Anda di halaman 1dari 20

Tanda-tanda Kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu'minin, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih
al-Khaamis (‫ أيده هللا تعالى بنصره العزيز‬, ayyadahullaahu Ta'ala binashrihil 'aziiz) pada 24 Maret 2023 di
Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)

Terjemahan ayat tersebut adalah:

Dialah yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang ummi seorang rasul dari
antara mereka, yang membacakan kepada mereka tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka, dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam
kesesatan yang nyata.

Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah: 3-4)

23 Maret dikenal sebagai Hari Masih Mau'ud dalam Jemaat Ahmadiyah. Kemarin adalah
tanggal 23 Maret. Kita beruntung bahwa Allah Ta'ala telah memberikan taufik kepada kita untuk
menerima Imam Zaman, Masih Mau’ud dan Mahdi yang Dijanjikan yang telah diutus sesuai dengan
janji-Nya dan nubuatan Hadhrat Rasulullah saw. Pada tanggal 23 Maret 1889, bertempat di Ludhiana,
beliau a.s. mengambil baiat pertama dari orang-orang yang mukhlis dan dengan demikian suatu
Jemaat orang-orang mukhlis telah didirikan. Dalam ayat-ayat Al-Qur'an Surah Al-Jumu’ah yang telah
saya bacakan, telah disampaikan kabar tentang kedatangan hamba sejati (Ghulām-e-Shādiq)
Rasulullah saw. dan pendirian sebuah jemaat melalui perantaraan beliau a.s.. Selain itu, terdapat juga
ayat-ayat lain dalam Al-Qur'an berkenaan dengan kedatangan Masih Mau'ud. Selain itu, dalam
hadits-hadits juga terdapat nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Masih Mau’ud dan Mahdi yang
dijanjikan.
Saat ini, saya akan menyampaikan secara singkat berdasarkan sabda-sabda Hadhrat Masih
Mau’ud a.s., penjelasan dari ayat-ayat Surat Al-Jumu’ah tersebut, berbagai tanda dari zaman yang
akan datang yang telah diberitahukan, nubuatan-nubuatan dan selanjutnya apa pendakwaan
Hadhrat Masih Mau'ud a.s.

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:

“Maksud dari ayat ini adalah, bahwa Tuhan adalah Dia yang telah mengutus Rasul pada masa
ketika orang-orang telah kosong dari ilmu dan hikmah, serta ilmu-ilmu hikmah dan rohani yang
dengan perantaraan itu kesempurnaan jiwa dapat tercapai dan jiwa-jiwa manusia mencapai
kesempurnaan secara ilmu dan amalan, sama sekali telah hilang sirna.” Seluruh sarana perbaikan
jiwa telah hilang “dan manusia telah terjerumus dalam kesesatan. Yakni mereka telah sangat jauh
dari Tuhan dan jalan-Nya yang lurus (Ṣirāth mustaqīm).”

“Lalu, pada masa seperti itu Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya yang Ummi. Rasul ini
mensucikan jiwa-jiwa mereka dan memenuhi mereka dengan ilmu Al-Qur’an (‘ilmu al-kitāb) dan
hikmah, yakni menyampaikan mereka pada tingkatan keyakinan yang sempurna dengan tanda-tanda
dan mukjizat, dan menerangi hati mereka dengan nur pengetahuan tentang Tuhan. Kemudian Dia
berfirman bahwa ada satu golongan lain yang akan muncul pada akhir zaman, mereka pun pada
awalnya akan berada dalam kegelapan dan kesesatan serta jauh dari ilmu, hikmah dan keyakinan,
lalu Allah Ta’ala akan membawa mereka ke dalam corak para sahabat. Yakni, apa-apa yang telah
disaksikan para sahabat akan diperlihatkan kepada mereka, sehingga ketulusan dan keyakinan
mereka juga menjadi seperti ketulusan dan keyakinan para sahabat. Terdapat dalam hadits sahih
bahwa pada saat menafsirkan ayat ini, Hadhrat Rasulullah saw. meletakkan tangannya pada pundak
Hadhrat Salman Farsi r.a. dan bersabda,

Yakni jika iman telah terangkat ke bintang Tsurayya, yakni ke langit, maka seseorang yang
berasal dari Farsi akan membawanya kembali. Ini mengisyaratkan bahwa di akhir zaman seseorang
yang berasal dari Farsi akan lahir, pada zaman yang mengenainya tertulis bahwa Al-Qur’an akan
diangkat ke langit. Ini lah zaman yang merupakan zaman Masih Mau’ud.”

