REPUBLIK INDONESIA
I. PENGANTAR
Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan egislative berdasarkan Pasal 69
ayat (1) huruf c UU No. 17 Tahun 2014 jo UU No. 13 Tahun 2019 Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Komisi II DPR RI pada tanggal 29 Maret 2021 dalam
agenda pembahasan Rapat Intern menyepakati pembentukan dan penetapan pimpinan
3 (tiga) Panitia Kerja (Panja) di bidang Pertanahan. Adapun Panja Evaluasi dan
Pengukuran ulang Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak
Pengelolaan (HPL) dipimpin langsung oleh Bapak Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Panja
Pemberantasan Mafia Pertanahan dipimpin oleh Bapak Junimart Girsang, dan Panja
Tata Ruang dipimpin Bapak Saan Mustopa. Pada rapat intern tersebut membahas
mekanisme tiga panja pertanahan dalam rangka evaluasi dan penyelesaian terhadap
seluruh permasalahan HGU, HGB, HPL, permasalahan pemberantasan mafia
pertanahan dan permasalahan tata ruang.
Dalam Kunjungan Kerja Panja Evaluasi dan Pengukuran Ulang HGU, HGB dan
HPL Komisi II DPR RI di Provinsi Riau tersebut, Panja melasanakan Kunjungan ke
Kantor Pemerintahan Provinsi Riau dengan mengadakan Rapat pertemuan dan dialog
dengan Gubernur Provinsi Riau, Kapolda Riau, Danrem 031/Wira Bima, BPN Kanwil
Riau, PTPN V Riau, PT. Pertamina Hulu Riau, PT. Sinarmas, PT Arara Abadi dan SKK
Migas perwakilan Riau serta turut hadir dari Dirjen Kementrian ATR/BPN yang
merupakan mitra kerja Komisi II DPR RI.
Tim kunjungan kerja didampingi oleh 2 (dua) Tenaga Ahli dan 4 (empat) staf dari
Sekretariat Komisi II DPR RI, serta 2 (dua) reporter dari TV parlemen DPR RI.
2. Menyangkut Perizinan HPL, HGU dan HGB yang diterbitkan atas nama Pemerintah
Provinsi Riau yang dikerjasamakan dengan pihak lain terdapat 2 (dua) Sertifikat
HPL yang diterbitkan atas nama Pemerintah Provinsi Riau, yang dikerjasamakan
dengan:
a. PT. LIPPO KARAWACI (Hotel Aryaduta)
Sertifikat HPL Nomor 0001 tanggal 18 Juli 1994 Luas: 21.370 m2
b. PT. BANGUN MEGAH MANDIRI PROPERTINDO (Kawasan Bisnis Bandar
Serai Riau Town Square)
Sertifikat HPL Nomor 0014 tanggal 5 Juni 2014 Luas: 55.000 m2
3. Menyangkut durasi waktu perizinan HPL, HGU dan HGB yang diterbitkan atas
nama Pemerintah Provinsi Riau Kepada pihak lain belum ada yang berakhir
jangka waktunya. Adapun rincian nya sebagai berikut :
a. PT. LIPPO KARAWACI (Hotel Aryaduta)
Jangka waktu : 25 Tahun (1 Januari 2001 – 1 Januari 2026)
b. PT. BANGUN MEGAH MANDIRI PROPERTINDO (Kawasan Bisnis
Bandar Serai Riau Town Square)
Jangka waktu : 30 Tahun (19 Desember 2011 – 19 Desember 2041)
6. Menyangkut penataan aset dan penataan akses reforma Agraria di Provinsi Riau.
Kanwil BPN Provinsi Riau telah melaksanakan Penataan Aset dengan baik
melalui Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan
Pelaksanaan Program Redistribusi Tanah, selanjutnya untuk kegiatan penataan
akses yaitu dengan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada
pemegang aset melalui pendidikan dan pelatihan, penyediaan infrastruktur, akses
permodalan dan pasar maupun bantuan lain juga sudah dilaksanakan melalui
program pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
yang berbasis pada pemanfaatan tanah pemegang aset.
8. Menyangkut luas lahan HPL, HGU, dan HGB yang telah diterbitkan izin nya dan
kemudian dan ditetapkan sebagai lahan terlantar di Provinsi Riau. Tanah terlantar
yang sudah ditetapkan sebagai objek redistribusi tanah yaitu seluas 219,18 Ha
yang merupakan tanah eks HGU PT. Alfa Glory Indah yang terletak di Desa Petai
Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Penetapan tanah terlantar
eks HGU PT. Alfa Glory Indah menjadi tanah objek redistribusi berdasarkan
Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau Nomor 157/SK-
14.NP.02.03/VII/2020 tanggal 20 Juli 2020 dan Keputusan Kepala Kantor Wilayah
BPN Provinsi Riau Nomor 176/SK-14.NP.02.03/VIII/2020 tanggal 31 Agustus
2020.
▪ PT. Alfa Glory Indah seluas 726,252 Ha ditetapkan menjadi tanah terlantar
berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 10/PTT-HGU/BPN RI/2012 tanggal 18 Januari 2012 tentang
Penetapan Tanah Terlantar Atas Hak Guna Usaha Nomor 03 Atas Nama PT.
Alfa Glory Indah terletak di Desa Petai Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi Provinsi Riau dan telah ditetapkan menjadi Tanah Cadangan
Umum Negara (TCUN) berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata
Ruang /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6/Pnp-HGU/KEM-
ATR/BPN/VIII/2019 tanggal 22 Agustus 2019 tentang Penetapan Peruntukan
Tanah Cadangan Umum Negara terletak di Desa Petai Kecamatan Singingi
Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.
▪ Berdasarkan Berita Acara Panitia Pertimbangan Lendreform Kabupaten
Singingi Nomor 171/BA-14.09.NT.02.03/VIII/2021 tanggal 20 Agustus 2021
tanah terlantar eks HGU PT. Alfa Glory Indah yang terletak di Desa Kebun
Lado Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi seluas 185,78 Ha akan
diusulkan untuk ditetapkan menjadi tanah objek redistribusi.
