pada egenetika negatif dibandingkan dengan manusia. Harus ditangani
dengan hati-hati baik dari perspektif pembangunan jangka panjang yang berpusat
pada manusia dan dari perspektif peraturan dalam hukum internasional dan sistem
ekonomi yang biasanya lebih menguntungkan negara-negara maju. Apakah etis untuk
mematenkan organisme dan tanaman hasil rekayasa genetika, apakah adil dan tidak
membahayakan kelestarian plasma nutfah? Keadilan yang kita hadapi di sini adalah
keadilan distributif. Penyebarannya tidak hanya spasial, tetapi juga temporal. Dimensi
spatio-temporal keadilan distributif ini tersirat dalam konsep 'pembangunan
berkelanjutan', menurut Gro Harlem Brundtland.

B. Sains dan Peradaban Manusia

Memasuki abad ke-21 berarti memasuki abad bumi. Akibat perkembangan teknologi

227
informasi dan teknologi transportasi, masyarakat internasional mengalami perubahan besar
pada abad ini yang disebut dengan era global. Saat itu, situasi dunia menjadi sangat
transparan. Jendela internasional ditemukan di hampir setiap rumah. Apa yang terjadi adalah
sudut dunia dapat ditaklukkan oleh berbagai belahan dunia. Gerbang antar negara semakin
terbuka, hambatan budaya semakin menghilang, akhirnya apa yang disebut John Naisbitt
sebagai Gaya hidup global sedang muncul.

Abad ini ditandai dengan kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena
kemajuan ini banyak didorong oleh kemajuan komputer dan teknologi informasi, maka
zaman ini sering disebut sebagai zaman revolusi baru, atau revolusi informasi. Karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, produk menjadi semakin canggih dan berkualitas
tinggi. Mulai dari peralatan rumah tangga hingga pabrik industri besar, Anda dapat
menikmati produk teknologi terkini hampir di setiap bidang kehidupan Anda. Semua
kemajuan ini telah membuat hidup manusia lebih mudah, lebih lancar dan lebih kaya. Di sisi
lain, kita juga mengetahui bahwa berbagai kemajuan tersebut berdampak buruk bagi
kehidupan manusia, seperti kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan, ketidakadilan,
bahkan kehancuran populasi manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan sebagai
acuan untuk menafsirkan dan memahami lingkungan dan isinya, serta sebagai alat untuk
memanfaatkan, mengolah, dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (science and technology) dapat berkembang melalui penemuan
(discovery), penciptaan (invention), berbagai inovasi dan kreativitas rekayasa. Manfaat nyata
yang diberikan teknologi kepada manusia sangat bergantung pada nilai, moral, norma, dan
hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya, dan manusia tanpa IPTEK
mencerminkan keterbelakangan.

Karena itu sains dan teknologi adalah institusi yang manusiawi. Dengan kata lain, karya
diciptakan oleh manusia, dan tanpa manusia, kedua karya ini tidak ada. Namun, ada
perbedaan mendasar antara kedua lembaga tersebut. Perbedaannya terletak pada sumbernya.
Sains sebagai pengetahuan yang kita kenal sekarang merupakan hasil abstraksi manusia dari
sumber-sumber alam melalui berbagai fenomena yang diamatinya. Fenomena tersebut
kemudian disajikan dalam berbagai model yang membentuk suatu paradigma. Kebenaran
ilmiah adalah ketika fenomena alam sesuai dengan model (fin) dari paradigma yang ada. Jika
model paradigma yang dianut tidak lagi dapat menggambarkan suatu fenomena alam tertentu,
maka ini adalah sebuah anomali. Namun, anomali tidak selalu berulang. Ketika ini terjadi,
paradigma tersebut juga mengalami krisis, runtuh sebagai paradigma yang valid dan

228
digantikan oleh model baru yang membentuk paradigma baru (Kuhn, 1996).

Fenomena alam dan kebenaran di baliknya sudah ada jauh sebelum manusia ada. Misalnya,
gaya gravitasi dan elektromagnetik, keberadaan elektron dan neutron dalam atom, proses
peluruhan radioaktif, dll. Adalah kebenaran alam yang telah bekerja sejak awal sejarah
kosmik ini, jauh sebelum manusia hidup di planet Bumi. Oleh karena itu, berbagai kebenaran
alam yang terkumpul dalam ilmu pengetahuan merupakan penemuan manusia. Tapi meski
tanpa manusia, kebenaran alam tetap menjadi sumber ilmu pengetahuan. Berbeda dengan
sains, teknologi hanya didasarkan pada manusia itu sendiri. Teknologi diciptakan oleh
manusia sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Teknologi adalah fenomena
sosial. Jadi tanpa manusia, tanpa masyarakat, tidak akan ada teknologi. Teknologi tercipta
ketika manusia menerapkan (mempraktikkan) perkembangan intelektual. Manusia harus
menemukan teknologi berdasarkan nalar (reason), memproduksi dan merancangnya, serta
memperkuat pikirannya sehingga menjadi produk yang nyata. Oleh karena itu, perlu
penerapan teknologi untuk perkembangan teknologi, dan sebaliknya, teknologi membantu
manusia dengan teknologi. Keterkaitan dan interaksi antara teknik dan teknologi seringkali
sulit dipahami karena tampaknya menghindari pengamatan dengan cara yang jelas. Sains
secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh secara sistematis tentang
struktur dan perilaku semua fenomena di alam semesta dan kandungan fenomena alam dan
sosial. Teknologi, di sisi lain, adalah aplikasi ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Rekayasa secara umum didefinisikan sebagai
peralatan dan metode untuk membuat sesuatu. Teknologi adalah cara atau teknik untuk
menciptakan atau mengolah sesuatu yang meningkatkan kinerja manusia. Ada beberapa
tahapan dalam proses rekayasa yang dialami dalam kehidupan manusia, yaitu:

1) Tahap rekayasa fraktur. Pada tahap ini, manusia mengambil langsung dari alam dan tidak
berusaha memberi kembali kepada alam untuk menyelesaikan semua masalah dan
kebutuhannya.
2) Tahap rekayasa konstruktif; Manusia pada tahap ini mampu menciptakan budaya baru
yang sebelumnya tidak ada di alam. Dengan ciptaan baru ini, manusia secara bertahap
menciptakan lingkungan baru berdasarkan lingkungan alamnya, yang telah menjadi sifat
keduanya.
3) Fase modem. Tahap ini merupakan puncak dari perkembangan teknologi yang telah
dicapai manusia. Teknologi modern ini diawali dengan analisis matematis terhadap alam
sehingga manusia dapat membangun peradaban baru: peradaban mesin. Salah satu ciri

229
peradaban mesin adalah adanya satu bahasa internasional sebagai pengantar dan satu
bahasa simbol internasional, yaitu bahasa 'matematika'
1. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Alienasi

Keterasingan (alienasi manusia) adalah keadaan psikologis dari kesadaran semu (dari misteri-
misteri abadi, termasuk Tuhan), makhluk, napas individu dari diri sendiri sebagai individu
dan komunitas. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cenderung
meniru budaya Barat dapat menimbulkan alienasi budaya. Orang-orang merasa terasing dari
budaya mereka. Kaum muda tidak lagi mengenal budaya yang membentuk identitas sosial
mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini telah membawa berbagai
kemajuan, membuka banyak pilihan, dan membuka peluang tumbuhnya materialisme dan
rasionalisme. Selanjutnya tuntutan hidup menjadi begitu tinggi, kekayaan yang diraih
menjadi tidak terkendali, dan gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonis. Menjadi kaya dan
sukses secara materi menjadi satu-satunya tujuan hidup. Manusia individu sangat sibuk
mempertahankan hidup dan memupuk kepribadian yang unik. Persaingan begitu sengit
sehingga rasa hormat manusia terhadap waktu telah mencapai puncaknya dibandingkan
sebelumnya, dan menghadapi kehidupan yang tidak manusiawi, hanya bahaya robotisasi
manusia di masa depan melalui diri sendiri. -tetaplah tetap. Pengasingan. Perkembangan
teknologi yang mempengaruhi kehidupan manusia harus belajar bagaimana
menggunakannya. Perkembangan media seharusnya tidak membiarkan orang menjadi obyek
dan dipaksa ke dalam cara hidup yang menyimpang.

2. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Masyarakat Heteronomi

Heteronomi adalah prinsip membiarkan sesuatu selain kode moral mendikte apa yang harus
dilakukan. Itu menggantikan kebebasan dengan sesuatu di luar makna praktisnya. B.Aku
menyukainya. Perbuatan-perbuatan tersebut adalah maksiat (bukan akhlak dan bukan
maksiat), tetapi bisa menjadi maksiat jika menghalangi manusia untuk memenuhi
kewajibannya, banyak contoh yang menunjukkan bahwa hal itu dapat menyebabkan
munculnya gejala-gejala yang menyimpang, bahkan yang bersifat ekstrim sekalipun.
mengarah pada konflik antara strata sosial dan kelompok.Sebagian dapat muncul sebagai
jalan keluar untuk melepaskan diri dari pengaruh budaya baru, mungkin dalam bentuk ejekan,
sementara sumber nilai lain diperkenalkan sebagai alternatif (misalnya mistis dan metafisik).
Semua kemajuan teknologi bersifat praktis, dan budaya asing dengan pengaruh dominan pada
entitas budaya asli dapat terlihat seperti “model” untuk ditiru. Kecenderungan untuk meniru

230
ini dapat tercermin dalam perkembangan gaya hidup yang dianggap lebih unggul dari gaya
hidup lama. Perkembangan gaya hidup baru ini dapat mengarah pada penerapan kondisi
sosial yang ditentukan oleh orang lain, yaitu norma normatif perilaku yang berbeda di setiap
masyarakat. Perubahan gaya hidup yang ditiru oleh budaya asing dapat bertahan, disertai rasa
keterasingan dari budaya sendiri (alienasi budaya).

3. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Hegemoni

Hegemoni adalah dominasi satu kelompok atas kelompok lain, dengan atau tanpa ancaman
kekerasan, dan ide-ide yang didikte oleh kelompok dominan atas kelompok yang didominasi
tidak dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau masuk akal. Sebagai strategi, konsep
hegemoni bukanlah strategi eksklusif penguasa. Salah satu contohnya adalah pengaruh dolar
AS terhadap ekonomi global. Sebagian besar transaksi internasional diproses dalam dolar AS.
Revolusi komunikasi yang dibawa oleh teknologi internet telah menciptakan ruang alternatif
baru di luar dunia media massa cetak yang ada. Revolusi ini juga sangat demokratis dan dapat
digunakan oleh siapa saja. Ruang alternatif baru tercipta karena internet memungkinkan
penggunanya tidak bisa berhenti menjadi pengguna pasif dan menulis pesan di ruang
tersebut, seperti saat membaca koran.

4. Pengaruh Perkembangan Iptek terhadap Pola Kemasyarakatan Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan utama hidup. Bagi penganut paham ini, kesenangan, hiburan, dan
rekreasi adalah tujuan utama hidup, baik orang lain menyukainya atau tidak. Mereka pikir
mereka hanya hidup sekali, jadi mereka ingin menjalani hidup sepenuhnya. Dalam
lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya, untuk memuaskan
hasrat yang tak terbatas. Pandangan mereka dirangkum dalam pandangan ahli epikuris bahwa
``Anda bahagia hari ini dan puaskan keinginan Anda untuk mati besok''.

Globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi memberikan dampak yang luar biasa
pada seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh jagat raya. Lompatan waktu yang tak
terbendung. Itu menabrak seperti tsunami, menarik semua orang ke pusarannya.
Pertanyaannya adalah apakah globalisasi ini akan membawa umat manusia ke dalam
peradaban baru, atau justru akan mendorongnya ke peradaban yang paling bawah. Perlahan
tapi pasti, terjadi pergeseran mendasar dalam tatanan budaya dan nilai-nilai sosial daerah.

231
Salah satu aspek yang lebih gelap dari perubahan zaman adalah sikap dan perilaku mereka
yang semakin mendewakan materi dan tenggelam dalam pusaran kehidupan material. Inilah
yang disebut budaya hedonisme. Artinya, kesenangan dan kenikmatan materi menjadi tujuan
utama. Barat sangat pragmatis dan materialistis dalam hal penggunaan sains dan teknologi.
Artinya, mereka hanya mencari keuntungan materi dan kesenangan duniawi. Bacon
berpendapat bahwa sains dan teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kemampuan
manusia di bumi, dan sains dan teknologi hanya berarti jika memanifestasikan dirinya dalam
kekuatan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi manusia adalah kekuatan manusia.
Pendekatan materialistik pragmatis ini telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan untuk memuaskan kesenangan material (hedonis-materialisme) dan
dengan mengorbankan alam semesta. Ini adalah bukti hedonisme bahwa hasil bumi tumbuh
subur lebih dari yang seharusnya.

C. Perkembangan IPTEK Dalam Pembangunan Lingkungan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kemajuan, kemudahan dan
perubahan bagi kehidupan manusia. Di era yang perlahan beralih dari yang sederhana ke
modern ini, Anda bisa merasakan manfaatnya. Namun, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus diimbangi dengan menjaga keseimbangan dan kelestarian ekologis. Jangan
biarkan kemajuan Anda merusak lingkungan. Padahal, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengarah pada kemajuan, bila disertai pemanfaatannya untuk meningkatkan
kelestarian dan kelestarian lingkungan hidup, lebih mungkin mengarah pada kemajuan
kehidupan berbangsa, sehingga pembangunan yang direncanakan dapat lebih baik dan
terwujud secara lebih utuh. mendatangkan banyak manfaat.

