Anda di halaman 1dari 6

Generasi Muda Dalam Defisit Spiritual Oleh Elviandri Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S AnNisa ayat 9). Upaya membangun atau mencerahkan peradaban ummat Islam, tidak saja lumrah tapi juga merupakan keniscayaan. Namun bagunan peradaban bukanlah struktur fisik. Peradaban dibangun oleh pandangan hidup suatu masyarakat, yang tercermin dalam cara pandang mereka terhadap segala sesuatu. Cara pandang ini berakar pada ilmu pengetahuan, khususnya tentang manusia dan alam semesta. Oleh sebab itu pandangan hidup juga menetukan sikap seseorang terhadap dirinya (anfus) dan terhadap alam semesta (afaq). Pandangan hidup juga membentuk kekuatan moral yang menjadi motor bagi aksi. Jadi, ilmu adalah akar peradaban dan peradaban adalah buah dari ilmu pengetahuan. Maka dari itu, membangun peradaban sejatinya adalah membentuk manusia-manusia yang berilmu pengetahuan alias manusia beradab. Secara fisik, manusia bukan hanya lahir dimuka bumi, tapi lahir ditengah agama, kepercayaan, nilai, dan kultur yang menguasai masyarakat tertentu. Untuk mengemban misi pencerahan peradaban maka amanat ini lebih ditujukan terhadap generasi muda. Karena generasi muda

memiliki yang

posisi

dan

peran

yang

strategis estafet

dalam

proses

pembangunan dan regenerasi suatu bangsa. Generasi mudalah akan menyambut generasi yang tongkat kepemimpinan. mampu Keberhasilan suatu bangsa akan tercermin dalam keberhasilannya melahirkan berkualitas sehingga mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Hal di atas berangkat dari realitas dan filosofi bahwa masa muda adalah lambang kekuatan, kekuasaan, fitalitas dan energi dan secara umum merupakan masa ketika potensi dan kemampuan fisik, mental dan intelektual serta moral seseorang dalam tingkat perkembangan dan daya guna yang optimal. Selain itu generasi muda juga mempunyai potensi yang dahsyat yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kepentingan untuk pencerahan peradaban. Begitu mulia posisi generasi muda, tetapi realita yang terjadi/yang bisa kita rasakan bahwa generasi muda kita terjebak dalam defisit spritual. Sehingga amanah sebagai agen of cheng (agen perubahan) hampir terlalaikan. Hal ini sangat kita sayangkan........ Ada beberapa faktor yang menyebabkan Generasi Muda Dalam Defisit Spiritual, yaitu: pertama; ketidak pahaman, bahkan tidak mau tahu terhadap ajaran agama Islam, kedua; kurangnya kontrol dari keluarga dan masyarakat, ketiga; pengaruh media massa yang terus mencekoki penonton atau pembacanya dengan suguhan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya ketimuran. Selain itu, ada kecenderungan bahwa hampir semua aspek kehidupan tampaknya semakin membuat jurang yang menganga di samping dengan agama, juga dengan etika segan-menyegani. Dalam perspektif filosofis budaya Timur, rasa yang diekspresikan dalam seni bukanlah sekedar rasa. Rasa

adalah perasaan batin atau hati nurani. Makin halus perasaan seseorang, maka ia semakin dapat menyadari dirinya makin bersatu dengan kekuatan ilahi dan makin berarah hidupnya. Dengan rasa, muncul moral dasar, seperti kejujuran, keadilan, malu, sungkan dan makin didengarnya suara hati nurani. Memang berat untuk mengelola agama dan kepercayaan yang ada untuk ditransformasikan menjadi energi penggerak yang efektif untuk menata masyarakat. Akan tetapi inilah tugas semua elemen masyarakat termasuk kita generasi muda....... Orang tua pada zaman dahulu selalu berpesan jika kamu tersesat di ujung jalan, maka segeralah jalan. kembalilah ke pangkal Pesan tersebut mengisaratkan pada kita agar kembali

