Anda di halaman 1dari 5

ISRA' MI'RAJ SEBAGAI INSPIRASI UNTUK MEMBANGUN KARAKTER, ILMU PENGETAHUAN, DAN PERADABAN BANGSA Elviandri, S.HI., M.

Hum Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . (QS. : 17 : 1). Berdasarkan ayat di atas, kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Disebut sebagai peristiwa langka dan aneh, serta ajaib, karena dalam sejarah kehidupan umat manusia, termasuk kehidupan para nabi dan rasul, hanya Nabi Muhammad saw., sendiri yang mengalami dan mengetahui peristiwa itu. Peristiwa itu terjadi pada saat Nabi masih berada di Makkah. Pada saat itu Muhammad masih belum banyak mendapatkan kepercayaan masyarakat tentang status kerasulannya dan pengikutnya juga masih terbatas. Di tengah-tengah keadaan seperti itu, Muhammad justru memberikan kabar yang tidak masuk akal bagi semua orang, yaitu perjalanan isra dan miraj yang baru saja dialami. Isra dan miraj sendiri adalah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, pada malam hari, dimulai dari masjid al Haram di Makkah menuju ke Masjid al Aqsho di Yerusalem. Itulah yang disebut dengan isra. Kemudian perjalanan dari masjid itu dilanjutkan dengan perjalanan untuk miraj, masih di malam itu dengan naik melewati langit lapis tujuh, menemui Allah di Sidratul Muntaha. Dalam kisahnya nabi ketika itu didampingi oleh Malaikat Jibril. Banyak cerita terkait dengan isro dan miroj ini, yang bisa kita ambil hikmahnya, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, dalam peristiwa isro dan miroj itu nabi dalam keadaan galau. Ada dua peristiwa yang menjadikan kegalauannya itu. Yaitu, ketika itu Nabi baru saja ditinggal mati oleh pamannya, yaitu Abu Tholib, seorang paman, yang selama itu sangat mencintainya. Sekalipun belum mengakui kerasulan Muhammad, Abu Thalib selalu melindungi dari segala macam gangguan terhadapnya. Selain itu dalam waktu yang hampir bersamaan, Rasulullah ditinggal mati oleh Hadijah, seorang isteri yang sangat dicintainya yang selama ini menjadi penopang kuat dakwahnya. Dari persitiwa ini saja kita bisa membayangkan bagaimana perasaan Nabi saat itu. Tetapi justru di saat seperti itu Nabi melaksanakan peristiwa amat sangat penting dalam sejarah kehidupannya, yakni sebuah doktrin teologis berupa perintah sholat melalui isro dan miroj. Kedua, sebelum melakukan isro dan miroj, Muhammad SAW. dibawa oleh Malaikat Jibril ke sumur zam-zam yang ada di lingkungan masjidil Haram. Di tempat itu Nabi Muhammad dibedah dadanya, dan dicuci hatinya dengan air zam-zam. Peristiwa ini menggambarkan bahwa seseorang yang akan menuju kepada kemuliaan, maka hatinya harus bersih dan bahkan

suci. Kesucian itu, bukan saja terkait aspek fisik, melainkan hatinya. Hati yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih, khusnudzan, ikhlas, sabar, dan tawakkal. Ketiga, perjalanan dalam waktu semalam yang amat jauh itu dilakukan dari masjid ke masjid, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Perjalanan itu dilakukan sendirian, dan hanya ditemani oleh Jibril. Peristiwa itu adalah semata-mata merupakan skenario Allah, dilakukan secara mendadak dan sangat rahasia. Tidak sebagaimana perjalanan manusia biasa, sebelum berangkat harus pamit, menyiapkan bekal, dan sebagai perjalanan penting harus dilakukan pelepasan. Apa yang dilakukan oleh Muhammad tidak demikian. Peristiwa itu tidak ada yang mengetahuinya, baik ketika menjelang berangkat, di dalam perjalanan, hingga sampai tempat yang dituju. Keempat, melalui peristiwa isro dan miroj itu Nabi bersama umatnya diperintahkan untuk menjalankan sholat lima waktu. Dikisahkan bahwa perintah shalat itu semula diwajibkan hingga 50 kali sehari semalam. Namun Nabi Muhammad atas usul para rasul yang ditemui ketika itu, agar frekuensi sholat itu dikurangi. Berkali-kali Nabi Muhammad kembali menghadap Allah, dan akhirnya sebagaimana sekarang ini sholat hanya diwajibkan lima kali sehari semalam. Semua ini adalah lambang atau simbol, betapa Nabi masih mau mendengarkan saran dari kolega sesamanya. Selain itu, betapa gigih harus berulang kali menghadap Allah agar umatnya mendapatkan keringanan atau kemudahan dari kewajiban yang harus diembannya. Kebutuhan umat harus dikedepankan. Selanjutnya peristiwa itu diberitahukan sendiri oleh Muhammad saw., kepada para sahabatnya. Tahap-tahap kegiatan Rasulullah yang sangat luar biasa, aneh, dan ajaib itu dijelaskan oleh Rasulullah sendiri. Sebab peristiwa itu, hanya Rasulullah saja yang tahu. Orang-orang yang dekat pun tidak ada yang mengetahui bahwa di malam itu, Rasulullah melakukan perjalanan yang tidak biasa dilakukan oleh semua orang. Mendengar kabar tersebut, wajar jika banyak orang memberikan respons yang berbedabeda. Orang-orang yang semula sudah mulai mempercayai kerasulan Muhammad, dengan kabar yang tidak masuk akal itu justru mulai ingkar. Muhammad bahkan dianggap benar-benar orang aneh, sempurnalah berita yang dianggap tidak benar selama ini. Sebab, berita tersebut dipandang sangat bertentangan dengan akal sehat. Apalagi bagi mereka yang sejak awal, yakni orang-orang Quraisy, yang selalu menentang ajaran yang dibawakan oleh Muhammad, maka kisah isra miraj itu justru dijadikan tambahan bukti bahwa apa yang selama itu disampaikan utusan Allah hanyalah kebohongan belaka. Berbeda dengan kebanyakan orang yang mulai ingkar terhadap Nabi, salah seorang shahabat Nabi bernama Abu Bakar justru sebaliknya. Bagi Abu Bakar, berita seaneh apa pun asalkan yang menyampaikannya adalah Muhammad adalah diyakini kebenarannya. Keyakinan itu selalu tumbuh, karena Muhammad di hadapan Abu Bakar tidak pernah sedikitpun melakukan kebohongan. Muhammad adalah manusia jujur yang tidak pernah berbohong sekali pun dalam hidupnya. Bagi Abu Bakar, terkait dengan peristiwa yang baru saja dialami Nabi tidak perlu disusun logika yang rumit tentang bagaimana proses itu terjadi. Maka itulah sebabnya, Abu Bakar diberi gelar Ashiddiq, yaitu orang yang selalu membenarkan apa saja yang datang dari Muhammad saw. Dua gambaran yang berbeda seperti itu sampai saat ini masih sama-sama tumbuh dan berkembang. Ada sebagian ilmuwan yang mencoba untuk merasionalkan peristiwa itu. Dengan berbagai perhitungan, mulai dari jarak yang harus ditempuh yang sedemikian jauh,