1. Peran IPTEK dalam Bidang Ekonomi

Ekonomi adalah kebutuhan manusia, dan siapa pun yang dapat mengendalikan ekonomi
memiliki kekuatan. Industri memainkan peran penting dalam ekonomi, tetapi kapitalis
memainkan peran kunci dalam memenuhi semua kebutuhan manusia. Sementara sebagian
penduduk dunia masih hidup di bawah garis kemiskinan, kebanyakan orang sudah merasakan
manfaat dari teknologi terbaru karena harga yang relatif murah dan ketersediaan kebutuhan
pokok yang mudah.

2. Peran IPTEK dalam Bidang Sosial

232
Perkembangan industri dan kegiatan ekonomi memungkinkan orang untuk melakukan
pekerjaan ini. Hal ini terlihat pada angka-angka yang menunjukkan nilai-nilai sosial berubah
seiring dengan terus bertambahnya jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan, sementara
jumlah pekerja di bidang pertanian semakin berkurang, mereka dianggap lebih bernilai sosial
daripada pedagang. Saat ini, pekerjaan pengusaha atau pekerja pabrik dianggap sebagai
pekerjaan berstatus tinggi. Perkembangan teknologi juga telah mendorong industri untuk
memproduksi komoditas secara massal. Namun demikian, sering digunakan untuk tujuan
negatif seperti: B. Pemalsuan atau Pemalsuan Merek Dagang.

3. Peran IPTEK dalam Bidang Budaya

Budaya dapat terjadi dalam tiga bentuk: gagasan atau gagasan, tindakan atau perbuatan, dan
benda atau barang yang dihasilkan oleh manusia. Dengan demikian, kebudayaan memiliki
arti yang luas. Budaya terdiri dari banyak elemen yang kompleks, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, alat, pakaian, bangunan, karya seni, dan banyak lagi. Peran iptek
dalam kebudayaan juga memiliki dampak yang cukup besar, namun terkadang orang yang
menyalahgunakan iptek dalam bidang kebudayaanlah yang harus disalahkan. Menurut
Ismatulloh (t.thn), dampak perkembangan teknologi di bidang kebudayaan adalah:

a) Dampak Positif
1) Saya dapat mengetahui budaya yang ada di negara lain.
2) Teknologi yang ada dapat bekerja dengan budaya yang ada
3) Anda dapat berbagi budaya masing-masing negara.
4) Tekanan di berbagai bidang akibat globalisasi, persaingan yang ketat menghasilkan
generasi yang disiplin, rajin dan rajin.
b) Efek samping
1) Kebudayaan yang ada dapat diklaim oleh negara lain.
2) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dapat mengubah
budaya yang ada.
3) Hilangnya identitas budaya yang ada di negara tersebut.
4) Hilangnya semangat kebangsaan.

4. Peran IPTEK dalam Mendukung Pertahanan Negara

Pertahanan negara pada hakekatnya adalah tentang menghadapi ancaman internal dan
eksternal, yaitu melindungi kepentingan nasional dan memberikan kontribusi bagi

233
pembangunan nasional. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Penunjang Kepentingan
Pertahanan Negara diartikan sebagai penerapan berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan
produk teknologi berupa barang atau peralatan yang mendukung kemampuan dan kesiapan
TNI. Dari perspektif pembangunan nasional yang memerlukan keseimbangan antara
keamanan dan kemakmuran nasional, kita mutlak akan memperluas dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk upaya pertahanan negara. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor pengganda kekuatan dalam hal peningkatan aspek-aspek termasuk
efektivitas, mobilitas, dan lain-lain dari sistem. Secara makro dapat dikatakan bahwa peran
iptek yang menonjol antara lain dalam pembangunan pertahanan negara telah memfasilitasi
terwujudnya kemampuan untuk secara mandiri memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan,
terutama dalam mendukung kelangsungan ketersediaan peralatan pertahanan.

5. Peran IPTEK dalam Lingkungan

Lingkungan adalah entitas spasial yang mencakup semua objek, kekuatan, situasi, dan
organisme (termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kehidupan dan
kesejahteraan manusia dan organisme hidup lainnya. Perkembangan dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kajian alam untuk peningkatan ekonomi seringkali
melampaui batas dan seringkali mengabaikan kondisi lingkungan itu sendiri, bahkan
membatasi kapasitas sumber daya alam dan kemampuannya untuk menghilangkan bahan
pencemar.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan munculnya masalah


lingkungan. Perubahan penggunaan lahan dan perubahan lahan pertanian akibat deforestasi
akibat kegiatan sosial ekonomi di daerah aliran sungai atas menyebabkan berbagai kerusakan
lingkungan dan infrastruktur akibat bencana yang ditimbulkannya. Hal ini antara lain
disebabkan belum matangnya sistem dan teknik pengelolaan untuk menjaga fungsi
lingkungan. Sistem ini mengedepankan pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang bernilai ekonomis, ramah lingkungan dan menjunjung tinggi nilai sosial
budaya masyarakat setempat. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selalu
memperhatikan aspek lingkungan. Artinya, penggunaannya harus seramah mungkin terhadap
lingkungan. Komitmen pemerintah terhadap lingkungan juga sangat tinggi. Salah satu
buktinya, pemerintah saat ini sudah memiliki kementerian negara lingkungan hidup yang
secara khusus menangani masalah ini.

6. Peran IPTEK untuk Meningkatkan Kesejahteraan

234
a) Penyediaan Pangan
Hal ini memungkinkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pangan, Pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang pertanian, khususnya
penerapan varietas unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta
peningkatan produktivitas melalui pola budidaya dan pengairan. Di satu sisi,
perkembangan tersebut berakibat fatal. Misalnya penggunaan pestisida untuk
memberantas hama ternyata dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
b) Penyediaan Sandang
Awalnya, kain pakaian dibuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Namun
dengan berkembangnya teknologi bahan polimer, berbagai serat sintetis seperti
berikut ini dapat diproduksi sebagai bahan pakaian. B. Rayon, poliester, nilon,
Dacron, Tetoron, dll. Kulit buatan juga bisa dibuat dari polimer termoplastik sebagai
bahan pembuatan sepatu, tas, dll.
c) Penyediaan Papan
Board technology berkaitan dengan penyediaan dan perencanaan area yang terkait
dengan pembentukan populasi, seperti perencanaan kota, kota satelit, dan area
pemukiman. Awalnya bahan utama papan adalah kayu, namun teknologi material
dikembangkan untuk mengatasi kekurangan kayu. Untuk mengatasi kelangkaan lahan,
teknologi tingkat tinggi dikembangkan, pulau-pulau baru dibentuk, bahkan tidak
menutup kemungkinan adanya ruang hunian.
d) Peningkatan Kesehatan, meliputi:
1) Perkembangan ilmu kedokteran seperti pembedahan.
2) Penemuan alat kesehatan seperti stetoskop dan USG.
3) Penemuan obat seperti antibiotik dan vaksin.
4) Penemuan bahan radioaktif untuk deteksi akurat penyakit seperti tumor.
5) Penelitian tentang patogen, dll.
e) Penyediaan Energi, meliputi:
1) kebutuhan energi;
2) Sumber energi.
3) Sumber energi konvensional tidak dapat diperbarui.
4) Sumber energi alternatif yang tidak dikonsumsi.
5) Konversi energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
7. Peran IPTEK dalam Era Globalisasi

235
Di era globalisasi, menguasai informasi saja tidak cukup, dibutuhkan kecepatan dan
ketepatan. Aktivitas jaringan globalisasi ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
informasi tidak hanya mengubah pola produktivitas ekonomi, tetapi juga meningkatkan
tingkat produktivitas. Namun pada saat yang sama, ia juga membawa perubahan struktural
dalam kehidupan politik, budaya, kehidupan sosial, dan pemahaman waktu di antara strata
sosial yang berbeda.

Akibat globalisasi ekonomi, diperkirakan perekonomian dunia akan kehilangan batas-batas


negara dan peran negara akan menurun. Kecenderungan globalisasi ekonomi dipercepat oleh
kemajuan teknologi yang terus meningkat, terutama di bidang transportasi, telekomunikasi,
dan informasi. Hal ini akan memungkinkan arus manusia, barang, jasa dan informasi
bergerak lebih cepat, dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan kualitas yang lebih baik.
dengan biaya rendah. Persaingan antar negara dalam produksi barang dan jasa menjadi
semakin ketat. Kemajuan teknologi inilah yang semakin mempercepat proses globalisasi di
berbagai bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, kemampuan teknologi suatu bangsa
menentukan keberhasilannya dalam mengatasi globalisasi di bidang ekonomi dan kehidupan
lainnya.

8. Dampak Negatif atas Penyalahgunaan IPTEK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi dapat membantu atau memudahkan
pencapaian manusia dalam usaha, kreativitas dan aktivitas, tetapi di sisi lain mencegah
manusia untuk menggunakan teknologi yang digunakan Penyalahgunaan dapat merusak
moralitas dan moralitas manusia. Ubah sains dan teknologi menjadi tujuan "hasrat" sesaat.
Teknologi memiliki dua karakteristik, plus dan minus. Kedua efek tersebut terkait erat
dengan teknologi yang dihasilkan manusia. Dengan begitu banyak orang yang lebih
menekankan individualisme daripada masyarakat akhir-akhir ini, teknologi yang dihasilkan
cenderung negatif. Untuk beberapa dampak negatif yang terjadi, antara lain untuk bidang: (1)
informatika; (2) senjata, (3) biologi. (4) medis. (5) Lingkungan.

a) Informatika

Kemajuan komputer dan teknologi informasi telah membuat dunia kejahatan semakin
canggih. Pencurian melalui jaringan komputer dan Internet juga menjadi semakin umum,
seperti perampokan bank, penipuan transaksi Internet, dan bahkan pengungkapan rahasia
institusional dan nasional. Selain itu, kemajuan teknologi komputer dan informasi dapat
membahayakan privasi individu melalui penyebaran informasi palsu dan gambar yang

236
dihasilkan komputer dan didistribusikan melalui Internet. Bergantung pada lokasinya,
kehadiran Internet berdampak buruk bagi banyak anak muda, dengan mudahnya
mengakses situs-situs pornografi serta informasi yang provokatif dan menghasut dari
kelompok tertentu. Dan parahnya dengan kemajuan komputer dan teknologi informasi,
membuka keran informasi akan membingungkan orang yang tidak siap bereaksi.

b) Persenjataan

Senjata canggih juga memiliki efek negatif, karena dapat menyebabkan lebih banyak
kerusakan dan korban daripada senjata biasa, atau lebih banyak korban jiwa. Senjata
modern dengan efek destruktif yang menghancurkan, seperti senjata uranium dan nuklir,
dapat memicu persaingan dan, sampai batas tertentu, memicu pecahnya perang.

Banyak penelitian sedang dilakukan akhir-akhir ini untuk membuat senjata modern dan
canggih dengan kekuatan penghancur yang luar biasa. Saya berpikir untuk mengujinya Ini
jelas ancaman. Dalam kondisi normal dan tenang, lakukan pengujian di area yang aman
dan tidak berawak. Namun siapa yang bisa menjamin bahwa ia tidak memiliki keinginan
untuk menguji senjatanya dalam kondisi nyata, yaitu menjadi mesin perang penghancur
negara berpenduduk jutaan?

c) Biologi

Teknologi rekayasa di bidang biologi juga berkembang pesat. Teknologi ini


memungkinkan ahli biologi mengembangkan klon tanaman, hewan, dan mungkin
manusia. Teknologi kloning memungkinkan para profesional menciptakan makhluk baru
tanpa harus membiakkannya dengan cara biasa. Terlibat dalam pembuatan organ manusia
yang diperlukan untuk memperbaiki atau meregenerasi organ yang rusak. Namun ketika
kloning dilakukan untuk menciptakan manusia baru, masalahnya berbeda. Keinginan
untuk menciptakan seseorang tanpa melalui perkawinan semacam itu telah mendorong
munculnya kontroversi di kalangan ahli yang mendukung dan menentangnya, yang dapat
berdampak buruk bagi kehidupan manusia itu sendiri. Hasil terburuk yang mungkin terjadi
adalah kehilangan pengakuan bahwa Anda adalah ciptaan Tuhan. Fakta bahwa apapun
bisa diciptakan dengan kloning bisa membuat penciptanya lupa. Implikasi lainnya adalah
munculnya sikap superior terhadap perempuan. Hal ini membuat hubungan antara pria dan
wanita menjadi tidak seimbang, yang diciptakan Tuhan untuk saling membantu dalam
pernikahan.

237
d) Lingkungan Hidup

Banyak pengalaman menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat pembangunan


industri masih terjadi. Asap industri dan transportasi menyebabkan polusi udara yang
menyebabkan penipisan ozon dan pemanasan global. Eksploitasi sumber daya alam skala
besar dengan peralatan berteknologi tinggi menimbulkan risiko bahwa generasi mendatang
tidak akan dapat menggunakannya. Deforestasi skala besar tanpa memperhatikan
akibatnya menyebabkan deforestasi, yang juga memicu pemanasan global. Membangun
reaktor nuklir di lokasi yang tidak tepat tanpa perencanaan yang matang akan merusak
lingkungan dan mengancam kelangsungan hidup banyak orang. Oleh karena itu,
perkembangan teknologi di sektor industri juga harus memperhatikan peraturan
lingkungan hidup manusia. Dalam keadaan tertentu, penggunaan teknologi canggih oleh
kelompok masyarakat tertentu juga dapat menyebabkan kelompok masyarakat lain kalah
bersaing.

e) Medis

Kemajuan teknologi medis sangat cepat, dan banyak perangkat medis baru telah
ditemukan. Selain dampak positif, peralatan modern juga memiliki dampak negatif.
Beberapa rumah sakit yang memiliki perangkat ini merekomendasikan, tetapi tidak
mengharuskan, pasien mereka, termasuk mereka yang kurang mampu secara ekonomi,
untuk didiagnosis dengan perangkat tersebut, seringkali tanpa masalah. Mereka harus
membayar mahal untuk ini. Bahkan, beberapa dokter "memaksa" operasi dengan peralatan
canggih hanya untuk membayar investasi untuk membeli peralatan tersebut. Langkah-
langkah untuk pasien tidak lagi didasarkan pada gagasan membantu mereka, tetapi pada
alat.

