Anda di halaman 1dari 11

Hikmah Zakat & Sedekah

Pada bab ini kita tidak bicara tentang kewajiban zakat, namun pembahasan kita akan berkisar pada
berbagai manfaat serta hikmah yang bisa didapat bila seseorang menunaikan zakat. Hikmah berarti
manfaat yang bisa dirasakan secara langsung atau tidak langsung.

Perbedaan antara hikmah dan pensyariatan adalah bahwa pensyariatan itu bersifat dasar kewajiban,
dimana seseorang menjadi wajib hukumnya untuk melakukan sebuah ibadah.

Sedangkan hikmah bersifat manfaat yang bersifat relatif. Terkadang manfaat itu bisa dirasakan oleh
seseorang terkadang memang tidak bisa dirasakan. Hikmah bersifat subjektif kepada pelakunya.

Di antara hikmah-hikmah berzakat adalah membentengi harta, menyembuhkan penyakit,


menggandakan harta, mensucikan jiwa, mencegah bencana dan juga merupakan bentuk dari
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua rejeki yang kita terima.

A. Membentengi Harta
Apa yang pertama kali dipikirkan oleh seorang yang sukses memiliki harta yang cukup banyak?
Tentunya bagaimana cara menjaga harta itu biar tidak dicuri atau diserobot orang.

1. Alat-alat Keamanan

Karena itulah maka rumah-rumah mewah yang harganya milyaran pasti dijaga oleh segerombolan
satpam yang bertampang angker.

Tidak cukup hanya satpam, pagar rumah pun dipasangi sekian banyak kamera CCTV agar bisa
terpantau 24 jam. Kalau perlu, pagar rumah itu dialiri arus listrik, biar kalau ada maling yang iseng-
iseng menyentuhnya langsung mati kaku berdiri.

Kadang anjing-anjing herder yang tidak ramah masih diperbantukan untuk menjaga rumah itu. Siapa
pun orang yang dianggapnya asing, pasti akan digertak dengan galak.

Pendeknya, untuk mengamankan sebuah rumah mewah, perusahaan yang bergerak di bidang
sekuritas panen raya.

Namun seketat apa pun harta dijaga, kalau Allah SWT mau mengambilnya, tentu dengan sangat
mudah diambilnya. Lebih mudah bagi Allah untuk membuat seorang yang kaya raya tiba-tiba
mendadak jatuh miskin dalam hitungan detik.

Kalau Allah perintahkan kepada salah satu makhluk-Nya, misalnya lempeng bumi, untuk bergeser,
sehingga tanah di atasnya sontak bergoyang ria, ludeslah harta itu dalam hitungan detik.

Sejarah gempa bumi sepanjang masa yang melanda umat manusia telah memberi pelajaran berharga
buat kita, bahwa seaman apapun kita menjaga harta, pasti tidak akan pernah luput dari kehilangan
dan kerusakan.

Lalu dengan apa kita bisa menjaga harta kita itu?

Percaya tidak percaya, caranya justru dengan dikeluarkan zakatnya.

Orang-orang jahiliyah menyebutnya sebagai uang 'sial'. Dimana uang sial itu dianggap memang harus
dikeluarkan, agar harta yang lain terjaga.

2. Zakat Menjaga Harta

Tetapi dalam syariah Islam, kita tidak mengenal uang 'sial', yang kita kenal adalah pembentengan
harta dari hal-hal yang membuatnya musnah, dan caranya dengan berzakat.

Rasulullah SAW bersabda :

‫حَصِّ نُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم ِبال َّزكَا ِة‬

Bentengi harta-harta kalian dengan zakat (HR. At-Thabarani)

ِ ‫في بَرٍّ َوالَ بَحْ ٍر إِالَّ بِ َحب‬


‫ْس ال َّزكا َ ِة‬ ِ ‫َما تَلَفَ َما ٌل‬

Tidaklah musnah harta yang ada di daratan atau di lautan kecuali oleh sebab tidak dikeluarkan
zakatnya. (HR. At-Thabarani)
Benteng yang paling kokoh untuk menjaga harta kita agar aman adalah dengan cara mengeluarkan
zakatnya. Mungkin harta kita aman dari pencuri, tetapi belum tentu aman dari hal-hal yang di luar
dugaan, dimana kekuatan manusia tetap ada batasnya.

B. Menyembuhkan Penyakit
1. Kemajuan Dunia Kedokteran

Islam memang memberi anjuran bagi pemeluknya untuk mempelajari ilmu kedokteran, hingga saat ini
dunia kedokteran berhutang budi kepada kejayaan Islam di masa lalu.

Dan di masa sekarang ini dunia kedokteran sudah teramat maju. Berbagai jenis penyakit yang di
masa lalu bisa membunuh berjuta manusia, dengan temuan teknologi maju, banyak sekali penyakit
yang sudah bisa 'ditaklukkan'.

Bahkan dalam kedoteran modern, orang-orang sudah mengkenal cangkok organ tubuh yang rusak,
sehingga organ itu bukan diobati tetapi diganti. Mirip dengan spare-part kendaraan, bila aus harus
diganti.

Isi tubuh manusia yang di bagian dalam bisa dilihat langsung dengan dimasukkan kamera mini ke
dalam tubuh pasien. Sehingga dokter bisa tahu lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi pada organ-
organ manusia hidup itu.

Teknologi Endoskopi termasuk salah satu kemajuan teknologi kedokteran saat ini. Keuntungan dari
endoskopi adalah sensistivitas yang tinggi serta minimnya radiasi yang dipancarkan. Endoskopi telah
menjadi standar evaluasi dan pengobatan. Prosedur diagnosis dan terapi dapat dijalankan secara
aman dan kompeten.

2. Keterbatasan Dunia Kedokteran

Namun semaju apa pun ilmu kedokteran di zaman sekarang ini, ternyata masih saja sering kali harus
bertekuk lutut dengan semakin beragamnya jenis penyakit.

Sementara penemuan obat atas penyakit terus mengalami kemajuan, namun di sisi lain penyakit pun
semakin banyak variannya. Di masa sekarang ini jumlah penyakit tumbuh dengan pesat, bahkan
melebihi jumlah obat yang ditemukan.

