Anda di halaman 1dari 5

Isra' Mi'raj Muhammad SAW versus

Kenaikan Isa Al-masih/Jesus sang Kristus

Dalam ajaran Islam, Isra’ Mi’raj adalah peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah
SAW. Salah satu buah dari Isra’ Mi’raj adalah perintah shalat 5 waktu. Sebaliknya,
Kenaikan Isa Almasih adalah doktrin yang mahapenting dalam ajaran Kristen, karena
diyakini satu paket dengan doktrin penyaliban dan kebangkitan Yesus untuk menebus
dosa manusia.

Di Indonesia, kedua momen itu diperingati setiap tahun sebagai hari libur nasional.
Tahun 2015 ini, Isra’ Mi’raj dan Kenaikan Yesus bertepatan pada hari yang berdekatan
pada pekan terakhir bulan Mei.

Dalam artikel “Perjalanan Nabi Allah ke Sorga” di situs www.####danislam, para


penginjil Kristen membandingkan peristiwa Isra’ Mi’raj dan Kenaikan Yesus ke Surga
dengan cara yang culas dan tidak fair.

Menurutnya, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad tidak bisa dipercaya karena dilakukan pada
waktu malam tanpa dilihat oleh saksi mata satu orang pun. Penginjil menulis:

“Saksi mata sangat dibutuhkan untuk membenarkan sebuah perkara. Di pengadilan


misalnya, kesaksian yang didukung saksi mata, akan lebih diterima Hakim dibanding
kesaksian tanpa saksi mata. Bahkan seseorang yang dianggap benar, tapi tidak dapat
mengajukan saksi mata, di pengadilan dapat menjadi pihak yang kalah.

Mungkin saudara bertanya, “Apa hubungan saksi mata dengan Isra Mi’raj Nabi
Muhammad?
Perjalanan Isra Mi’raj tidak ada saksi mata. Isra Mi’raj merupakan peristiwa penting bagi
kenabian Muhammad. Menurut kami, wajar saja bila umat non-Muslim tidak dapat
mempercayai peristiwa Isra Mi’raj. Sebab tidak ada seorang pun saksi mata ketika
Muhammad melakukan “perjalanan” tersebut.”

Setelah menggugat Isra’ Mi’raj, penginjil beralih memuji doktrin Kenaikan Yesus
sebagai peristiwa nyata dan valid, karena terjadi pada siang hari dengan disaksikan
dengan mata telanjang oleh banyak orang. Berikut kutipannya:

“Bila kita melihat bagaimana perjalanan Muhammad dan Isa Al-Masih ke sorga,
khususnya dalam hal saksi mata, perjalanan Isa Al-Masih lebih dapat diterima.
Alasannya: Pertama, ketika Dia naik ke sorga, dilakukan pada siang hari, bukan tengah
malam. Kedua, banyak saksi mata yang menyaksikan peristiwa tersebut. Dan ketiga
serta yang paling penting: Peristiwa itu adalah benar-benar nyata, bukan sebuah mimpi
atau ilusi, sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci. Yang melihat Yesus terangkat
naik ke sorga saat itu, bukan hanya murid-murid pertama-Nya. Tetapi juga disaksikan
oleh orang-orang Yahudi yang telah menjadi pengikutnya kala itu.”

Sekilas, terutama bila dibaca oleh orang yang malas berpikir, argumen penginjil di situs
kristenisasi berkedok Islam itu memang masuk akal. Tapi bagi orang yang kritis dan
bersungguh-sungguh mencari kebenaran, seluruh analogi dan argumen penginjil itu
sangat rapuh dan irasional.
Pertama. Memang benar, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu Rasulullah SAW tidak
didampingi oleh seorang pun, karena ini adalah mukjizat kenabian yang hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang dikehendaki (iradah) Allah Swt.

Peristiwa ini terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW
hijrah ke Madinah yaitu antara tahun 620-621 M. Sebagian ulama menyebutkan,
peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.

Ingat, peristiwa agung ini adalah kehendak Allah, bukan kehendak Rasulullah. Dalam
surat Al-Isra’ 1 disebutkan dengan jelas dengan kata kerja “asraa” yang berarti
memperjalankan atau memberangkatkan.

Tentu saja, Abu Jahal, para tokoh kafir Quraisy dan para penginjil Kristen tidak
dikehendaki Allah Swt untuk mendampingi isra mi’raj Rasulullah Saw karena sama
sekali tidak memiliki sifat-sifat kenabian, keagungan dan kemuliaan selevel Rasulullah
Saw.

Kedua, meski tidak disaksikan oleh para saksi mata, tapi validitas peristiwa Isra Miraj
tidak bisa diragukan, karena kesaksian Allah Swt dalam Kitab Suci Alquran jauh
melebihi kesaksian manusia.

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs Al-Isra’ 1).

Ayat ini terbukti keasliannya tanpa mengalami perubahan satu titik koma pun sejak
diwahyukan Allah kepada Rasulullah, hingga berabad-abad kemudian ayat ini dihafal
umat Islam sampai sekarang.

