Anda di halaman 1dari 4

PERAN PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH MENUJU PERADABAN UTAMA BERBASIS TAUHID Eviandri, S.HI., M.

Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)

MUHAMMADIYAH sejak awal didirikannya secara tegas mengikrarkan diri sebagai gerakan sosial keagamaan dengan memfokuskan diri pada kerja kerja sosial seperti halnya pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, karena gerakan Islam yang berwajah Kultural dan transformatif itu, maka Muhammadiyah menjadi suatu gerakan Islam yang cepat diterima dan kemudian meluas dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang tengah mendambakan kemajuan pembaharuan. Muhammadiyah kemudian menjadi ideologi pergerakan bagi perubahan masyarakat (Damami: 2004). Bagian ini dimulai dari sebuah pesan KH Ahmad Dahlan yang mengatakan, "Hendaklah kamu jangan sekali-kali menduakan pandangan Muhammadiyah dengan perkumpulan lain." Pesan ini menjadi penting dan harus dicamkan oleh seluruh jajaran Persyarikatan dan AUM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah), tanpa kecuali, mengingat KH Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action, pencari kebenaran haqiqi dan pencerah akal. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Kyai dalam pencerahan akal, yaitu: pertama, pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akal dengan didasari hati yang suci; Kedua, akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia; Ketiga, ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah Swt. (Marpuji Ali: 2004) Berdasarkan kutipan atas, apa yang dipesankan KH Ahmad Dahlan, ideologi Muhammadiyah harus senantiasa menjadi pedoman warga Muhammadiyah. Pendidikan Muhammadiyah harus menjadi model lembaga pendidikan yang mampu mengakomodasi ideologi Muhammadiyah. Terobosan budaya yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan dengan kembali kepada tauhid yang murni dibidang akidah, memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam secara konseptual bahkan filsafat keilmuan. Pandangan dunia (world view), tashawwur atau mabda al ilmy yang dibangun atas landasan tauhid uluhiyyah, rububiyyah ubudiyyah, dan kauniyyah. Tauhid penciptaan dan tauhid kebenaran. Pandangan dunia tauhid inilah yang menjadi landasan pembinaan peradaban utama. Tugas Perguruan Tinggi Muhammadiyah ke depan, dengan demikian adalah mengefektifkan dan mengembangkan kerjasama yang erat antara

Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang tersebar di seluruh tanah air dengan Pimpinan Wilyah, Daerah dan Ranting-Ranting serta jamaah dan gerakan jamaah yang berada di basis. Hal ini bertujuan agar terjadi proses saling belajar dan saling mengembangkan khazanah keilmuan atau yang kita kenal sekarang dengan knowledge management. Diperlukan kajiankajian epistemologi yang serius, dengan mengembangkan pandangan dunia (world view) dan strategi budaya untuk membangun kerangka keilmuan yang berlandaskan tauhid. Peradaban Berbasis Tauhid Ismail al-Faruqi, berpandangan bahwa pengakuan tauhid berati mengakui kebenaran dan kesatuan. Pandangan Ismail al-Faruqi ini meneguhkan asumsi bahwa sumber kebenaran yang satu berarti tidak mungkin terjadi adanya dua atau lebih sumber kebenaran. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa integrasi keilmuan memiliki kesesuaian dengan prinsip al tawhd. Sebagai prinsip metodologis, menurut al Faruqi, Tauhd memuat tiga prinsip utama, yaitu: Pertama, penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan realitas (rejection of all that does not correspond with reality); Kedua, penolakan kontradiksi-kontradiksi hakiki (deniel of ultimate contradictions); dan ketiga, keterbukaan bagi bukti yang baru dan/atau yang bertentangan (opennes to newand/or contrary evidence). Sebagaimana halnya dengan manusia, setiap peradaban memiliki badan dan jiwa. Badan dari suatu peradaban adalah berupa capaiancapaian material, seperti bangunan, fasilitas industri, mesin-mesin pabrik dan berbagai fasilitas fisik yang merefleksikan kesejahteraan dan pencapaian kemajuan material. Sedangkan jiwa dari peradaban adalah suatu set niai-nilai dasar, dan konsep-konsep yang membangun kepribadian dan perilaku pribadi maupun kelompok, hubungan antar mereka serta pandangan dunia (world view). Elemen-elemen inilah yang membangun karakteristik peradaban Islam (the characteristics of the Islamic civilization). Lima karakteristik peradaban Islam ini dapat dijadikan ancangan dalam kerja besar dan jangka panjang umat untuk mewujudkan keutamaan dan keunggulan di muka dunia dan kemanusiaan. Karakteristik yang pertama, bahwa peradaban Islam ini berlandaskan kepada akidah Islam, yang dilengkapi dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur. Suatu peradaban yang bersifat monoteistik, yang berdasarkan akidah Tauhid. Karakteristik kedua, peradaban Islam ini bersifat universal, yang memiliki kepedulian terhadap terhadap seluruh ummat manusia tanpa membedakan ras, suku dan kebangsaan. Karakteristik ketiga, sebagai sebuah peradaban yang merupakan rahmatan lilalamien yang menghargai warisan peradaban unggul di dunia dan sekaligus menyumbang bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, nilai-