Di sisi lain, meski di negara-negara maju teknologi kedokteran itu bisa dinikmati oleh masyakat, maka
lain ceritanya dengan negara kita. Buat kebanyakan rakyat, berobat ke dokter apalagi mendapat
pelayanan yang baik dengan teknologi canggih, masih dianggap sebagai mimpi di siang bolong.

Belum lagi berbagai kisah duka tentang mahalnya harga yang dikenakan kepada masyarakat miskin,
hingga begitu banyak pasien kurang mampu yang ditolak mentah-mentah oleh rumah sakit.

Maka semua itu sedikit banyak ikut membantu mengantarkan masyarakat untuk meninggalkan dunia
kedokteran, menuju ke dunia perdukunan yang seringkali menawarkan kemurahan plus berbagai
keajaiban.

3. Dari Kedokteran kepada Perdukunan

Terkadang dalam keadaan putus asa karena tidak sembuh-sembuh juga, dokter pun sudah angkat
tangan, banyak orang yang kurang iman malah datang ke dukun, orang pintar, para normal dan
profesi sejenis.

Seolah-olah kesembuhan itu terletak di tangan mereka. Padahal semuanya, baik dokter maupun
dukun itu pasti pernah sakit juga, mereka punya keterbatasan, bahkan mereka pun pada akhirnya
akan mati juga.

4. Sedekah Membantu Menyembuhkan Penyakit

Agama Islam mengajarkan bahwa selain ikhtiar yang halal, kesembuhan itu didapat dengan doa.
Tentu bukan doa biasa, tetapi doa khusus yang diiringi dengan pemberian tertentu dari segi harta.
Dan pemberian itu tidak lain adalah sedekah, baik wajib maupun sunnah.

Maka hadits Nabi SAW di atas itu masih ada terusannya lagi :

َّ ‫ضا ُك ْم بِال‬
‫ص َدقَ ِة‬ َ ْ‫َودَاوُوا َمر‬

Sembuhkan orang sakit di antar kalian dengan bersedekah (HR. At-Thabarani)


Ternyata Rasulullah SAW sendiri yang bilang bahwa banyak memberi sedekah kepada orang yang
membutuhkan itu bisa menyembuhkan penyakit. Dan cara ini merupakan bentuk tawassul yang
dibenarkan dalam syariah Islam, yaitu bertawassul dengan amal shalih.

Dan sudah tidak terhitung lagi kisah orang-orang yang mendapatkan kesembuhan ‘ajaib’, lantaran
mengeluarkan zakat atau sedekah.

C. Menggandakan Harta
Ketika seseorang punya harta, biasanya yang terpikir di benaknya adalah bagaimana harta yang
sedikit itu bisa digandakan lewat berbagai macam cara.

1. Mimpi Cepat Kaya Dengan Menggandakan Harta

Ada dua cara yang digunakan orang untuk bisa cepat kaya lewat mimpi dusta. Pertama lewat jalur
paranormal dan perdukunan. Kedua, lewat berbagai macam janji penipuan dalam berinvestasi

a. Dusta Para Dukun

Para dukun di negeri kita tidak akan pernah kesepian klien, selama kualitas akidah bangsa ini masih
tidak pernah berubah. Selalu masih saja ada dukun yang menjaul jasa untuk menggandakan uang.
Dan anehnya, selalu saja ada korbannya yang akhirnya mengaku telah ditipu oleh dukun-dukun itu.

Koran setiap hari tidak pernah kehabisan berita sejenis itu. Dan anehnya, kasus-kasus penipuan para
dukun sudah ada sejak masih Belanda menjajah negeri kita sampai hari ini.

Dukunnya memang berganti, dan korbannya juga berganti. Tetapi kasus dan modusnya tidak pernah
berganti. Tentu saja menggandakan uang lewat dukun tidak pernah berhasil. Sebab kalau berhasil,
kenapa si dukun sendiri tidak menggandakan sendiri uangnya, kenapa harus uang orang lain?

b. Praktek Investasi Menipu

Di zaman yang serba maju ini, kita masih saja mendengar orang-orang yang mengeluh bahwa diri
mereka terkena penipuan besar-besaran, akibat termakan janji-janji muluk investasi harta.

Kalau yang tertipu orang-orang awam yang kurang pemahaman dan ilmu agama, mungkin kita bisa
bilang wajar. Tetapi kalau para ustadz dan kiyai sampai tertipu dengan berbagai janji manis
berinvestasi, tentu kita akan merasa aneh.

Tetapi itulah yang terjadi, alih-alih mendapatkan bagi hasil atau bunga hasil investasi, yang terjadi
uang mereka ludes tak bersisa.

2. Infak Menggandakan Harta

Zakat itu bisa menggandakan harta. Mungkin orang-orang kapitalis tidak percaya hal ini. Sebab di
otak mereka yang ada hanya materi dan harta. Tidak ada keyakinan bahwa ada Allah Yang Maha
memberi rizqi.

Sebagai muslim yang percaya dan iman kepada Yang Maha Kaya, yaitu Allah SWT, kita yakin dan
sudah sering kali membuktikan secara empiris bahwa justru dengan sering berzakat atau bersedekah,
harta yang kita terima dari Allah semakin banyak.

Walau pun mungkin kita tidak tahu bagaimana bisa datangnya rizki itu kepada kita. Seolah-olah
datang dari arah yang tidak kita duga-duga.

َ ِ‫َو َما آتَ ْيتُم ِّمن زَ كَا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ فَأُوْ لَئ‬
َ‫ك هُ ُم المـضْ ِعفُون‬

Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya.(QS. Ar-Ruum :
38-39)

ُ ‫ق هَّللا َ يَجْ َعل لَّهُ َم ْخ َرجًا َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬


ُ‫ْث ال يَحْ تَ ِسب‬ ِ َّ‫َو َمن يَت‬

Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. At-Thalaq : 2-3)

Bahkan Allah SWT menegaskan bahwa harta yang diinfakkan di jalan-Nya itu akan dilipat-gandakan
berkali-kali.

