Anda di halaman 1dari 3

HARI KEMERDEKAAN, PUASA RAMADHAN DAN REFORMASI Elviandri, S.HI., M.

Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)

Ya Tuhan Kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu)Berimanlah kamu kepada Tuhanmu maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (Q.S. Ali Imran 193)

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 66 tahun yang lalu diproklamirkan tepat pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan juga dengan 8 Ramadhan 1364 H. Tahun ini peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI juga bertepatan dengan bulan Ramadhan tepatnya 17 Ramadhan 1432 H. Bertemuanya peringatan hari kemerdekaan ini dengan puasa Ramadhan adalah merupakan momentum yang sangat istimewa bagi kita untuk merenung, menimbang, dan melakukan penilaian ulang secara jujur atas pencapaian bangsa ini saat ini, dan kemudian mencari jalan keluar terbaiknya. Sampai umurnya negeri ini yang ke-66 tahun carut-marut beraneka macam persoalan politik, hukum, ekonomi, pendidikan, budaya, moral dan lain sebagainya masih silih berganti seolah tanpa ujung. Adakah sesuatu yang salah dengan negeri ini? Di bidang politik prestasi kita sebagai negara demokrasi secara prosedural sungguh membanggakan karena bisa terlaksananya pemilu langsung baik pemilu legislatif dan pemilu presiden secara damai. Di samping itu pemilukada juga semarak berlangsung di seluruh penjuru tanah air. Namun prestasi bagus dalam pemilu dan pemilukada tersebut patut dipertanyakan manakala kita melihat tetap maraknya politik tebar pesona dan politik pragmatisme yang semakin masif di setiap agenda pemilu berlangsung. Dan pada saat yang sama tata kelola pemerintahan baik di pusat maupun di daerah yang dihasilkan dari pemilu tersebut masih buruk, korupsi merajalela bahkan ditenggarai bahwa korupsi di daerah-daerah semakin masif, serta suap tumbuh merajalela, puluhan juta rakyat masih bergelimang dengan kemiskinan, sumber daya alam (yang oleh UUD 1945 dikuasai oleh negara) nyatanya semakin habis terkuras dan dijarah karena tidak adanya kontrol negara yang kuat. Di tengah maraknya kasus korupsi dan kolusi justru para penegak hukum beramai-ramai melakukan kongkalikong dengan para koruptor dan kolutor untuk memperdayai hukum. Sebutlah kasus mafia pajak Gayus, kasus rekening gendut polisi, kaus jaksa dan hakim tertangkap basah menerima suap, kasus cecak vs buaya, dan kasus kasus lainnya yang sangat

ironis dan sekaligus menggemaskan, karena sebagai aparat penegak hukum mestinya mereka memberikan contoh yang baik kepada rakyat dan mengemaskan karena presiden sebagai kepala negara seolah-olah membiarkan itu semua terjadi ataupun kalau bertindak hanya setengah-tengah dengan membentuk satgas-satgas yang semestinya tidak cukup hanya itu. Di bidang ekonomi, prestasi kita juga tidaklah menggembirakan. Memang APBN dan pendapatan perkapita meningkat. Namun kita masih ingat bagaimana intervensi yang berlebihan dari IMF membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Alih-alih memberikan solusi dari permasalahan ekonomi yang seperti tiada ujung, IMF justru mempercepat waktu kematian bagi perekonomian Indonesia. Melalui program hutang dan hibahnya, IMF telah membius para punggawa ekonomi Indonesia untuk terus meminta belas kasihan negara maju dalam memperbaiki ekonomi Indonesia. Dan sekarang kita bisa saksikan puluhan dan bahkan ratusan perusahaan perusahan menengah dan besar Indonesia sahamnya dikuasa asing. Dan berapa besar hutang luar negeri kita? Namun kita masih ingat bagaimana intervensi yang berlebihan dari IMF membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Alih-alih memberikan solusi dari permasalahan ekonomi yang seperti tiada ujung, IMF justru mempercepat waktu kematian bagi perekonomian Indonesia. Melalui program hutang dan hibahnya, IMF telah membius para punggawa ekonomi Indonesia untuk terus meminta belas kasihan negara maju dalam memperbaiki ekonomi Indonesia. Dan sekarang kita bisa saksikan puluhan dan bahkan ratusan perusahaan perusahan menengah dan besar Indonesia sahamnya dikuasa asing. Dan berapa besar hutang luar negeri kita? Ketika Fir'aun telah melampaui batas, tidak ada rakyatnya yang melihat bahwa Fir'aun ini sedang menjajah dan memperbudak mereka. Bagaimana mungkin, Fir'aun ini dari kaum mereka sendiri. Bahasa dan warna kulitnya sama dengan mereka. Ketika Musa hadir dan mengingatkan Fir'aun untuk meniti jalan Tuhannya dan takutlah kepada-Nya, maka seketika itu pula Musa ditetapkan sebagai musuh baru yang patut diwaspadai bersama. Berbagai propaganda disebarkan untuk menjauhi apa yang disampaikan Musa. Tidak cukup sampai di situ, bahkan ketika kebenaran itu secara nyata hadir di depan matanya, penentangan Fir'aun semakin menjadi-jadi. Perintah penangkapan dilakukan untuk Musa dan segenap pengikutnya dari Bani Israil. Alih-alih hendak menamatkan riwayat Musa dan ajaran yang dibawanya, Fir'aun malah harus lebih dulu menerima kenyataan bahwa riwayatnya harus lebih dulu tamat. Sungguh dramatis kisah yang disampaikan Al Quran. Fir'aun tidak mampu menolak kebenaran ketika segala hijab disingkapkan dari matanya. Penglihatannya kini tajam, karena nafasnya sudah sampai di tenggorokan. Jasadnya pun dibiarkan utuh agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya. Pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Wahai muslim, alangkah samanya kemarin dan hari ini. Fir'aun dulu dan sekarang, apa bedanya. Fir'aun tetaplah Fir'aun. Penjajah selalu hadir dengan propaganda untuk membebaskan dan memerdekakan, namun yang terjadi sebenarnya hanyalah perbudakan, penghambaan. Sedangkan Islam hadir untuk membebaskan manusia dari penjajahan sampai ke akar-akarnya. Beginilah, Islam akan selalu menjadi musuh dan selalu dimusuhi para penjajah.

Namun karena dunia ini adalah ajang ujian antara kesejatian dan kepalsuan, maka akan selalu ada yang menganggap Fir'aun dan para penjajah itu sebagai pahlawan ketika masih ada sekelompok yang melihat betapa Fir'aun ini sudah lupa diri hingga hendak mengambil otoritas ALLAH. Di samping itu dekadensi moral para generasi muda sudah semakin mengkhawatirkan, ini ditandai dengan meningkatnya pelaku seks pra nikah di kalangan remaja di Indonesia. Berdasarkan survey yang pernah dilakukan Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dan 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno. Puasa sebagai pengendalian diri merupakan kekuatan pembebas dari kebobrokan hati dan mental tersebut. Puasa pada hakekatnya adalah upaya untuk menuju kemerdekaan yang sempurna tersebut, kemerdekaan yang tidak hanya lepas dari penjajahan kaum kolonial secara prosedural, namun lebih dari itu kemerdekaan yang terbebas dari campur tangan asing pada urusan negara dan bangsa serta juga terbebas dari berbagai jeratan penyakit hati dan jiwa.***

Anda mungkin juga menyukai