Ketika iman terangkat dan Al-Qur’an terangkat ke langit, maksudnya adalah sudah tidak
diamalkan lagi, maka zaman ini adalah zaman kedatangan Masih Mau’ud.
“Dan orang yang berasal dari Farsi ini adalah ia yang namanya Masih Mau’ud, karena
serangan salib yang untuk mematahkannya Masih Mau’ud harus datang, serangan tersebut adalah
terhadap keimanan, dan semua hadits-hadits ini telah diriwayatkan untuk zaman serangan salib; dan
tertulis bahwa dampak serangan ini pada keimanan manusia sangatlah buruk. Inilah serangan yang
dalam kata lain disebut sebagai serangan Dajjal. Tertera dalam hadits-hadits bahwa pada masa
serangan Dajjal ini banyak sekali orang-orang bodoh yang meninggalkan Tuhan yang Maha Esa dan
banyak sekali manusia yang kecintaannya pada keimanan menjadi dingin, dan tugas Masih Mau’ud
yang paling besar adalah memperbaharui keimanan, karena serangan tersebut ditujukan pada
keimanan. Dari hadits:

yang berkenaan dengan seseorang dari Farsi, terbukti bahwa orang yang berasal dari Farsi tersebut
akan datang untuk menegakkan kembali keimanan. Alhasil, dalam kondisi di mana zaman Masih
Mau’ud dan zaman seorang yang berasal dari Persia itu adalah sama dan tugasnya pun sama, yakni
menegakkan kembali keimanan, maka secara meyakinkan terbukti bahwa Masih Mau’ud sendiri
lah yang merupakan orang yang berasal dari Farsi; dan ayat berikut ini adalah untuk Jema’atnya
bahwa:

Arti dari ayat ini adalah, setelah kesesatan mencapai puncaknya, hanya ada dua golongan yang
meraih petunjuk dan hikmah dan menyaksikan mukjizat serta keberkatan Hadhrat Rasulullah saw.:
Yang pertama adalah para sahabat Hadhrat Rasulullah saw. yang sebelum kedatangan beliau saw.
terjerumus dalam kegelapan yang pekat. Setelah itu dengan karunia Allah Ta’ala mereka mendapati
zaman kenabian dan melihat mukjizat dengan mata mereka sendiri dan menyaksikan
nubuatan-nubuatan. Keyakinan telah menciptakan satu perubahan dalam diri mereka sehingga
mereka seolah-olah menjadi satu jiwa.”

“Golongan yang kedua adalah golongan Masih Mau’ud yang menurut ayat di atas adalah
seperti para sahabat, karena golongan ini pun seperti halnya para sahabat, mereka menyaksikan
mukjizat Hadhrat Rasulullah saw. dan setelah masa kegelapan dan kesesatan, mereka
mendapatkan petunjuk. Dalam ayat ākharīna minhum, kelompok ini telah diberikan bagian dari
khazanah minhum, yakni nikmat persamaan dengan para sahabat. Hal ini mengisyaratkan bahwa

1
Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu
dengan mereka. (Al-Jumu’ah: 4)
sebagaimana para sahabat r.a. melihat mukjizat Hadhrat Rasulullah saw. dan menyaksikan
nubuatan-nubuatan, mereka juga akan menyaksikannya dan [orang-orang di] masa pertengahan
tidak mendapatkan bagian dari nikmat ini secara sempurna.”

“Maka dari itu, saat ini terjadi bahwa setelah masa 1300 tahun pintu mukjizat Hadhrat
Rasulullah saw. telah terbuka dan orang-orang menyaksikan dengan mata mereka sendiri bahwa
khusūf dan kusūf terjadi di bulan Ramadhan sesuai dengan Hadits Dāruqutni dan Fatāwā Ibnu Hajar,
yakni gerhana bulan dan matahari terjadi di bulan Ramadhan; dan sebagaimana isi hadits tersebut,
demikianlah gerhana bulan terjadi pada malam pertama dari malam-malam biasa terjadi gerhana
bulan dan gerhana matahari terjadi pada hari pertengahan dari hari-hari biasa terjadi gerhana
matahari, pada masa ketika terdapat orang yang mendakwakan diri sebagai Mahdi; dan corak seperti
ini belum pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan, karena sampai sekarang tidak ada
seorangpun yang bisa membuktikan bandingannya dalam lembaran sejarah.” Tidak ada yang bisa
membuktikan dari sejarah bahwa pernah terjadi seperti itu. “Jadi ini adalah satu mukjizat Hadhrat
Rasulullah saw. yang disaksikan orang-orang dengan mata kepala mereka sendiri.”

“Kemudian bintang Żū al-sinīn yang kemunculannya telah disebutkan akan terjadi pada
zaman Mahdi dan Masih Mau’ud, ribuan orang telah menyaksikan kemunculannya.” Yaitu bintang
berekor [komet]. “Demikian juga api jawa, ratusan ribu orang telah menyaksikannya. Demikian juga
tersebarnya tha’un dan dicegah dari melakukan haji pun semua orang telah menyaksikannya dengan
mata kepala sendiri. Dibangunnya rel kereta api di negeri ini, tidak digunakannya unta-unta, ini
semua adalah mukjizat Hadhrat Rasulullah saw. yang pada zaman ini disaksikan sebagaimana para
sahabat r.a. menyaksikan mukjizat-mukjizat. Dikarenakan hal ini, Allah Ta’ala memanggil kelompok
terakhir ini dengan kata minhum, supaya mengisyaratkan bahwa dalam hal penyaksian mukjizat
mereka pun satu corak dengan para sahabat.”