pada Al-Quran dan al-Hadist. Seperti halnya pesan terakhir Nabi agar kita berpegang pada dua hal yaitu al-Quran dan al-Sunnah Nabi supaya kita tidak tersesat. Kembali ke al-Quran dan al-Hadis merupakan solusi untuk tidak terjebak kedalam kubangan Defisit Spiritual. Kaitannya dengan defisit spritual, Al-Quran memberikan solusi dan terapi dengan dua jalan baik internal maupun eksternal. Terapi internal berupa pembinaan mental spiritual pada pribadi secara terus menerus sesuai tingkatan dan strata keilmuan masing-masing individu maupun kelompok. Terapi itu bisa berupa pendidikan, penyuluhan maupun pembimbingan serta monitoring yang terus menerus terhadap tingkat perkembangan jiwa dan penalaran mereka sehingga mereka menyadari tentang hakekat hidup, untuk apa diciptakan dan kemana akan kembali. Kemudian dari sisi eksternalnya, al-Quran memberikan petunjuk bahwa kontrol dan bimbingan dari keluarga dan elemenelemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk membina dan mempersiapkan generasi muda agar mereka menjadi penerus di

masa depan. Allah telah telah menganjurkan hal demikian melalui firmannya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S AnNisa ayat 9). Pembinaan generasi muda adalah tanggung jawab kita semua. Tentu yang paling bertanggung jawab adalah orang tuanya, anak adalah amanah Allah SWT kepada masing-masing orang tua. Maka pendidikan atau pembinaan generasi muda adalah kewajiban orang tua yang bersangkutan. Amanat ini terdapat dalam Surah At-Tahrim 6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka Arah pembinaan atau pendidikan para generasi muda terutama ditunjukkan pada pembinaan mental dan spiritual. Untuk maksud ini diperlukan pendidikan agama. Mesjid merupakan arena khusus untuk itu. Maka setiap kita berkewajiban membimbing dan mengajak para generasi muda mencintai mesjid. Di mesjid mereka diberi pendidikan dan pelajaran yang berguna bagi dirinya untuk masa depan. Ini diberikan terus menerus sehingga ia terbiasa, pada

mulanya memang terasa sulit, tetapi akhirnya membuahkan hasil yang baik. Apabila sudah terbiasa datang ke mesjid, maka dengan mudah diberikan ajaran-ajaran yang mengarah kepada pembentukan watak mencintai Allah SWT, mencintai tugas-tugas pribadi sebagai seorang Islam. Sebagai bentuk tanggung jawab kami Pemuda Muhammadiyah dalam membimbing dan membina generasi muda agar tidak terjebak kedalam defisit spritual, Maka, insyaAllah kalau tidak ada halangan pada bulan ramadhan ini akan diadakan pesantren kilat, sebagai wahana untuk membina mental dan spritual generasi muda. Salah satu nilai penting pesantren kilat yang akan kita kembangkan terletak pada enforcement atau usaha yang sangat kuat dalam menjalankan praktek-praktek keagamaan bagi peserta didik. Suasana keagamaan yang ditumbuhkan dalam pesantren kilat insyaAllah akan meningkatkan dan menghidupkan kesadaran beragama dan bermuhammadiyah dengan berbagai aspeknya di kalangan generasi muda. Jika di kelas-kelas formal mereka hanya mendengarkan dan memahami tentang satatus kaifiyat shalat misalnya, maka dalam pesantren kilat mereka dikondisikan untuk mengerjakannya secara berulangulang dan terus menerus sehinga mengakar dalam kehidupan sehari-harinya. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa solusi untuk meminimalisir dan mengantisipasi terjadinya Defisit Spiritual pada Generasi Muda adalah memperkuat kontrol diri dengan berpegang teguh pada ajaran agama, memperkuat kontrol dari keluarga dan lingkungan masyarakat, merubah sistem pendidikan dari pendidikan yang hanya meningkatkan kemampuan kognitif ke pendidikan yang meningkatkan kecerdasan hati.

Melalui tulisan ini penulis menghimbau generasi muda..... Bangkit wahai generasi muda siapkan diri dengan ilmu agama dan pengetahuan umum untuk menatap masa depan dengan penuh percaya diri bahwa engkau mampu menciptakan perubahan kearah yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai