Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(WN-611101)

Peristiwa Isra dan Mi’raj

Dosen : Ramdhan Mulyana, S.Pd.I

Nama : Selvi Hardiana


NIM : 2250241004

Universitas Jendral Achmad Yani


Bandung, 23 Januari 2023
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Peristiwa Isra Mi’raj" dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ramdhan Mulyana, S.Pd.I, selaku
dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang dapat membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 23 Januari 2023

Penulis

i
BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berdasarkan kajian sebagaian besar ulama tafsir bahwa peristiwa isra‟ mi‟raj
adalah suatu peristiwa amat istimewa dan maha agung karena pada awal ayat Allah berfirman
diawali dengan kata “Subhana” yang berarti “ Maha Suci” tidak terdapat pada 113 Surat lain
dalam Al-Qur‟an. Karenanya nyata bahwa peristiwa maha dahsyat ini dapat mewakili
pembuktian kecintaan Allah dan kasih-Nya terhadapnya hamba tercnita-Nya Nabi
Muhammad SAW sebagai khatamin Nabiyyin dan klimaks daripada bahwa segala syari‟at
Allah yang dititahkan kepada Muhammad SAW ; sholat menempati posisi strategis dan utama,
karena di akhiratyang akan dipertanyakan pertama sebelum perintah lainnya adalah
sholat.Allah SWT dengan tegas menyatakan pada ayat 1 surat al-isra‟ ini tentang kekuasaan-
Nya melalui hambaNya Muhammad dengan peristiwa mi‟raj ini, untuk menunjukkan tanda-
tanda kesebesaranNya dengan perjalanan sepertiga malam dari masjidil haram Makkah ke
masjidil Aqsho di Palestina dengan kecepatan yang maha dahsyat di luar jangkauan pikiran
manusia saat itu. Ditambah lagi perjalanan mi‟raj dari masjidil Aqsha ke Sidratil Muntaha
untuk menerima perintah sholat dan ketika itu Jibril tak mampu untuk ikut bertemu Allah
SWT secara langsung dan Nabi Muhammad SAW sendiri dapat menghadap ke RABB al-
Alamin.

Akhirnya, jelaslah bahwa peristiwa isr‟ mi‟raj Nabi Muhammad SAW menjadi
momentum yang amat sakral dan bersejarah bagi umat Islam khususnya dan umat manusia
secara keseluruhan („amm). Pada akhirnya peristiwa ini bagi kaum muslimin Makkah ketika
itu menjadi barometer level keimanan mereka . Ketika itu bagi yang iman sudah kuat
menjadi lebih mantap, tetapi iman mereka yang sedang-sedang saja ada yang bertahan bahkan
ada yang kemibali kepada agama semula. Itulah klimaks dari hujung peristiwa ini disamping
inti dari isra‟ mi‟raj adalah penerimaan perintah sholat.

1
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Sebab Isra Mi’raj


Kata isra’ secara lughawai (bahasa) berasal dari kata asra-yusri yang berarti
“berjalan di waktu malam”. Sedangkan menurut istilah, isra’ adalah perjalanan Nabi
Muhammad saw pada suatu malam dengan waktu yang relative singkat, dari masjidil
Haram di Mekah ke masjidil Al-Aqsa di Palestina. (Zakaria, 2019). “Maha Suci Allah,
yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Isra’, 17: 1).
Adapun miraj berasal dari kata ‘araja, ya’ruju yang berarti “naik” ke atas tangga
atau “alat untuk naik (tangga). Dengan kata lain, miraj sendiri berarti tangga atau semacam
alat yang digunakan untuk naik ke atas. Sedangkan menurut istilah, miraj adalah perjalanan
pribadi Nabi Muhammad saw, dari Masjidil Al-Aqsa, naik dari alam bawah (bumi) kea
lam atas (langit) dengan melalui tujuh langit, dilanjutkan ke arasy Allah swt sampai ke bait
al-makmur dan ke sidratulmuntaha (Sholikhin, 2013). Artinya, miraj ini adalah sebagai
kelanjutan isra’ yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw, dan keduanya dilakukan
dalam satu waktu malam (Muntaqo & Musfiah, 2018). Dalam riwayat kitab-kitab tarikh,
ada beberapa pendapat mengenai latar belakang sebab terjadinya peristiwa isra dan miraj.