kemungkinannya dzat atau materi berupa jasad rasulullah bergerak bersama-sama jibril yang bukan materi, kemungkinan lainnya wilayah yang sebenarnya tidak akan bisa dijamah oleh benda apapun, termasuk Rasulullah, tetapi ternyata tidak ada yang mampu menjelaskan secara ilmiah. Peristiwa isra dan miraj bukan merupakan wilayah kajian ilmiah yang bisa diverifikasi kebenarannya dan apalagi peristiwa itu tidak akan bisa diulang dan bahkan oleh Rasulullah sendiri, kecuali atas izin-Nya. Isro miroj adalah merupakan peristiwa tunggal dalam sejarah kemanusiaan, yaitu hanya dilakukan oleh Muhammad saw pada saat itu. Bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana Abu Bakar, begitu mudah menerima kebenaran atas peristiwa itu. Memang sebagai orang yang beriman, maka harus mempercayai sesuatu yang sifatnya ghaib, yang tidak bisa diterima oleh akal sekalipun, asalkan sumbernya benar. Peristiwa isro miroj, bagi orang yang beriman mudah menerimanya, karena sumbernya jelas yaitu, rasulullah dan ayat-ayat al Quran. Jika peristiwa isra dan miraj bukan berada pada wilayah ilmiah, melainkan berada pada wilayah imaniyah, maka apa relevansinya dengan pengembangan karakter, ilmu pengetahuan dan upaya membangun peradaban dunia. Maka jawabnya adalah bahwa jagad raya ini bagi Allah adalah sangat kecil. Sekalipun usaha-usaha manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu dan teknologi sudah sedemikian dahsyat dengan menghabisakan beaya dan tenaga yang tidak terhitung jumlahnya, tetapi tidak demikian bagi Allah. Sejak 14 abad yang lalu ditegaskan oleh al Quran bahwa, : wama uutitum minal ilmi illa qolila, yaitu tidak kami berikan ilmu untuk kamu sekalian kecuali hanya sedikit. Penegasan itu memberikan pemahaman, bahwa menggali ilmu pengetahuan tidak mengenal-batas sehingga yang diperoleh menjadi terbatas. Selain itu, ayat itu juga mengeaskan tidak sedikit pun ruang bagi manusia untuk berbuat sombong ata takabur, karena sejatinya ilmu yang diperoleh hanya sedikit dibanding ilmu Allah yang luas tak terbatas. Lebih dari itu, bahwa jika selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian cepat dan dahsyat, seolah-olah semua rahasia Tuhan telah terungkap oleh hasil kerja keilmuan manusia, maka peristiwa isra miraf menggambarkan lebih dahsyat dari itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diraih oleh manusia, sehingga bisa mengirim informasi, baik melalui kalimat, gambar atau lainnya secara tepat, ternyata Tuhan telah mengirimkan utusannya, yakni Muhammad dari bumi ke langit yang jaraknya hanya bisa diukur dengan menggunakan ukuran tahun cahaya. Kejadian itu memberikan inspirasi, betapa sesungguhnya obyek kajian ilmu pengetahuan terbentang luas tanpa batas yang seharusnya dikaji oleh kaum muslimin ini. Pintu kemajuan adalah ilmu. Tanpa ilmu pengetahuan komunitas apa pun tidak akan mengalami kemajuan. Maka itulah sebabnya mencari ilmu, membangun lembaga-lembaga pendidikan, bagi umat Islam adalah merupakan sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Dengan ilmu pengetahuan, manusia menjadi makkluk beradab dan bermartabat, jauh melebihi makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Karena itu pula, Allah mengabadikan di dalam al Quran surah al Mujadilah ayat 11 ; bahwa Allah angkat derajat manusia yang berilmu pengetahuan. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujaadilah: 11).

Selain itu melalui peristiwa yang agung itu juga bisa kita pahami bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas yang bisa ditangkap oleh indera, yaitu yang diperoleh melalui observasi, eksperimentasi dan penalaran logis. Melalui isra dan miraj, umat Islam diperkenalkan tentang ilmu pengetahuan yang bersumber dari kitab suci yang disebut sebagai ayat-ayat kauliyah. Dengan demikian, bagi umat Islam ada dua sumber ilmu pengetahuan, yaitu ayat-ayat kauniyah dan ayat kauliyah. Seharusnya umat Islam menjadikan dua sumber ilmu pengetahuan tersebut untuk selalu digali secara bersama-sama, terpadu, dan komprehensif. Sayangnya, selama ini masih terdapat dikotomi yang jelas dalam melihat ilmu. Ada sebagian yang lebih menekankan ilmu yang bersumberkan dari hasil observasi, eksperimentasi dan penalaran logis yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah. Sementara lainnya terlalu menekankan jenis ilmu pengetahuan yang bersumberkan pada ayat-ayat kauliyah saja. Pemahaman dikotomik seperti melahirkan bentuk dan praktik pendidikan yang tidak tepat sehingga akhirnya melahirkan manusia yang tidak berkepribadian utuh. Menurut saya, saat ini sebagai sebagai sebuah bangsa yang sedang bekerja keras membangun berbagai aspek kehidupan, Indonesia memerlukan manusia-manusia cerdas yang berkarakter. Manusia berkarakter hanya akan diperoleh dengan model pendidikan yang tepat, yakni yang tidak melihat ilmu secara dikotomik. Oleh karena itu, melalui peringatan isro dan miroj ini, kita bisa merenungi pemahaman kita terhadap ilmu pengetahuan dan melahirkan inspirasi baru dalam mengembangkan keilmuan. Insya Allah dengan cara begitu, bangsa ini akan menemukan bentuk atau bangunan keilmuan yang ideal yang menjadi landasan pengembangan pendidikan di Tanah Air. Kita sadar saat ini sebagai bangsa kita sedang menghadapi persoalan yang pelik dan tidak mudah diselesaikan. Persoalan itu rumit, karena sumber persoalannya adalah manusia itu sendiri. Banyak manusia cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan luas, tetapi keilmuannya hanya sebatas ilmu yang bersumber dari ayat-ayat kauniyah. Dengan ilmunya itu maka mereka menganggap bahwa kebahagiaan hidup hanya ditentukan oleh faktor material. Atas dasar pandangan itu maka tujuan, orientasi dan cita-cita mereka sebatas material itu, dan bahkan lebih sederhana lagi yaitu hanya di seputar mengumpulkan harta. Lebih parahnya lagi, untuk memenuhi keinginannya itu, apa saja dilakukan, tidak peduli apakah hal itu merugikan orang lain, termasuk dirinya sendiri. Akibatnya mereka itu lalai, sehingga melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pribadi seperti ini di antaranya merupakan akibat dari model pendidikan dan bangunan keilmuan yang tidak utuh, terpadu, dan komprehensif sebagaimana paparan di atas. Sudah sekian lama, pekerjaan pemerintah terfokus pada upaya bersih-bersih, yaitu membersihkan tindak kejahatan korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya di semua level birokrasi dan lembaga-lembaga lainnya. Orang-orang yang melakukan penyimpangan itu umumnya berpendidikan tinggi, tetapi sayangnya tidak diimbangi oleh kekayaan ruhaniyah. Sedemikian pentingnya kekayaan ruhaniyah itu, hingga Nabi Muhammad saw., dipanggil langsung oleh Allah, dipertunjukkan alam raya yang sedemikian luas dan selanjutnya pengetahuannya itu disempurnakan dengan kekayaan bathiniyahnya melalui shalat lima waktu. Lagi-lagi Muhammad sebagai rasul dalam konteks membangun karakter, ilmu pengetahuan, dan peradaban, sebagaimana yang tercantum dalam beberapa ayat al Quran, dirinci menjadi empat ranah, yaitu pertama tilawah, kedua adalah tazkiyah, ketiga adalah taklim atau mengajarkan kitab suci dan yang kelima adalah hikmah. Keempat tugas itu telah dilakukan

