Anda di halaman 1dari 5

Bagaimana sains menjelaskan perjalanan Isra Mi'raj Rasulullah SAW?

Mudah saja, semua kejadian itu hanya terjadi di otak Nabi. Tidak ada perjalanan fisik, tidak
ada pergi keluar angkasa, semua berlangsung dalam waktu singkat saat Nabi berada dalam
kondisi deep sleep.

Jika anda belajar Psikologi atau Neuroscience, mimpi mimpi yang sangat realistis atau vivid
dreams bukan sesuatu yang jarang terjadi terlebih jika anda dalam kondisi shock ditinggal
mati istri dan paman. Itu sangat mungkin dan bisa dijelaskan dengan mudah oleh sains.

Pertanyaan mengapa Nabi sampai bermimpi begitu nyata dan immersive bisa anda baca di
jawaban dibawah ini

Adakah bukti ilmiah yang bisa menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Isra' Mi'raj itu
memang terjadi?

Sebagaimana kisah pengorbanan Ibrahim, narasi Isra Mi'raj di dunia Islam juga berkembang
dari masa ke masa. Untuk mengetahui bagaimana narasi tersebut berevolusi mari kita urai
Bersama.

Sumber paling awal dari narasi ini tidak lain dan tidak bukan adalah Quran. Tapi berlawanan
dari persepsi banyak orang, konsep Isra Mi'raj dalam Quran tidaklah komprehensif dan
kemungkinan tersebar di beberapa ayat. Ayat paling gamblang yang membicarakan peristiwa
ini bahkan tidak mencantumkan kata mi'raj sama sekali.

Maha Suci Dia yang telah memperjalankan (asra) hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 17:1)

Uniknya, ayat kedua dari surat tersebut langsung meloncat ke kisah Musa yang diberi kitab
oleh Tuhan. Dalam Bible Musa juga pernah melakukan perjalanan malam (isra) yakni setelah
tengah malam untuk keluar dari Mesir bersama Bani Israil. Kisah perjalanan malam Musa ini
kemudian dirayakan umat Yahudi dalam perayaan Pesach setiap tahunnya.

Selain ayat ini, beberapa ulama juga menafsirkan sejumlah ayat lain seperti QS 53:1–8
sebagai bagian dari narasi Isra Mi'raj, walaupun tidak ada bukti yang kuat bahwa rangkaian
ayat tersebut diturunkan setelah peristiwa Isra Mi'raj atau merujuk secara tidak langsung
kepada peristiwa tersebut. Hal serupa juga terjadi pada QS 17:60 yang secara tidak langsung
juga dianggap merujuk kepada peristiwa Isra Mi'raj[2]

Dan, ketika Kami berbicara kepadamu: "Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia".
Dan Kami tidak menjadikan ru'ya yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai
ujian bagi manusia dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran untuk menakut-nakuti
mereka, tetapi yang demikian itu hanya membuat mereka tambah durhaka.
Yang menarik, kata yang digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa Mi'raj di ayat tersebut
adalah ru'ya. Secara literal, ru'ya berarti pengelihatan atau vision, tapi dalam Quran kata
tersebut kerap dipakai sebagai bagian dari pengelihatan dalam mimpi. Misalnya pada QS
12:5, 43, dan 100 yang bercerita tentang ru'ya Yusuf mengenai bulan bintang yang bersujud
padanya serta ru'ya pejabat pemerintah tentang tujuh sapi gemuk dimakan oleh tujuh sapi
kurus. Contoh lainnya dapat dilihat pada QS 37:105 tentang ru'ya Ibrahim yang hendak
menyembelih putranya. Bila kita memaknai ayat 17:60 ini sebagai bagian dari Mi'raj maka
interpretasi paling maksimal adalah peristiwa tersebut tidak lain dan tidak bukan hanya
terjadi di alam mimpi sebagaimana diisyaratkan oleh penggunaakn kata ru'ya.

Pertanyaan selanjutnya, adakah catatan ekstra Quran yang menyatakan peristiwa


tersebut hanyalah sebuah peristiwa turunnya wahyu yang terjadi lewat
mimpi? Untungnya ada.

Pemikiran bahwa Isra Mi'raj pada dasarnya adalah sebuah peristiwa turunya wahyu yang
diperoleh melalui mimpi sebenarnya sudah tercatat dalam Sirah ibn Ishaq yang ditulis oleh
Ibn Hisyam pada abad ke-9. Di buku tersebut Ibn Hisyam mencatat pendapat al-Hassan ibn
Hasan al-Basri yang menyatakan peristiwa tersebut berlangsung tatkala Nabi tertidur di Hijr
(area sekitar Ka'bah). Ia kemudian menambahkan QS 17:60 untuk menguatkan
argumentasinya tersebut[3].