Pertama, seperti yang dipaparkan oleh Abu Majdi Haraki dalam kutipannya: Dr. Sulaiman
Najah Ibyari dalam makalahnya yang membahas isra’ dan mi’raj dalam Mimbar alIslam,
edisi VII tahun XI, Desember 1963, mengatakan bahwa latar belakang adanya mukjizat
peristiwa tersebut adalah untuk menyakinkan orang-orang kafir dan musyrik, bahwa apa
yang diserukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah dari Allah swt dan semua itu yang
terjadi adalah semata-mata kehendak Allah (Haraki, 2007).

Kedua, latar belakang sebab dan hikmah peristiwa isra’ dan mi’raj terjadi, menurut para
ulama adalah untuk menghibur diri Rasulullah SAW yang saat itu tertimpa kepedihan tak
terperikan. Ini sesuai dengan kutipan Abu Majdi Haraki, yaitu: Syekh Thanthawi Ahmad
Umar dalam makalahnya yang dimuat dalam majalah Mimbar al-Islam. Beliau
menyatakan, Maksud dan tujuan perjalanan isra’ dan mi’raj adalah untuk menghibur diri
Rasulullah saw dari duka dan nestapa yang beliau derita. Karena peristiwa isra’ dan mi’raj
ini bertetapan dengan hari-hari sulit pada dakwah Rasulullah, dimana tekanan dan
intimidasi menimpa beliau (Haraki, 2007).

Ketiga, kelompok ini mengatakan, latar belakang utama terjadinya peristiwa isra miraj,
bukanlah untuk menghibur atas kesedihan yang di derita Rasulullah. Ini diungkapkan Abu
Majdi Haraki dalam kutipannya, yaitu: Syekh Sa’ad Syakir Ali Abdullah mengatakan

2
bahwa banyak di antara orang yang meyakini bahwa isra’ dan mi’raj merupakan even untuk
menghibur Rasulullah SAW dari kepedihan yang dideritanya akibat keputus-asaan
Rasulullah atas perlakuan umatnya dalam menyikapi dakwah beliau, berikut kepedihan dan
kedukaan Rasulullah akibat wafatnya dua orang terkasihnya. (Haraki, 2007).

Dari ketiga pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa latar belakang
sebab utama terjadinya peristiwa isra miraj bukanlah kesedihan yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW atas meninggalnya kedua orang istimewa dalam kehidupannya, yaitu
sang paman, Abu Thalib dan sang istri tercinta, Khadijah. Sebab utamanya adalah sesuai
dengan kutipan Abu Majdi Haraki: Dr. Abdul Halim Mahmud, syekh al-Azhar pada tahun
1975 M dan Syekh Sa’ad Syakir Ali Abdullah, yaitu untuk menumbuhkembangkan
kekuatan iman dalam diri Rasulullah saw, atau detailnya penampakan tanda-tanda
kekuasaan Allah swt itu adalah dimaksudkan untuk menguatkan keyakinan iman, berikut
menetapkan iman dalam diri Rasulullah, sehingga keimanan dalam diri Rasulullah benar-
benar berdasarkan bukti-bukti otentik, yang lahir dari penyaksian dan penampakan
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar, meskipun dalam membaca dan
melihat keimanan tersebut masingmasing umatnya berbeda satu sama lain. (Haraki, 2007).

2. Tahun Kejadian Isra Mi’raj


Isra Mi'raj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam waktu satu malam. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat
Islam. Sebab, pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk
menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi
pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-
Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah
yang populer.
Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat
tersebut dengan alasan karena Khadijah ra meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10
kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima
waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi
tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal
terjadinya Isra Mi'raj.