“Coba perhatikan, apakah selama 1300 tahun terakhir ada yang pernah mengalami masa
yang sangat mirip dengan masa Rasulullah saw.? Jema’at kita yang telah didirikan pada zaman ini
dalam banyak aspek mirip dengan para sahabat. Mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat dan
tanda-tanda sebagaimana para sahabat telah menyaksikan. Mereka meraih nur dan keyakinan dari
tanda-tanda dan dukungan-dukungan yang segar dari Allah Ta’ala sebagaimana yang telah diraih oleh
para sahabat. Mereka menanggung penderitaan karena ejekan, cemoohan dan celaan orang-orang,
serta berbagai macam penganiayaan, kata-kata kotor dan boikot, sebagaimana yang dialami oleh
para sahabat.” Hari ini pun keadaannya seperti itu. “Berkat tanda-tanda yang jelas dari Allah Ta’ala
dan pertolongan-pertolongan samawi serta ajaran-ajaran hikmah, mereka meraih kehidupan suci
sebagaimana yang telah diraih oleh para sahabat r.a.”
“Banyak di antara mereka yang menangis dalam shalat dan membasahi tempat sujud mereka
dengan air mata sebagaimana para sahabat r.a. menangis. Banyak di antara mereka yang
mendapatkan mimpi-mimpi yang benar dan dikaruniai dengan wahyu ilahi sebagaimana terjadi pada
para sahabat Rasulullah saw. Banyak di antara mereka yang membelanjakan uang hasil jerih
payahnya untuk Jema’at, semata-mata demi meraih keridhoan Allah Ta’ala, sebagaimana yang
dilakukan oleh para sahabat. Kalian akan mendapati di antara mereka orang-orang yang mengingat
kematian, berhati lembut dan menapaki ketakwaan yang sejati, sebagaimana sirat para sahabat r.a.”

“Itu adalah golongan Tuhan yang Tuhan sendiri sedang jaga, dan hari demi hari Dia terus
mensucikan kalbu-kalbu mereka, dan memenuhi dada mereka dengan hikmah keimanan dan Dia
menarik mereka ke arah-Nya dengan tanda-tanda Samawi; seperti dulu Dia telah menarik para
sahabat. Jadi, dalam jemaat ini didapati semua ciri-ciri yang dipahami dari kata ākharīna minhum
(‫ ;)ٓاخرین منھم‬Dan pastilah bahwa firman Allah Ta’ala suatu hari akan terpenuhi.”

Beliau a.s. bersabda, “Ayat ākharīna minhum [‫ ] ٰاخرین منھم‬juga menunjukkan bahwa
sebagaimana jemaat Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini memiliki kemiripan dengan jemaat para
sahabat r.a., demikian pula, Imam jemaat ini juga memiliki keserupaan dengan Nabi saw. secara
ẓillī (refleksi kerohanian), sebagaimana Hadhrat Rasulullah saw. sendiri menjelaskan bahwa Mahdi
yang dijanjikan akan memiliki kemiripan dengan beliau saw. sendiri dan akan memiliki dua
kesamaan pada dirinya; Kesamaan pertama adalah dengan Hadhrat Almasih a.s., itulah sebabnya dia
akan disebut “Masih”. Kesamaan kedua adalah dengan Hadhrat Rasulullah saw., yang karenanya dia
akan disebut Mahdi. Untuk mengisyaratkan pada rahasia ini tertulis bahwa sebagian tubuhnya akan
berbentuk dan bercorak seperti orang Israil dan sebagian lainnya berbentuk dan bercorak seperti
orang Arab. Isa a.s. datang pada saat kaum Musa a.s. berada dalam keadaan yang memprihatinkan
akibat gempuran para filosof Yunani. Ajaran Taurat, nubuatan dan mukjizatnya diserang dengan
ganas, dan sesuai dengan filsafat Yunani, wujud Allah Ta’ala dianggap sebagai satu wujud yang
berbaur dengan makhluk dan bukanlah perancang yang terencana.” Yakni, ia sama dengan makhluk
pada umumnya dan bukan pemilik segenap kekuatan. Ia tidak mampu melakukan segala yang Dia
kehendaki.

“Mata rantai kenabian juga dicemooh. Oleh karena itu, dengan mengutus Hadhrat Isa a.s.
yang datang seribu empat ratus tahun setelah Hadhrat Musa a.s., Allah Ta’ala bermaksud untuk
menegakkan kesaksian yang baru atas keabsahan kenabian Musa a.s. dan kebenaran silsilah ini, serta
memperbaiki sekali lagi bangunan Musawi dengan dukungan-dukungan yang baru dan
kesaksian-kesaksian samawi. Demikian pula, Masih Mau’ud juga diutus untuk umat [Islam] ini pada
awal abad keempat belas. Tujuan di balik kedatangannya pun adalah, supaya dia menghancurkan
berbagai serangan yang dilancarkan oleh filsafat dan tipu daya Eropa dan pengingkaran terhadap
kenabian, nubuatan-nubuatan dan mukjizat Hadhrat Rasulullah saw.; dan supaya kenabian Hadhrat
Muhammad saw. - semoga ribuan rahmat dilimpahkan padanya - menyinari para pencari kebenaran
dengan kesaksian dan dukungan yang baru. Inilah rahasia yang mengenainya sebuah wahyu telah
diturunkan yang tercatat dalam Barahin-e-Ahmadiyya. Wahyu tersebut telah disebarkan di hadapan
ratusan ribu orang dan itu adalah sebagai berikut:

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan artinya dan menerjemahkannya sebagai
berikut:

“Sekarang maju dan tampillah, karena waktumu sudah dekat. Waktunya sekarang akan tiba
di mana umat Muhammad saw. (yakni umat Islam) akan diangkat dari tempat yang rendah dan kaki
mereka akan berpijak di atas menara yang tinggi dan kokoh.” (Terjemahan ilham dari Nuzūl al-Masīh,
Rūhani Khazāin, Jilid 18, Hal, 511)

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. selanjutnya bersabda,

“‘Muhammad yang suci, Yang Terpilih, Pemimpin para Nabi saw.. Tuhan akan mengatur
semua urusan engkau dengan benar dan akan memberikan kepada engkau semua yang engkau
inginkan. Tuhan semesta alam akan mengalihkan perhatian-Nya ke arah ini. Tujuan dari Tanda ini
adalah bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Allah dan merupakan perkataan dari mulut-Ku.’ Dan
renungkanlah secara mendalam tujuan apa yang ditetapkan untuk tanda-tandaku.” Allah Ta’ala
menyampaikan ini kepada beliau a.s. dalam bentuk ilham.

“Aku baru saja menjelaskan bahwa untuk tujuan inilah Nabi Isa a.s. datang; yaitu supaya
membuktikan Taurat dengan tanda-tanda baru pada masa pendustaan. Dan untuk tujuan inilah Allah
Ta’ala telah mengutusku, supaya dengan tanda-tanda baru, kebenaran Al-Qur'an dapat ditunjukkan
kepada orang-orang yang tidak menyadarinya. Terhadap hal inilah terdapat isyarat dalam wahyu ilahi:

‘Saatnya akan tiba bahwa umat Muhammad saw. akan diangkat dari tempat yang rendah dan
langkah mereka akan tertanam dengan kokoh di atas menara yang kuat’.

Dan isyarat ini juga terdapat dalam wahyu lain dalam Barāhīn-e-Ahmadiyyah:
Artinya: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengajarkan Al-Qur’an kepada engkau, supaya
engkau memperingatkan orang-orang yang nenek moyangnya tidak diperingatkan; dan supaya jalan
orang-orang yang berdosa menjadi nyata” Maksud dari jalan orang-orang yang berdosa menjadi
nyata adalah bahwa hujah Allah menjadi terpenuhi terhadap orang-orang yang berdosa. Beliau a.s.
bersabda, “Katakanlah, ‘Aku telah diutus dari sisi Allah Ta’ala dan aku adalah orang yang pertama
beriman.”

Beliau a.s. bersabda,

“Jika seseorang berkata: ‘Hadhrat Isa a.s. datang sebagai Nabi Allah untuk membuktikan
kebenaran Taurat. Karena itu, apa nilai kesaksian engkau dibandingkan dengan kesaksian beliau
a.s.?”. Beliau a.s. itu adalah seorang Nabi. Allah Ta’ala telah mengutus beliau a.s. sebagai Nabi dan
telah datang untuk membuktikan kebenaran Taurat, maka dalam kapasitas apa anda datang untuk
memberikan kesaksian tentang [kebenaran] Al-Qur’an? Beliau a.s. bersabda, “Dalam hal ini pun,
dibutuhkan seorang nabi untuk pembuktian baru”. Orang-orang mengatakan bahwa apa yang
dituntut oleh kesaksian ini adalah dalam hal ini pun dibutuhkan seorang nabi untuk pembuktian
baru. Yakni, ini adalah pertanyaan yang dapat diajukan oleh orang-orang. “Maka jawabannya adalah
bahwa dalam Islam, pintu bagi kenabian yang menegakkan otoritasnya sendiri (yakni kenabian yang
datang dengan membawa syariat sendiri) telah tertutup. Allah Ta’ala berfirman,

Yakni, tetapi dia adalah Rasul Allah dan Khaatamun Nabiyyiin. (Al-Ahzab: 41)

dan disebutkan dalam hadits bahwa:

Tidak ada nabi setelah aku.

Bersamaan dengan itu, kewafatan Hadhrat Isa a.s. telah terbukti dari ayat-ayat Al-Qur’an
yang jelas; oleh karena itu, harapan akan kembalinya beliau a.s. ke dunia ini adalah sia-sia.” Ini semua
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits dan terbukti juga bahwa Isa a.s. telah wafat. Oleh karena itu,
Ini adalah harapan yang sepenuhnya keliru bahwa Nabi Isa a.s. akan datang kembali.

Beliau a.s. bersabda, “Jika ada nabi baru atau lama datang, lalu bagaimana Nabi kita saw.
akan tetap menjadi Khātamun Nabiyyīn?” Yakni ia datang dari luar stempel kenabian Rasulullah saw.
“Ya, pintu wahyu kewalian (wahyu wilāyat) dan percakapan dengan Allah Ta’ala
(Mukālamāt-e-ilahiah) tidaklah tertutup; dalam hal ini hanya berarti membuktikan kebenaran
agama yang benar dan memberi kesaksian tentang agama yang hakiki dengan tanda-tanda yang
baru. Oleh karena itu, tanda-tanda yang merupakan tanda-tanda Allah Ta’ala, baik yang
diperlihatkan melalui seorang nabi maupun wali, semuanya sama derajatnya, karena yang
memberikannya adalah sama [yakni Allah Ta’ala]. Benar-benar merupakan kejahilan dan kebodohan
jika berpikiran bahwa ketika Allah Ta’ala memberikan dukungan samawi melalui seorang nabi, maka
dukungan itu lebih kuat dan luar biasa, namun jika itu diberikan melalui seorang wali maka itu tidak
begitu kuat dan tidak luar biasa. Bahkan, beberapa tanda dukungan terhadap Islam terwujud pada
saat tidak ada nabi atau wali. Misalnya, tanda yang diwujudkan dalam bentuk kehancuran
Ashāb-ul-fīl [pasukan Gajah].”

Ini adalah jawaban bagi mereka yang mengatakan bahwa jika tidak ada nabi, maka
tanda-tanda tersebut tidak dapat terwujud; bahkan sebaliknya, jika tidak ada nabi, tanda-tanda
tersebut masih dapat diwujudkan melalui wali seperti yang kita lihat dalam contoh Ashāb-ul-fīl
[pasukan Gajah].

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selanjutnya bersabda,

“Adalah fakta yang diterima bahwa karomah seorang wali sebenarnya adalah mukjizat nabi
yang dia ikuti. Oleh karena itu, jika karomah juga merupakan mukjizat nabi, maka bukanlah perilaku
orang-orang beriman untuk membedakan antara mukjizat-mukjizat. Selain itu, terbukti dari
hadits-hadits sahih bahwa seorang Muhaddats, seperti para nabi dan rasul, termasuk di antara
orang-orang yang diutus oleh Tuhan.” Selain itu, ini juga merupakan dalil bahwa Muhaddats
termasuk di antara para nabi dan rasul.

“Bacalah dengan seksama hadits dalam Shahih Bukhari:

‘Kami tidak mengutus seorang nabi pun, baik rasul maupun Muhaddats’.

Juga, dalam hadis lain tertulis:


"Ulama-ulama umatku adalah seperti nabi-nabi Bani Israil”.

Beliau a.s. bersabda, “Para sufi melalui kasyaf-kasyaf mereka telah membuktikan hadis ini
berasal dari Rasulullah saw..” Yakni, mereka menerima kesaksian tentang hal ini dari beliau saw.
“Perlu juga diingat bahwa dalam [Shahih] Muslim, kata Nabi telah digunakan untuk Almasih yang
dijanjikan.”

Pertama, beliau a.s. memberikan bukti sebagai seorang wali, dan yang kedua adalah fakta
bahwa Almasih yang dijanjikan telah disebut sebagai seorang Nabi dalam Hadits.

“Yakni secara kiasan dan metafora. Karena alasan inilah, Allah Ta’ala juga telah menggunakan
kata-kata seperti itu berkenaan denganku, sebagaimana tertulis dalam Barāhīn-e-Ahmadiyya.
Disebutkan dalam ilham sebagai berikut:

“Di sini, kata ‘Rasul’ mengacu pada saya yang lemah ini (yakni Hadhrat Masih Mau’ud a.s.). Kemudian
lihatlah wahyu berikut dalam Barāhīn-e-Ahmadiyya:

Yang artinya, 'Rasul Allah dalam jubah para nabi.'” Mereka mengatakan bahwa Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. bukanlah seorang nabi padahal [kata nabi] disebutkan dalam Hadits, dan Allah Yang
Maha Kuasa juga memberitahu beliau a.s. melalui wahyu bahwa beliau a.s. memang seorang nabi.

“Dalam ilham tersebut aku disebut sebagai Rasul juga dan Nabi juga. Oleh karena itu,
menganggap seseorang – yang diberikan nama ini oleh Tuhan sendiri – sebagai kalangan masyarakat
awam adalah suatu kesombongan tingkat tinggi. Kesaksian-kesaksian akan tanda-tanda Tuhan
dengan cara apapun tidak bisa lemah, baik itu [zahir] melalui seorang nabi atau seorang Muhaddats.
Pada kenyataannya, kenabian dan limpahan keberkatan Nabi kita saw. menghasilkan suatu
manifestasi yang memberikan kesaksiannya sendiri, sedangkan wali hanya mencapai status ini.”
Sebenarnya tanda-tanda yang muncul menunjukkan kebenaran Rasulullah saw., sedangkan wali, atau
siapa pun itu, yang melaluinya tanda-tanda itu dizahirkan, hanya disebutkan sebagai akibatnya. “Jadi
sebenarnya, seorang wali yang memberikan kesaksian memperoleh keindahannya dari Hadhrat
Rasulullah saw. Bukan beliau saw. yang memperoleh keindahan darinya.”
(Ayyāmush Shulh, Ruhani Khazain, Jilid 14, Hal. 304-310)

Mengenai pendakwaan beliau a.s. sendiri, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda,