▪ Sedangkan rekapitulasi Pelaksanaan Redistribusi Tanah di Provinsi Riau dapat
kami jelaskan pada table dibawah ini :
Tahun 2020
Penyelesaian sengketa
1 Bengkalis 750 10.660.949 pertanahan dan kewajiban
20% pemegang HGU
2 Indragiri Hulu 1.508 15.081.484 Tanah Negara
3 Kampar 3.472 16.069.308 Tanah Negara
4 Dumai 750 4.857.354 Tanah Transmigrasi
Tanah Transmigrasi,
5 Rokan Hulu 3.600 29.438.133
pelepasan HGU
Pelepasan Kawasan Hutan,
6 Rokan Hilir 700 6.682.948
Tanah Negara
7 Siak 750 10.547.995 Tanah Negara
Tanah Negara,
8 Kuantan Singingi 1.100 8.508.811 Pendayagunaan Tanah
Terlantar, SK TOL lama
10. Permasalahan konflik dan sengketa berkepanjangan karena kasus tumpang tindih
antara Masyarakat Hukum Adat (MHA) di Provinsi Riau dengan pengelola izin
HPL, HGU dan HGB.Peran Pemerintah Provinsi Riau dalam permasalahan konflik
dan sengketa lahan adalah mem-fasilitasi para pihak dan instansi terkait untuk
mencari win-win solution. Sebagai contoh;Klaim Masyarakat Suku Sakai terhadap
HGU PT. ADEI Plantation ± 411 Ha.
11. Perizinan HPL, HGU dan HGB di Provinsi Riau yang dinyatakan tumpang tindih
dengan kawasan hutan. Saat ini Pemerintah Provinsi Riau sedang melakukan
proses pembahasan Revisi Perda No.10 tahun 2018 tentang RTRWProvinsi Riau
(terdapat areal seluas: ±1,3 juta Ha yang pada Perda 10 tahun 1994 bukan
merupakan kawasan hutan menjadi kawasan hutan pada Perda 10 tahun 2018.
Hal ini disebabkan oleh penetapan SK Menteri Kehutanan Nomor
SK.903/Menlhk/Setjen/ Pla.2/12/2016 ). Pemprov Riau mengadaptasi kebijakan
UU No. 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja terkait Keterlanjuran di Kawasan
Hutan dan Berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka
identifikasi dan verifikasi kebun/lahan dalam kawasan hutan. Saat ini telah
dilaksanakan koordinasi dengan Kabupaten Pelalawan dan Kuantan Singingi.
SEBARAN HAK DIDALAM KAWASAN HUTAN SETELAH DITETAPKANNYA SK
903/2016 DAN SEBELUMNYA DITETAPKAN BERDASARKAN TGHK
DI PROVINSI RIAU
HM HGB HGU
No Kabupaten
Jumlah Jumlah Jumlah
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
Bidang Bidang Bidang
Kepulauan
5 412 395,06 50 2,04 0 0
Meranti
Kuantan
6 9.071 72.245,58 71 145,1 12 8.966,23
Singingi
12. Peran Bank tanah di Provinis Riau dalam menampung aset aset tanah terlantar
dari HGU, HGB dan HPL yang telah melewati jangka waktu dan untuk
dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan umum. Sejak diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2021 Tentang Bank Tanah sampai saat ini
belum ada Petunjuk Teknis/Aturan sebagai dasar pelaksanaan Bank Tanah belum
ada.
13. Permasalahan izin dan pengelolaan HGU, HGB dan HPL dengan UU No. 11
tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Kendala yg dihadapi oleh Kanwil BPN Prov. Riau
terhadap permasalahan HGU, HGB dan HPL adalah ditemukannya beberapa
permohonan HAT yang pemanfaatan ruangnya sudah tidak sesuainya dengan
Perda RTRW yang berlaku,sementara pada tanah tersebut sebelumnya telah lahir
Hak ataupun Izin yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang, karna memang
pada saat hak/izin diberikan secara tata ruang pemanfaatannya memang telah
sesuai dengan perda rtrw yang berlaku saat itu, namun dengan disahkannya
UUCK diharapkan permasalahan permohonan HAT yg sebelumnya telah memiliki
Hak ataupun Izin dari Instansi yang berwenang namun sudah tidak sesuai dengan
RTRW yang berlaku saat ini dapat diselesaikan, untuk itu Kanwil BPN Prov. Riau
berharap peraturan pelaksana dari PP 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah
terutama tentang Keterlanjuran yang dimaksud pada pasal 12 ayat (1) huruf b
dapat segera dikeluarkan oleh Instansi terkait.
Kendala lain diantaranya;
▪ Konflik batas antar daerah dalam perizinan yang tidak sesuai batas
administrasinya
▪ Konflik agraria yang terjadi antara masyarakat dan badan usaha karna tidak
sesuai izin atau hak maupun penguasaan.
▪ Pemanfaatan tidak sesuai dengan tata ruang, lokasipembangunan tdk sesuai
dengan peruntungkan dalam RTRW dan tata ruang
▪ Kerusakan ekologi, penerbitan perizinain yang tidak sesuai.
Kemudian kendala perizinan maupun pengelolaan terkait penerbitan HGU, HGB,
dan HPL adalan irisan dengan pemanfaatan ruang yang telah direncanakan
dalam rencana tata ruang.Setiap kegiatan pada rencana pola ruang telah diatur
lebih lanjut dalam Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi (IAPZSP)
maupun Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) pada rencana tata
ruang.Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala diantaranya tumpang tindih
perizinan dengan rencana tata ruang dan kawasan hutan kendati telah diakomodir
dalam IAPZSP dan KUPZ. Penyelesaian kendala tersebut dapat ditindaklanjuti
lebih lanjut pada saat penyusunan revisi rencana tata ruang ataupun berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah
melalui penilaian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH).
Penilaian DDDTLH dilakukan untuk mengukur aktifitas/kegiatan empiris belum
melampaui DDDTLH.Meski Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang
Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan/atau Hak
Atas Tanah telah mengamanatkan untuk penyelesaian keterlanjuran melalui
penilaian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH), namun
belum memberikan penegasan terhadap institusi yang akan melakukan penilaian.
