Anda di halaman 1dari 2

Elviandri, S.HI., M.

Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau)

KETIKA PERGURUAN TINGGI DIGUGAT

KEBERADAAN perguruan tinggi memiliki peran yang strategis di tengahtengah masyarakatnya. Peran strategis tersebut meliputi tiga wacana besar yaitu universitas pengajaran (teaching universitas), universitas riset (research university) dan benteng peradaban (bastion of civilization). Secara tradisional ketiga peran tersebut tersirat dalam semangat tridharma perguruan tinggi di Indonesia. Dalam perkembangannya wacana tentang universitas riset terutama dalam konteks kemitraan antara perguruan tinggi dan dunia industri kembali mengemuka seiring dengan misi untuk mewujudkan universitas riset berkelas dunia. Semakin banyak perguruan tinggi dan perusahaan nasional yang terlibat aktif. Berdasarkan Global Competitiveness Report 2010-2011 kemitraan universitas-industri kita berada pada peringkat ke-26 dari 139 negara. Hal ini turut memberi andil bagi naiknya indeks daya saing global Indonesia ke posisi 44 setelah berada di peringkat ke-54 pada tahun sebelumnya (Kompas 29 April 2011). Sebuah pencapaian yang cukup memberi harapan. Kendatipun demikian, di sisi lain pengembangan universitas riset di tanah air nampaknya belum memberi kontribusi signifikan bagi pembangunan nasional. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) sebagai bagian integral pembangunan nasional harus ditujukan untuk menjadi landasan ketahanan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan Ipteks pun harus tetap tanggap dalam menghadapi perubahan global dan terutama dalam menghadapi munculnya tatanan baru kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, peran Perguruan Tinggi sangat diperlukan dalam rangka mendukung dan mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sudah barang tentu juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengambil peran dalam rangka mewujudkan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat madani yang sejahtera lahir batin, mandiri, bermartabat, dan berkeadilan. Adalah benar pendapat yang mengatakan bahwa daya saing bangsa kita tidak lagi dapat ditentukan oleh kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga

kerjanya yang murah. Daya saing kita akan semakin ditentukan oleh tingkat kemandirian dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan inovasi industrial. Upaya membangun daya kompetitif bangsa ini harus dilaksanakan secara bersama dan sinergis antara pemerintah, perguruan tinggi dan dunia industri. Program Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (Rapid) Dikti yang telah bergulir sejak 2004 diharapkan dapat semakin berkembang dan memperkokoh kebutuhan sinergis tersebut. Lebih lanjut pemerintah perlu melihat kembali keseimbangan peran universitas dalam hal pengajaran dan penelitian. Ke depan kiranya akan dibutuhkan perguruan-perguruan tinggi yang lebih berfokus pada bidang penelitian (research based university). Harapan menuju universitas riset berkelas dunia hanya akan menghasilkan menara gading bila tidak diabdikan bagi upaya peningkatan daya saing dan percepatan pembangunan nasional. Prof. Juwono Sudarsono, sosiolog dan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, pernah menyatakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi bangsa yang besar namun seringkali lemah dalam hal integrasi. Semoga pernyataan ini menjadi pembelajaran kita.

Anda mungkin juga menyukai