“Ketika Tuhan melihat dunia tenggelam ke dalam keadaan yang hina dan bumi penuh dengan
kejahatan, maksiyat dan kesesatan, Dia mengutusku untuk menyampaikan kebenaran dan melakukan
perbaikan; dan zaman ini sedemikian rupa sehingga orang-orang telah menyaksikan akhir abad ketiga
belas dan telah memasuki abad keempat belas, maka, di bawah perintah [Ilahi] ini, aku mulai
menyerukan kepada khalayak melalui tulisan dalam selebaran-selebaran dan pidato-pidato bahwa
orang yang akan datang dari sisi Allah Ta’ala untuk memperbaharui agama itu, akulah orangnya,
supaya aku menegakkan kembali keimanan yang telah hilang dari muka bumi, dan dengan
mendapatkan kekuatan dari Tuhan, aku menarik dunia menuju reformasi, ketakwaan dan
keimanan dengan tarikan tangan-Nya dan menjauhkan mereka dari kekeliruan akidah dan
amalan.”

“Dan kemudian, setelah beberapa tahun berlalu, diungkapkan kepadaku melalui wahyu ilahi
bahwa Almasih yang sejak awal dijanjikan kepada umat ini dan Mahdi terakhir yang mendapat
petunjuk langsung dari Tuhan di masa kemunduran Islam dan tersebarnya kesesatan, yang akan
menyajikan kembali hidangan rohani ini kepada umat manusia sebagaimana telah ditetapkan dalam
takdir ilahi, yang kabar sukanya telah disampaikan oleh Hadhrat Rasulullah saw. 1300 tahun yang lalu,
sosok yang dimaksud adalah aku. Dan percakapan ilahiah (Mukallamāt ilahiah) dan perbincangan
dengan Yang Maha Pemurah (Mukhāthabāt rahmaniyyah) berkenaan dengan hal ini terjadi dengan
begitu jelas dan terus menerus, sehingga tidak ada ruang untuk keraguan. Setiap wahyu yang turun
menancap ke dalam hati seperti paku baja. Dan semua percakapan ilahiah ini penuh dengan
nubuatan-nubuatan besar yang tergenapi dengan begitu terang benderang layaknya cahaya di siang
hari.”

(Tadzkiratusy Syahādatain, Ruhani Khazain, Jilid 20, Hal. 3-4)

Kemudian Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda,

“Di waktu dan masa ketika cahaya pengenalan Wujud Tuhan telah menjadi redup dan
akhirnya tersembunyi di balik ribuan tabir kegelapan hawa nafsu, bahkan banyak orang yang
menempuh jalan ateisme dan dunia penuh dengan dosa, kelalaian, dan kelancangan, maka ghairat,
kejalalan dan kemuliaan Allah Ta'ala berkehendak supaya menzahirkan kembali Wujud-Nya di
hadapan manusia. Jadi, sebagaimana kebiasaan-Nya yang telah ada sejak dahulu, di masa kita yang
di dalamnya memiliki kondisi-kondisi dan ciri-ciri seperti demikian, Allah Ta'ala telah
membangkitkanku di awal abad keempat belas untuk memperbaharui iman dan makrifat itu.
Dengan dukungan dan karunia-Nya, tanda-tanda samawi zahir melalui perantaraanku, doa-doa
terkabul sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya, hal-hal gaib diberitahukan kepadaku,
hakikat-hakikat dan makrifat-makrifat Al-Qur’an dijelaskan kepadaku, dan perkara-perkara syariat
yang sulit dan rumit menjadi terselesaikan.”

“Aku bersumpah demi Tuhan yang Maha Mulia dan Penyayang, yang merupakan musuh bagi
kedustaan dan yang membinasakan orang yang mengada-adakan kedustaan, bahwa aku adalah
berasal dari-Nya, dengan pengutusan-Nya aku telah datang tepat pada waktunya, dan aku berdiri
dengan perintah-Nya. Dia ada bersamaku di setiap langkahku, Dia tidak akan menyia-nyiakan aku,
dan Dia tidak akan memasukkan jemaatku ke dalam kehancuran selama Dia belum menyempurnakan
segenap pekerjaan-Nya sebagaimana yang Dia telah kehendaki. Dia telah mengutusku di permulaan
abad keempat belas demi penyempurnaan nur; Dia telah menyempurnakan gerhana bulan dan
matahari di bulan Ramadhan untuk mendukung kebenaranku, dan Dia telah menampakkan
tanda-tanda yang sangat nyata di bumi, yang adalah cukup bagi setiap pencari kebenaran, dan
demikianlah Dia telah menyempurnakan hujah-Nya.”

(Arba’īn, Nomor 2, Ruhani Khazain, Jilid 17, Hal. 347-348)

Kemudian beliau a.s. bersabda mengenai keberatan dari orang lain bahwa mereka berhak
mempertanyakan mengapa mereka harus menerima pendakwaan sebagai Masih Mau'ud ini? Yakni
mengapa perlu menerima pendakwaan beliau a.s. ini, kemudian apa dalilnya bahwa beliau lah
Almasih yang dijanjikan itu? Ya memang benar, zamannya sudah dikenali, kondisinya juga sama
seperti itu dan tanda-tandanya juga nampak, tapi bagaimana bisa diketahui bahwa beliau a.s. lah
Almasih yang dijanjikan itu.