14. Pemprov Riau dalam menyikapi permasalahan kasus penguasaan tanah oleh PT.
Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) yang membentang sepanjang jalan dari jalan
poros rumbai menuju Dumai sepanjang 180 KM dengan lebar tanah 100 Meter
dikanan dan kiri jalan yang diklaim sebagai lahan konsesi diperuntukan
kepentingan PT. CPI dalam membangun jalan dan membuat jalur pipanisasi
minyak milik PT. CPI. Permasalahan tumpang tindih tanah milik masyarakat
dengan Barang Milik Negara (BMN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia
yang digunakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Chevron Pasifik
Indonesia (PT CPI) dalam rangka kegiatan Hulu Migas sebagaimana surat dari
Kementerian Keuangan Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Tanggal 7 November 2017 Nomor: S-884/KN.4/2017 perihal
Keterangan Barang Milik Negara juga menjadi hambatan dalam Pelaksanaan
Pengadaan Tanah Jalan Tol Pekanbaru-Kandis-Dumai di Provinsi Riau. Adapun
langkah-langkah penyelesaian yang diambil sebagai berikut:
1) Pemberian ganti kerugian hanya untuk tanam-tumbuh dan/atau bangunannya
saja, sedangkan tanah masyarakat yang ada alas haknya (Sertipikat dan surat-
surat tanah yang diterbitkan oleh Kepala Desa/Lurah) nilai tanahnya
dikonsinyasikan ke Pengadilan Negeri setempat;
2) Menerbitkan Berita Acara Penitipan Ganti Kerugian karena obyek Pengadaan
Tanah masih dipersengketakan kepemilikannya ke Pengadilan Negeri
setempat. Pengambilan uang ganti kerugian di Pengadilan dapat dilakukan
setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap;
3) Menerbitkan Pemutusan Hubungan Hukum setelah menerima penetapan
konsinyasi dari Pengadilan Negeri sehingga pembangunan jalan tol tetap dapat
dilaksanakan;
4) Pemprov Riau telah mengajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia cq.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk membahas permasalahan
ini Bersama dengan BPN dan Kementerian PUPR, namun belum mendapatkan
solusi yang tepat dari DJKN;
5) Permasalahan tersebut sudah pernah dilakukan Dengar Pendapat Umum
(hearing) sebanyak 2 (dua) kali pada tahun 2018 dan tahun 2019 di Kantor
DPRD Kabupaten Siak, antara masyarakat Kecamatan Kandis Kabupaten Siak
(atas nama Medan Br Ribka Surbakti, dkk) dengan turut memanggil perwakilan
dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), SKK Migas dan PT Chevron
Pasifik Indonesia (PT CPI);
6) Permasalahan tersebut juga telah dibahas (mediasi) bersama Komisi Nasional
Hak Azasi Manusia Republik Indonesia cq. Subkomisi Penegakan Hak Azasi
Manusia sebagaimana surat Komnas HAM Nomor: 376/K/Mediasi/VI/2019
Tanggal 18 Juni 2019 dan telah diklarifikasi oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Siak melalui surat Nomor 35/P2T-S/VII/2019 Tanggal 29 Juli 2019
Perihal Klarifikasi Permasalahan Pengadaan Tanah Jalan Tol Pekanbaru-
Kandis, Bersama dengan pemilik tanah di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak
(atas nama Medan Br Ribka Surbakti, dkk);
7) Masyarakat (pemilik tanah) yang terkena pembangunan jalan tol di desa Balai
Raja kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis (atas nama Kartua Simbolon
dkk) menggugat Kementerian Keuangan cq. SKK Migas, Kementerian PUPR
dan Kanwil BPN Prov. Riau dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
Bengkalis. Selanjutnya Pengadilan Negeri Bengkalis mengeluarkan Putusan
Nomor: 36/Pdt.Bth/2020/PN-Bls Tanggal 9 Agustus 2021 menyatakan:
a. Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi tergugat, turut tergugat I dan turut tergugat
III untuk seluruhnya.
b. Dalam Pokok Perkara: Menolak gugatan para penggugat seluruhnya,
Menghukum para penggugat untuk membayar biaya perkara.
c. Dalam hal ini para penggugat melakukan upaya hukum banding ke
Pengadilan Tinggi Pekanbaru.
8) Masyarakat Dumai (pemilik tanah) yang terkena pembangunan jalan (atas
nama Suwandi dkk) menggugat Kementerian Keuangan cq. SKK Migas,
Kementerian PUPR dan Kanwil BPN Prov. Riau dengan mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri Dumai. Selanjutnya Pengadilan Negeri Dumai
mengeluarkan Putusan Nomor: 41/Pdt.G/2020/PN-Dum Tanggal 3 Juni 2021
menyatakan:
a. Dalam Eksepsi: Menerima eksepsi tergugat II (Kementerian Keuangan).
b. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan gugatan para penggugat tidak dapat
diterima (NO), Menghukum para penggugat untuk membayar biaya perkara.
c. Dalam hal ini para penggugat tidak melakukan upaya hukum banding ke
Pengadilan Tinggi Pekanbaru.
2. Jumlah perizinan HPL, HGU dan HGB yang telah berakhir jangka waktunya
Provinsi Riau
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kota Pekanbaru 5 626 - 4 626 -
Kabupaten
2
Bengkalis 20 - - 20 - -
Kabupaten
3
Indragiri Hulu 5 - - 5 - -
Kabupaten
4
Indragiri Hilir 2 9 - 2 - -
Kabupaten
5
Kampar - - - - - -
6 Kota Dumai - 19 - - - -
Kabupaten Rokan
7
Hilir 1 2 - - - -
Kabupaten Rokan
8
Hulu 4 11 - 4 - -
9 Kabupaten Siak - - - - - -
Kabupaten
10
Kuantan Singingi 2 11 - 2 - -
Kabupaten
11
Pelalawan 12 441 - 12 441 -
Kabupaten
12
Kepulauan Meranti - 5 - - 4 -
TOTAL 51 1.124 - 49 1071 -
Sumber data: Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Se Provinsi Riau
Catatan:
Berdasarkan PP 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah,
Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah berbunyi:
Pasal 12 ayat:
(1) “Hak Pengelolaan tidak dapat dijadikan jaminan utang”;
(2) “Hak Pengelolaan tidak dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain”;
(3) “Hak Pengelolaan hanya dapat dilepaskan dalam hal diberikan hak milik,
dilepaskan untuk kepentingan umum, atau ketentuan lain yang diatur dalam
peraturan Perundang – undangan.