‫اعفُ ِل َمن يَشَاء َوهّللا ُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم‬ ْ ‫َّمثَ ُل الَّ ِذينَ يُن ِفقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم ِفي َس ِبي ِل هّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَنبَت‬
َ ‫َت َس ْب َع َسنَا ِب َل ِفي ُكلِّ سُنبُلَ ٍة ِّمئَةُ َحبَّ ٍة َوهّللا ُ ي‬
ِ ‫ُض‬
Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)

ِ ‫َت أُ ُكلَهَا‬
‫ض ْعفَي ِْن‬ َ َ‫ت هّللا ِ َوت َْث ِبيتًا ِّم ْن أَنفُ ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ٍة ِب َر ْب َو ٍة أ‬
ْ ‫صابَهَا َوا ِب ٌل فَآت‬ َ ْ‫َو َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُن ِفقُونَ أَ ْم َوالَهُ ُم ا ْب ِتغَاء َمر‬
ِ ‫ضا‬

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan
untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh
hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. (QS. Al-Baqarah : 265)

Kita semua pasti punya pengalaman masing-masing tentang satu hal ini. Disini penulis ingin
menuliskan sedikit pengalaman sendiri, tentang kebenaran hikmah sedekah.

Suatu siang yang panas, datang ke rumah Penulis seorang kakek lanjut usia. Dia mengaku butuh
uang untuk kedua anaknya yang terancam putus sekolah. Singkatnya, penulis memberi bantuan apa
adanya, tanpa pernah berpikir apa yang akan Allah SWT berikan sebagai imbalan. Sebab semua itu
Penulis lakukan ikhlas tanpa berharap apa pun.

Sorenya, menjelang Maghrib, masih di hari yang sama, datang seorang tua juga, kali ini seorang
wanita, tepatnya seorang nenek. Beliau datang dengan niat satu, yaitu ingin menyerahkan sebidang
tanah miliknya untuk diserahkan kepada Penulis, sebagai wakaf di jalan Allah.

Sebenarnya tanah itu tidak luas, hanya 300-an meter persegi. Tetapi karena lokasinya di tengah
belantara beton Jakarta, daerah segi tiga emas Kuningan, harga per meternya memang lumayan
menggiurkan. Tidak kurang dari lima juta rupiah per meter. Jadi kalau 300 meter persegi, nilainya
tidak kurang dari 1,5 milyar.

Entah bagaimana caranya Allah SWT menggerakkan hati si wanita yang usianya nyaris mendekati 90-
an tahun ini. Yang jelas, ketika ada pengembang ingin membeli tanahnya dengan harga 1,5 milyar,
beliau menggeleng dan bilang tanah itu tidak dijual, titik.

Lalu tiba-tiba di hari itu, tanah senilai 1,5 milyar itu diwakafkan begitu saja, ikhlas karena Allah SWt.
Dan Penulis yang berposisi sebagai nadzir dari tanah tersebut, masih teringat jelas siang tadi sempat
mengeluarkan sedikit sekali harta untuk membantu orang lain, tiba-tiba masih di hari yang sama Allah
SWT membalikkan hati orang lain memberikan sesuatu yang jauh berlipat ganda besarnya.

D. Mensucikan Jiwa
Di antara salah satu hikmah zakat adalah orang yang mengeluarkan zakat itu dapat mensucikan
jiwanya, lantaran zakat itu berdaya guna untuk mensucikan jiwa-jiwa manusia yang ternoda.

1. Zakat Bukan Pencuci Uang Haram

Zakat itu bukan mesin pencuci harta haram dan mengeluarkan zakat pada hakikatnya juga bukan
proses pencucian uang (money loundring).

Syariat zakat tidak diturunkan Allah SWT untuk berfungsi sebagai media pembersihan harta yang
haram agar menjadi halal. Malahan sebaliknya, harta yang tidak halal justru hukumnya haram untuk
dizakati.

2. Zakat Mensucikan Orangnya

Yang benar adalah bahwa zakat itu berfungsi untuk membersihkan diri dan jiwa orang yang
melakukannya. Orang dapat mensucikan jiwa dan membersihkan hatinya dengan cara menunaikan
zakat. Hal itu ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya :

َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َوالِ ِه ْم‬


‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهمـ بِهَا‬

Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan diri mereka. (QS. At-Taubah :103).

Ayat ini tidak mengatakan bahwa harta zakat berfungsi untuk mensucikan harta yang kita miliki,
sebab harta yang kita miliki itu seharusnya memang sudah suci, karena kita dapat dengan jalan yang
halal. Yang dimaksud di dalam ayat ini adalah disucikannya diri dan jiwa kita dengan cara berzakat.

Dalam ayat di atas jelas sekali mana yang menjadi subjek dan mana yang menjadi objek dari
pembersihan dan pensucian. Subjeknya adalah Rasulullah SAW atau amil zakat. Objeknya adalah
orang-orang yang membayar zakat. Dan harta zakat itu sendiri adalah media atau bagian dari alat
pembersihan. Ibarat orang mencuci baju dengan menggunakan sabun, jelas sekali yang dicuci adalah
bajunya (orang yang berzakat), dan sabun atau zakat adalah alat atau media pembersihnya. Yang
dibersihkan bukan bukan sabun atau zakat, justru sebaliknya bahwa zakat itulah yang membersihkan
jiwa orang yang mengerjakannya.

Kesucian jiwa bukan didapat dengan hanya merenung atau bengong, tetapi sifat bakhil dan kikirnya
malah dominan. Orang suci bukanlah orang pergi bertapa di puncak gunung sambil menyembah roh
halus minta kekuatan gahib.

Orang suci juga bukan orang yang kemana-mana membawa batu-batu tasbih lalu diputar-putar
seolah-olah dia selalu ingat dan berdzikir kepada Allah.

Tidak demikian!

Orang yang suci jiwanya itu adalah justru orang yang murah hati, gemar berbagi serta mudah
membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.

E. Mencegah Bencana
Salah satu hikmah berzakat atau berinfak di jalan Allah adalah dihindarinya kita dari bencana-
bencana. Di dalam hadits disebutkan Nabi SAW pernah mengancam suatu kaum yang enggan
menunaikan zakat dengan datangnya bencana.