PENUTUP

Kesimpulan

Ilmu netral harus diterima oleh massa, dan ilmu ini harus diarahkan pada tujuan tertentu.
Seperti manusia, fenomena alam, manifestasi aktivitas mental, dll. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat didorong oleh kemajuan komputasi dan teknologi
informasi, sehingga era ini sering disebut sebagai era revolusi baru, atau revolusi informasi.
Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, produk menjadi semakin canggih dan
berkualitas tinggi. Kolaborasi masyarakat dan seruan kepedulian bagi pengambil keputusan

238
membutuhkan teknologi untuk dikembangkan bukan hanya sebagai cara berpikir atau alat
analisis, tetapi sebagai etika untuk pengambilan keputusan berkelanjutan oleh masyarakat
industri, masyarakat luas dan pemangku kepentingan adalah masa depan.

BAB XVI
WESTERNISASI ILMU PENGETAHUAN KONTEMPORER,
KEMAJUAN ILMU MODERN, DAN ISLAM, PERADABAN DAN
KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hegemoni peradaban Barat yang didominasi oleh pandangan dunia ilmiah telah
memberikan dampak negatif bagi peradaban lain, khususnya dalam bidang epistemologi.
"Westernisasi sains" mungkin adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan situasi
ini. Jika dipahami dengan benar, istilah "Islamisasi sains modern" bukan hanya istilah yang
logis dan dapat diakses, tetapi juga proyek dengan klaim konseptual. Oleh karena itu, tidak
mungkin untuk memahami sifat Islamisasi tanpa mengaitkan masalah epistemologis yang
mempengaruhi dunia Muslim dengan masalah fundamentalnya. Kajian ini secara singkat
menggambarkan westernisasi pengetahuan sebagai tantangan untuk membangun pengetahuan
Islam untuk memahami dampak dan relevansi Islamisasi.

Di era modern ini, teknologi berkembang sangat pesat dan perkembangan teknologi
berdampak besar pada segala bidang seperti bisnis, pertanian, maritim, pemasaran, politik
dan pendidikan. Khususnya dalam bidang pendidikan, teknologi memberikan dampak besar
bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dan dunia. Pendidikan merupakan faktor penting
bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Bidang pendidikan merupakan topik yang
menarik dan penting. Masih banyak permasalahan yang harus segera diselesaikan dalam
bidang pendidikan negara kita. Malas. Pesatnya penyebaran Islam di hampir setiap penjuru

239
dunia telah membawa perspektif baru dan nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat. Islam
menyampaikan pesan tentang mengembangkan peradaban yang layak untuk kebahagiaan
sejati umat manusia.

Masyarakat yang didasarkan pada pengetahuan tahan lama. Tempat ilmu Islam adalah
ilmu pengetahuan sebagai bentuk kebudayaan. Islam didedikasikan untuk pelestarian
pengetahuan. Kemajuan peradaban disebabkan oleh kemajuan pengetahuan manusia.
Sebaliknya, kemunduran peradaban selalu didahului dengan hilangnya pengetahuan budaya
masyarakat negeri ini. Ketika hal-hal materi adalah satu-satunya sarana pemenuhan pribadi,
mereka harus mengorbankan banyak aspek kehidupan. Termasuk bidang pendidikan, harus
memiliki semangat peradaban.

Sains modern (Barat) telah mengembangkan wacana baru bahwa pengetahuan tidak
bermakna dalam artian pengetahuan tidak dipengaruhi oleh keyakinan. Ini adalah masalah
penting yang sering diabaikan dalam masyarakat Barat. Rasa sakit yang terkait dengan
masyarakat Barat sangat menyakitkan dibandingkan dengan sifat menyakitkan masyarakat
Barat. Agama digambarkan sebagai doktrin, tetapi kemajuan ilmu pengetahuan yang
bertentangan dengan agama dianggap anti agama. Periode stagnasi berikutnya diikuti oleh
periode pertumbuhan yang cepat.muncullah Renaisans, yang muncul pertama kali di Italia,
kemudian menyebar ke daratan Eropa, termasuk Prancis, dan seterusnya. ( Dinar Dewi Kania,
2010)

B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang westernisasi ilmu pengetahuan kontemporer
2. Menjelasakan tentang kemajuan ilmu modern
3. Menjelaskan tentang islam, peradaban, dan kemajuan ilmu pengetahuan 

C. Rumusan Masalah
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat sains.
2. Mengetahui tentang westernisasi ilmu pengetahuan kontemporer
3. Mengetahui tentang kemajuan ilmu modern
4. Mengetahui tentang islam, peradaban, dan kemajuan ilmu pengetahuan

METODELOGI  PENULISAN

240
Dalam kepenulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.
Pengumpul data dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai literatur,
seperti buku, handbook, jurnal, dan berbagai referensi laman pengetahuan di internet lainnya
yang berkaitan dengan topik kepenulisan makalah ini. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menyeleksi berdasarkan dengan topik-topik yang sesuai dari sumber yang diambil.

PEMBAHASAN

A. Westernisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer


Peradaban Barat modern yang mendominasi dunia saat ini bermasalah dengan
sains. Selain itu, budaya ini telah salah mengartikan makna sains, hal ini
menyebabkan terhapusnya tujuan dan sasaran sains. Peradaban Barat modern telah
melahirkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, namun tidak dapat disangkal juga telah
melahirkan ilmu-ilmu yang merugikan perkembangan intelektual manusia. Filsafat
Barat didasarkan pada akal dan panca indera. Akibatnya, beberapa aliran pemikiran
yang tidak religius, seperti rasionalisme, empirisme, skeptisisme, relativisme, ateisme,
agnostisisme, humanisme, sekularisme, eksistensialisme, materialisme, sosialisme,
kapitalisme, liberalisme, dll. menjadi lazim dalam budaya Barat modern.
Westernisasi ilmu pengetahuan merusak hubungan harmonis antara manusia
dengan Tuhan, dan juga menghilangkan wahyu sebagai sumber ilmu. Menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, Westernisasi pengetahuan adalah hasil dari
kebingungan dan keraguan. Westernisasi sains telah menimbulkan keraguan dan
spekulasi pada tataran “metode ilmiah”, mempertanyakan legitimasi metode
epistemologi ilmiah, menolak kiamat dan keyakinan agama dalam kerangka ilmiah,
serta mengingkari bahwa manusia itu rasional. , nilai-nilai etika dan moral yang
ditentukan oleh sains dan kondisi manusia terus berubah. Syed Muhammad Naquib
Al-Attas menyimpulkan bahwa sains modern didasarkan pada visi intelektual dan
psikologis budaya dan peradaban Barat yang diilhami oleh lima faktor. (1)
Mengandalkan akal untuk memandu kehidupan manusia; (2) Dualistik tentang realitas
dan kebenaran. (3) menegaskan aspek eksistensial dari proyeksi pandangan hidup
sekuler, (4) membela prinsip-prinsip kemanusiaan; (5) Menjadikan drama dan tragedi
sebagai faktor dominan kemanusiaan dan eksistensi.

241
1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer
Pengetahuan modern yang dihasilkan oleh peradaban Barat saat ini belum
tentu dapat diterapkan di dunia Islam. Karena ilmu itu berharga, bukan tidak berharga.
Pengetahuan dapat digunakan sebagai alat yang sangat bernuansa dan sensitif untuk
menyampaikan perspektif gaya hidup dan budaya. Syed Mohammad Najib al-Attas
menguraikan Islam dan filsafat modern dalam hal sumber dan metode pengetahuan,
kesatuan jalur pengetahuan pada tingkat logis dan empiris, dan kombinasi antara
realisme, idealisme, dan perbedaan pragmatisme dari sains. Fondasi kognitif yang
memberikan filsafat ilmu, proses ilmiah, dan filsafat ilmu berbagi kesamaan, namun
ia menekankan bahwa pandangan dunia yang berbeda juga memiliki banyak
perbedaan mendasar dalam hal realitas akhir. Baginya, wahyu Islam adalah sumber
pengetahuan tentang realitas, kebenaran hakiki tentang ciptaan dan Sang Pencipta. 
Kitab Wahyu merupakan landasan kerangka metafisik yang mengeksplorasi
filsafat ilmu sebagai sistem untuk menjelaskan realitas dan kebenaran dari perspektif
rasionalis dan empiris. Tanpa wahyu, ilmu dianggap sebagai satu-satunya ilmu yang
hakiki (sains is the only real knowledge). Tanpa wahyu, pengetahuan ini hanya
berurusan dengan fenomena. Konsekuensinya, kesimpulan tentang fenomena selalu
dapat berubah dari waktu ke waktu. Tanpa wahyu, realitas yang dipahami terbatas
pada dunia nyata ini dan dipandang sebagai satu-satunya realitas.
Islam adalah agama dan peradaban Islam adalah agama yang abadi dan
transenden karena sistem nilai yang dikandungnya bersifat mutlak. Nilai-nilai yang
ada dalam Islam selalu ada. Oleh karena itu, Islam memiliki pandangan hidup yang
mutlak. Itu berurusan dengan masalah ketuhanan, nubuatan, kebenaran, dan alam
semesta. 
Islam memiliki interpretasi ontologis, kosmologis dan psikologisnya sendiri
tentang alam. Islam menolak ide penistaan. Syed Muhammad Naquib Al-Attas
mendiagnosa virus yang terkandung dalam Westernisasi ilmu dan mengatasinya
dalam Islamisasi ilmu.
Di antara pengaruh budaya, ada asumsi filosofis yang sebenarnya muncul dari
refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Oleh karena itu, sains modern
harus diislamkan. Mengislamkan ilmu tidak semudah melabelinya. Kita juga tidak
bisa menolak segala sesuatu dari Barat. Ini karena ada banyak kesamaan antara Islam
dan filsafat dan sains Barat. Oleh karena itu, seseorang yang mentransfer ilmu ke
Islam harus memenuhi persyaratan untuk dapat memahami pandangan dunia Islam

242
dan memahami budaya dan peradaban Barat. Pandangan Islam tentang kehidupan
adalah pandangan tentang realitas dan kebenaran.
Realitas dan kebenaran Islam bukan hanya gagasan tentang dunia material dan
partisipasi manusia dalam sejarah, masyarakat, politik dan budaya, seperti pandangan
dunia sekuler Barat, terbatas pada dunia yang terlihat. Realitas dan kebenaran
dijelaskan berdasarkan studi metafisik tentang dunia yang terlihat dan tidak terlihat.
Oleh karena itu, pandangan Islam tentang kehidupan mencakup dunia ini dan
kehidupan yang akan datang, dan aspek dunia harus sangat terkait dengan aspek
kehidupan yang akan datang, dan aspek kehidupan yang akan datang memiliki arti
penting dan hakiki. .
Pandangan Islam tentang kehidupan tidak didasarkan pada dikotomi seperti
objektivitas dan subjektivitas, sejarah dan norma. Namun, realitas dan kebenaran
dipahami melalui pendekatan integratif (tauhid). Pandangan Islam tentang kehidupan
didasarkan pada wahyu yang didukung oleh akal dan intuisi. Atribut agama seperti
nama, kepercayaan dan praktik, ibadah, ajaran, dan sistem teologis diungkapkan dan
dijelaskan oleh para nabi. Islam itu lengkap, sempurna dan benar. Hal-hal yang sudah
sangat jelas tidak perlu maju, berkembang atau berubah (al-ma'lum min ad-din bi ad-
darurah).
Pandangan Islam tentang kehidupan terdiri dari berbagai konsep yang saling
terkait seperti Tuhan, Wahyu, Penciptaan, Psikologi Manusia, Sains, Agama,
Kebebasan, Nilai, Kebaikan dan Kebahagiaan. Ide-ide ini menentukan bentuk
perubahan, perkembangan dan kemajuan. Pandangan Islam tentang kehidupan
didasarkan pada konsep Tuhan yang unik yang tidak ada dalam tradisi filosofis,
budaya, peradaban atau agama lainnya. Proses Islamisasi hanya bisa berjalan dengan
pemahaman yang menyeluruh tentang Islam dan perspektif Barat. Islamisasi
pengetahuan modern melibatkan dua proses yang saling terkait
a. Pisahkan elemen dan konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban
Barat (lima elemen di atas) dari berbagai bidang sains modern, terutama
humaniora. Tetapi ilmu-ilmu alam, fisika dan terapan harus diislamkan,
terutama dalam interpretasi fakta dan konstruksi teori. Menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, sebuah fakta tidak benar kecuali itu adalah cara
hidup Islami. Selanjutnya, sains modern harus dipertanyakan. Ini
menggabungkan metode, konsep, asumsi dan simbol sains modern.