sebaik-baiknya oleh Rasulullah, hingga berhasil membangun masyarakat Madinah yang gemilang dan hal itu berpengaruh pada kehidupan masyarakat yang lebih luas hingga sekarang ini. Berangkat dari uraian tersebut, maka melakukan perenungan terhadap peristiwa isra miraj sangat penting. Dalam peringatan ini, kita semua disadarkan akan betapa pentingnya beberapa hal, di antaranya yaitu : Pertama, bahwa bangsa ini perlu isra dan miraj sekalipun dalam pengertian simboliknya. Bangsa ini sebenarnya tidak miskin, tetapi penyebaran dan akses ekonomi kurang merata. Al Quran memperingatkan bahwa janganlah harta kekayaan berputar di kalangan tertentu, sebab akan menjadikan pertumbuhan ekonomi berhenti. Selanjutnya, perlu dilanjutkan dengan miraj, yaitu tidak hanya terjebak memikirkan ekonomi secara berlebihan. Padahal kemuliaan itu akan diraih oleh kegiatan miraj, yaitu membangun kehidupan ruhani yang melahirkan hikmah atau kearifan itu. Kedua, melalui isra dan miraj bahwa ternyata dalam membangun pribadi seseorang tidak cukup melibatkan aspek-aspek yang bersifat lahir, tetapi juga yang batin. Hal itu juga termasuk dalam membangun ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan ini tidak mencukupi pengetahuan yang bersifat empiric, melainkan juga pengetahuan yang dating dari ajaran agama. Keterpaduan itulah yang akan melahirkan sosok pribadi unggul dan tangguh. Ketiga, betapa pentingnya kebersamaan dalam melakukan aktivitas kolektif, seperti membangun negara besar ini . Dalam konsep Islam yang dibawa Nabi Muhammad dikenal dengan konsep jamaah. Rasulullah setiap kali menjalankan shalat selalu berjamaah. Demikian pula dalam kegiatan lainnya. Kebersamaan menjadi kokoh dan begitu pula sebaliknya. Akhirnya, kepada Allah kita bersama-sama memohon ridha dan pertolongan-Nya agar para pemimpin negara ini selalu diberi kesehatan dan kekuatan serta petunjuk untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang berkarakter yang ditandai dengan akhlak yang mulia, berilmu pengetahuan tinggi dan berperadaban maju. Amin... ***

Anda mungkin juga menyukai