Anda di halaman 1dari 2

ISRA MIRAJ: BAROMETER KEIMANAN

Elviandri, S.HI., M.Hum


(Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)


=}E:c -Og~-.- O4O jglE)
1E^O ;g)` gOE^- g-4OE^- O)
gOE^- =^~- Og~-.-
E4^4O4 +OOEO +O4C)ON6g ;}g`
.E4g-4C-47 _ +O^^) 4O- 71gOO-
+OO4l^- ^

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Israa ayat 1)


SEKITAR 14 abad yang silam, telah terjadi peristiwa spektakuler di muka bumi ini yang membuat
banyak orang tidak mempercayainya dan sulit diterima akal manusia yaitu peristiwa Isra dan
Miraj.
Pada kesempatan kali ini bukan maksud penulis untuk memperingati hari Isra Miraj,
tetapi bagaimana kita mengambil nilai atau pelajaran dari peristiwa tersebut ? Ayat di atas
secara jelas menguraikan tentang terjadinya Isra Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram
di Mekkah menuju Masjid al-Aqsha. Begitu juga dengan Miraj (naik) ke sidratil Munthaha.
Namun ia tidak menjelaskan apakah hal tersebut terjadi dengan ruh dan jasad beliau, atau ruh
saja ataukah dengan mimpi. Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini, masing-masing
mengemukakan dalil tentang pendapatnya. Disisi lain mereka juga berbeda pendapat apakah
Isra dan Miraj terjadi dalam satu paket peristiwa atau dua kali peristiwa. Panjang uraian
tentang hal ini yang tidak mungkin diuraikan hanya lewat selembar goresan tulisan.
Satu hal yang bisa kita garis bawahi bahwa lafaz (asraa) perjalanan Nabi Muhammad
SAW pada ayat di atas, bukanlah kehendak beliau dan tidak juga terjadi atas dasar kemampuan
pribadi beliau, tetapi itu atas kehendak Allah SWT. Bahkan Dia yang mengisrakan perjalanan itu
untuk beliau. Atas dasar itu, dari awal ayat ini mengingatkan semua manusia bahwa peristiwa
tersebut harus dikaitkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Sungguh keliru jika Anda
mengukur peristiwa itu dengan ukuran kemampuan makhluk.
Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan hikmah dari kejadian yang luar
biasa sebagai barometer keimanan seseoang yaitu tentang Isra Miraj. Kita tahu bersama
bahwa ibadah shalat adalah salah satu wahyu yang langsung diturunkan Allah kepada nabi
Muhammad SAW, Ini berbeda dengan wahyu-wahyu lain seperti puasa, zakat, haji dan lain-lain.
Sholat diturunkan oleh Allah yaitu pada peristiwa Isra Miraj seperti diterangkan dalam Al
Quran Surat Al Isra ayat 1 diatas.
Melihat hal itu saja kita sudah dapat memastikan betapa penting dan indahnya syariat
shalat itu bagi ummat manusia, karena andaikata tidak penting, tentunya cara menyampaikan
tidak sampai memerlukan Nabi s.a.w bermiraj, yaitu menaiki langit ketujuh dan seterusnya
sampai ke Sidratul Muntaha dan keatas lagi hanya sekedar untuk menerima wahyu sholat.
Dalam menerima ijazah ini beliaulah sendiri yang menerimanya tanpa didampingi oleh Malaikat
Jibril, sebagaimana pada waktu menemani Isra dan miraj ke langit pertama sampai ketujuh.
Setelah menerima ijazah yang begitu indah dan penting langsung beliau umumkan
dihadapan para sahabat dan ke penjuru dunia, sampai ke lorong-lorong pedesaan dan ke
lereng-lereng bukit yang akhirnya menembus ke lubuk hati manusia yang halus, untuk selalu
mengerjakan sholat dan menjaganya. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun sholat harus
ditegakkan, dilaksanakan, tidak bisa dengan berdiri dapat dikerjakan dengan duduk, tidak bisa
dengan duduk dikerjakan dengan berbaring, tidak bisa dengan berbaring dikerjakan dengan
isyarat pelupuk mata, tidak bisa dengan isyarat mata dikerjakan di dalam hati, tidak bisa
dikerjakan dengan hati berarti orang itu telah mati dan perlu untuk disholati, apabila sewaktu
hidupnya selalu mengerjakan sholat.
Allah SWT telah mewajibkan kepada seluruh kaum Muslimin untuk menegakkan sholat
supaya dapat memperoleh keuntungan/kemenangan, baik rohani maupun jasmani, baik di
dunia maupun di akhirat. Tentunya shalat yang dapat membuahkan buah yang manis itu tidak
sekedar shalat, sebagaimana shalat yang dilakukan adik-adik kita mereka hanya sekedar ikut-
ikutan, atau shalatnya orang-orang yang pamer (riya) mereka shalat kalau ada orang yang
mengawasinya seperti bapak atau Ibu Guru, tetapi shalat yang berbuah manis adalah shalatnya
orang-orang yang khusyu serta mendalami dan memahami makna pada setiap gerakan
ataupun bacaan sholat.
Hikmah lain dari Isra Miraj ini mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup manusia
menuju Allah SWT hendaknya bermula dari masjid, yakni kepatuhan kepada Allah dan berakhir
pula dengan masjid, yakni kepatuhan kepada-Nya. ***

Anda mungkin juga menyukai