243
b. Dan aspek empiris dan rasional yang mempengaruhi nilai dan etika.
Historisitas ilmu ini, struktur teoretisnya, asumsi globalnya dan kemungkinan
proses ilmiah, teori alam semesta, klasifikasi, batasan, hubungan dengan ilmu
lain, dan hubungan dengan masyarakat, semuanya harus ditafsirkan dengan
hati-hati. dipertimbangkan.
c. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dari masing-
masing bidang ilmu pengetahuan terkini yang relevan. Setelah dua proses ini
selesai, Islamisasi membebaskan manusia dari sihir, mitologi, animisme,
tradisi budaya yang menentang negara Islam, dan membebaskan mereka dari
kontrol sekuler atas pemikiran dan bahasa. Islamisasi membebaskan akal
manusia dari keragu-raguan (shaq), spekulasi (zhan) dan spekulasi (mira) serta
menuntunnya untuk meyakini kebenaran tentang realitas spiritual, yang dapat
dipahami, dan material. Islamisasi telah menghasilkan interpretasi ilmiah
kontemporer tentang ideologi, makna, dan ekspresi sekuler.
Terakhir, untuk menghadapi tantangan hegemonik westernisasi sains yang saat ini
mendominasi peradaban dunia, umat Islam membutuhkan “revolusi
epistemologis” yang akan mereka capai melalui Islamisasi sains modern.
2. Antara Kaidah Moral dan Ilmu Pengetahuan 
Ilmu dan akhlak merupakan dua kata yang memiliki arti berbeda, namun
keduanya saling melengkapi dan berkaitan erat dengan karakter seseorang. Sejak bayi,
sains telah dikaitkan dengan pertanyaan moral. Ketika sains dibiarkan berkembang
dengan sendirinya, yaitu mengembangkan konsep-konsep kontemplatif dan kemudian
menerapkan konsep-konsep ilmiah pada masalah-masalah praktis. Dengan kata lain,
dari konsep ilmiah abstrak hingga bentuk teknologi konkret, konflik antara sains dan
moralitas terus berlanjut. Seperti yang kita ketahui, pada tahap aplikasi konseptual,
tujuan sains tidak hanya untuk menjelaskan fenomena alam demi pemahaman dan
pemahaman, tetapi untuk memanipulasi faktor-faktor yang terlibat dalam fenomena
tersebut untuk tujuan pengendalian dan pemahaman untuk memahami proses yang
terjadi. terjadi. secara langsung. Bertrand Russell menggambarkan perkembangan ini
sebagai "transisi dari kontemplasi ke manipulasi".
Selama fase manipulasi ilmiah, masalah etika muncul kembali. Jika persoalan
moral dalam kontemplasi berkaitan dengan metafisika ilmu, maka dalam tahap
operasional persoalan moral berkaitan dengan penggunaan ilmu, atau dalam filsafat
bisa dikatakan demikian dalam tahap perkembangan konseptual. Sementara ada isu

244
moral dari perspektif ontologi ilmiah, ada isu moral dari perspektif aksioma ilmiah
pada tahap aplikasi konseptual. Aksiologi adalah teori nilai tentang kegunaan
pengetahuan yang diperoleh. Filsuf agama umumnya menundukkan kebenaran pikiran
manusia pada kebenaran apriori. Sebagai pencipta moralitas dan etika, tidak dapat
disangkal bahwa ajaran agama membimbing pemikiran kita tentang penemuan atau
penciptaan ilmiah. Eutanasia, aborsi, kloning, terbang ke bulan atau menghasilkan
energi nuklir adalah contoh kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk menciptakan tatanan
manusia yang lebih baik dan beradab, perilaku tidak manusiawi bertentangan dengan
etika para ilmuwan. Sebagai contoh, tenaga kesehatan di Indonesia terkendala oleh
kaidah moral yang terakumulasi dalam etika profesi kesehatan. melarang. Misalnya,
seorang dokter yang mempelajari virus HN51 menyebarkan virus tersebut di
masyarakat untuk mencari penawarnya.
3. Hubungan antara Penggunaan Ilmu dan Kaidah Moral 
Dari sudut pandang Aristoteles, sains tidak berguna bagi orang lain. Manusia
terlibat dalam sains demi pengetahuan. Primun vivere mengatakan bahwa deinde
philosopori sangat terkenal. Kamu harus berjuang dulu. Sains ada untuk memberi
manfaat bagi umat manusia. Dalam tulisan ini, sains memiliki tujuan dasar. Etika
adalah nilai. Sebuah pertanyaan bermasalah muncul. "Bisakah sains maju jika nilai
berputar di sekitar pengetahuan?
Tentu saja, ada banyak jawaban berbeda untuk pertanyaan ini, tergantung pada
alasan Anda. Bagi kaum materialis rasional dan kaum empiris murni, sains harus
dibebaskan dari nilai-nilai moral dan etika baku. Mereka menyebut nilainya sebagai
penjara bagi para pemikir dan ilmuwan, orang beragama, spiritualis dan humanis,
tetapi menekankan prinsip kemanfaatan. Mereka mempertanyakan segala sesuatu
tentang manusia.
Dengan demikian, urgensi reintegrasi etika ke dalam sains perlu dibenarkan dan
ditekankan kembali. Namun, yang kami pedulikan adalah perkembangan alami dan
sehat dari kemajuan ilmiah yang mengarah ke kehidupan yang lebih adil, lebih
bahagia, dan lebih sejahtera. Dalam konteks cara berpikir ini, pengetahuan harus
digunakan untuk menegakkan etika baik dalam tataran teoretis maupun praktis.
Terlepas dari segala keterbatasan yang ada, kita harus memperjelas dan
menyempurnakan moralitas dan moralitas agama sebagai landasan utama menghadapi
keterpurukan perkembangan ilmu pengetahuan...di seluruh belahan dunia karena
sejarah kehidupan manusia. adalah kehidupan moral. Apa yang pantas disebut

245
moralitas agama menjadi identik dengan pengetahuan moral ketika kita sepakat
bahwa tidak semua aspek kehidupan berdiri sendiri, berdiri sendiri, atau netral
terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Cakupan moralitas agama begitu luas sehingga mencakup dan menyentuh setiap
aspek kehidupan bagi setiap orang, kapan pun, di mana pun. Dengan kata lain,
moralitas agama bersifat universal. Untuk memahami moralitas agama, kita perlu
menemukan hati nurani (pikiran) kita. Ketika hati nurani sehat, bersih dan murni,
semua tindakan manusia menjadi bermoral. Sebaliknya, ketika hati nurani sakit, kotor,
dan mengeras, maka perilaku yang ditimbulkannya adalah tidak bermoral. Semuanya
berangkat dari hati nurani dan kembali dari hati nurani. Tentunya penerapan ilmu ini
oleh orang yang berilmu bisa sangat bermanfaat seumur hidup. Sebaliknya,
menggunakan ilmu tanpa hati nurani sama saja dengan menjadi ilmuwan yang tidak
beretika, dan tentunya menghancurkan ilmu yang bermanfaat serta membahayakan
kehidupan manusia. Akal menempati posisi dan peran penting dalam kehidupan
manusia, tetapi tidak menentukan nilai moral. Alasannya relatif atau relatif. Cakupan
moralitas agama begitu luas sehingga mencakup dan menyentuh setiap aspek
kehidupan setiap orang, kapan pun, di mana pun. Dengan kata lain, moralitas agama
bersifat universal. Untuk memahami moralitas agama, kita perlu menemukan hati
nurani (pikiran) kita. Ketika hati nurani sehat, bersih dan murni, semua tindakan
manusia menjadi bermoral. Sebaliknya, ketika hati nurani sakit, kotor, dan keras,
tindakan yang dihasilkannya tidak bermoral. Segala sesuatu berawal dari hati nurani
dan kembali dari hati nurani. Tentunya penerapan ilmu ini oleh orang yang berilmu
dapat bermanfaat bagi seseorang sepanjang hidupnya. Di sisi lain, penggunaan ilmu
secara tidak wajar sama saja dengan menjadi ilmuwan yang tidak beretika dan
tentunya menghancurkan ilmu yang bermanfaat serta membahayakan kehidupan
manusia. Akal menempati posisi dan peran penting dalam kehidupan manusia, tetapi
tidak menentukan nilai moral. Alasannya relatif atau relatif. Produk yang dihasilkan
oleh akal oleh pikiran juga relatif atau nisbi. Kapasitas intelektual terbatas. Pikiran
tidak cukup untuk memahami alam semesta. Karena pikiran paling-paling dapat
memahami bagian-bagian alam yang terisolasi dan menghubungkannya satu sama
lain.
Unsur manusia, akal dan hati nurani, berada dalam wadah pikiran (jiwa). Hati
nurani bertindak sebagai pengawas nalar, menjaganya agar tidak jatuh ke dalam
jurang kesalahan dan kehancuran. Sebelum keputusan (berpikir) rasional dibuat, itu

246
harus diperiksa dengan cermat. Kontrol, atau kontrol hati nurani, memungkinkan akal
untuk bergerak langsung menuju kebenaran dan keadilan absolut, meskipun hasil
terbesar dari kebenaran dan keadilan yang dicapainya masih bersifat relatif. Derajat,
kualitas dan akhlak fiqh pada hakekatnya adalah fungsi maksimal, keterpaduan,
keseimbangan dan pelatihan hati nurani dan akal. Jika demikian, maka, dapat
diprediksi, kita akan sampai pada pandangan ilmuwan bahwa netralitas nilai sains
terbatas pada metafisika sains, dan penggunaan aktivitas ilmiah harus didasarkan pada
prinsip-prinsip moral.

4. Penerapan Hubungan antara Penggunaan Ilmu dan Kaidah Moral


Sejak kebangkitan positivisme, negara, negara, dan kehidupan masyarakat
modern telah dipandu oleh hukum positif, dan kehidupan dipaksa untuk
merasionalisasi dalam segala aspek. Inilah yang kami terima sebagai fakta. Ketika
sains berbicara tentang keadilan, keadilan juga harus diukur dengan standar akal,
bukan dengan hati nurani yang melekat padanya. Hubungan lebih penting dari
apapun. Sejak itu, sains pada dasarnya menjadi ilmu tentang terang dan gelap. metode
dan manajemen. Ilmuwan yang menghadapi tantangan etika dalam menghadapi
keberadaan teknologi yang mengganggu dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok sarjana pertama mendalilkan bahwa sains harus netral nilai, baik secara
ontologis maupun dalam hal nilai. Pada tahap ini, tugas ilmuwan adalah menemukan
pengetahuan dan membujuk orang lain untuk menggunakannya.
Kelompok sarjana kedua berpendapat bahwa netralitas nilai pengetahuan
terbatas pada metafisika sains, dan tindakan ilmiah yang menggunakannya harus
didasarkan pada prinsip-prinsip moral. Kelompok kedua berdasarkan pendapat
mereka:
a. Semacam. Pengetahuan faktual telah digunakan secara destruktif oleh
manusia, terbukti dengan dua perang dunia yang menggunakan teknologi.
b. Sains berkembang pesat, dan ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut apa
yang terjadi jika disalahgunakan.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan telah memungkinkan untuk mengubah
kemanusiaan dan sifat manusia, seperti revolusi genetik dan teknologi
transformasi sosial.Berdasarkan 
Dari ketiga hal tersebut, kelompok kedua berpendapat bahwa ilmu harus
dibimbing secara moral untuk kemaslahatan umat manusia tanpa merendahkan atau

247
mengubah esensinya. Secara ontologis, hakikat penggunaan pengetahuan dan prinsip-
prinsip moral adalah bahwa kaidah-kaidah moral membantu mengendalikan
penggunaan pengetahuan agar pengetahuan dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia.

B. Kemajuan Ilmu Zaman Modern

Rasionalisme, idealisme, dan empirisme adalah beberapa gagasan baru yang muncul
di zaman modern. Alasan, menurut rasionalisme, adalah alat terpenting untuk
memperoleh dan mengevaluasi pengetahuan. Belajar idealisme mengajarkan bahwa jiwa
dan ruh adalah hakikat jasmani. Konsep yang dikembangkan oleh Plato ini menawarkan
metode untuk mempelajari idealisme kontemporer. Mengenai pemahaman empirisme,
menyatakan tidak ada dalam pikiran kita yang terlepas dari pengalaman. Renaisans adalah
masa dalam sejarah yang melihat banyak kemajuan dan perubahan yang penting bagi
sains. Berikut ini terjadi selama periode ini.

1. Meluncurkan tantangan terhadap gerakan reformasi melawan kesatuan dan


supremasi gereja Katolik Roma, serta pertumbuhan humanisme.
2. Era ini menandai puncak dari pengetahuan, seni, dan kerajinan yang diwujudkan
oleh Leonardo da Vinci seorang jenius yang serba bisa
3. Kemajuan ilmiah didukung oleh penemuan benua baru oleh Columbus pada tahun
1492 M dan penemuan percetakan sekitar tahun 1440 M.
4. Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard mewakili kebangkitan sastra di
Inggris, Prancis, dan Spanyol.
5. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan
6. Penemuan astrolog seperti Galileo dan Copernicus meletakkan dasar bagi astronomi
modern, yang menandai momen penting dalam pemikiran ilmiah dan filosofis.
7. engan melihat para pelopor filsafat ilmu, Bacon tampaknya telah melompat keluar
dari zamannya. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledgeist Power
(informasi adalah kekuatan). Pernyataan ini dapat didukung oleh tiga contoh: kipas
memungkinkan manusia menyeberangi lautan, mesin menghasilkan kemenangan
dan perang modern, dan pencetakan mempercepat penyebaran pengetahuan.
8. Pengenalan hipotesis estimasi Gravitasi, Analitik, dan Optik adalah karya luar biasa
Newton. Kecurigaan bahwa planet-planet tidak bergerak dalam garis lurus
menyebabkan berkembangnya Teori Gravitasi Newton. Apakah matahari yang

248
menarik bumi ataukah ada daya tarik antara bumi dan matahari? Taksonomi,
ekonomi, kalkulus, dan statistika adalah contoh ilmu-ilmu yang muncul sebagai
hasil perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ke-18.

Farmakologi, geofisika, geomorfologi, paleontologi, arkeologi, dan sosiologi didirikan


pada abad kesembilan belas. Teori informasi, logika matematika, mekanika kuantum, fisika
nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oseanografi, antropologi budaya, psikologi, dan bidang
terkait lainnya muncul pada abad ke-20.

Aliran ilmu pengetahuan sudah mulai bermunculan di zaman modern ini, diantaranya
sebagai berikut.

