Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Israa ayat 1)
SEKITAR 14 abad yang silam, telah terjadi peristiwa spektakuler di muka bumi ini yang membuat banyak orang tidak mempercayainya dan sulit diterima akal manusia yaitu peristiwa Isra dan Miraj. Pada kesempatan kali ini bukan maksud penulis untuk memperingati hari Isra Miraj, tetapi bagaimana kita mengambil nilai atau pelajaran dari peristiwa tersebut ? Ayat di atas secara jelas menguraikan tentang terjadinya Isra Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Mekkah menuju Masjid al-Aqsha. Begitu juga dengan Miraj (naik) ke sidratil Munthaha. Namun ia tidak menjelaskan apakah hal tersebut terjadi dengan ruh dan jasad beliau, atau ruh saja ataukah dengan mimpi. Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini, masing-masing mengemukakan dalil tentang pendapatnya. Disisi lain mereka juga berbeda pendapat apakah Isra dan Miraj terjadi dalam satu paket peristiwa atau dua kali peristiwa. Panjang uraian tentang hal ini yang tidak mungkin diuraikan hanya lewat selembar goresan tulisan. Satu hal yang bisa kita garis bawahi bahwa lafaz (asraa) perjalanan Nabi Muhammad SAW pada ayat di atas, bukanlah kehendak beliau dan tidak juga terjadi atas dasar kemampuan pribadi beliau, tetapi itu atas kehendak Allah SWT. Bahkan Dia yang mengisrakan perjalanan itu untuk beliau. Atas dasar itu, dari awal ayat ini mengingatkan semua manusia bahwa peristiwa tersebut harus dikaitkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Sungguh keliru jika Anda mengukur peristiwa itu dengan ukuran kemampuan makhluk. Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan hikmah dari kejadian yang luar biasa sebagai barometer keimanan seseoang yaitu tentang Isra Miraj. Kita tahu bersama bahwa ibadah shalat adalah salah satu wahyu yang langsung diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, Ini berbeda dengan wahyu-wahyu lain seperti puasa, zakat, haji dan lain-lain. Sholat diturunkan oleh Allah yaitu pada peristiwa Isra Miraj seperti diterangkan dalam Al Quran Surat Al Isra ayat 1 diatas. Melihat hal itu saja kita sudah dapat memastikan betapa penting dan indahnya syariat shalat itu bagi ummat manusia, karena andaikata tidak penting, tentunya cara menyampaikan tidak sampai memerlukan Nabi s.a.w bermiraj, yaitu menaiki langit ketujuh dan seterusnya sampai ke Sidratul Muntaha dan keatas lagi hanya sekedar untuk menerima wahyu sholat. Dalam menerima ijazah ini beliaulah sendiri yang menerimanya tanpa didampingi oleh Malaikat Jibril, sebagaimana pada waktu menemani Isra dan miraj ke langit pertama sampai ketujuh. Setelah menerima ijazah yang begitu indah dan penting langsung beliau umumkan dihadapan para sahabat dan ke penjuru dunia, sampai ke lorong-lorong pedesaan dan ke lereng-lereng bukit yang akhirnya menembus ke lubuk hati manusia yang halus, untuk selalu mengerjakan sholat dan menjaganya. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun sholat harus ditegakkan, dilaksanakan, tidak bisa dengan berdiri dapat dikerjakan dengan duduk, tidak bisa dengan duduk dikerjakan dengan berbaring, tidak bisa dengan berbaring dikerjakan dengan isyarat pelupuk mata, tidak bisa dengan isyarat mata dikerjakan di dalam hati, tidak bisa dikerjakan dengan hati berarti orang itu telah mati dan perlu untuk disholati, apabila sewaktu hidupnya selalu mengerjakan sholat. Allah SWT telah mewajibkan kepada seluruh kaum Muslimin untuk menegakkan sholat supaya dapat memperoleh keuntungan/kemenangan, baik rohani maupun jasmani, baik di dunia maupun di akhirat. Tentunya shalat yang dapat membuahkan buah yang manis itu tidak sekedar shalat, sebagaimana shalat yang dilakukan adik-adik kita mereka hanya sekedar ikut- ikutan, atau shalatnya orang-orang yang pamer (riya) mereka shalat kalau ada orang yang mengawasinya seperti bapak atau Ibu Guru, tetapi shalat yang berbuah manis adalah shalatnya orang-orang yang khusyu serta mendalami dan memahami makna pada setiap gerakan ataupun bacaan sholat. Hikmah lain dari Isra Miraj ini mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup manusia menuju Allah SWT hendaknya bermula dari masjid, yakni kepatuhan kepada Allah dan berakhir pula dengan masjid, yakni kepatuhan kepada-Nya. ***