Anda di halaman 1dari 3

Pemberdayaan Perempuan Di sektor Domestik dan Publik dalam Tinjaun Islam

Elviandri, S.HI, M.Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali Imran ayat 195) Pemberdayaan perempuan di dalam Islam pada hakikatnya adalah mengarahkan perempuan sebagai hamba Allah SWT untuk mendapat predikat sebagai manusia terbaik di hadapan Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa, serta menjadikan perempuan dapat berkontribusi bagi terwujudnya keluarga dan masyarakat yang bahagia dan harmonis. Bahkan, menjadikan masyarakat sebagai sebaikbaiknya umat manusia, seperti dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 110 Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah. Derajat takwa hanya bisa dicapai dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Adapun yang diperintahkan, ada yang bersifat wajib dan ada yang sunah. Sementara larangan ada yang bersifat haram dan ada yang makhruh. Sedangkan mubah adalah suatu pilihan yang boleh dilakukan atau ditinggalkan. Dengan demikian, dalam konteks pemberdayaan perempuan, seorang muslimah selayaknya mengetahui jenis-jenis aktivitas apa saja yang wajib, sunnah, maupun mubah bagi dirinya, baik perbuatan yang berada pada lingkup domestik maupun lingkup publik. Pemberdayaan Perempuan di Sektor Domestik Seorang perempuan yang menyadari kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga seperti yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya, maka akan berusaha untuk memberi perhatian seoptimal mungkin terhadap perkembangan fisik dan mental anakanaknya. Posisi sebagai ibu sangatlah strategis, hingga dalam sebuah hadits dikatakan bahwa wanita adalah tiang negara, dengan kata lain jika banyak

perempuan yang meninggalkan tugas utamanya ini, bisa dipastikan akan berdampak pada rusaknya generasi bangsa. Figur ibu yang berhasil dalam mendidik anak di masa Islam adalah seperti Asma binti Abu Bakar. Anaknya yang bernama Abdullah bin Zubair adalah seorang ahli ibadah sekaligus punya keberanian menghadapi penguasa yang dzalim, di saat yang lain meninggalkan dirinya. Demikian pula AlKhansa, seorang ibu yang memiliki empat orang putra yang semuanya menjadi syahid di jalan Allah. Tatkala dia mengetahui keempat anaknya telah syahid, dia berkata: seandainya aku memiliki anak lagi, niscaya akan aku relakan untuk berjuang di jalan Allah. Seorang perempuan yang menyadari keberadaannya sebagai istri dan pendamping suami, merupakan kewajiban baginya dalam melayani suaminya seperti tercantum dalam HR. Bukhari-Muslim Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu ia menolaknya sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah, maka istri tersebut akan dikutuk para malaikat sampai pagi hari. Seorang suami jika telah meminta pelayanan dari istrinya kemudian tidak terpenuhi, maka secara psikologis akan merasa terguncang dan gelisah, yang pada akhirnya bisa menjadi benih bagi pertengkaran dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Seorang istri yang memahami posisinya sebagai pendamping suami, akan menyadari bahwa tidaklah mungkin bahtera rumah tangganya dikayuh sendiri tanpa ada kerjasama yang baik dengan suaminya. Oleh karena itu dia akan terus berkomunikasi dengan suaminya untuk terus menyamakan visi dan misi rumah tangganya. Dia tidak pernah malu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya kepada suaminya, juga tidak merasa segan ataupun takut untuk mengingatkan dan menasihati suaminya, jika berbuat kesalahan. Figur-figur istri yang demikian dicontohkan oleh Ummul Muminin Khadijah r.a ketika menghadapi suaminya, Rasulullah SAW yang terguncang karena mendapat wahyu pertama. Pada kondisi seperti itu beliau bersikap tenang dan penuh cinta, dengan kata-kata yang lembut, beliau menghibur dan membangkitkan rasa optimis kepada Rasul, demikian tuturnya, Sekali-kali tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan Kakanda. Sebab, Kakanda selalu menyambung silaturrahmi, menanggung beban orang yang kesusahan, membantu orang yang tidak mempunyai penghasilan, menjamu tamu, dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah dalam kebenaran. Kata-kata yang sederhana tersebut mengandung muatan yang tinggi, yaitu dengan menyebut keutamaan-keutamaan suaminya, Khadijah mampu membangkitkan rasa percaya diri pada Rasul untuk mengemban tugas mulia dari Rabbnya. Dan ini merupakan langkah awal dukungan beliau terhadap dawah Islam selanjutnya. Pemberdayaan Perempuan di Sektor Publik Pemberdayaan perempuan di sektor publik, tidaklah terlepas dari pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan, yaitu dalam rangka melaksanakan kewajiban amar maruf nahi munkar demi terwujudnya tatanan

masyarakat Islam, disamping keterlibatan perempuan dalam penyaluran ilmu dan kemampuan yang dimilikinya di dalam masyarakat. Karena hukum dalam masalah ini adalah mubah, terlebih jika ilmu dan kemampuannya sangat dibutuhkan. Sedangkan hukum bekerja untuk mencari nafkah juga mubah, asalkan tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Adapun dalam pelaksanaan aktivitas amar maruf nahi munkar ditempuh dalam tahapan-tahapan yang jelas serta terperinci, yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan secara umum maupun khusus, guna menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap Islam. Selanjutnya tahap mewujudkan opiniopini Islam di tengah masyarakat dengan penggambaran keunggulan solusi Islam dalam memecahkan seluruh bidang kehidupan berikut membandingkan solusi-solusi di luar Islam, dengan tujuan masyarakat secara umum memiliki keinginan dan berupaya untuk kembali kepada Islam secara kafah dengan dorongan keimanan. Dan terakhir tahap aplikasi atauran-atuaran Islam dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, marilah kita semua, siapapun kita dan apapun posisi kita, sebagai guru, pegawai negri dan swasta, tenaga medis, tokoh masyarakat, praktisi hukum, ibu rumah tangga, dan seluruh muslimah yang lainnya, segera bangkit dan bahu membahu dalam melakukan tugas mulia ini, yaitu gerakan penyadaran terhadap syariat Islam dengan memulai dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Tidak ada yang mustahil jika kita berusaha, sebab Allah SWT telah berfirman dalam QS Ar-Rad ayat 11: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga dia mau merubah nasibnya sendiri. Inilah arti yang sesungguhnya dari pemberdayaan perempuan. Dengan niat yang ikhlas dan kesungguhan usaha, atas izinNya, kaum perempuan dan manusia seluruhnya akan segera terbebas dari keterpurukannya selama ini. Insya Allah. Kebenaran hanyalah datang dari Allah SWT, maka janganlah kalian sekali-kali termasuk orang yang ragu. (QS Al Baqarah :147)

Anda mungkin juga menyukai