Pasal 14 ayat:
(1) “Hak pengelolaan hapus karena:
a. dibatalkan haknya oleh Menteri karena:
1. Cacat Administrasi; atau
2. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya;
c. dilepaskan untuk kepentingan umum;
d. dicabut berdasarkan Undang – Undang;
e. diberikan hak milik;
f. ditetapkan sebagai Tanah terlantar; atau
g. ditetapkan sebagai tanah musnah.
(2) Dalam hal Hak Pengelolaan dibatalkan karena cacat administrasi
sebagaimana huruf a angka 1, Hak Atas Tanah diatas HPL dapat dinyatakan
batal apabila dinyatakan dalam surat keputusan pembatalan hak;
(3) Dalam hal Hak Pengelolaan dibatalkan karena pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2, Hak Atas Tanah diatas HPL dapat
dinyatakan batal sepanjang amar putusan pengadilan mencantumkan
batalnya Hak Atas Tanah diatas HPL.
3. Luas lahan HPL, HGU dan HGB ditetapkan sebagai lahan terlantar
a. luas Tanah HPL, HGU, HGB yang terindikasi tanah terlantar yaitu:
▪ Luas HGU seluas 48.798,97 Ha.
▪ Luas HGB seluas 129,19 Ha.
▪ Luas HPL tidak ada.
b. HGU yang sudah ditetapkan sebagai tanah terlantar dan sudah ditetapkan yaitu
PT. Alfa Glory Seluas 726.250 Ha. di Kabupaten Kuantan Singingi berdasarkan SK
Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 10/PTT-HGU/BPNRI/2012 tanggal 18
Januari 2012.
Terhadap tanah terlantar yang belum terdata, dapat diketahui setelah dilakukan
Identifikasi terhadap tanah yang terindikasi tanah terlantar, yang pelaksanaan
kegiatannya dilakukan sesuai DIPA.
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Penyelesaian sengketa
pertanahan dan kewajiban 20%
1 Bengkalis 750 10.660.949
pemegang HGU PT. ADEI
Plantation
Tanah Garapan,
Pendayagunaan Tanah
8 Kuantan Singingi 1.100 8.508.811
Terlantar PT Alpha Glory, SK
TOL lama
6. Izin HPL, HGU dan HGB yang belum digunakan sesuai dengan maksud dan
tujuan pemberian haknya karena keterbatasan modal dan karena alasan
lainnya
a. Untuk HGU terdapat 2 (dua) bidang yang belum dimanfaatkan sesuai dengan
maksud dan tujuan pemberian haknya yaitu HGU No. 146 dan 147 atas nama
PT. Trisetia Usaha Mandiri.
b. HGB yang belum digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian
haknya karena keterbatasan modal
HASIL PEMANTAUAN
BELUM
NO KAB/ KOTA LUAS (M2) DIMANFAATKAN
SESUAI (M2)
KARENA KURANG
MODAL (M2)
1 2 3 4 5
7. Izin HPL, HGU dan HGB yang masuk dalam perubahan Rencana Tata Ruang
dan Wilayah
HGU/HGB/HPL dalam
RTRW Kabupaten/Kota
NO Kabupaten/Kota perubahan RTRW
RTRW RTRW Revisi Jumlah (Bidang) Luas (Ha)
1 2 3 4 5 6
Perda RTRW Perda RTRW
1 Kota Pekanbaru 0 0
Nomor 04/1993 Nomor 7/2020
HGU: 679,75
Perda RTRW Masih dalam HGU; 11 Ha
2 Kabupaten Bengkalis
Nomor 19/2004 Proses HGB: 42 HGB: 313,68
Ha
HGU:
Kabupaten Indragiri Masih dalam HGU: 24 29558,71 Ha
3 -
Hulu Proses HGB: 60 HGB: 114,95
Ha
HGU: 2518,41
Kabupaten Indragiri Perda RTRW Masih dalam HGU: 11 Ha
4
Hilir Nomor 02/1994 Proses HGB: 24 HGB: 79,37
Ha
HGU:
Perda RTRW Perda RTRW HGU: 18 8.153,04 Ha
5 Kabupaten Kampar
Nomor 11/1999 Nomor 11/2019 HGB: 1142 HGB: 273,93
Ha
HGU: 0
Perda RTRW Perda RTRW HGU: 0
6 Kota Dumai HGB: 35,05
Nomor 11/2002 Nomor 15/2019 HGB: 350
Ha
HGU: 2.321
Perda RTRW Masih dalam HGU: 5 Ha
7 Kabupaten Rokan Hilir
Nomor 27/2002 Proses HGB: 51 HGB: 88,52
Ha
HGU:
Kabupaten Rokan Perda RTRW Perda RTRW HGU: 31 72.038,28 Ha
8
Hulu Nomor 19/2003 Nomor 1/2020 HGB: 1.906 HGB: 45,45
Ha
Perda RTRW Perda RTRW
9 Kabupaten Siak 0 0
Nomor 01/2002 Nomor 1/2020
HGU: 3670,29
Kabupaten Kuantan Perda RTRW Masih dalam HGU: 12 Ha
10
Singingi Nomor 01/2004 Proses HGB: 70 HGB: 82,92
Ha
HGU:
Perda RTRW Perda RTRW HGU: 53
11 Kabupaten Pelalawan 4.884,16 Ha
Nomor 23/2001 Nomor 7/2019 HGB: 4
HGB: 1,41 Ha
Kabupaten Kepulauan Perda RTRW HGU: 0 HGU: 0
12 -
Meranti Nomor 8/2020 HGB: 9 HGB: 1,23 Ha
HGU :
HGU: 165 123.823,6 Ha
JUMLAH
HGB: 3.658 HGB :
1.036,51 Ha
Sumber data: Bidang Penataan dan Pemberdaan Kanwil BPN Provinsi Riau