Beliau a.s. bersabda:

“Jawaban untuk ini adalah bahwa zaman, negeri dan kota di mana munculnya Almasih
yang dijanjikan terbukti dari Al-Qur'an dan hadis, keadaan yang secara khusus memanggil
kedatangannya, dan peristiwa-peristiwa bumi dan langit yang telah dijelaskan sebagai tanda
kemunculan Almasih yang dijanjikan, dan semua ilmu-ilmu dan makrifat-makrifat yang telah
ditetapkan sebagai kekhasan wujud Almasih Yang Dijanjikan, semua perkara itu telah Allah Ta’ala
himpun di dalam diriku, di dalam zamanku dan di dalam negeriku. Musibah-musibah pun tengah
terjadi, berbagai penyakit datang, gempa-gempa bumi terjadi, dan tanda-tanda langit pun tengah
terpenuhi. Terdapat pula pendakwaanku dan Allah Ta'ala pun tengah memperlihatkan
tanda-tanda-Nya melalui diriku. Lalu mengapa kalian berkata bahwa bukanlah aku (Almasih yang
dijanjikan itu). Inilah dalil-dalilnya. Allah Ta'ala telah menghimpun semua hal itu di dalam diriku, di
zamanku dan di dalam negeriku. Dan kemudian untuk kepuasan lebih lanjut, Dia telah menunjukkan
tanda-tanda samawi untukku.”

(Dikutip dari Kitābul Bariyyah, Ruhani Khazain, Jilid 13, Hal. 254-255)

Beliau a.s. menyampaikan bahwa di antara dukungan-dukungan samawi itu adalah


bintang-bintang berekor, gerhana bulan dan matahari, tersebarnya wabah ta'un, gempa-gempa bumi
dan banyak lagi hal lainnya. Dalam menjelaskan tentang nubuatan kemajuan jemaat, tanda-tanda,
dan dukungan-dukungan [ilahi], beliau a.s. telah banyak menjelaskan hal ini. Beliau a.s. telah
menulis banyak buku tentang ini, sebagaimana sebelumnya pun saya telah menyampaikannya. Ada
beberapa yang akan saya sampaikan disini. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda:

“Satu tanda yang sangat agung adalah: 23 tahun sebelum ini, di dalam Barahin Ahmadiyah
tertera ilham bahwa orang-orang akan berupaya untuk melenyapkan jemaat ini (Mereka hingga saat
ini pun masih berupaya, dan telah berlalu 130 atau 132 tahun). Mereka akan mengupayakan setiap
rencana, akan tetapi (Allah Ta'ala berfirman) Aku akan membesarkan jemaat ini, Aku akan
menyempurnakannya, dan ia akan menjadi sebuah pasukan, dan ia akan terus menang hingga hari
kiamat. Aku akan memasyhurkan nama engkau hingga pelosok-pelosok dunia, dan orang-orang akan
datang berbondong-bondong dari tempat yang jauh, dan bantuan keuangan akan datang dari
segenap penjuru. Luaskanlah tempat-tempat tinggalmu, karena persiapan ini tengah berjalan di
langit. Kini perhatikanlah, dari masa manakah nubuatan ini dahulu diturunkan, dan kini tengah
sempurna. Ini adalah tanda dari Tuhan, dan tengah disaksikan oleh mereka yang memiliki mata
sanubari; namun dalam pandangan mereka yang buta, hingga saat ini belum zahir suatu tanda.”

(Nuzūlul Masīh, Ruhani Khazain, Jilid 18, Hal. 384-385)

Sebagaimana yang saya katakan, rinciannya sangat banyak. Saya akan menjelaskan beberapa
tanda lagi di sini. Beliau a.s. bersabda berkenaan dengan tanda-tanda keilmuan dan
dukungan-dukungan:

“Suatu ketika ada seorang Hindu datang kepadaku di Qadian yang namanya tak kuingat lagi.”
Kemudian menulis bahwa, “(Aku ingat namanya adalah Swami Sadhu Shugan Chandar. Penulis) dan ia
berkata bahwa, ‘Saya ingin mengadakan suatu pertemuan keagamaan. Pertemuan ini dipopulerkan
dengan nama: Konferensi Besar Agama-agama Dharma Mahotsav. Tuan pun silahkan menulis
makalah berkenaan dengan keindahan-keindahan agama Tuan untuk dibacakan dalam konferensi
tersebut.’ Aku menyampaikan permohonan maaf untuk tidak bisa mengikuti, namun beliau dengan
nada memelas memohon dengan mengatakan bahwa, ‘Tuan harus menulis makalah’. Karena aku
tahu, bahwa aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan kekuatan pribadiku bahkan aku merasa di dalam
diriku tidak ada kekuatan, aku tidak dapat berbicara sebelum Tuhan mengajarkanku bicara dan aku
tidak dapat melihat sebelum Dia memperlihatkan sesuatu padaku.”