3. Tempat dan pengalaman nabi saat Isra Mi’raj


Perkataan “Mi’raj” berasal dari Bahasa arab yang berarti kendaraan atau alat untuk
naik tangga bentuk jama’ah nya ialah “ma’arij” yang berarti tempat -tempat naik. Dalam
QS. Al-Ma’arij (70:3-4) yang artinya : “(yang dating) dari Allah, yang mempunyai tempat
tempat naik. Malaikat malaikat Jibril naik (menghadap) kepada tuhan dalam sehari yang
kadarnya 50.000 tahun”.

3
Kemudian dalam surah an-Najm 13-18 menjelaskan bahwa nabi Muhammad Saw,
Benar benar melihat Jibril itu di Sidrat al Muntaha, sewaktu beliau naik di tempat yang
tinggi. Di sidrat al Muntaha tersebut merupakan titik sentral dari perjalanan mi’raj, dan
malaikat Jibril hanya sampai disitu menemani perjalanan Rasullah Saw. Sedangkan
Rasullah meneruskan perjalanannya sampai terus naik ke tingkat yang lain yang dekat
dengan Arsy tuhan Allah Swt.

Ada yang mengatakan sidrat ala Muntaha adalah pohon bidara yang tempatnya di
langit tujuh disamping kanan Arsy dan tempat itu adalah tempat yang tidak dapat dicapai
oleh para malaikat dan juga oleh para arwah arwah. Rasullulah Saw itu tidak hanya
diperjalankan karena oleh Allah dari masjid Al Haram menuju masjid Al-Aqso, Tetapi
lebih jauh dari itu, Namun demikian tidaklah berarti kalua Allah itu bertempat tinggal,
Allagh tidak tinggal dimana saja , Tetapi mengapa dalam surat Al Ma’arij tersebut
menyebutkam bahwa mailakat Jibril bila menghadap allah akan memakan waktu 50.00
tahun.

Bila kita ingin berbicara tentang yang dilihat Rasullulah Saw dalam apa yang
dinamakan mu’jizat Mi’raj, tentu banyak sekali. Namun kita wajib memahami terlebih
dahulu , Maka Mi’raj tidak demikina. Allah Swt menjadikan Rasul-nya dapat melihat
sesuatu yang tidak bisa dijangkau akal manusia. Oleh karena itu Rasullulah Saw menemui
kesulitan dalam mencari kata kata untuk menguraikan apa yang dilihat di surga dan di
tempat tempta lainnya . Karena itulah Mi’raj merupoakan penguat bagi Rasullulah Saw
agar manusia mengetahui bahwa Allah Swt telah memberikan segala-galanya diatas
kekuatan akal manusia.

4. Hikmah terjadinya Isra Mi'raj bagi Nabi Muhammad Shalallahu


'alaiihi wasallam
Hikmah yang terdapat dalam peristiwa isra’ mi’raj adalah pertama, menguatkan
iman secara individu dalam menjalani kehidupan sehingga tidak terpengaruh oleh keadaan
di luar diri sendiri yang tidak menguntungkan. Kedua, menjadikan diri untuk memiliki
akhlak mulia dalam tataran kehidupan bermasyarakat, karena budi pekerti adalah acuan
ukuran tinggi rendahnya derajat manusia di sisi Allah SWT. Ketiga, mengingatkan agar
selalu beribadah kepada Allah SWT terutama selalu mengerjakan ibadah shalat lima waktu
dengan khusyuk, ikhlas, dan tekun hanya karena Allah semata. (Haris, 2015). Keempat,
membangun dan membentuk manusia agar memahami nilai spiritual dan nilai sosial
sehingga terwujud insan kamil dalam kehidupan (Muntaqo & Musfiah, 2018).

4
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan

5
Daftar Pustaka
Humanika, (2022) . Nilai-nilai karakter peristiwa Isra Mi’raj dalam pendidikan agama Islam di
Indonesia, Vol.2 No.1 , Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia.

https://digilib.uinsa.ac.id/1889/8/Bab%204.pdf

Anda mungkin juga menyukai