8. Izin HGU yang baru maupun yang akan diperpanjang dalam mewajibkan 20%
luas lahan diberikan dari total luas lahan HGU kepada Perkebunan Plasma
No KANTOR JUMLAH HGU YANG TERBIT SETELAH TAHUN 2014 (KEWAJIBAN PLASMA
PERTANA HGU 20%)
HAN KESELU PEMBERIAN PERPANJAN JUMLAH LUAS LUAS
RUHAN HGU GAN/ HGU HGU (Ha) KEWAJIBA
PEMBARUAN N PLASMA
HGU (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kota
5 - - - - -
Pekanbaru
2 Kabupaten
38 - 1 1 11.571,17 2.416,82
Bengkalis
3 Kabupaten
Indragiri 89 39 7 46 10.173,53 1.429,41
Hulu
4 Kabupaten
Indragiri 36 - - - - -
Hilir
5 Kabupaten
81 5 - 5 4.099,86 778,6
Kampar
6
Kota Dumai 2 - 1 1 18,71 -
7 Kabupaten
58 - - - - -
Rokan Hilir
8 Kabupaten
41 10 4 14 33.837,38 9.303,08
Rokan Hulu
9 Kabupaten
34 8 - 8 868,38 298,10
siak
10 Kabupaten
7.717,771
Kuantan 26 - 6 6 4.874
3
Singingi
11 Kabupaten 2.796,13
85 16 - 16 8.155,32
Pelalawan
12 Kabupaten
0 - - - - -
Kepulauan
Meranti
TOTAL 495 78 19 97 78.982,47 22.413,93
Sumber data: Komputerisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Kota Se. Provinsi Riau.
11. Sengketa antara masyarakat hukum adat dengan izin HPL, HGU dan HGB
a. Klaim Masyarakat Suku Pantai Raja terhadap HGU PTPN V di Kabupaten
Kampar seluas ± 150 Ha.
b. Klaim Suku Penghulu Setio dirajo terhadap HGU PT. Sarikat Putra ± 6.767,65
Ha.
12. Perizinan HPL, HGU dan HGB tumpang tindih dengan kawasan hutan
1 - - 44 452,79 10 401,39
Bengkalis
2 - - 55 91,31 18 26.770
Indragiri Hulu
3 - - 18 30,03 52 567,56
Indragiri Hilir
4 - - 1.107 276,95 24 6.784,41
Kampar
Kepulauan
5 - - 50 2,04 - -
Meranti
Kuantan
6 - - 71 145,1 12 8.966,23
Singingi
7 Pelalawan - - 4 1,42 15 5.404,98
8 Rokan Hilir - - 52 79,34 9 4.007,48
9 - - 10 64,54 25 3.761,23
Rokan Hulu
10 - - 4 17,92 25 1.375,71
Siak
11 Dumai - - 502 27,83 - -
12 - - 2 0,09 3 1,77
Pekanbaru
Jumlah - - 1.919 1.189,36 193 58.040,76
Sumber data: Penataan Pertanahaan dan Pemberdayaan Kanwil BPN Provinsi Riau
Terhadap konflik penyelesaian HGU, HGB dan HPL yang semula APL kemudian
menjadi kawasan hutan (HPK), pihak Pemegang Hak Mengajukan permohonan
pelepasan Kawasan Hutan Kepada Menteri KLHK cq. Dirjen Planalogi KLHK.
13. Perizinan HPL, HGU dan HGB tumpang tindih dengan izin/konsensi
pertambangan
Tidak ada tumpang tindih dengan izin/konsensi pertambangan Swasta maupun
BUMN/BUMD, namun dalam Permen ATR/BPN No.7/2017 sudah diberikan ruang
koordinasi lintas sektor, dimana dalam pendaftaran, perpanjangan dan
pembaharuan HGU melibatkan Panitia B yg anggotanya terdiri atas lintas sektor
tersebut. Untuk sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diwakili Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Riau yg melakukan klarifikasi dan fasilitasi
PPLB (Perjanjian Pemanfaatan Lahan Bersama).
Saat ini dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memproses dan
menerbitkan PPRB kepada 11 Pemegang HGU yaitu:
DAFTAR PEMEGANG HGU YANG MEMILIKI PERJANJIAN PEMANFAATAN
LAHAN BERSAMA:
1) PT. Sinar Sawit Sejahtera;
2) PT. Air Jernih;
3) PT. Sumber Alam Makmur;
4) PTPN V;
5) PT. Graha Permata Hijau;
6) PT. Riau Anugrah Sentosa;
7) PT. Riau Agung Karya Abadi;
8) PT. INECDA;
9) PT. Sari Lembah Subur;
10) PT. Kimia Tirta Utama;
11) PT. Sawit Asahan.
14. Perusahaan Swasta yang tidak memilki Izin Lokasi dan Izin Usaha
Perkebunan (IUP)
Berdasarkan :
a. PP Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah;
b. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 17 tahun 2019 tentang izin lokasi;
c. Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nomor: 6/SE-HM.01/IX/2019 tanggal 30 September 2019 tentang
Pengendalian Pemilik Manfaat dan Perusahaan Terafiliasi dalam Proses
Penetapan dan Peralihan Hak Atas Tanah.
Berkaitan dengan permohonan HPL, HGU dan HGB yang dimohonkan kami
tidak menemukan Perusahaan Swasta yang mendapat pengelolaan Hak
tersebut tetapi tidak memiliki Izin Lokasi dan Izin Usaha Perkebunan (IUP).