َ‫َما َمنَ َع قَوْ ٌم ال َّزكَاةَ إِالَّ ا ْبتَالَهُ ُم هللاُ ِبال ِّسنِيْن‬

Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat kecuali Allah memberi bencana dengan kelaparan
dan kekeringan (HR. At-Thabarani)

Dan diantara bentuk bencana adalah kekeringan yang melanda karena hujan telah ditahan dari langit,
lantaran kaum yang tinggal disana tidak mau bayar zakat.

ْ َ‫س هللاُ َع ْنهُ ْم الق‬


‫ط َر‬ َ َ‫َوالَ َمنَ َع قَوْ ٌم ال َّزكَاةَ إِالَّ َحب‬

Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat kecuali Allah menahan turunnya hujan (HR. Al-
Hakim dan Al-Baihaqi)

Namun karena Allah SWT Maha Kasih kepada makhluk-makkhluknya, terkadang hujan tetap
diturunkan, dengan alasan untuk tetap bisa memberi makan dan minum hewan-hewan. Hal itu
terungkap dalam hadits berikut ini :

ْ َ‫َولَ ْم يَ ْمنَعُوا زَ كَاةَ أَ ْم َوالِ ِه ْم إِالَّ منعُوا الق‬


‫ط َر ِمنَ السَّما َ ِء َولَوْ الَ البَهَائِم لَ ْم يُ ْم ِطرُوا‬

Tidaklah orang-orang menolak membayar zakat kecuali dicegah dari air hujan dari langit. Kalaulah
bukan karena hewan-hewan, maka tidak akan diberi hujan. (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Al-
Hakim)

F. Ungkapan Syukur
Mengungkapkan rasa syukur itu bukan dengan menggelar acara makan-makan di restoran, atau
mentraktir kanan kiri, juga bukan dengan mengadakan pesta pora, atau menanggap wayang semalam
suntuk.

Mengungkapkan rasa syukur juga bukan dengan jalan mengadakan berbagai ritual dan seremoni,
namun yang paling utama adalah dengan cara mengeluarkan zakat dari harta yang telah Allah berikan
dengan berlebih.

Di antara bentuk-bentuk syukur kita atas nikmat yang tidak bisa kita hitung ini adalah kita
menunaikan zakat, sebagaimana firman Allah SWT :

ْ ‫َوإِن تَ ُعد‬
‫ُّوا نِ ْع َمةَ هّللا ِ الَ تُحْ صُوهَا إِنَّ هّللا َ لَ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬

Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl : 18)

Maka dengan jalan menunaikan zakat, kita bisa melakukan salah satu bentuk ibadah dalam rangka
syukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan. Sebab semua kenikmatan yang kita terima saat
ini, pada gilirannya nanti pasti akan ditanyakan.

‫ثُ َّم لَتُسْأَلُنَّ يَوْ َمئِ ٍذ َع ِن النَّ ِع ِيم‬

Maka kalian pasti akan ditanya pada hari itu (akhirat) tentang semua nikmat. (QS. At-Takatsur : 8)
Orang yang kelebihan harta tetapi tidak berzakat, tidak lain adalah orang yang tidak pernah bersyukur
kepada Allah. Kalau tiba-tiba Allah ambil kembali nikmat itu, tentu 100% hak Allah.

Macam ibadah ditentukan berdasarkan sudut pandang yang dipergunakan unutk menilainya

1. Secara umum ibadah dikelompokkan menjadi :

a.       Ibadah ‘aammah atau ibadah qhairu mahdllah (non ritual) yaitu semua perbuatan positif yang dilakukan
dengan niat baik dan semata-mata keridlaan Allah. Teknis pelaksanaan ibadah ini secara operasional
diserahkan kepada orang yang akan melakukannya, dengan memperhatiakan situasi dan kondisinya.
Dalam istilah lain dapat dikatakan seluruh amalan yang dizinkan Allah.

b.      Ibadah Khasshah atau ibadah mahdllah (ritual), yaitu segala kegiatan yang ketentuannya telah


ditetapkan oleh nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Ibadah dalam artian khusus ini tidak menerima
perubahan baik berupa penambahan ataupun pengurangan, misalnya shalat. Shalat dalam ajaran Islam
biasanya digolongkan dalam ibadah khusus, karena itu cara melaksanakannya termasuk jumlah
rakaatnya tidak dibenarkan untuk ditambah atau dikurangi. Jika terdapat penambahan atau pengurangan,
maka hal itu dinamakan bid’ah, yaitu mengada-ada.

2. Ditinjau dari sudut pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi dua


    bagian yaitu :

a.       Ibadah Jasmaniah Ruhiyah, yaitu ibadah yang dalam pelaksanaannya memerlukan kegiatan phisik,
disertai jiwa yang tulus atau ikhlas kepada Allah. Contohnya adalah shalat yang terdiri beberapa
perbuatan dan perkataan dengan disertai kekhusyu’an. Kegiatan shalat memerlukan gerak anggota
badan, ucapan tertentu dan keikhlasan. Tanpa hal itu semua, shalat yang dilakukan dianggap tidak sah.

b.      Ibadah Jasmaniah Ruhiyah Maaliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya memerlukan kekuatan phisik,
mental yang membaja, dan materi. Contohnya adalah ibadah haji, haji dalam Islam hanya diwajibkan
kepada orang yang mempunyai kemampuan (istitha’ah). Kemampuan meliputi kemampuan phisik,
mental, dan harta. Kekuatan phisik diperlukan bagi mereka yang ingin melalkukan ibadah haji. Phisik
yang lemah menyebabkan orang tidak mampu melaksanakan ibadah haji dengan baik dan sempurna.
Tanpa kesiapan mental, manusia tidak akan sanggup untuk melakukan haji dengan baik. Di samping itu
tanpa materi, terutama bagi mereka yang jauh dari mekkah, ibadah haji tidak dapat dilakukan.