nilai keadilan, kesetaraan, keindahan dan kebajikan (beauty and virtue). Karakteristik keempat, peradaban Islam adalah peradaban yang seimbang (well-balanced civilization), yang memelihara dan menjaga keseimbangan antara aspek kehidupan material dengan kehidupan spiritual. Karakterisktik kelima, adalah sifat kelestarian, yang juga merupakan prinsip Islam yang berupa pemeliharaan dan perlindungan, sebagaimana Allah memelihara alam semesta (rabbul alamien) dan keutuhan penciptaan-Nya. Pada intinya, peradaban Islam adalah peradaban tauhid, yang berbasis kepada ilmu pengetahuan (knowledge based) dan membangun kemajuan, kesejahteraan berdasarkan keadilan dan kesetaraan. Peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah Dalam upaya pembinaan peradaban utama ini, Muhammadiyah telah memiliki suatu sett landasan nilai-nilai dan kerangka pemikiran yang tertuang di dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Muqaddimah AD, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dll. Berbagai tuntunan baku Muhammadiyah tersebut merupakan khazanah organic wisdom yang sangat kaya dan mendasar, yang merupakan acuan dan sekaligus sumber inspirasi dalam kehidupan pribadi, berorganisiasi, bermasyarakat dan bernegara, maupun sebagai warga dunia. Dengan menjadikan dan mengembangkan berbagai kebijakan dan panduan baku tersebut menjadi kerangka pandangan dunia dan kerangka pemikiran epistemologi dalam upaya membina peradaban utama. Khazanah organic wisdom yang sangat kaya dan mendasar menjadi landasan dalam upaya mewujudkan peradaban utama berbasis tauhid. Berikut ini penulis menawarkan bebarapa langkah sebagai berikut: Pertama, menyelenggarakan pendidikannya dengan sistem full day school (waktu pembelajaran hingga sore hari) dan menggunakan metodemetode baru dalam pembelajaran. Kedua, melakukan perumusan filsafat dan pengembangan kurikulum pendidikan alternatif serta modifikasi kurikulum. Ketiga, melakukan tafsiran Al-Quran dengan pendekatan sistem, atau Tafsir Sistem. Satu konsep kunci yang harus dirumuskan, yakni ide fitrah berupa tauhid. Artinya, orientasi filsafat dan kurikulum pendidikan bertitik tolak dari konsep Tauhid. Keempat, menggunakan paradigma pendidikan Islam dengan mengaksentuasikan nilai-nilai tauhid sebagai tujuan yang paling prinsipil dan substansial. Dan kelima, berikhtiar membangun kurikulum berbasis tauhid (KBT) sebagai program khusus pada tingkat SD, MTS/SMP, SMA/SMK/MA. Selain lima butir di atas, perlu pengaktifan siswa dan mahasiswa dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah demi pemantapan syariat

Islam bagi umat Islam dan keaktifan dalam kegiatan dakwah dan organisasi Muhammadiyah.***

Anda mungkin juga menyukai