15. Aturan yang membatasi pengelolaan maksimum HPL dan HGU,
Sampai dengan saat ini untuk batasan maksimum penguasaan HGU belum ada
peraturan yang mengaturnya, pembatasan terhadap pengelolaan maksimum HGU
baru sebatas pemberian terhadap izin lokasi dan izin usaha perkebunan yang
dimiliki perusahaan, yakni sebagaimana yang diatur pada pasal 5 ayat (1) huruf c
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/kepala BPN RI No 17 Tahun 2019
tentang Izin Lokasi, yaitu untuk komoditas pangan selain tebu 1 (satu) Provinsi
seluas 20.000 Ha, dan untuk seluruh Indonesia seluas 100.000 Ha, dan untuk izin
usaha perkebunan diatur pada Lampiran VI Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor : 98/Permentan/Ot.140/9/2013, yaitu untuk kelapa sawit
maksimal 100.000 Ha, sehingga berdasarkan data Komputerisasi Kantor
Pertanahan Kabupaten Kota Se Provinsi Riau belum terdapat pendaftaran atau
pemberian hak perusahaan/kelompok perusahaan besar yang melebihi dari batas
IUP dan izin lokasi yang telah ditetapkan instansi yang berwenang karena
penerbitan HGU tetap mempedomani luas IUP dan luasan Izin lokasi yang dimiliki
perusahaan.
18. Perhatian khusus BPN terkait semua permasalahan HGU, HGB, dan HPL
dengan berlakunya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
a. Bahwa TIM GTRA baik di Provinsi dan Kab/Kota sudah mulai mendata potensi
TORA pada lahan HGU, yang akan berakhir Haknya, Konflik dengan
masyarakat dan 20% pelepasan kawasan yang akan di redistribusikan untuk
masyarakat sekitar.
b. Kendala yg dihadapi oleh Kanwil BPN Prov. Riau terhadap permasalahan
HGU, HGB dan HPL adalah ditemukannya beberapa permohonan HAT yang
pemanfaatan ruangnya sudah tidak sesuainya dengan Perda RTRW yang
berlaku, sementara pada tanah tersebut sebelumnya telah lahir Hak ataupun
Izin yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang, karna memang pada saat
hak/izin diberikan secara tata ruang pemanfaatannya memang telah sesuai
dengan perda rtrw yang berlaku saat itu, namun dengan disahkannya UUCK
diharapkan permasalahan permohonan HAT yg sebelumnya telah memiliki
Hak ataupun Izin dari Instansi yang berwenang namun sudah tidak sesuai
dengan RTRW yang berlaku saat ini dapat diselesaikan, untuk itu Kanwil BPN
Prov. Riau berharap peraturan pelaksana dari PP 43 Tahun 2021 tentang
Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau
Hak Atas Tanah terutama tentang Keterlanjuran yang dimaksud pada pasal 12
ayat (1) huruf b dapat segera dikeluarkan oleh Instansi terkait
D. Paparan Direktur Utama PTPN V Wilayah Riau
E. Paparan PT Pertamina Hulu Riau (PHR)
1. Profil Perusahaan
▪ PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) adalah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) --
yang 100% sahamnya dimiliki Pemerintah Indonesia-- dan dikelola di bawah naungan
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding upstream PT Pertamina (Persero).
▪ PT PHR atau Regional 1 (Sumatera) dari Pertamina Sub Hodling Upstream meliputi 4
zona, yakni :
Zona 1 (Meliputi wilayah kerja Rantau, Pangkalan Susu, Jambi, Lirik, NSO, Siak-
Kampar, CPP, Jambi Merang, Jabung/Non Operator, dan Kakap/Non Operator).
Zona 2&3 (Meliputi WK Rokan di Provinsi Riau),
Zona 4 (Meliputi wilayah kerja Adera, Pendopo, Limau, Prabumulih, Ramba,
Corridor/Non Operator, Ogan Komering-Raja Tempirai)
▪ Sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari Pemerintah Indonesia, PT PHR
mengelola Wilayah Kerja (WK) Rokan (Zona2&3) sejak 9 Agustus 2021, yang
merupakan blok terminasi PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). WK Rokan
mencakup luas sekitar 6.200 km2 yang terletak di 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau,
dengan mengelola sekitar 80 lapangan aktif dan 13.600 sumur.
▪ PHR, mengacu pada perusahaan induknya PHE, memiliki visi “Menjadi Perusahaaan
Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia” dan Misi “Melaksanakan pengelolaan operasi dan
portfolio usaha sektor hulu minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba
tinggi serta memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan”.
2. Dasar hukum yang melatar belakangi Perusahaan mendapatkan izin HPL atau HGU
atau HGB dari Negara
▪ Beberapa peraturan perundang-undangan terkait:
- UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
- UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
- UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendarahaan Negara;
- PP 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
- PP 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas, sebagaimana telah diubah
beberapa kali, perubahan terakhir melalui PP 55 Tahun 2009;
- PP No.27 Tahun 2014 jo. PP 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan BMN/D;
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.06/2020 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara Hulu Migas.
▪ Mengacu pada peraturan perundang-undangan di atas, bidang-bidang tanah WK Rokan
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau perolehan lain yang sah dan saat ini
dikelola oleh PHR WK Rokan selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) merupakan
Barang Milik Negara berupa Tanah Hulu Migas.
▪ Bidang-bidang tanah dimaksud disertifikatkan atas nama Pemerintah RI cq.
Kementerian Keuangan RI dengan status Hak Pakai dan jangka waktu tidak
terbatas sepanjang masih digunakan sesuai peruntukan.
▪ Dengan demikian, informasi yang disampaikan oleh PHR WK Rokan pada pertanyaan
ini dan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya akan dijawab dalam konsep Hak Pakai (HP)
a.n. Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI terhadap BMN Tanah WK Rokan.
▪ Kewenangan terkait penerbitan HGU, HGB dan HPL berada di Kementerian ATR/BPN
3. Luas tanah dan Durasi HPL atau HGU atau HGB yang digarap oleh Perusahaan
Berdasarkan informasi sementara yang diterima PHR WK Rokan, mengacu pada daftar
BMN Tanah Terminasi WK Rokan yang dialihkelolakan dari operator WK Rokan
sebelumnya kepada Pemerintah RI melalui SKK Migas dan Pusat Pengelolaan BMN
Kementerian ESDM, estimasi luas BMN Tanah WK Rokan adalah ±50.000 ha (lima puluh
ribu hektar) yang tersebar di 5 Kabupaten (Siak, Kampar, Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan
Hilir) dan 2 Kota (Pekanbaru, Dumai).