3.  Ditinjau dari sudut kepentingannya, ibadah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a.       Ibadah Fardy, yaitu ibadah yang manfaatnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melakukan saja
dan tidak ada hubungannya dengan orang lain. Contohnya adalah shalat dan shaum merupakan ibadah
yang berhubungan langsung antara manusia dengan Allah. Orang yang melakukan shalat diharapkan
dapat menjaga dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Di samping itu orang yang puasa diharapkan
dapat benar-benar menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Kedua nilai itu tidak akan diperoleh orang
lain, kecuali orang itu yang melakukannya sendiri.
b.      Ibadah Ijtima’I, yaitu ibadah yang manfaatnya di samping dirasakan oleh orang melakukan juga dapat
dirasakan oleh orang yang lain. Contohnya adalah ibadah zakat, dalam ajaran Islam mengajarkan, bahwa
zakat merupakan upaya untuk membersihkan harta seseorang dan sekaligus dapat berfungsi sosial, yaitu
untuk mengurangi kesenjangan antara si kaya dengan si miskin atau orang yang tidak mampu. Yaitu
antara zakki dengan mustahiq. Dengan mengeluarkan zakat berarti ikut meringankan beban orang lain,
artinya sembari beribadah orang lain dapat merasakan manfaatnya.

1.      Dilihat dari sudut waktu pelaksanaannya, ibadah dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

            Ibadah
Muwaqat, yaitu ibadah yang waktu pelaksanaannya sangat terikat dengan waktu-waktu yang
telah ditentukan Allah atau RasulNya. Apabila dilaksanakan di luar waktunya, maka nilainya menjadai
tidak ada atau menjadi tidak sah. Mislnya ibadah shalat, setiap shalat mempunyai waktu tertentu, artinya
setiap shalat harus dilaksanakan pada waktunya masing-masing. Orang yang akan mendirikan shalat
harus mengetahui, bahwa pada saat ini telah masuk waktu shalat yang didirikannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 103 : “ Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Kalau diperhatikan penjelasan hadist yang
berkaitan dengan waktu shalat, misalnya dzuhur adalah mulai dari tergelincir matahari sampai dengan
bayang-bayang sama panjangnya dengan benda yang didirikan dengan tegak lurus. Hadist Nabi
menyatakan:

         “ Dari jabir bin Abdullah, bahwa Nabi SAW didatangi oleh Jibril a.s. lalu Jibril berkata kepadanya:
Berdirilah, lalu shalatlah. Kemudian Nabi shalat dzuhur ketika matahari sudah tergelincir”.  
         “ Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Jibril a.s. mengimami aku di Baitullah dua kali. Lalu
ibnu Abbas menyebutkan seperti hadist Jibril, tetapi ia berkata di dalam hadist itu: dan Nabi shalat yang
kedua kalinya ketika bayangan tiap-tiap sesuatu menjadi sama. Imam Tarmidzi berkata: Hadist ini hasan.

Masalah timbul ketiaka perkembangan teknologi dan transportasi meningkat. Timbul pertanyaan. A.
Bagaimana orang shalat di kutub yang matahari terbitnya 6 bulan sekali?. B. Bagaimana shalat
dipesawat ruang angkasa yang mataharinya terlihat setiap 5 menit. Untuk pertanyaan B. sudah ada
jawabannya dari ulama Mekkah ketika putra mahkota Saudi ikut terbang ke angkasa, maka ia yang
menyuruh shalat mengikuti shalat di Mekkah. Apakah jawaban itu juga dapat digunakan untuk mereka
yang tinggal di kutub? Jika ini dignakan, maka waktu shalat bagi orang di Eropa juga harus mengikuti
shalat di Mekkah atau di daerah tropis di bawahnya. Demikian juga hal nya dengan ibadah puasa
Ramadhan.
4.2. Ibadah Ghairu Muwaqat, yaitu ibadah yang waktu pelaksanaanya tidak tergantung dengan waktu-waktu
tertentu, artinya selama diizinkan Allah, maka hal itu dapat dilakukan. Misalnya untuk bertasbih dan zikir
kepada Allah, hal itu dapat dilakukan kapan saja. Begitu juga untuk bersedekah tidak ditentukan
waktunya. Hanya waktu-waktu yang diutamakan
tentu saja ada, misalnya sadaqah sangat afdhal apabila dilakukan pada bulan Ramadhan seperti yang
dijelaskan hadist Nabi: “diriwayatkan dari Anas katanya, ketika Rasulullah ditanya kapankah waktu yang
paling baik/ paling afdhal melakukan sedeqah. Jawab Rasulullah: sedeqah di bulan Ramadhan. (H.R. at-
Tarmizi).

5. Dilihat dari sudut status hukumnya, ibadah dibagi menjadi dua bagian yaitu :

 5.1. Ibadah wajib, yaitu ibadah yang harus dilaksanakan oleh   setiap muslim dam
muslimah. Apabila tidak dikerjakan, maka yang bersangkutan akan mendapat dosa,
misalnya shalat, puasa dan zakat.
     5.2. Ibadah Sunnah, yaitu ibadah yang sebiknya dilaksanakan. Apabila dilaksanakan yang bersangkutan
mendapat ganjaran dan apabila tidak dilaksanakan yang bersangkutan tidak mendapatkan dosa,
misalnya shalat rawatib dan dhuha.

C. TUJUAN DAN HIKMAH IBADAH

Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifahtullsh fil Ardhi dengan missi memimpin, mengelola,
memakmurkan, dan memelihara keselamatan alam semesta. Untuk kepentingan tersebut Allah
menurunkan Agama Islam, agar dengan berpegang pada ajaran Islam, manusia mampu melaksanakan
tugas kekhalifahannya sesuai dengan maksud Allah. Dengan tugas dan fungsi serta tanggung jawab
manusia seperti tersebut di atas, Allah menjadi manusia dalam bentuk yang paling sempurna lagi
dimuliakan.
Manusia terdiri dari dua unsure, yaitu unsure jasmani dan unsure rohani. Kedua unsure tersebut harus
berkembang dengan baik dan seimbang. Oleh karena itu harus mendapat perhatian dan pembinaan yang
seimbnag, Unsur jasmani bersifat materi, kebutuhannya adalah segala sesuatu yang bersifat maretial,
seeperti sandang, pangan dan papan, Sedang unsure rohani bersifat immateri, oleh karena itu
kebutuhannya adalah segala sesuatu yang bersifat immaterial, sepertti ajaran akhlak, kesenian dan
agama. Manusia yang dalam kehidupannya terlalu mementingkan materi, maka ia akan menjadi
materialistic atau serba materi. Sedangkan manusia yang hanya mementingkan immateri, maka ia kan
menjadi immaterialistik atau spiritualistic.