1. Rasionalisme, Mazhab ini berpendapat bahwa sumber ilmu yang memadai dan
terpercaya adalah rasio (akal).
2. Empirisme, Aliran ini berpendapat bahwa pengalaman atau pengalaman
merupakan sumber pengetahuan baik secara internal maupun eksternal
3. Kritisme, Penyelesaian konflik antara rasionalisme dan rasionalisme harus
diselesaikan oleh Immanuel. Kant dengan kritiknya
4. Positivisme, Sikap positif dibangun di atas pengetahuan, fakta, dan
kepositifan.

Pendekatan ilmiah juga telah dikembangkan akhir-akhir ini. Menurut Soejono


Soemargono (1983), pada dasarnya ada dua jenis metode ilmiah:

1. Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah juga secara umum dapat dibagi menjadi dua metode: metode
sintesis analitik dan metode non-deduktif.

2. Metode penyelidikan ilmiah

Metode investigasi terbagi menjadi 2 metode, yaitu metode investigasi siklik


atau metode siklus empiris dan metode slingline vertikal atau metode linier.

Selain metode ilmiah Dalam dimensi ilmu disebut juga cara berpikir ilmiah. Cara
berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari tiga kategori.

1. Bahasa ilmiah, termasuk kalimat berita yang berupa teks atau opini.

249
2. Bahasa logika dan matematika Mereka adalah dua jenis pengetahuan yang selalu
terkait. Dan keduanya adalah alat berpikir deduktif. Baik logika maupun
matematika memperhatikan struktur logika sebuah teks untuk mencirikannya.
3. Logika dan statistik memainkan peran penting dalam pemikiran induktif untuk
konsep yang diterima secara umum.

Dari awal pemikiran manusia melalui penggunaan filsafat hingga saat ini yang dilingkupi
oleh ilmu pengetahuan, inilah sejarah dan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan.

C. Islam, Peradaban, dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Selain simbol-simbol atau tampilan-tampilan yang menunjukkan ada atau tidaknya


umat Islam. Masyarakat Islam tidak memiliki karakteristik yang membedakan umat Islam
dengan masyarakat lainnya. Meskipun hampir semua masyarakat muslim di berbagai belahan
dunia akan memiliki beberapa kesamaan, latar belakang budaya dan agama yang sama. Itu
non-Islami baik dalam peradaban maupun budaya, terutama di dunia modern. Pertama-tama,
agama bukanlah faktor pembeda dalam masyarakat Islam. Kedua, Muslim bereaksi berbeda
terhadap dunia modern.

Namun demikian, anggapan bahwa peradaban Islam dan warisan budayanya ada
dalam ruang hampa saat ini adalah terlalu dini karena dinamikanya tetap ada. Fakta-fakta
berikut menunjukkan hal ini.

1. Di era modern, beberapa kehidupan spiritual dan praktik budaya masyarakat Islam
dipengaruhi oleh warisan Islam mereka.
2. Meski terkadang sulit, masyarakat Islam tetap bertukar isu dan harapan terkait budaya
Islam di era modern.
3. Masyarakat Islam mengembangkan kesadaran akan keberadaan dan perannya dalam
dunia modern karena posisinya di dalamnya.

Umat Islam didorong oleh fakta-fakta ini untuk mengakui pentingnya budaya dan
peradaban Islam secara universal. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana hal itu bisa
diwujudkan? untuk mencapai cita-cita ketuhanan di atas Ada banyak hal yang harus
dilakukan oleh umat Islam.

Untuk mewujudkan cita-cita suci di atas, ada beberapa hal yang harus dilakukan umat Islam:

250
1) Merekonstruksi aspek-aspek teologi secara sistematis hukum dan etika, filsafat, ilmu
sosial, humaniora dan fisika.
2) Pendidikan harus dikembangkan, ditingkatkan, diperbanyak, dibesarkan, dan
disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sangat penting karena
pendidikan saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang.
Dalam pendidikan pada dasarnya ada sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.

a. Modernisasi pendidikan Islam, yang bertujuan untuk menumbuhkan


ketakwaan yang sungguh-sungguh kepada Islam dan produktivitas intelektual
Islam yang kreatif di semua bidang studi.
b. Dikotomi pendidikan harus dihilangkan. Sebagai hasilnya, lulusan Lulam
Education akan dapat memasukkan persyaratan masa kini dan masa depan ke
dalam semua aktivitas mereka. Tujuan dalam bidang sains khusus ini adalah
untuk: (a) membina ilmuwan Islam yang kehidupan pribadi dan sosialnya
mencerminkan nilai-nilai Islam; (b) Ini memungkinkan para profesional
terdidik modern untuk mengembangkan bidang studi mereka dengan nilai-
nilai Islam.
c. Promosi pendidikan di luar sekolah revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi
arus informasi yang cepat dan faktor sosial-ekonomi lainnya telah secara
signifikan mengubah sistem pendidikan global. dan memaksa individu untuk
menggunakan sejumlah besar sektor pendidikan nonformal Karena pendidikan
formal tidak dapat terjangkau, melainkan melayani semua kebutuhan dan
kebutuhan masyarakat. Ini memungkinkan para profesional modern untuk
mengembangkan bidang studi mereka berdasarkan nilai-nilai Islam. Biaya
pembangunan sarana pendidikan menjadi kendala terbesar. Namun kendala ini
bisa diatasi umat Islam dengan mengembalikan peran masjid sebagai pusat
budaya. atau dalam hal ini lembaga di luar sekolah

3) meningkatkan fungsi lembaga keagamaan yang ada dan mendirikan lembaga


keagamaan tambahan yang diperlukan untuk perluasan budaya dan peradaban Islam
secara global. Masalah-masalah yang muncul ketika agama dilembagakan perlu
diwaspadai, diantisipasi, dan diselesaikan. Ada lima masalah di sini, yaitu sebagai
berikut:

251
a. Dilema motivasi campuran, di mana salah satu dari dua motivasi—untuk
dunia ini dan untuk akhirat—menjadi ekstrem. Padahal, jika ajaran Islam
dipelajari dengan seksama, keduanya tidak pernah dipisahkan, apalagi secara
ekstrim.
b. konflik simbolik yang ditimbulkan oleh oposisi antara keterasingan dan
objektivitas. Artinya, kekuatan sarana simbolik yang semula dimaksudkan
untuk menumbuhkan kebiasaan akhirnya berkurang. Ironisnya, beberapa
institusi Islam malah mengalah pada tekanan gaya hidup formal sekuler atau
materialis spiritual, sehingga kehilangan semangat jihadnya.
c. Struktur jabatan birokrasi yang pada akhirnya tidak mampu menjawab
persoalan dan kondisi baru masyarakat menghadirkan dilema tertib
administrasi yang terjerat elaborasi dan keterasingan.
d. Dilema pembatasan antara batasan konkret versus substitusisertifikat iman.
e. Pergeseran perilaku berbasis konversi versus paksaan adalah contoh masalah
kekuatan yang nyata. Hal yang disayangkan adalah bahwa iman kadang-
kadang dapat muncul dari opini populer tentang pembenaran sukarela yang
telah disetujui dan disahkan oleh otoritas.

4) Budaya dan peradaban Islam diciptakan dan disebarkan. Perjuangan umat Islam
melawan budaya dan peradaban manusia berakhir di sini. Karena budaya dan
peradaban yang saat ini muncul dari ide-ide fiktif menghilangkan kepercayaan dan
menyusup ke ideologi, poin ini menjadi sangat penting. ideologi-ideologi baru yang
dipaksakan pada bidang intelektual oleh kekuatan-kekuatan yang bertentangan dengan
Islam mengakibatkan terbentuknya keyakinan-keyakinan baru yang sesat dan pada
akhirnya mengaburkan wawasan dan cara pandang manusia tentang diri sendiri dan
alam semesta. Oleh karena itu, untuk mengembalikan manusia pada bangunan
intelektual iman yang hidup untuk, bersama, dan untuk Tuhan, perlu dikembangkan
peradaban ketuhanan.

Selain gagal merespon wahyu Allah yang pertama kepada Rasulullah Muhammad
SAW, kegagalan pada poin ini juga mengakibatkan gagalnya penyebaran ilmu. yang
merupakan inti dari keberadaan manusia. Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan
hanya dapat berkembang dalam masyarakat dan budaya yang berkembang pesat. Hal ini
disebabkan fakta bahwa penyebaran pengetahuan membutuhkan keterampilan, dan

252
tingkat perkembangan keterampilan bergantung pada ukuran peradaban. budaya, serta
kemewahan ekonomi maju.

1. Masjid sebagai Lembaga Pendidikan Nonformal

Dalam upaya mewujudkan demokrasi pendidikan, atau pemerataan ilmu


pengetahuan, maka masjid menjadi salah satu alternatif pengembangan pendidikan
nonformal. Sebab, kecuali masjid-masjid pemerintah dan yang berafiliasi dengan suatu
badan atau organisasi, proses dan sistem pendidikannya tidak terkait dengan lembaga
manapun. Pendidikan nonformal mau tidak mau harus menembus sistem pendidikan
formal guna mewujudkan masyarakat Islami yang tidak hanya bertakwa tetapi juga
dinamis dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa. Faktor lainnya adalah
keterbatasan dan keketatan sistem. Tentunya upaya pendidikan ini harus bervariasi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. pada akhirnya Setiap sistem pendidikan adalah bagian dari
lingkungan tempat orang tinggal dan mempengaruhi strategi, isi, dan program
pendidikan.

Karena masjid bukanlah tempat di mana individu dapat ditempa, dibimbing,


diarahkan atau dikembalikan ke semangat atau cita-cita kehidupan sosial, ekonomi,
politik, ilmiah, seni, dan filosofis, upaya semacam itu sulit—setidaknya untuk saat ini.
dari ibadah saja Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkannya.

a) Meningkatkan sistem administrasi masjid yang profesional baik di dalam maupun


di luar.
b) Ciptakan suasana yang dapat memotivasi orang untuk datang ke masjid secara
rutin dan berkesinambungan.
c) Penyebarluasan pendidikan nonformal di masjid-masjid dengan mendorong
masyarakat khususnya remaja dan pemuda untuk giat belajar.

Ini menyiratkan bahwa setiap individu dari kelompok umat Islam harus memiliki sarana
yang tersedia baginya tanpa pamrih untuk belajar, melatih dan membina dirinya sendiri. Oleh
karena itu perpustakaan masjid harus didirikan dan dikembangkan. karena masyarakat yang
dinamis dan kritis akan muncul dari pengayaan sastra.
Bagaimana membuat orang meluangkan waktu untuk menyelesaikan pendidikan mandiri
ini selain aktivitas rutin mereka mungkin menjadi tantangannya. Sejarah menunjukkan
keberhasilan pendidikan mandiri dengan menunjukkan bahwa, pada masa awal Islam, sains

253
Islam berfokus pada individu daripada sekolah. Saat itu, para ilmuwan Islam telah
mengembangkan bidang keilmuannya masing-masing. Kemudian, orang-orang dari jauh
datang untuk belajar bersama mereka karena reputasi akademis mereka. Pada kenyataannya,
tepat untuk mengatakan bahwa, bahkan pada akhir Abad Pertengahan, mayoritas ilmuwan
terkenal tidak bersekolah di madrasah melainkan menerima pendidikan informal dari masing-
masing guru.
Muslim adalah pendukung utama dunia dari semua budaya dan peradaban selama masa
keemasan Islam. Pada pertengahan abad ke-8 dan awal abad ke-13, mereka menemukan,
menyempurnakan, dan menyebarkan ilmu filsafat, yang memicu terjadinya Renaisans di
Eropa Barat. Ibnu Khaldun adalah salah satunya, dan Muqaddimahnya adalah karya yang
lebih dari sekadar menyampaikan. dalam ilmu sejarah, tetapi dia juga seorang pelopor
sosiologis. Dalam hal tujuan dan hakikat sejarah, ia dianggap sebagai penemu ilmu baru.
Paling tidak, dia dianggap sebagai pendiri ilmu sosial karena tidak ada penulis Arab atau
Eropa lain yang memiliki perspektif tentang sejarah yang sebanding dengannya.
Ia dikenal sebagai Ibnu Zaidun dalam dunia sastra. Karya-karyanya diterjemahkan ke
dalam bahasa Spanyol, di mana mereka sangat mengesankan komunitas Kristen Spanyol dan
berdampak signifikan pada mereka. Dunia Barat telah menerima sejumlah kontribusi baru di
bidang ilmu bumi, astronomi, dan ilmu eksakta. Salah satu kontribusi baru ini adalah
pengenalan penentuan dan posisi bintang dalam derajat bujur dan lintang. Istilah astronomi
seperti acrab (aqrab) dan azimuth (as-sumut), serta istilah lain yang diadopsi dari bahasa
Arab, menunjukkan jejak bidang ini. Pengenalan angka Arab dan nol sebagai sistem angka
segera merevolusi matematika, menyederhanakan sistem desimal yang rumit.
Risalah Selvia dari Ibnu Al-Awwan terkenal di bidang biologi. Ini menjelaskan 585
jenis tanaman, menjelaskan cara membiakkan lebih dari 50 jenis pohon buah-buahan, dan
menjelaskan cara bercocok tanam. Menurut data sejarah sebelumnya, tampak bahwa bahasa
Islam memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ini hanya karena
semangat religius para ilmuwan Islam pada saat itu bekerja untuk memenuhi persyaratan
iqra..
Sistem pendidikan formal saat ini harus diubah untuk meniru prestasi para pendahulu
Islam di masa keemasan. Hal ini disebabkan, pertama-tama, fakta bahwa sistem pendidikan
(non-agama) yang lazim digunakan saat ini pada hakekatnya merupakan adopsi dari sistem
pendidikan bangsa-bangsa yang tidak Islami, dan terbukti bahwa sistem ini tidak
mengandung seruan apa pun kepada IslamKarena masjid merupakan tempat berkumpulnya
masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat untuk menghidupkan kembali sunnah, menutup

254
bid'ah dan mengungkap syariat Islam. Hal ini dapat diramalkan oleh pendidikan nonformal di
masjid.Kedua, banyak tujuan sulit dalam kurikulum pendidikan formal. di sisi lain
Pendidikan nonformal masjid dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
dengan kata lain Masjid memiliki tingkat pendidikan demokrasi yang lebih tinggi. karena
setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar pilih gurumu sendiri dan dapat memilih mata
pelajaran mereka sendiri
Mengubah sistem sekolah yang dibiayai pemerintah menjadi pelatihan yang dibiayai
pemerintah Islam adalah hal yang sulit. karena ada beberapa aspek yang saling berhubungan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan formal yang
menitikberatkan pada Islam untuk menutupi kekurangan sistem pendidikan secara umum.
Namun, sekolah yang fokus pada agama biasanya juga memiliki kekurangan sebagai berikut:
Pertama, fasilitasnya umumnya jauh tertinggal dari sekolah umum. Kedua, lulusan tidak
mampu memecahkan masalah dunia nyata karena materi yang mereka terima seringkali
sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan masyarakat saat ini.
Satu-satunya jalan keluar adalah meningkatkan pendidikan umum dan sekolah agama,
tetapi ini juga sulit karena pengaruh pemerintah yang signifikan. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya, demokrasi pendidikan sangat tinggi, sehingga tidak dapat
dipungkiri masyarakat Islam mendapatkan pendidikan non formal dengan menjadikan mesjid
sebagai watananya. Jika memang masjid itu bisa digunakan seperti pada masa Rasulullah
SAW kembali. Sahabat, terwujudnya masyarakat Islam yang dinamis dan efektif tidak dapat
dihindari.
Bahasa Arab dan keterampilan merupakan tambahan penting untuk pendidikan non
formal di masjid selain mata pelajaran agama. Bahasa Arab penting tidak hanya untuk Al-
Quran dan Hadits yang ditulis dalam bahasa Arab, tetapi juga untuk hubungan internasional
antar umat Islam. Bahasa Arab adalah alat untuk belajar tentang sejarah intelektual Islam.
Memberikan keterampilan kepada jemaah masjid juga penting karena pasar kerja
membutuhkan orang-orang dengan keterampilan khusus, seperti keterampilan manajemen
dan komputer. Selain itu, diharapkan jemaah masjid tidak hanya mampu memasuki pasar
kerja tetapi juga menciptakan lapangan kerja dengan keterampilan yang mereka miliki.
Alhasil, nazir masjid memiliki pilihan untuk bekerja sama dengan balai latihan kerja atau
lembaga swadaya masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, para perintis dan pengawas masjid diharapkan sangat
dinamis, progresif, berbakti tinggi, dan memiliki kontrol kekeluargaan yang tinggi. Keuangan
masjid yang biasanya bersumber dari sumbangan jemaah belum mampu membayar nazir

255
kualitas masjid seperti yang diminta di atas, yang menjadi kendala dalam kasus ini. Mirisnya,
banyak masjid dengan kemampuan finansial sangat tinggi juga terhambat pembangunan fisik
masjid. Dalam keadaan khusus ini, perlu diingatkan kembali sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sampai umat Islam menyombongkan masjid, tidak akan datang kiamat” (HR. Ahmad: Dari
Anas r.a., Abu Daud, Tirmizi, Nasai, dan Ibnu Majah Ini Hadits mengimbau umat Islam agar
tidak hanya memperhatikan perkembangan fisiknya, tetapi juga perkembangan ideologisnya,
pertahanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

2. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam


Ada banyak ilmu yang tidak dapat dijelaskan oleh akal, tetapi sebagian besar bersifat
rasional (dapat diterima oleh akal). Apalagi jika dibandingkan dengan dimensi dan waktu
ciptaan Tuhan yang tidak terjangkau; sains manusia terkadang menemui jalan buntu dengan
hal-hal di lingkungan terdekatnya. Hewan apa yang pertama kali muncul ke dunia—ayam
atau telur? Simbol terkadang dapat digunakan untuk menjelaskan sains, bukan dunia nyata.
Meskipun penelitian ilmiah telah dilakukan, masih ada aspek kehidupan manusia yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai benar atau salah, melainkan jatuh ke wilayah abu-abu.
Euglena, misalnya, adalah binatang karena tubuhnya memiliki cambuk dan bisa bergerak.
Namun, dapat dianggap tumbuhan karena juga mengandung klorofil.
Manusia mengakui kekuasaan Tuhan Yang Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha
Mengetahui, dan Maha Luas Kuasa-Nya, meskipun pengetahuan dan kemampuannya
terbatas. Allah telah berfirman berkali-kali bahwa hanya orang yang cerdas dan
berpengetahuan yang dapat membaca dan belajar. Dapat ditarik kesimpulan dari ayat-ayat Al-
Quran bahwa Allah menyuruh manusia untuk selalu mencari ilmu.
Dengan asumsi ilmu manusia diselidiki, kebetulan saja, aspek-aspeknya sangat luas.
Sains dapat menyelidiki pada manusia. Sains juga hadir di lingkungan di permukaan bumi.
Sains juga ada di tata surya, galaksi, dan semua benda langit lain yang diketahui, baik yang
dekat maupun miliaran tahun cahaya jauhnya. Pengetahuan tidak hanya mencakup
pengetahuan dunia, tetapi juga pengetahuan akhirat dan bagaimana mempersiapkannya.
Khazanah ilmu Allah jauh lebih besar dari ilmu yang dimiliki semua manusia di planet
ini. Setetes air kira-kira setara dengan jumlah air di semua lautan dalam perbandingan ini. Itu
tidak ada hubungannya sama sekali.

3. Sumbangan Peradaban Islam pada Perkembangan Ilmu

256
Menurut sejarah Islam, Dinasti Abbasiyah (Abbasiyah), menerima perkembangan ide-
ide baru, memerintah selama Zaman Keemasan Islam.Larangan Filsafat Belajar Mengajar
Munculnya kebangkitan baru di kalangan umat Islam untuk melepaskan diri dari belenggu
ekspansionisme. Hal itu tidak lepas dari tekad beberapa reformis di dunia Islam, seperti
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, yang menganjurkan umat Islam untuk
berkonsentrasi. Dengan cara berfikir kembali dan membuka diri terhadap perkembangan ide-
ide baru.

PENUTUP

Kesimpulan

Westernisasi sains telah melahirkan spekulasi filosofis tentang kehidupan sekuler yang
menekankan manusia sebagai makhluk rasional sebagai basis sains. Menolak wahyu dan
keyakinan agama dalam ranah sains. dan menimbulkan keraguan dan dugaan pada tingkat
metode ilmiah. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral dan etika yang tunduk pada penalaran
manusia. Ada pengembangan berkelanjutan sebagai hasilnya.

Islamisasi menegaskan nilai-nilai lokal sebagai lawan dari invasi ilmu pengetahuan global.
Pribumi juga termasuk islamisasi ilmu pengetahuan Rasionalisme, idealisme, dan empirisme
adalah gagasan-gagasan yang muncul di era modern. Rasionalisme merupakan alat terpenting
dalam memperoleh dan mengevaluasi pengetahuan. Pembelajaran ideal mengajarkan bahwa
jiwa dan jiwa adalah inti dari tubuh. Mengenai pemahaman empirisme, dikatakan bahwa
tidak ada yang ada dalam pikiran kita selain pengalaman.

dari sudut pandang ilmiah Dominasi peradaban Islam sebagian besar merupakan hasil dari
tingginya aktivitas dan kemajuan ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama maupun ilmu
pengetahuan secara umum. ilmu tafsir ilmu hadits ilmu kalam dan ilmu fikih Semua
berkembang sebagai akibat dari kemajuan ilmu agama. Sementara kemajuan ilmu
pengetahuan secara keseluruhan telah melahirkan banyak disiplin ilmu. Itu termasuk
penalaran, kedokteran, astronomi, aritmatika, dan topografi.

257
DAFTAR PUSTAKA

258
Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. KANAL: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 4(2),187-204.
https://kanal.umsida.ac.id/index.php/kanal/article/view/1630/1837 
Abbas, E. W. (2020). Menulis Mudah, Menulis Ala Ersis Writing Theory. Program Studi
Pendidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
A. Bakker dan Achamd Charris Zubair. (1994). Metodologi Penelitian Filsafat. (diaskses
pada tanggal 1 September 2022)
Adriana, I., DKK. (2019). Metode-metode      Dalam     Ilmu    
Pengetahuan. https://www.academia.edu/40678536/Metode_metode_dalam_ilmu_penge
tahuan . Diakses Pada 31 Oktober 2022 Ahmad Tafsir (2004),hal.47.

Aini. (2020). Sejarah Perkembangan Fisika Kuantum Dari Klasik Hingga Modern. Diambil
kembali dari:
https://www.researchgate.net/publication/346445215_SEJARAH_PERKEMBANGAN_FISIKA_
KUANTUM_ .Diakses pada 16 September 2022 pukul 21.30.

Agustina, F., DKK. (2016). Aliran Filsafat Naturalisme. Palangkaraya. Agustina Fatmawati.
https://senangbacaweb.wordpress.com/2016/04/05/aliran-filsafat-naturalisme-2/
Albert Einstein (1940) dalam artikel seluncur.id. Zakky. Tanpa tahun. Pengertian Sains Arti,
Definisi, Tujuan, dan Hakikat Ilmu Sains [Lengkap]. Diakses melalui
https://www.seluncur.id/pengertian-sains/#:~:text=Menurut%20Albert%20Einstein
%20(1940),pikir%20yang%20secara%20rasional%20seragam . Pada 28 Agustus 2022,
pukul 17.10 WIB.
Alex Lanur OFM. (1993). Hakikat Pengatahuan dan Cara Kerja Ilmu-Ilmu, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Al-Attas, S.M.N. (1996 ). “Peradaban Barat” Islam and Secularism, Edisi kedua. Kuala
Lumpur: ISTAC.
Al-Attas. (1998). “Prolegomena to the Metaphysis of Islam: An Exposition of the
Fundamental Elements of the Worldview of Islam” Kuala Lumpur: ISTAC.
Al-Attas. (2001)“Risalah untuk Kaum Muslimin”, Kuala Lumpur: ISTAC.
Al-Attas, “Islam and The Philosophy of Science”, Kuala Lumpur:ISTAC, 1999Alisjahbana,
S. T. (1981). Pembimbing ke filsafat . Jakarta: Dian Rakyat.
Alvesson, Mats, and Kaj Skolberg. (2000). Reflexive Methodology. New Vistas for
Qualitative Research. London: SAGE Publications.
Anonim. (2015). “Pengantar Filsafat Pengertian Ciri-ciri Misi Lapangan dan Urgensi
Filsafat”. Diambil kembali dari:
https://www.academia.edu/11382855/Pengantar_Filsafat_Pengertian_Ciri_ciri_Misi_
Lapangan_dan_Urgensi_Filsafat (dikases 10 oktober 2022)
Anonim. (Tanpa Tahun). Teknologi Informasi, Inovasi bagi Dunia Pendidikan.
http://directory.umm.ac.id/tik/TIInovasiBagiDuniaPendidikan.pdf.PenggunaanTeknol

259
ogiInformasidalampembelajaranseiringperkembangan,yangsangatlambatdantidakseiri
ngperkembanganjaman.
Asri, Widowati. (2008). Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Atabik, A. (2014). Teori kebenaran perspektif filsafat ilmu: Sebuah kerangka untuk
memahami konstruksi pengetahuan agama. Fikrah, 2(2).
https://media.neliti.com/media/publications/62067-ID-teori-kebenaran perspektif-
filsafat-ilmu.pdf (diakses pada tanggal 1 September 2022)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Etika. Diakses pada tanggal 26
November 2022 dari kbbi.kemdikbud.go.id : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/etika
Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Bumi Aksara. Suparlan
Suhartono. (2007). Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta:Ar-ruzz.
Bochenski, J. (2001 ). Apakah Sebernya Berpikir. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Carpi, A &Egger, A. E. (2011). “The Nature of Scientific Knowledge” Visionlearning. 3 (2).
Science: definitionofscience in MirriamWebster Online Dictionary, (2018). [online]
Availableat: https://www.merriam-  
Chairuruddin. (2008). Sejarah Ilmu Kedokteran. Diambil kembali dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16045/08E00009.p df?
sequence=2&isAllowed=y, diakses pada 16 September 2022 pukul 22.57.
Darsono. (2010). Tinjauan “Geometri” Berdasarkan Filsafat Matematika.
Dewantara, W. A. (2021). Filsafat Moral, Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Dinar Dewi Kania. “Pemikiran Pendidikan dalam Muqaddimah Ibn Khaldun”. Tawazun
Vol.4 No.4 – Juli 2010
D Kusnadi, DKK (2019). Manusia Mengenal. Jawa Barat : Bandung
DA Soelaiman, RS Putra (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Aceh : Banda Aceh
Faiz. (2020). Filsafat Keadilan Dalam Hukum Waris Islam, (124-125 )
Fajarni, S. (2022). Teori Kritis Mazhab Frankfurt: Varian Pemikiran 3 (Tiga) Generasi Serta
Kritik Terhadap Positivisme, Sosiologi, Dan Masyarakat Modern. Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Gideon, Dwin. (2004). Tinjauan atas ”Fungsi” Berdasarkan Filsafat matematika. Jurnal
Filsafat Ilmu
Hardy & Fleer, 1996 dalam artikel seluncur.id. Zakky. Tanpa tahun. Pengertian Sains | Arti,
Definisi, Tujuan, dan Hakikat Ilmu Sains [Lengkap]. Diakses melalui
https://www.seluncur.id/pengertian-sains/#:~:text=Menurut%20Albert%20Einstein
%20(1940),pikir%20yang%20secara%20rasional%20seragam . Pada 28 Agustus 2022,
pukul 17.10 WIB.
HB, A. G. (2014). Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah dalam Telaah Hukum Islam. Syariah:
Jurnal Hukum dan Pemikiran, 13(2).
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/syariah/article/view/177/119 (diakses pada
tanggal 1 September 2022)
Hamdani. (2011). Filsafat Sains. Bandung: CV Pustaka Setia.