4. izin HPL atau HGU atau HGB yang telah berakhir jangka waktunya diperpanjang
PHR WK Rokan sebagai KKKS Hulu Migas mitra Pemerintah RI beroperasi pada wilayah
kerja yang merupakan Barang Milik Negara berupa Tanah Hulu Migas a.n. Pemerintah RI
cq. Kementerian Keuangan RI, sepanjang jangka waktu Kontrak Kerja Sama WK Rokan.
5. Izin HPL atau HGU atau HGB yang telah didapatkan Perusahaan terjadi sengketa
Berdasarkan informasi sementara yang diterima oleh PHR, terdapat beberapa gugatan
masyarakat atas BMN Tanah WK Rokan yang diajukan kepada Pengadilan. Namun
demikian, pihak berperkara dari perkara-perkara dimaksud adalah operator WK Rokan
sebelumnya (PT Chevron Pacific Indonesia/CPI) dan SKK Migas.
PHR WK Rokan tidak termasuk dalam pihak yang berperkara.
6. Izin HPL atau HGU atau HGB yang dikuasai oleh Perusahaan dijadikan penguasaan
sepihak dan ilegal oleh perorangan/pribadi atau kelompok
Berdasarkan informasi sementara yang diterima oleh PHR WK Rokan hingga saat ini,
terdapat beberapa penguasaan sepihak dan ilegal oleh perorangan/pribadi atau kelompok
di beberapa lokasi pada wilayah kerja operasional migas WK Rokan (area sumur migas,
jalur pipa penyalur, dan lokasi operasional lainnya).
PHR WK Rokan akan menindaklanjuti informasi ini sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
7. Izin HPL atau HGU atau HGB oleh Perusahaan masuk dalam perubahan Rencana
Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten/Kota/Provinsi
Berdasarkan informasi sementara yang diterima oleh PHR WK Rokan hingga saat ini,
wilayah kerja WK Rokan berada pada kawasan pertambangan sesuai Perda Provinsi Riau
No.10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038.
9. Penguasaan perizinan HPL atau HGU atau HGB oleh Perusahaan yang dinyatakan
tumpang tindih dengan kawasan hutan
Berdasarkan informasi sampai saat ini yang diterima oleh PHR, terdapat sebagian BMN
Tanah WK Rokan yang dimasukkan dalam Peta Kawasan Hutan Prov. Riau.
Kami mohon DPR dapat membantu penyelesaian permasalahan dimaksud agar kegiatan
produksi/operasional dan pengembangan lapangan migas dapat berjalan lancar demi
mendukung target produksi migas nasional.
10. Permasalahan penguasaan masyarakat diatas perizinan HPL atau HGU atau HGB
yang dikuasai oleh Perusahaan
Berdasarkan informasi sementara yang diterima oleh PHR WK Rokan hingga saat ini,
terdapat beberapa penguasaan masyarakat di beberapa lokasi pada wilayah kerja
operasional migas WK Rokan (area sumur migas, jalur pipa penyalur, dan lokasi
operasional lainnya). PHR WK Rokan akan menindaklanjuti informasi ini sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
11. Realisasi CSR kepada masyarakat setempat yang berdampak dalam aktivitas
Perusahaan terutama pada dampak lingkungan
Perusahaan senantiasa menjalin kemitraan dengan para pemangku kepentingan dalam
mendukung perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati di sekitar
wilayah operasi PHR WK Rokan.
Beberapa contoh program CSR di bidang lingkungan yang sedang dijalankan oleh
Perusahaan antara lain:
• Program Bank Sampah di Rumbai, Minas, Siak, dan Duri bekerja sama dengan LPPM
UNILAK dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau.
• Program Konservasi Hutan dan Gajah Sumatra bekerja sama dengan Perkumpulan
Gajah Indonesia, Rimba Satwa Foundation dan BBKSDA Riau.
• Inisiatif terkait Gambut untuk mengurangi kebakaran hutan dan lahan di Riau bekerja
sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
• Program Restorasi ekosistem Mangrove di Dumai dan Bengkalis.
12. Kasus penguasaan tanah oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) yang
membentang sepanjang jalan dari Jalan poros Rumbai menuju Dumai sepanjang 180
KM dengan lebar tanah 100 Meter di kanan dan Kiri jalan yang diklaim sebagai lahan
konsensi diperuntukkan kepentingan PT. CPI
▪ Sebagai operator baru di area operasi WK Rokan, PHR WK Rokan siap mendukung
langkah yang akan diambil oleh Pemerintah RI dan pemangku kepentingan terkait atas
permasalahan tersebut di atas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan Kontrak PSC Gross-Split WK Rokan serta menyesuaikan dengan posisi
PHR WK Rokan sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama dengan Pemerintah RI sejak
tanggal 9 Agustus 2021.
▪ Untuk kesinambungan operasi hulu Migas PHR WK Rokan dalam memenuhi target
produksi Migas demi mendukung ketanahan energi nasional, PHR WK Rokan tetap
membutuhkan bidang tanah ROW (jalur lintas) yang membentang dari Rumbai ke
Dumai yang telah terbangun fasilitas produksi berupa jalan, pipa minyak, jalur transmisi
listrik dan fasilitas pendukung produksi migas lainnya.
▪ Berdasarkan informasi sementara yang diterima PHR WK Rokan, selaku operator baru,
bidang tanah ROW di atas telah dibangun oleh operator sebelumnya, jauh sebelum
masyarakat berkegiatan pada lokasi-lokasi tersebut.
▪ Sesuai PMK 140 Tahun 2020 bahwa Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
▪ Untuk itu, apabila ada perubahan atau pencabutan dari suatu keputusan yang sudah
masuk dalam BMN memerlukan persetujuan dari Kementerian Keuangan selalu
pengelola Barang.
2) DR. H. Syamsurizal
▪ Surat dari masyarakat kepada Gubernur Riau. Pada tahun 1959 yang lalu oleh
Gubernur Swatantra I Riau pada masa itu membuat rencana membuka jalan
baru jalan dari Pekanbaru ke Dumai sepanjang 180 km. Oleh Gunernur
berikutnya, dipertegas, Gubernur pertama selebar 75 m yang dibiayai oleh
Caltex. Gubernur berikutnya Arifin Ahmad tahun 1974 dipertegas meminta
Bupati Bengkalis ketika waktu itu untuk melaksanakan apa yang diperintah
Gubernur tahun 1959 untuk membuka jalan sepanjang 180 KM itu agar
diberikan lebih luas lagi sebesar 100 m kiri dan kanan dan dilaksanakan oleh
PT.Caltex Pasific dan jadilah jalan tersebut. Jarak SK tersebut hingga sekarang
sudah berumur 47 tahun. Dalam proses perkembangan kehidupan masyarakat
kesehariannya, tanah yang ada sudah diperjual belikan oleh masayarakat.
Belakangan ketika jalan itu akan dikembangkan pembagunan Tol, masyarakat
diseiktar situ tidak lagi bisa menggunakan tanah-tanah mereka karena surat-
surat mereka sudah tidak berlaku dan bernilai.Dan barangkali ini bisa
dialamatkan kepada BPN, karena surat tanah mereka sudah tidak bisa siapa-
apakan lagi dan orang lain juga tidak mau membeli tanah mereka. Inilah
persoalan yang kita hadapi dan masayarakat menuntut kita untuk memperoses
permasalahan ini diselesaikan. Maalah ini hendaknya dapat diselesaikan
seacara Bersama, hendaknya Kapolda, Danrem dan Pak Gubernur kita dapat
menyelesaikan persoalan ini. Hingga saaini tetap PT.Caltex yang sekarang
menjadi CPI dan skrg akan diteruskan oleh PHR. Hendaknya Pak Gubernur
dapat menyelesaikan permasalahan ini.
▪ Sekitar seminggu yang lau kami kedatangan dari masyarakat, Koperasi Petani
Sahabat Lestari (KOPNI SL) Koperasi Petani, singkatnya ada tanah yang
selama ini dikuasi terhadap PT Arara Abadi dalam bentuk HTI, ternyata sudah
ada kesepakatan 3 kali dengan pihak PT. Arara Abadi, disitu ada statement
dari PT Arara Abadi menyerahkan hak Kawasan tersebut kepada pihak KOPNI
SL.untuk dikelola kebun sawit, tetapi setelah hak kelola itu didapat oleh KOPNI
SL dan ternyata PT.Arara Abadi tidak berkomitmen karena ada indikasi
bekerja sama dengan yang lain sehingga menjadi perseteuan kedua belah
pihak. Hal ini sudah ditengahi oleh DPRD Riau dan dinyatakan sah PT.Arara
Abdi memberikan hak pengelolaan 1568 Hektar untu dikelola kepada KOPNI
SL.Untuk itu kami ingin meperoleh penjelasannya dari PT. Arara Abadi.
▪ Soal tanah terlantar ini kita tahu persis,ketika HGU diberikan oleh Pemerintah
ternyata HGU tidak optimal pengelolaannya dan terjadi tanah terlantar, kita
akan melakukan evaluasi sejauh mana tahah terlantartersbut dapat diretribusi
dan sejauh mana pula tanah terlantar bisa kita selesaiakn persoalannya.
Karena sudah ada aturan baru di dalam UU Cipteker apabila tanah terlantar
sudah 2 kali tidak diolah akan menjadi Pidana tapi tidak lepas kemungkinan
semacam kepentingan dari pihak daerah yang kana memanfaatkan tanah
tersebut menjadi usahakan bagi petani, kira-kira bagaimana solusinya yang
diinginkan agar Pemda juga mengopyimalkan tanah terlantar ini.
4. Jawaban PTPN V
▪ PTPN V kami Istiqomah untuk rakyat, bisa dilihat kita tanam ulang PSL tertinggi
di dunia, mungkin bisa dilihat data Nasional PTPN hampir 21.700 ribu HA sudah
tanahm ulang. Dan kami menjual bibit petani, kami tidak mau petani
mendapatkan bibit palsu yang efeknya pada 25 sampai 30 tahun kedepan.
Sdudah disipakan 3500 petani warga, kami satu-satunya PTPN yang
menggunakan alat panen dari produk UMKM.
▪ Pada tahun 2019 kami diperintahkan Presiden untuk menyerahkan lahan 2400
Ha kepada pemerintah untuk dibagikan kepada masyarakat kami serahkan.
▪ Kaitan dengan Klaim masyarakat terkait dengan penguasaan tanah mereka
ditanah-tanah yang memilki HGU misalnya tanah adat Suku Pantai Raja
terhadap HGU PTPN V di Kab Kampar hamper 150 HA, kita sudah mediasi
Komnas HAM, kemudian juga di DPRD Provinsi, sekarang dalam proses
penyelesaiannya.
2. Membentuk Tim Kanwil dan Kantah BPN dengan Pemda untuk memetakan
selisih masalah data luas antar IUP d HGU yang didapatkan.
VI. PENUTUP
Dengan demikian Laporan Kunjungan Kerja Panja Evaluasi dan Pengukuran Ulang
HGU, HGB dan HPL Komisi II DPR RI yang dapat kami sampaikan. Seluruh masukan
maupun permasalahan yang disampaikan kepada Komisi II DPR RI akan menjadi
catatan yang akan disampaikan kepada mitra-mitra terkait dalam rapat-rapat yang akan
diadakan oleh Komisi II DPR RI. Selain itu segala permasalahan maupun usulan dapat
disampaikan secara tertulis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.
Kepada segenap pihak yang telah membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja Panja
ini, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 13 September 2021
KETUA TIM KUNJUNGAN
PANJA EVALUASI DAN PENGUKURAN ULANG
HGU HGB HPL KOMISI II DPR RI