Selain itu Ibn Hisyam juga meriwayatkan perbincangan antara Mu'awiyah ibn Abu Sufyan
dengan Nabi yang menyatakan Isra' Mi'raj sebagai ru'ya yang benar dari Tuhan. Hal senada
juga disampaikan oleh Aisyah yang menyatakan bahwa pada saat Isra Mi'raj tubuh Nabi tetap
berada di tempatnya semula sedangkan ruhnya yang diperjalankan oleh Tuhan.

Tentu Ibn Hisyam juga meriwayatkan narasi mengenai Nabi yang tertidur di kediaman
Ummu Hani seorang saudari Ali dan sepupu Nabi, yang menceritakan perjalanan Nabi secara
fisik. Tapi keberadaan riwayat-riwayat yang saling bertentangan ini setidaknya menunjukkan
bahwa pada abad pertama hijrah tidak ada konsensus mengenai bagaimana perstiwa tersebut
terjadi. Menarik untuk dibahas bagaimana riwayat Aisyah dan kemudian Ali saling
bertentangan satu sama lain, demikian pula riwayat Mu'awiyah yang merefleksikan
perseteruan politik di ketiga kubu.

Selain Ibn Hisyam, Ibn Sa'ad juga memberikan pendapat berbeda mengenai Isra Mi'raj yang
menurutnya terjadi dua kali. Pertama adalah Mi'raj Nabi yang berlangsung pada tanggal 17
Ramadhan yang terjadi pada saat Nabi tidur siang. Sedangkan peristiwa Isra terjadi beberapa
bulan kemudian saat Nabi tertidur di kediaman Ummu Hani[4].

Ragam pendapat mengenai Isra' Mi'raj kemudian mengkristal pada abad ketiga Hijrah,
bersamaan dengan keluarnya riwayat-riwayat baru mengenai Isra Mi'raj serta pendapat bahwa
peristiwa tersebut terjadi secara fisik sebagaimana kita kenal saat ini. Perubahan perspektif di
kalangan ulama ini menurut Colby dalam Narrating Muhammad's Night Journey: Tracing
the Development of the Ibn 'Abbas Ascension Discourse menunjukkan adanya proses
pengembangan kisah yang sangat panjang yang paralel dengan agama-agama lain seperti
Yahudi dan Kristen.

Pengembangan ini berkaitan dengan relasi umat Islam dengan penganut agama Yahudi dan
Kristen pada Abad Pertengahan:
1. Usaha untuk menghadirkan Nabi Muhammad sebagai seorang nabi paripurna yang
memiliki mukjizat yang sangat hebat, seperti dapat pergi ke langit dan bertemu tokoh
utama dari kedua agama, yakni Musa dan Isa.

2. Kecenderungan ini mendapatkan momentumnya pada penaklukkan kembali


Yerusalem oleh Shalahuddin al-Ayyubi pada masa Perang Salib yang dalam
pandangan sejumlah ulama bertepatan dengan waktu Isra Mi'raj. Sejak itulah Isra
Mi'raj mulai mendapatkan ekspresi sosial dan politik sebagai sebuah even agama yang
dirayakan oleh umat Islam secara resmi hingga saat ini[5]

Dengan kata lain kemukjizatan Isra Mi'raj lebih merupakan hasil interaksi sosial politik
ketimbang narasi kitab suci yang sebenarnya sangat low profile.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, bagaimana umat Islam abad 21 yang sangat
familiar dengan sains modern memaknai Isra Mi'raj?

Well, saya pribadi meyakini Isra Mi'raj benar terjadi. Tapi tentu saja keyakinan saya sangat
berbeda dari mayoritas umat Islam Abad Pertengahan yang kerap memandang peristiwa
tersebut sebagai sebuah perjalanan ke luar angkasa, sesuatu yang sangat janggal dalam alam
pikiran modern. Dalam konteks ini pendapat Aisyah dan Mu'awiyah yang memandang Isra
Mi'raj sebagai sebuah pengalaman subjektif yang hanya terjadi di alam pikiran Nabi (dalam
sains modern ruh itu tidak ada) sangat jauh lebih mungkin terjadi ketimbang memahaminya
secara literal, terbang ke antariksa dengan kecepatan diatas cahaya. Saya sudah menjelaskan
cara pandang tersebut di sejumlah jawaban saya.