Ketiga, ketiadaan saksi mata dalam perjalanan Isra’ Mi’raj sama sekali tidak menjadi
alasan untuk meragukan peristiwa tersebut. Faktanya, kaum Quraisy yang
menertawakan kisah Isra’ (perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha),
melakukan serangkaian pengujian (testing) kepada Rasulullah. Hasilnya, mereka tidak
bisa menampik bahwa Rasulullah memang melakukan perjalanan tersebut dalam satu
malam.

Pada keesokan hari setelah Isra’ Mi’raj, Rasulullah Saw mengundang para kaum
Quraisy. Beliau berdiri di samping Kabah dan meminta mereka mendengarkan kisahnya
yang dialaminya semalam. Awalnya, orang-orang Quraisy malas-malasan dan acuh tak
acuh terhadap beliau. Namun akhirnya mereka mulai berdatangan.

Bahkan salah satu orang Quraisy mendesak Rasulullah Saw untuk segera bercerita.
Namun, setelah mendengarkan cerita Rasulullah, orang-orang Quraisy menertawakan
dan menuding Rasulullah Saw linglung dan berbohong. Mereka tak percaya,
bagaimana mungkin dalam waktu semalam, Rasulullah Saw bisa menempuh
perjalanan dari Mekah ke Palestina dan pagi harinya sudah kembali lagi di Mekah.

Sambil terus mengolok-olok Rasulullah SAW, mereka menanyakan berapa jumlah tiang
di Baitul Maqdis. Rasulullah pun menjawabnya dengan tepat dan cepat berapa jumlah
tiang masjid Baitul Maqdis. Bahkan dengan akurat dia sebutkan bagaimana bentuk
halaman depannya, seperti apa ukiran-ukiran yang ada dinding masjid tersebut, dan
sebagainya.

Di tengah kerumunan tersebut, Abu Bakar berdiri di samping Rasulullah Saw. Dengan
lantang Abu Bakar menyatakan bahwa dia percaya dan membenarkan isra’ mi’raj
Rasulullah Saw. Sejak itu Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq, yaitu orang yang
membenarkan. Peristiwa ini diabadikan dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Ibnu
Abbas RA yang dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (VII:3021).

Selanjutnya, bagaimana dengan peristiwa Kenaikan Yesus ke Surga? Nas Bibel


menyebutkan: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah
ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Markus 16:19).

Kesaksian Markus bahwa Yesus sudah naik ke sorga lalu duduk/berdiri di sebelah
kanan Allah, ini jelas menunjukkan posisi Allah yang berarti Tuhan bisa dilihat dengan
mata kepala. Hal ini tidak dapat dipercaya, sebab mustahil mata manusia bisa melihat
Allah, bahkan bertentangan dengan ajaran Yesus sendiri:

“Bapa yang mengutus aku, Dialah yang bersaksi tentang aku. Kamu tidak pernah
mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat” (Yohanes 5: 37; bdk: I
Timotius 6: 16; bdk: I Timotius 1: 17, Keluaran 33: 20, I Yohanes 4: 12).

Jika kesaksian Markus tentang Kenaikan Yesus ke Surga itu dibenarkan, apakah
ratusan ayat yang lain itu harus dianggap ayat palsu?

Kenaikan Yesus ke Surga adalah Doktrin Palsu

Klaim penginjil Kristen bahwa Kenaikan Yesus ke Surga peristiwa yang valid karena
disaksikan langsung oleh para murid Yesus, adalah isapan jempol belaka.

Injil Markus melaporkan kisah kenaikan Yesus ke surga sbb: “Sesudah Tuhan Yesus
berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah ia ke sorga, lalu duduk di sebelah
kanan Allah” (Markus 16:19).
Kesaksian tidak dapat diterima, karena Injil Markus ayat 9-20 bukan termasuk Injil
naskah lama yang asli, melainkan tambahan belaka. Para pakar Alkitab secara
konsensus mengakui bahwa ayat tersebut adalah palsu, bukan Injil Markus yang asli.
Perhatikan vonis para ilmuwan Kristen berikut:

“The earliest manuscript and some other ancient witnesses do not have Mark 16:9-20”
(The Holy Bible New International Version, h.1159).

“Pandangan yang umum diterima ialah bahwa Injil ini dirusakkan pada halaman
terakhir, baru setelah ditulis. Atau bahwa Markus tidak dapat menyelesaikannya,
barangkali karena bertambah-tambahnya penghambatan. (Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,
hal. 190).

“Markus 16:9-20 ini agaknya tidak termasuk Injil Markus yang asli. Mungkin tidak lama
setelah Markus terbit, bagian penutup ini dimasukkan sebagai pengganti penutup yang
lain” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan, hal. 133).

“Ayat lainnya dari bab 16 ini (Markus 16:9-20) rupanya ditulis oleh tangan orang lain.
Meskipun jelas bukan dari Markus, namun Gereja tidak pernah meragukan sebagai
juga terilhami” (Tafsir Injil Markus, hal. 18).

Jika ayatnya palsu, maka doktrin Kenaikan Yesus juga wajib dinilai palsu!

_____________________________

Anda mungkin juga menyukai