Manusia mengalami dua bentuk kehidupan, yaitu kehidupan pertama di dunia dan kehidupan kedua di
akhirat. Kehidaupan di dunia adalah sementara yang sering disebut dengan istilah fana, sedang
kehidupan di akhirat adalah abadi atau kekal. Kehidupan di akhirat merupakan lanjutan dari kehidupan di
dunia dan bagaimana nasib seseorang di akhirat akan ditentukan oleh bagaimana kualitas hidupnya di
dunia. Oleh karena itu Islam mengandung ajaran yang berwawasan dunia akhirat dan tidak memisahkan
antara dunia dengan akhirat.

Allah menjadikan manusia bukan sekedar untuk hidup di dunia, kemudian mati tanpa pertanggung jawab,
melainkan diciptakan untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada kehendak Allah dan Ia akan meminta
pertanggung jawaan manusia. Hal ii dapat difahami dalam firman Allah dalam surat al-Mukminuun ayat
110:  
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami”.

Islam adalah agama Rahmatan Lil alamin atau rahman bagi seluruh alam.Oleh karena itu, diperlukan
manusia yang bertaqwa atau patuh pada segenapperintah dan larangan Allah. Mereka itu tidak lain
adalah manusia bersih hatinya dan baik akhlaknya. Manusia seperti inilah yang dapat memberikan
kebaikan-kebaikan, sehingga Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dan dirasakan. Pada
hakekatnya hal itu merupakan tujuan agama Islam. Ibadah dalam Islam merupakan wasilah atau
perantara dan sama sekali bukan qhayah atau tujuan. Oleh karena itu Islam rahbanah dan bukan pula
agama yang mengajarkan untuk berlebih-lebihan mengajarkan ibadah. Adapun tujuan ibadah secara rinci
adalah :

1. Untuk membina rohani


 
Ibadah yang terdapat dalam syari’at Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji, selain untuk menyatakan
ketaqwaan kepada Allah, juga bertujuan untuk menjadaikan rohani manusia senantiasa tidak lupa pada
Allah, bahkan supaya senantiasa dekat dengan Allah. Perasaan dekat dengan Allah akan mempertajam
kebersihan jiwa, sehingga dapat mencegah hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai Ketuhanan dan
hokum yang berlaku dalam memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.

Dalam shalat terdapat dialog antara manusia dengan Allah. Dalam keadaan berhadapan dengan Allah,
manusia memuja kemahabesaran dan kemahasucian Allah, menyerahkan diri kepada Allah, memohon
supaya dilindungi dari godaan syaitan, memohon ampunan dari dosa yang telah dilakukan, memohon
supaya diberi petunjuk ke jalan yang benar serta dijauhkan dari kesesatan dan berbagai perbuatan yang
tidak senonoh dan lain-lain sebagainya. Ringkasnya dalam dialog dengan Allah, seseorang memohon
kiranya Allah membersihkan rohaninya. Jika seseorang melakukan shalat lima kali dalam sehari semalam
denagan penuh keikhlasan menyampaikan permohonan tersebut, diiringi dengan upaya yang sungguh-
sungguh ke arah itu, maka rohaninya menjadi bersih dan ia akan terjauh dari perbuatan-perbuatan buruk
dan jahat.

Dalam melaksanakan puasa seseorang diwajibkan menahan hawa nafsu makan, minum, dan seks. Di
samping itu ia juga harus menahan rasa amarah, keinginan memaki orang, bertengkar, dan perbuatan-
perbuatan kurang baik lainnya. Pembinaan jasmani dan rohani bersatu dalam usaha membersihkan jiwa
manusia. Dalam bulan Ramadhan orang diajurkan pula untuk banyak mendirikan shalat dan membaca al-
Qur’an. Semuanya itu membawa orang pada keadaan dekat dengan Allah. Pembinaan yang seperti ini
disempurnakan dengan pernyataan kasih saying kepada para dhu’afa atau anggota masyarakat yang
lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah.

Dalam mengerjakan kewajiaban menunaikan ibadah haji adalah orang yang berkunjung ke Baitullah
(rumah Allah) dalam arti rumah peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Allah di
dunia.Sebagaimana halnya dalam mendirikan shalat, orang yang mengerjakan haji juga merasa dekat
sekali dengan Allah. Bacaan-bacaan yang diucapkan pada waktu mengerjakan haji juga merupakan
dialog antara manusia dengan Allah.Ibadah haji merupakan usaha pembersihan rohani disertai dengan
pembinaan jasmani dalam  bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal yang sangat sederhana.
Selama mengerjakan ibadah haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus dijauhi dan ditinggalkan. Dalam
ibadah haji terdapat pula latihan mempertajam rasa persaudaraan antara sesama manusia, karena dalam
ibadah haji tiada perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin dan antara orang yang berkedudukan
tinggi dengan orangberkedudukan rendah.

Dalam hal kewajiban membayar zakat, walaupun ia mengambil bentuk penyerahan sebagian harta yang
diperoleh untuk menolong fakir miskin dan orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan hidup,
tetapi juga merupakan upaya pembinaan rohani. Dalam hal ini rohani manusia dididik untuk menjauhkan
kerakusan dan ketamakan pada harta benda, serta diarahkan untuk mempunyai perasaan kasih, murah
hati, dan suka menolong anggota masyarakat yang berada damlam kekurangan. Dengan demikian akan
terbina pula rasa persaudaraan.