260
Hernita, R., Dkk. (2018). Definisi Ontologi, Objek kajian filsafat, Aliran dalam Metafisika
Ontologi Cabang –cabang Filsafat.
https://www.academia.edu/36753430/MAKALAH_FILSAFAT_ILMU ( dikases 10
oktober 2022)Hidayani, N. (2012). Bentuk Aljabar. PT Balai Pustaka (Persero).
Irfan, A. M. (2019). Pendidikan sebagai Ilmu dan Seni Lengkap.
https://www.pengetahuanku13.net/2019/05/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni-
lengkap.html?m=1
Ismatulloh, M. K. (t.thn.). Peran IPTEK dan SOSBUD. Diambil kembali dari academia.edu:
https://www.academia.edu/9396833/Peran_IPTEK_dan_SOSBUD
Istikhomah, I.R., dkk. (2021). Filsafat Sebagai Landasan Ilmu dalam Pengembangan Sains.
Purwokerto. File:///C:/Users/master/Downloads/darmana,+5964+(Radenrara+Imro
%C3%A 2%E2%82%AC%E2%84%A2atun+Istikhomah)-+pdf.pdf (diakses pada
tanggal September 2022)
Jalaluddin. (2013). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers. 
Jan Hendrik Rapar. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Jujun S. Sumantri dalam Dosensosiologi. (2020). Pengertian Epistemologi, Sejarah, Jenis,
dan Contohnya. Diakses melalui https://dosensosiologi.com/pengertian-epistemologi/.
Pada 28 Agustus 2022, pukul 18.06 WIB.
Junayd. (2019). Makalah Landasan Filosofis Pendidikan. Diambil kembali dari:
https://masjunayd.blogspot.com/2019/11/makalah-landasan-filosofis-pendidikan.html
diakses pada tanggal 26 November 2022 pukul 19.43
Karim, A. (2014). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. journal.iainkudus.ac.id, 17.
Karim. R. 2021. Pengertian Filsafat : 27 Arti Oleh Para Ahli dan Filsuf. Deepublish. Diakses
melalui https://penerbitbukudeepublish.com/materi/pengertian-filsafat/ . Pada 28
Agustus 2022, pukul 16.40 WIB.
Kasamdi, H., dkk. (1999). Filsafat Ilmu. Semarang : IKIP Semarang Press. Modern, Filsafat.
"Filsafat Modern Dan Perkembangannya." (diakses pada tanggal 1 September 2022)
Khairani, Denny, dkk. (2017). Filsafat fisika : penemuan optik dalam kejadian filsafat.
Medan : Universitas Negeri Medan
Kattsoff (2004) dalam Dosensosiologi. 2020. Pengertian Aksiologi, Aspek, Fungsi, dan
Contohnya. Diakses melalui https://dosensosiologi.com/pengertian-aksiologi/. Pada 28
Agustus 2022, pukul 18.14 WIB.
Kurnia, R. A. E. (2011). Teori Aljabar Al-Khawarizmi. Jurisdictie: Jurnal Hukum dan
Syariah.
Malahayati. 2016. Sejarah Ilmu Kedokteran. Diambil kembali dari: http://malahayati.ac.id/?
p=18238, diakses pada 16 September 2022 23.45.
Mandelbaum, M. (1958). Philosophic Problems. New York: Mc Milan Co.

261
Mariyah, S., Syukri, A., Badarussyamsi, B., & Rizki, A. F. (2021). Filsafat dan Sejarah
Perkembangan Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), 242-246.
Maula, I., Styaning Pambudi, A., & Rohmah, Z. (2018). Perkembangan Matematika dalam
Sejarah Peradaban Islam. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan
Sains, 115-119.
Maulana, I., Abbas, E. W., Jumriani, J., Ilhami, M. R., & Arisanty, D. (2022). Integration of
Local Content Into Class IX Textbook of Centers of Economic Advantage. The
Innovation of Social Studies Journal, 3 (2), 100–108.
Mawahib fina,2018. Landasan Sosial Budaya dalam Pendidikan.
https://www.kompasiana.com/naa/5a87bb92cf01b43fed172a92/landasan-sosial-budaya-
dalam-pendidikan

Mehra, P. S. (2001). Pengantar Logika tradisional. Bandung : Putra Bardin .


Mintaredja, A. H. (1980). Di  Sekitar Masalah Ilmu: Suatu Problema  Filsafat. Surabaya:
Bina Ilmu 
Moh. Hatta dalam artikel Raharja.ac.id. Syafnidawaty. (2020). Ilmu Pengetahuan. Diakses
melalui https://raharja.ac.id/2020/11/19/ilmu-pengetahuan/ . Pada 28 Agustus 2022,
pukull 17.33 WIB
Mohammad Adib. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nasution, A. T. (2016). Filsafat ilmu: Hakikat mencari pengetahuan. Deepublish.
Notoatmodjo (2007) dalam Silabus.Web.Id. Adica. Tanpa tahun. Pengertian Pengetahuan
Menurut Para Cendekia. Diakses melalui https://www.silabus.web.id/pengertian-
pengetahuan/. Pada 28 Agustus 2022, pukul 17.40 WIB.
Nurohman, M. A. (2021). Studi Tentang Filsafat, Ilmu dan Periodesasi Perkembangannya.
Jurnal Dewantara, 10(02), 220-232.
http://www.ejournal.iqrometro.co.id/index.php/pendidikan/article/view/153/12 8 (diakses
pada tanggal 1 September 2022)
Okta, Berti dan Promono, Yudi. (2014). Geometri. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Raezul. (2013). Bab I Pendahuluan.
Oktaviani D, Dkk. (2016). Etika Ilmu. Palembang
Paulus Wahana, M.Hum. (2016). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond.
Pratama, A., dkk. (2017). Perbandingan    Filsafat    barat    dan    timur.    Semarang.
https://www.academia.edu/35465517/PERBANDINGAN_FILSAFAT_BARAT_DA
N_TIMUR
Pratiwi, D.Y. (2014). Sejarah Fisika. Diambil kembali dari:
https://yunidyahpratiwi.wordpress.com/sejarah-fisika/, diakses pada 16 September
2022 pukul 22.15.

262
Rahman, M. T. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prodi S2 Studi Agama-Agama  UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Ratu Anderha, R., & Fidiawati, R. (2021). Perkembangan Pembelajaran dan Pendidikan
Matematika Melalui Sejarah Matematika. Duniailmu.org, 1-6.
Rawan, P., & Widiastuti, S. E. (2005). Pengantar Metode Penelitian. Universitas Terbuka.
http://repository.ut.ac.id/4195/1/MMPI5202-M1.pdf 
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. (2008). Filsafat Ilmu, Cet. VII, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. (diakses pada tanggal 1 September 2022)
Rokhmah. D. (2021). Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi. Diambil kembali dari:
https://media.neliti.com/media/publications/389275-none- Agustus 2022, pukul 11.50
WIB
Rosnawati, R., Syukri, A. S. A., Badarussyamsi, B., & Rizki, A. F. R. A. F. (2021). Aksiologi
Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya bagi Manusia. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(2),
186-194. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/35975 
Safitri, M. (2021). Objek-objek Dalam ilmu pengetahuan.
https://www.kompasiana.com/muliasafitri0691/6199fee29dc029635349c3a2/objekobje k-
ilmu-pengetahuan-dalam-filsafat. Diakses pada 31 Oktober 2022

Sahakian, W. S. (1965). Realism Of Philopsophi. Cambridge, Mass: Schhenkman.


Saibani., dkk. (2021). Sejarah Perkembangan Filsafat Barat dan Filsafat Islam. Scribd.com.
UIN Raden Intan, Lampung.
Salam. B.(2009).Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara
Seniati Liche, Yulianto Aries, Setiadi bernadette. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta. PT
Indeks. 
Sholikhah, M. (2018). Sejarah perkembangan filsafat Islam di Andalusia: abad ke 11-12 M
(Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Siregar, F. (2015). Etika Sebagai Filsafat Ilmu (Pengetahuan) Ethics As A Philosophy Of
Science (Knowledge). De’rechtsstaat ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret
2015, 60.
S. Nasution. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.
Soedojo, P. (2004). Pengantar Sejarah Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Alam. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres. 
Sri Anggraeni. (tanpa tahun). Ilmu dan filsafat ilmu. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Subiyakto, B., Putra, M. A. H., Handy, M. R. N., & Syaharuddin, S. (2021). Social Criticism
in Hijaz Yamani’s Poetry Literature entitled Human Rights (HAM). The Kalimantan
Social Studies Journal, 3 (1), 1–9.
Sudarto. (2002). Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada

263
Suharto, A. W. B. (2021). Filsafat Sebagai Ilmu Yang Menjadi Landasasan Bagi Ilmuwan
Dalam Mengembangkan Sains. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(1), 59-64.
Suharto, T. (2020). Filsafat Pendidikan Islam, Menguatkan Epistemologi Islam dalam
Pendidikan. Jogjakarta: Ar Ruz Media.
Sukarani, N., & Bella, C. (2022). Sejarah Aritmatika: Manfaat Pembelajaran Sejarah
Matematika. Duniailmu.org, 1-8.
Suparlan Suhartono. (2007). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: 
Surajiyo. (2008) Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di 1ndonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Surajiyo. (2007). Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. (2005). Ilmu Filsafat suatu pengantar. Jakarta, Bumi Aksara, hlm 154- 156 (Diakses
pada tanggal 1 September 2022)
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, J. S. (1996). filsafat ilmu, sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Suriasumantri, J. S. (1994). Ilmu dalam perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Suriasumantri, J. S. (1998). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Supriyanto, S. (2013). Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 
Syafii, I. K. (2004). Pengantar Filsafat, Cet. I; Bandung: Refika Aditama Suminar., T. 2019.
Jurnal Tinjauan Filsafat (Ontologi, epistemologi, dan aksiologi).Diakses melalui,
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/961/898. Pada 28
Agustus 2022, pukul 12.47 WIB
T, Ismi Nisa. K, Jawwad Azka. (2019) “ Makalah Aksiologi Filsafat Ilmu”
https://www.academia.edu/45603392/Makalah_Aksiologi_Filsafat_Ilmu_ (dikases 10
oktober 2022)
Tesbakatindonesia. (2019). Sejarah Ilmu Kedokteran, https://tesbakatindonesia.com/sejarah-
ilmu-kedokteran/, diakses pada 16 September 2022 pukul 23.20.
Wahyu, K., & Mahfudy, S. (2016). Sejarah matematika: Alternatif strategi pembelajaran
matematika. Jurnal Tradis Matematika, 1-22.
Wan, M. N. (2010). “The Educational Philosophy”.
Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.
Surakata File:///C:/Users/master/Downloads/1441-4245-1-PB.pdf (diakses pada
tanggal 2 September 2022)
Wiramihardja, A.S. (2007). Pengantar Filsafat (Sistematika Filsafat, Sejarah
Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu, Epistemologi, Metafisika dan Filsafat Manusia,
dan Aksiologi). Bandung: Aditama 

264
Zilfaroni. (2012). Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu. Diambil kembali dari:
https://zilfaroni.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2012/05/sejarah perkembangan-filsafat-
ilmu.html (diakses pada tanggal 2 September 2022)

Zuhdi, A. (Tanpa tahun). Sejarah Dan Perkembangan Filsafat Islam.


https://www.academia.edu/19486159/SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_FILSA
FAT_ISLAM diakses pada 15 September 2022

GLOSARIUM

265
Abstrak : Pernyataan singkat yang merangkum pokok-pokok dalam dokumen
legal
Afektif : Segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, emosi,
minat, serta nilai yang terdapat pada diri individu.
Aksioma : Proposisi yang kebenaranya mengacu pada proposisi-proposisi
lainya
Aksiologi : Cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya
Alienasi :Suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinapasi oleh
kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan),
keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas.
Analogi : Persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang
berlainan
Analogikal : Filsafah meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam
fakta dan data
Analitik :Sebuah aktivitas yang memuat kegiatan memilih, menguraikan,
membedakan sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
menurut kriteria tertentu lalu dicari ditaksir makna dan kaitannya.
Andragogi : Proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu
struktur pengalaman belajar.
Antropologi : Ilmu tentang manusia
Antroposentris :Paham bahwa manusia adalah spesies paling pusat dan penting
daripada spesies hewan atau penilaian kenyataan melalui sudut
pandang manusia yang eksklusif.
Applied Science : Penerapan dari teori dan prediksi ilmiah ke dalam masalah praktis
seperti di bidang engineering atau teknologi.
Aritmatika : Bagian dari matematika yang mempelajari tentang operasi dasar
bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian)
Astronom : Seseorang yang mencurahkan waktunya dalam kegiatan astronomi,
dan memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu astronomi
Ateisme : Sebuah pandangan filosofi yang percaya tidak adanya keberadaan
tuhan dan dewa dewi ataupun penolakan terhadap teisme yang
disertai dengan klaim.
Atharta Veda : Sastra suci bagi umat Hindu,

