Anda di halaman 1dari 3

MAULID NABI: TRANSFORMASI SOSIAL MENUJU MASYARAKAT YANG MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI MORAL DAN AKHLAK

Elviandri, S.HI., M.Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzab 21)

Rabiul Awwal selalu saja datang dengan nuansa yang mengingatkan kita akan kelahiran nabi besar, nabi akhir zaman Muhammad Saw. Kehadiran beliau bagaikan matahari yang terbit di tengah-tengah gelapnya zaman Jahiliyah. Beliau lahir membawa misi besar; menyelamatkan kemanusiaan dari kesesatan di dunia dan akhirat, dengan mengembalikan mereka kepada ajaran tauhid yang murni. Beliau terlahir di kala manusia di muka bumi ini berada dalam ambang kehancuran. Dimana yang kuat memangsa yang lemah, kemaksiatan dan kezaliman merajalela, kesyirikan tersebar luas, kemiskinan menjamur, kebodohan dan seterusnya. Di saat-saat itulah beliau lahir untuk mengubah kesyirikan menjadi tauhid, kezaliman menjadi keadilan, kemaksiatan menjadi ketaatan, kebodohan menjadi masyarakat yang berilmu dan seterusnya. Beliau datang untuk meng-ishlah kehidupan manusia dalam segala sisinya, sehingga menjadi umat yang diridhai oleh Allah Swt. Dikatakan dalam Kitab Suci Al-Qur'an, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang terbaik bagi umat manusia. Sungguh pada diri rasulullah terdapat suri tauladan yang agung bagi umat manusia dalam menjalankan semua sendi kehidupan. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzab 21) Misi utama diutusnya Muhammad SAW adalah dalam rangka membangun tatanan masyarakat yang memiliki peradaban tauhidy. Peradaban tauhidy adalah peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan ketauhidan kepada Allah SWT dan melepaskan manusia dari kungkungan dan belenggu bendawi atau materi. Manusia diajarkan untuk menyerahkan dirinya secara total kepada nilai-nilai tauhid kepada Allah SWT. Walhasil, peradaban Arab yang bersifat syirki dengan berbagai sifatnya terkikis secara sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. AlKahfi:110) Misi kedua adalah dalam rangka melakukan transformasi sosial menuju masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlak. Muhammad SAW berhasil membentuk moralitas umat manusia dan mengangkat mereka dari penyimpangan moral. Misi perbaikan moral ini sangat sukses sehingga moral masyarakat Arab Jahiliyyah yang sangat rendah akhirnya menjadi masyarakat madani, Bahwa Rasulullah SAW bersabda, Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. Keberhasilan nabi muhammad saw dalam mengemban misi tauhid dan perbaikan moral 14 abad yang lalu sekan terlupakan atau bahkan sengaja dilupakan oleh semua kita dia era globalisasi ini. Karena era globalisasi ini menyisakan dampak-dampak negatif bagi perkemba- ngan etika moral anak-anak kita. Pengaruh arus informasi yang deras dan mudah di akses baik melalui komputer, handphone, DVD dsb menyebabkan anak-anak kita tumbuh dalam kebobrokan moral. Kita Mudah untuk menyalahkan tayangan televisi, akses internet, penyalahgunaan alat komunikasi sebagai kambing hitam penyebab bencana moral ini. Namun Kemajuan teknologi tidak bisa di bendung dan mencari kambing hitam bukanlah sebuah solusi. Tujuan pendidikan anak dalam Islam adalah usaha mencari keridhaan Allah dan usaha untuk mendapatkan surgaNya, keselamatan dari neraka serta mengharap- kan pahala dan balasanNya. Para orang tua (bapak ibu) yang mendidik anaknya dengan pendidikan Islam yang benar akan mendapatkan keuntungan yang tidak ternilai harganya, yaitu mendapatkan derajat yang tinggi dan pahala yang terus mengalir setelah kematiannya. Pernahkah kita menyadari seberapa seringkah anak kita mendoakan kita setelah shalatnya? (rabbighfirli walaiwalidayya karena beberapa data nenyatakan dari 10 oarang anak yang duduk di bangku SMP hanya 1 orang yang sentiasa berdoa untuk kedua oarng tuanya ataukah kita memang tidak ingin tau tentang ibadah anak-anak kita? Ataukah kita hanya disibukkan oleh urusan duniawiyah sehingga pendidikan dan kontrol moral terabaikan? Menyia-nyiakan dan lalai dalam mendidik anak merupakan sebab terhalangnya orang tua masuk surga. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: Tidaklah seorang hamba diberi tanggung jawab kepemimpinan oleh Allah kemudian pada saat ia meninggal, ia curang

terhadap yang dipimpinnya, melainkan Allah mengharamkan baginya surga. (HR. Bukhari dan Muslim). Juga riwayat dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:"Ada seorang hamba yang ditinggikan derajatnya. Lalu ia bertanya: Wahai Rabbku, mengapa derajat ini diberikan kepadaku? Allah berfirman: Sebab permohonan ampun anakmu untukmu sesudah meninggalmu"(HR Ahmad, Ibnu majah, dan Al-Baihaqi) Sekarang mari kita renungkan apakah derajat yang tinggi di akhirat yang ingin kita raih ataukah haramnya surga yang akan kita dapatkan? Semuanya tergantung pada model pendidikan yang kita arahkan terhadap anak-anak kita. Jika kelak dia tumbuh menjadi generasi shaleh maka ia akan menjadi tabir dari neraka tetapi sebaliknya jika kebobrokan moral yang terjadi maka, bersiaplah kita untuk menjadi bahan bakar api neraka***

Anda mungkin juga menyukai