2. Untuk Membina Akhlak

Akhlak atau budi perkerti luhur merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
bahkan ia merupakan factor penentu kebaikan dan ketentraman suatu masyarakat. Oleh karena itu, tidak
heran jika hal itu banyak disinggung Allah dalam al-Qur’an. Selain itu, Rasulullah sendiri menyatakan
bahwa diutusnya beliau ke dunia adalah untuk menyempurnakan pedoman dan ajaran akhlak. Rasulullah
pernah mengatakan, bahwa Allah telah menetapkan Islam sebagai agamamu, maka hiasilah agama itu
dengan akhlak yang mulia dan hati yang pemurah. Di samping itu Allah mengakui, bahwa Rasulullah
adalah orang yang memiliki akhlak yang luhur dan mulia.

Berbagai ibadah dalam Islam yang telah diwajibkan Allah kepada umat manusia, juga bertujuan untuk
membina akhlak manusia, Ibadah shalat sangat erat kaitanya dengan upaya pembinaan akhlak. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ankabut ayat 45:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar”.

Oleh karena itu, melaksanakan shalat dengan tertib, teratur, khusyu dan dilandsasi dengan nilai yang
tulus karena Allah, akan dapat membentengi orang dari perbuatan-perbuatan tercela dan sia-sia. Shalat
yang tidak mampu menghindarikan dari perbuatan-perbuatan tercela dan sia-sia adalah shalat yang
memiliki nilai rendah. Shalat yang seperti itu selama telah dipenuhi syarat dan rukunnya tetap sah
hukumnya, hanya saja belum berhasil mendekatkan pelakunya dengan Allah, sehingga belum dapat
menghilangkan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan Allah.

Demikian pentingnya kedudukan shalat dalam kaitanya dengan soal akhlak, sehinggga Rasulullah secara
agak terperinci mengaitkan dengan sifat-sifat rendah dari pada Allah, tidak sombong, mengasihi orang
miskin dan lain-lainnya melalui sebuah hadist qudsy sebagai berikut :

“ Shalat yang kuterima adalah shalat yang menjadikan pelakuknya berendah diri di hadapan kebesaran-
Ku, tidak berkeras menentang perintah-Ku, melainkan senantiasa ingat kepada-Ku dan menaruh kasih
saying kepada kaum fakir miskin, orang terlantar dalam perjalanan, wanita yang ditinggal mati suaminya,
dan orang yang ditimpa kesusahan”.

Shalat yang dapat membuat pelakunya terjauh dari macam-macam sifat negatif adalah shalat yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan. Orang yang khusyu dalam mendirikan shalat dijamin Allah akan
memperoleh keberuntungan.

Zakat yang merupakan suatu tindakan memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan
masyarakat atau orang lain, sebagaimana halnya dengan ibadah-ibadah lainnya juga berkaitan dengan
upaya pembinaan akhlak. Menurut firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 103: “Ambilah zakat dari
sebagaian harta mereka, denagan zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikannya”.Jiwa pelaku zakat
yang telah terbina akan melahirkan akhlak yang baik.

Ibadah puasa, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an dalam surat al-Baqarah ayat 183 menjelaskan
eratnya kaitan puasa dengan pembinaan akhlak karena yang hendak dituju dengan ibadah puasa adalah
terciptanya manusia yang bertaqwa, yakni manusia yang senantiasa mentaati perintah dan larangan
Allah, manusia yang senantiasa melalkukan perbuatan baik dan menjauhiperbuatan buruk dan jahat,
sebagaimana diungkap dalam hadist Rasulullah:
“Dari Abu Huraurah r.a. berkat, Rasulullah SAW bersbda: Apabila salah seorang di antara kamu sekalian
itu berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan janganlah ribut-ribut. Jika ada seseorang mencaci maki
atau mengajak berkelahi, maka hendaklah ia berkata: sesungguhnya saya sedang berpuasa:.

“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasululllah SAW bersabda: Barangsiapa tidak mau meningglkan kata-
kata bohong dan selalu memperbuatnya, maka Allah tidak memperdulikan puasanya itu dimana ia telah
susah payah meningglkan makan dan minum”.

Puasa yang dapat menghindarkan pelakunya dari bermacam-macam akhlak yang buruk adalah puasa
yang dilakukan dengan menahan sedemikian rupa nafsumakan, minum dan seks, serta menghentikan
kerja inderawi dari hal-hal yang bersifat negatif.

Dalam ibadah haji juga terkandung tujuan pembinaan akhlak. Ketika orang melaksanakan ibadah haji,
seluruh akhlak buruk dan jahat harus ditinggalkan. Larangan ini bermaksud agar orang meningglkan
akhlak yang seperti itu dan suka melakukan akhlak yang baik, sehingga benar-benar menjadi kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 197:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji”.
Ketika melaksanakan ibadah haji orang berdo’a supaya ibadah hajinya mabruur atau diterima Allah. Di
antara indikasi ke mabruuran haji adalah terjadi perubahan sikap dan tingkah laku seseorang setelah
kembali dari melaksanakan ibadah haji, ke arah peningkatan akhlak yang lebih baik.

Umat Islam melaksanakan berbagai ibadah adalah karena diperintahkan oleh Allah. Kerana manusia
mempunyai kecenderungan untuk taat dan tidak taat, maka Allah mengiringi perintah-perintahnya dengan
sangsi atau ancaman yang berlaku di akhirat. Namun demikian ibadah dalam Islam bukan dimaksudkan
untuk menyembah Allah, karena Allah adalah Maha Besar, Maha Kaya, Maha Perkasa dan Maha segala-
galanya, serta disembah atau tidak disembah Allah tetap dalam keMahaannya.
Ibadah disyari’atkan semata-mata untuk kepentingan manusia itu sendiri, yaitu agar manusia menjadi
muttaqin, manusia yang senantuasa mematuhi Allah dalam bidang apapun. Oleh karena itu, manusia
harus berusaha supaya dapat dekat ke haribaan Allah atau taqarryb ilallah. Adapun jalan yang efektif ke
arah itu adalah dengan tertib dan khusyu melakukan ibadah. Apabila terdapat banyak orang yang
bertaqwa di lingkungan masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakatyang baik. Dari
masyarakat yang baik insyah Allah akan lahir generasi baru yang baik, yang akan melanjutkan tugas-
tugas kekhalifahan manusia.