Terus terang, menelusuri asal usul ide dalam agama membutuhkan effort yang sangat besar.
Ada banyak tumpukan literatur yang jalin menjalin secara rumit selama ratusan tahun bahkan
ribuan tahun. Memahami literatur itu adalah satu langkah besar, tapi memahami relasi yang
menghubungkan literatur satu dengan lain serta bagaimana sebuah narasi bisa muncul
adalah great leap. Sebuah usaha yang tidak cocok dilakukan oleh orang yang tidak gemar
membaca, apalagi jika hobinya suka memvonis keimanan seseorang.

Semoga membantu.

Catatan Kaki
[1] Isra' and Mi'raj - Wikipedia
[2] ‫موقع التفير الكبير‬
[3] [PDF] Sirah by Ibn Hisham (English) : 'Abd Al Malik Ibn Hisham : Free Download,
Borrow, and Streaming : Internet Archive
[4] Narrating Muhammad's Night Journey
[5] Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God
[2 volumes]

…………………………….

Ditinjau dari analisa netral dan sekuler, sebenarnya apa maksud Nabi Muhamad
mengumumkan peristiwa Isra Miraj?
Pertama, mari kita lihat sekilas peristiwa yang terjadi pada Nabi sebelum dan sesudah Isra
Miraji:

 Tahun 616: dimulainya boikot suku Quraisy terhadap klan Bani Hasyim. Pada masa
susah ini Nabi mendapat sokongan financial dari Khadijah, istri beliau, dan
perlindungan atas kekerasan fisik dari Abu Thalib, paman Nabi.

 Tahun 619: tahun kesedihan. Dua tokoh penting Nabi yakni Khadijah dan Abu Thalib
meninggal dunia. Sekaligus pula pencabutan embargo atas Nabi.

 Tahun 620: Nabi melakukan misi ke Thaif dan hasilnya buruk.

 Tahun 620/621: Isra Mi'raj

 Tahun 622: Nabi Hijrah ke Madinah

Kedua, even yang terjadi saat Isra Miraj:

 Nabi pergi ke Masjid al-Aqsa di Jerussalem

 Nabi naik ke langit dan bertemu para nabi, kebanyakan nabi-nabi biblikal.

 Awal perintah shalat lima waktu

Nabi lalu memberitahu pengalaman spiritualnya tersebut, dan Abu Bakr menjadi orang
pertama yang mempercayainya.

Ketiga, sekarang mari kita analisis.

1. Nabi berada pada titik paling nadir dalam hidupnya beberapa bulan sebelum Isra
Miraj. Beliau telah kehilangan segalanya, mulai dari harta, istri dan keluarga. Misi
yang ia yakini pun tidak kunjung membuahkan hasil. Jelas sekali beliau sangat
tertekan.

2. Reaksi orang saat mendapat tekanan biasanya dua, fight or flight. Disini Nabi
akhirnya memilih yang kedua setelah sadar bahwa fight yang ia lakukan tidak
membuahkan hasil.

3. Tapi flight Nabi bukan tanpa struktur. Ia memperkuat kepercayaan dirinya bahwa misi
yang ia bawa adalah misi yang otentik dan benar, disimbolkan oleh pertemuannya
dengan para nabi biblikal dan Tuhan. Sedang di sisi lain beliau mewajibkan shalat
lima waktu sebagai bentuk ritual rutin yang juga dijalankan oleh umat Yahudi dan
Kristen. Pada titik ini konsep ritual Islam mulai terlembaga dengan jelas dan itu
sesuatu yang sangat bagus bagi sebuah komunitas agama.
4. Keberadaan Masjid al-Aqsha dalam Isra Miraj merupakan tanda keterikatan ideologis
dengan umat Yahudi dan Kristen, yang ditandai dengan perubahan arah kiblat dari
Makkah ke Jerussalem. Hal ini sekaligus menjadi awal keterputusan terhadap tradisi
pagan Quraisy yang berkiblat ke Ka'bah.

Kesimpulan saya Isra Mi'raj merupakan milestone penting dalam transformasi psikologis
Nabi dalam menjalankan misi agamanya. Dari sebelumnya bersikap defensif di Makkah
menjadi offensif di Madinah. Dari sebelumnya hanya terbatas di misi agama menjadi meluas
ke misi sosial bahkan pemerintahan.

Saya pikir banyak orang atau perusahaan yang juga pernah mengalami titik nadir dalam
hidup untuk kemudian mengubah arah hidup mereka agar menjadi lebih baik. Biasanya
dengan internalisasi nilai dan misi hidup, atau transformasi lewat 7 good habits-nya Stephen
R Covey misalnya. Dalam kasus Nabi, habit yang bertambah ya shalat lima waktu.

…………………

Anda mungkin juga menyukai