266
Berpikir : Suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu yang sampai pada sebuah kesimpulan berupa pengetahuan.
Berpikir Ilmiah : Sebuah metode yang fokus untuk mencapai suatu tujuan berfkir
yang optimal. Tujuannya tentu saja untuk menghasilkan suatu
keputusan dan kesimpulan dari proses berpikir yang sah dan benar.
Concern : Suatu bentuk kekhawatiran
Data Ordinal : Data  yang diurutkan berdasarkan atribut tertentu. 
Deduksi : Penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan
yang khusus dari yang umum.
Deklinasi : istilah astronomi yang dikaitkan dengan sistem koordinat ekuator.
Dialektika : Istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode argumen
filosofis yang melibatkan semacam proses yang bertentangan antara
pihak yang berlawanan.
Dinamis : Istilah umum yang merujuk kepada segala sesuatu atau kondisi
yang telah berubah, bergerak secara aktif dan mengalami
perkembangan
Dogmatis : Pandangan yang bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran
tanpa kritik sama sekali
Ekologi : ilmu yang berkaitan dengan ekosistem dan mahluk hidup di
dalamnya.
Eksistensi : Segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada.
Eksistensialisme : Bentuk penyelidikan filosofis yang mengeksplorasi masalah
keberadaan manusia dan berpusat pada pemikiran, perasaan, dan
tindakan manusia.
Eksperimental :Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan saintifik dengan
menggunakan dua set variabel.
Eksplisit : Makna yang diutarakan secara gamblang, tegas, dan berterus terang
Eksploitatif : Pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan
Elektisisme : Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur,
filsafat dari aliran aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran
yang sungguh-sungguh
Empiris : Sebagai pengalaman yang didapatkan dari melakukan percobaan

267
Empirisme : Suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman indra manusia.
Epikurisme : Segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak
Epistemologi : Cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau teori
pengetahuan.
Epistemologis : Disebut juga teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Esensial : aliran yang ingin kembali pada kebudayaan lama Sebagai warisan
sejarah.
Etika : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)
Faktual : suatu kejadian yang bersifat nyata yang memuat informasi bersifat
ilmiah atau keilmuan seperti sains dan yang lainya.
Falsafah : Anggapan, gagasan, pendidikan, dan sikap batin yang paling dasar
yang dimiliki oleh orang atau masyarakat 
Faraidh : Ilmu yang mempelajari tentang pembagian dan, pemindahan harta
orang yang sudah meninggal ke orang yang masih hidup, atau
dengan kata lain adalah pemindahan harta waris dari pewaris kepada
ahli waris yang mana dalam hal ini dijelaskan dalam islam.
Fotonika : Bidang ilmu dan kajian yang berkaitan dengan optik dan rekayasa
optik, terutama yang berhubungan dengan partikel foton dalam
spektrum yang elektromagnetik
Futuristic : konsep, hal yang aneh, modern, dan dibayangkan dari waktu yang
akan datang di masa depan.
Gerhana : gambaran proses terjadinya pergerakan benda langit kedalam
sebuah bayangan benda langit lainnya membuatnya tertutup.
Generalisasi : Proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui
suatu kejadian, hal, dan sebagainya
Geometri : sebagian dari matematik yang mengambil persoalan mengenai size,
dan bentuk, serta kedudukan relatif dari sifat ruang
Gradasi : Tingkat dalam peralihan suatu keadaan ke keadaan lain.

268
Hedonisme : pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup.
Hegemoni : dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya dengan
atau tanpa ancaman kekerasan sehingga ide-ide yang didiktekan oleh
kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima
sebagai sesuatu yang wajar atau common sense
Heteronomi : prinsip pembiaran sesuatu, selain hukum moral untuk menentukan
apa yang mesti dilakukan
Heuristika : Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah
untuk memecahkan masalah.
Hipotesis : Proposisi yang dinyatakan untuk dilakukan pengujian
Holistis : Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh,
dimana objek dilihat dari interaksi dengan seluruh kenyataannya
Hukum Eksakta : Ilmu yang mempelajari hal-hal yang pasti, ilmu eksak identik
dengan hal mempelajari perhitungan angka
Idealisasi : Proses untuk membuat ideal
Idealisme : aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai
kunci ke hakikat realitas.
Ilmu : usaha manusia untuk mendengarkan jawaban-jawaban yang keluar
dari dunia yang dihuninya. Di sinilah lengketnya etika dengan ilmu.
Imperialis : Sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang
kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa
dipelihara atau berkembang.
Induksi : Proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami
terjadi.
Inferensi logika : kemampuan siswa dalam menggunakan logika untuk melakukan
penafsiran atau penarikan kesimpulan.
Inherensi : Berhubungan erat
Intensional : Pendekatan makna yang berbeda
Interpretasi : Menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif
melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif untuk mencapai
kebenaran yang autentik.
Intuisi : firasat yang terbentuk dari pikiran bawah sadar.
Kebenaran : pernyataan tanpa ragu

269
Kebenaran sains : jika dan hanya jika suatu fenomena alami dapat cocok (fin) pada
model-model dari suatu paradigma yang berlaku
Keraguan : kendaraaan yang mengantarkan seseorang pada keyakinan
Kognitif : Semua kegiatan mental yang membuat suatu individu mampu
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa,
sebagai akibatnya individu tersebut menerima pengetahuan
setelahnya.
Komunisme : ideologi yang berkenaan dengan filsafat, politik, sosial, dan
ekonomi yang tujuan utamanya menciptakan masyarakat dengan
aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi
dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Kosmologis : Ilmu yang mempelajari evolusi dan pembentukan alam semesta
seperti dalam ilmu lainnya, ada hubungan antara teori dan
eksperimen.
Komunisme : ideologi yang berkenaan dengan filsafat, politik, sosial, dan
ekonomi yang tujuan utamanya menciptakan masyarakat dengan
aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi
dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Kongkret : Nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dan
sebagainya).
Kontradiksi : Pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau
bertentangan.
Komparasi : Usaha memperbandingkan sifat hakiki dalam objek
penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam
Komprehensif : Pembahasan yang dilakukan secara lebih luas dan menyeluruh.
Koherensi Intern : Usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsur structural di lihat dalam suatu
struktur yang konsisten
Konjungtif : Kata untuk menghubungkan kata-kata
Kontemporer : Pada waktu yang sama, sewaktu, semasa, pada masa kini, dewasa ini
Kontradiksi : Pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau
bertentangan.

270
Konsumerisme : Aliran atau paham yang mengubah perilaku manusia untuk
melakukan sebuah kegiatan konsumen atau membeli atau memakai
barang- barang secara berlebihan tanpa melihat nilai gunanya.
Konstruksi : Suatu kegiatan pembangunan sarana maupun prasarana.
Korespodensi : Istilah umum yang merujuk kepada aktivitas penyampaian maksud
melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain.
Leksikal : Makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan
lain-lain
Liberalisme : sebuah pandangan filsafat politik dan moral yang didasarkan pada
kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di
hadapan hukum.
Lingkungan hidup : kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup (termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya) yang
memengaruhi peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Legitimate : Pengertian dari bahasa inggris yang artinya “sah”.
Logos : Pribadi yang berdiri sendiri dan dalam keberadaanya
itu logos sehakikat dengan Allah
Logystikon : bagian jiwa rasional sumber kebijaksanaan, bagian afektivitas.
Materialisme : Paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi.
Marxisme : sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx
yang menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem
ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.
Mazhab Pemikiran : sekumpulan orang yang berbagi karakteristik opini atau pandangan
yang sama mengenai filsafat, disiplin, keyakinan, gerakan sosial,
ekonomi, gerakan budaya, atau gerakan seni.
Metafisika : Cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya
Metodelogi : Cara atau ilmu-ilmu yang dipakai untuk menemukan kebenaran
menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam
menemukan kebenaran, tergantung dari realitas apa yang dikaji.
Metode Ilmiah : suatu prosedur atau tata cara sistematis yang digunakan para
ilmuwan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta

271
melibatkan pengamatan dan pengukuran yang cermat, pelaksanaan
eksperimen, pengujian, dan modifikasi hipotesis.
Mistis : Jalan untuk membuka alam gaib, yang tidak setiap orang mampu
menempuhnya.
Mitologis : Ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng
suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu
kebudayaan.
Neo-hegelranisme : Gerakan filasafat yang berkembang pada abad ke 19 dan dicetus
oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Neo-kontranisme : Aliran filsafat idealisme yang muncul di Jerman pada tahun 1860an
atau abad 19.
Neo-Marxisme : Istilah diterapkan pada teori sosial atau analisis sosiologi yang
mengacu pada ide-ide Karl Marx, Friedrich Engels dan unsur-unsur
dari tradisi intelektual lain, seperti psikoanalisis, sosiologi Weberian
dan anarkisme
Neoplatoisme : Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato
Neo-positivisme : Salah satu trend aliran filsafat pada abad ke-20 yang membentuk
aliran positivisme modern
Neo-thoemesme : Satu gerakan pemikiran filosofis-teologis yang menghidupkan
kembali pokok pemikiran Thomas Aquinas sejak abad 19 hingga
mencapai puncak perkembangannya pada pertengahan abad 20.
Nonsens : Pengertian dari bahasa inggris yang artinya “omong kosong”.
Normatif : Mengikuti norma atau kaidah yang berlaku; seperti seharusnya
(sepantasnya)
Ontologi : Bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran
segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis
berdasarkan hukum sebab-akibat yaitu ada manusia, ada alam, da
nada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan
tertib dalam keharmonisan.
Optoelektronika : Cabang ilmu yang mengkaji perubahan dari medan
elektromagnetik (H) ke rapat arus listrik (j) baik dalam kerangka
fisika klasik maupun kuantum. 
Orientasi : Peninjauan untuk menentukan sikap yang tepat dan benar.
Otoritatif : Pola asuh yang paling efektif dan bermanfaat bagi anak.

272
Paradigma : Pola pikir manusia
Parsial : Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan.
Pedagogik : Ilmu kajian tentang proses pengajaran dan pembelajaran, cara
mengelola tempat belajar-mengajar, organisasi sekolah, dan interaksi
guru dan pelajar.
Penalaran : proses berpikiran dalam menarik suatu kesimpulan
Pengetahuan : informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan biasa : pengetahuan tentang hal-hal yang bias sehari-hari, yang selanjutnya
disebut pengetahuan.
Pengetahuan ilmiah : pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode tertentu, yang
selanjutnya disebut ilmu pengetahuan;
Pengetahuan teologis : pengetahuan keagamaan atau pengetahuan tentang agama.
Persepsi : Organisasi, identifikasi, dan interpretasi informasi sensorik untuk
mewakili dan memahami informasi atau lingkungan yang disajikan
Pluralitas : Keberagaman atau kemajemukan yang terdapat dalam suatu bangsa
yang mendorong tumbuhnya persatuan dan kesatuan.
Positivisme : Aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar
hanya berasal dari ilmu alam dan tidak berkaitan dengan metafisika.

Postulat : Biasanya digunakan untuk menunjukkan proposisi yang merupakan


titik tolak pencarian yang bukan definisi atau pengandaiaan sementara
Pragmatisme : aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala
sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya.
Psikomotor : Ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Ranah Ontologi : Ilmu atau studi tentang keberadaan atau ada
Realisme : Aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh
banyak orang.
Rasional : Suatu pola pikir dimana seseorang cenderung bersikap dan
bertindak berdasarkan logika dan nalar manusia.

273
Rasionalisme : Aliran filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh
hanya melalui hasil pembuktian, logika dan analisis terhadap fakta.
Realitas : Hal yang nyata, yang benar-benar ada
Realisme : pandangan bahwa objek-objek indra adalah rill dan berada sendiri
tanpa disandarkan kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal.
Relasional : Kata kerja yang merujuk pada proses untuk menjadi sesuatu
Rekayasa optik : Bidang studi yang fokus pada aplikasi optik
Rentetan : rangkaian; untaian;.
Research : Disebut juga penelitian adalah proses penemuan solusi secara
sistematis, logis dan obyektif terhadap suatu masalah spesifik
berdasarkan data yang dikumpulkan untuk itu.
Retorika : Cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan dalam
membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.
Realisme : Aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh
banyak orang.
Rohaniah : Kondisi pada pikiran manusia yang berkaitan dengan peran jiwa
sebagai esensi bagi kehidupan.
Scientific : Ilmu pengetahuan atau disebut juga sains adalah suatu usaha
sistematis dengan metode ilmiah dalam pengembangan dan penataan
pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang
teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya.
Siklikal : saham yang pergerakan harganya dipengaruhi kebijakan dan situasi
makroekonomi. Biasanya saham siklikal turun saat kondisi
perekonomian tidak stabil dan turun namun, ikut naik saat jika
kebijakan ekonomi dapat menguntungkan sektor siklikal.
Silogisme : Proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Sintakis : Ilmu tatakalimat yang menguraikan hubungan antarunsur bahasa
untuk membentuk sebuah kalimat
Skeptisisme : Sikap mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena
adanya keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti
Spekulatif : Berpikir yang tidak membutuhkan data dan fakta yang benar
Substantif : Berkaitan dengan sesuatu yang detail, rinci, mendalam 

274
Spekulatif : Berpikir yang tidak membutuhkan data dan fakta yang benar.
Spekulasi : Pendapat atau dugaan yang bukan didasarkan oleh kenyataan.
Spiritual : Segala kondisi pada pikiran manusia yang berkaitan dengan peran
jiwa sebagai esensi bagi kehidupan. 
Stiputatit : Definisi yang digunakan ketika menentukan pemakaian istilah
Stoisisme : Jagatraya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut 'Logos'.

Terminologi : Ilmu yang mempelajari batasan atau definisi istilah


Teologis : ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan
Teorema : Sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang
dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit
ataupun yang sebelumnya disetujui
Teorema : Sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang
dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit
ataupun yang sebelumnya disetujui
Transenden : Upaya mengarahkan tujuan hidup manusia agar bisa hidup secara
bermakna.
Topologi : Cabang matematika yang bersangkutan dengan tata ruang yang tidak
berubah dalam deformasi dwikontinu. 
Validitas : Sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau
kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan.

Verifikasi : Upaya untuk memastikan suatu kebenaran.


Wangsit : Istilah dari pesan (amanat) gaib.

275
276

Anda mungkin juga menyukai