Faktor-factor keikhlasan sangat besar pengaruhnya bagi tercapainya tujuan ibadah. Keikhlasan adalah
perbuatan jiw, yaitu sikap jiwa ketika melaksanakan ibadah yang tidak dipengaruhi oleh motivasi-motivasi
lain, kecuali motivasi karena Allah semata-mata. Allah berfirman dalam surat al-Bayyinah ayat 5:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan)agama dengan lurus”.

Melaksanakan ibadah dengan tingkat keikhlasan yang tinggi, memungkinkan dapat beribadah dengan
kekhusyu;kan yang dalam. Seharusnya setiap orang berusaha sekuat-kuatnya untuk mencapai kualitas
ibadah seperti ini, karena ibadah seperti inilah yang dapat menyampaikan seseorang pada tujuan ibadah
yang luhur dan mulia.
3. Memelihara Keseimbangan Unsur Rohani dan Jsmani

Pada uraian-uraian di atas telah disebutkan bahwa Islam memandang manusia sesuai dengan
hakekatnya. Ajaran-ajaran Islam ditujukan untuk umat manusia, agar memperoleh pedoman yang
menjamin kebahagian dan kesejahteraan hidup duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rohani, serta
perorangan maupun kemasyarakatan. Manusia merupakan kesatuan unsure rohani dan jasmani.
Manusia hidup memerlukan hasil potensi alam. Manusia hidup memerlukan hubungan dengan Tuhan.
Hubungan dengan Tuhan dilakukan dengan iman yang bersebdi tauhid mutlak dan ibadah yang ihklas
sesuai dengan tuntutan yang diberikan.

Islam mengajarkan bahwa manusia yang berunsur jasmani dan rohani, yang hidup di dunia menuju
akhirat, masing-masing unsur harus memperoleh temapat secara seimbang. Al Qur’an dalam surat al-
Baqarah ayat 201 mengajarkan, agar manusia mohon kepada Tuhan untuk diberi kebaikan hidup di dunia
dan kebaikan hidup di akhirat serta dipelihara dari siksa neraka. Dan al-Qur’an dalam surat al-qashash
ayat 77 mengajarkan, agar manusia mencari perkampungan akhirat dalampemberian Tuhan, tetapi
jangan melupakan hidup di dunia.

Hadist Riwayat Bukhari dari Abdullah bin Amr menceritakan bahwa pada suatu hari Rasululllah dating di
rumah Abdullah untuk menanjakan berita orang yang mengatakan, bahwa waktu Abdullah habis untuk
beribadah, malam harinya untuk mengerjakan shalat dan siangnya untuk berpuasa. Setelah Abdullah
membenarkan berita itu, maka Rasul bersabda: “janganlah kau lakukan demikian, shalat, tidur, puasa
dan berbukalah kamu; jasadmu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; matamu mempunyai hak yang
wajib kau penuhi; tamu-tamumu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; keluarga juga mempunyai hak
yang wajib kau penuhi; mungkin umurmu akan panjang, cukuplah kau berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan;
setiap kebaikan diberi pahala sepuluh kali lipat, dengan demikian, puasa tiga hari tiap-tiap bulan itu
seperti puasa sepanjang masa”. Abdullah merasa amat ringan berpuasatiga hari tiap-tiap bulan itu,
dikatakannya kepada Nabi bahwa ia mmasih kuat lebi dari itu, maka Nabi bersabda:”Kalau begitu
puasalah tiga hari tiap-tiap minggu”. Abdullah masih merasa ringan, dikatakannya pula kepada Nabi
bahwa ia masih kuat lebih dari itu, maka Nabi bersabda:”Kalau begitu puasalah seperti puasa Nabi
Daud”. Ditanyakannya bagaimana puasa Nabi Daud itu, oleh Nabi dijawab:”Setengah panjang masa”
artinya sehari puasa dan sehari berbuka.

Berdasar ayat al-Qur’an dan hadist Nabi tersebut dapat diperoleh kepastian bahwa pelaksanaan ibadah
dalam Islam tidak boleh sampai mengabaikan kewajiban-kewajiban yang menyangkut kebutuhan
jasmaniah dan duniawiah.
Islam mengajarkan agar manusia tidak perlu mengurangi sifat-sifat kodrat kemanusiaannya, manusia
perlu bekerja untuk mencukupkan kebutuhan hidupnya, serta manusia supaya bekerja untuk memajukan
dan meningkatkan kehidupan di dunia. Yang harus menjadi pokok perhatian adalah jangan sampai usaha
keduniaan melalikan orang dari hubungan dengan Allah, Tuhan yang memberikan hidup. Jangan sampai
usaha memenuhi kebutuhan jasmani melalikan usaha memenuhi kebutuhan

ruhaniah. Keinginan memperoleh kesenangan hidup di dunia jangan sampai mendesak kebutuhan
membekali diri untuk hidup kekal di akhirat. Orang jangan sampai lupa kepada Allah, karena ia akan lupa
hakekat dirinya dan hakekat wujudnya. Dalam hubungan ini, al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18-19
memperingatkan orang-orang beriman, hendaklah bertaqwa kepada Allah. Masing-masing supaya
memeriksa perbekalan apakah yang telah disiapkan untuk menghadapi kehidupan di masa depan,
kehendaklah bertaqwa kepada Allah, sungguh Allah Maha mengetahui segala sesuatu yang dilakukan.
Jangan hendaknya seperti orang-orang yangb lupa kepada Allah, karena akan melupakan mereka
terhadap diri mereka sendiri. Orang-orang yang lupa kepada Allah adalah orang-orang yang fasik.
Prinsip-prinsip yang diuraikan di atas berkaitan dengan kondisi fisik dan psikis manusia, sehingga syari’at
ibadah dapat diterima akal, serta, mudah dimengerti dan dilaksanakan. Allah sebagai Pencipta manusia,
MahaMengetahui keadaan manusia. Oleh karena itu, dalam pembebanan ibadah keapada manusia,
kelihatan sekali bahwa faktor-faktor kesanggupan hamba, naluriyahnya, keadaan kesehatannya, dan juga
kesempatannya turut dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai