Anda di halaman 1dari 1

Kenaikan BPJS

Latar Belakang
1. Kecurangan Rumah Sakit
Banyak rumah sakit melakukan kecurangan dalam pemalsuan data kelas rumah sakit.
Rumah sakit yang seharusnya berkelas C memalsukan data agar mendapatkan dana
unit kelas B
2. Kecurangan Perusahaan
Setiap perusahaan harus membayarkan iuran BPJS Kesehatan setiap karyawannya
sebesar 4% dari 5% dari gaji pokok karyawan. Perusahaan memalsukan Data jumlah
karyawan atau gaji keryawan agar dapat membayar iuran bpjs lebih kecil.
3. Double Claim
Beberapa peserta melakukan teknik double claim agar dapat mengambil uang bpjs
lebih besar dari seharusnya.
4. Pelayanan tak sebanding data
Perusahaan pelayanan kesehatan seharusny mendata berapa banyak peserta layana
kesehatan, setelah didata barulah layanan kesehatan disediakan. Namun, dalam
kasusu bpjs di temukan data jumlah peserta adalah 223,3 juta dan layanan 233,9juta
5. Peserta menunggak
Tunggakan peserta mandiri 2016-2018 mencapai sekitar 15T. Keaktifan peserta
mandiri hanya 53,7% pada akhir 2018. Banyak peserta yang setelah sembuh tidak
lanjut membayar iuran.

Kejanggalan Kenaikan 100%


1. Dalam data ditemukan bahwa hanya 53,7% peserta BPJS yang aktif. Apabila
terjadi kenaikan iuran BPJS 100%, maka yang mungkin terjadi adalah kenaikan
jumlah peserta yag menunggak.
2. Dalam pasal 5 ayat (2) PP tahun 2013 diatur pada pelangaran kepersertaan BPJS
berupa: a. Teguran, b. Denda, dan c. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu.
Namun, untuk sanksi poin c tidak terlaksana dengan baik. Sehingga timbul sikap masa
bodo pada pelanggaran

Solusi
1. Peningkatan kualitas Manajemen BPJS agar tidak terjadi kecurangan dan
pemalsuan data
2. Pelksanaan sanksi yang lebih baik bagi penunggak BPJS
3. Kenaikan iuran boleh dilakukan tapi tidak boleh sampai menyetuh rasio 100%
karena akan sangat memberakan peserta. Kenaikan boleh dilakukan dengan rasio
dibwah 50%
4. Penaikan cukai rokok untuk mengcover defisit
5. Penerapan sistem cost sharing untuk penyakit katastropik pada peserta BPJS
mandiri

Anda mungkin juga menyukai