“Untuk itu aku memanjatkan doa di hadapan Ilahi supaya Dia mengajarkanku suatu
makalah yang dapat mengungguli seluruh pidato-pidato yang ada dalam acara nanti. Setelah
memanjatkan doa aku melihat bahwa ada suatu kekuatan yang telah ditiupkan ke dalam diriku, dan
aku merasakan di dalam diriku ada satu gerakan kekuatan Samawi itu dan kawan-kawan yang saat itu
hadir mengetahui bahwa aku tidaklah menulis bahan-bahan untuk makalah itu, apa pun yang ditulis
hanya menulis secara spontan dan begitu cepatnya aku menulis terus sehingga menjadi sulit untuk
juru tulis yang menyalin tulisan itu dengan begitu cepatnya. Ketika aku menamatkan penulisan
makalah, aku menerima wahyu dari Allah Ta’ala yang berbunyi,

“Makalah itu akan unggul”.

“Alhasil, ketika makalah itu dibacakan dalam acara tersebut, ketika dibacakan, bagi para
hadirin yang menyimak menimbulkan kondisi yang menggembirakan dan setiap orang
menyampaikan pujiannya, sampai-sampai seorang Hindu yang menjadi pemimpin sidang pada acara
itu secara spontan menyatakan dengan lisannya bahwa makalah tersebut telah mengungguli seluruh
makalah-makalah lain.”

“Surat kabar berbahasa Inggris yang bernama Civil and Military Gazette yang terbit di Lahore,
memuat berita sebagai kesaksian bahwa makalah tersebut telah unggul, dan mungkin sekitar 20
surat kabar berbahasa Urdu yang juga turut memberikan kesaksian. Kecuali beberapa pihak yang
memendam kebencian, semua peserta dalam acara itu menyatakan bahwa makalah ini lah yang
unggul. Sampai hari ini terdapat ratusan orang yang dapat memberikan kesaksian seperti itu.”
Bahkan di masa sekarang ini pun orang-orang menerima Ahmadiyah setelah membaca buku “Filsafat
Ajaran Islam” ini.

“Walhasil, nubuatanku telah tergenapi dengan perantaraan kesaksian setiap firqah dan
surat-surat kabar berbahasa Inggris bahwa materi ceramah tersebut telah unggul. Pertarungan ini
seperti pertarungan yang terpaksa dilakukan oleh Hadhrat Musa a.s. dengan para tukang sihir, karena
dalam pertemuan tersebut orang-orang yang berasal dari berbagai perspektif pemikiran telah
menyampaikan ceramah-ceramahnya berkenaan dengan agama-agama mereka, termasuk di
antaranya adalah beberapa penganut agama Kristen, sebagian lagi orang-orang Hindu Sanatan
Dharam dan Arya Samaj, Brahma, Sikh dan sebagiannya lagi adalah kelompok kaum Muslim yang
menentang kami. Semuanya telah membuat “tongkat-tongkat ular” khayalan mereka. Tapi karena
Tuhan telah memberikan materi keislaman dengan perantaraanku melalui sarana pidato yang suci
dan dipenuhi dengan ma'rifat untuk melawan mereka yang menjadi ular besar, lalu menelan
semuanya dan sampai sekarang pidato yang berasal dariku itu sangat dikenal dan mendapatkan
tempat dihati orang-orang. Falhamdulillaah ‘alaa dzaalik.”

(Haqīqatul Wahy, Ruhani Khazain, Jilid 22, Hal. 291-292)

Kemudian beliau a.s. menyebutkan satu nubuatan lain. “Ini adalah tanda ilahi yang
disebutkan dalam Barahin Ahmadiyah dan hal itu adalah:

Wahai Ahmad, mata air kefasihan dan ketinggian bahasa telah dialirkan di bibir engkau. Jadi
pemenuhannya telah terjadi selama bertahun-tahun. Banyak buku-buku ditulis dalam bahasa Arab
yang fasih dan berkualitas tinggi, dan dipersembahkan kepada para cendekiawan Islam dan Kristen
(sebagai tantangan) dengan hadiah ribuan rupee, namun tidak ada yang mengangkat kepala dan
tidak ada yang maju untuk bertanding. Apakah ini pertanda Tuhan ataukah perkataan sia-sia
manusia?”. Orang-orang mengklaim banyak hal [terhadap Hadhrat Masih Mau'ud a.s.], bahkan
hingga hari ini, namun tidak ada yang menerima tantangan tersebut pada saat itu.

Kemudian sebagai tanda pengabulan do’a, beliau a.s. menceritakan suatu kejadian
pengabulan do’a. Ada banyak kejadian seperti ini. Saya akan sampaikan satu di antaranya. Beliau a.s.
bersabda,

“Tanda yang zahir pada masa-masa ini adalah pengabulan sebuah doa yang pada hakikatnya
termasuk dalam kategori menghidupkan orang mati. Penjelasan singkatnya sebagai berikut: Ada
orang yang bernama Abdul Karim bin Abdul Rahman penduduk Haidar Abad Dakhan. Ia adalah
seorang pelajar di madrasah kami. Ia digigit anjing gila. Kami mengirimnya ke Kasoli untuk
mendapatkan pengobatan. Pengobatan di Kasoli itu berlangsung beberapa hari. Lalu ia kembali
dibawa pulang ke Qadian. Setelah berlalu beberapa hari, nampak gejala-gejala gangguan jiwa yang
lazimnya muncul setelah seseorang digigit anjing gila. Ia mulai takut air dan timbul kondisi yang
mengkhawatirkan, sehingga hatiku dibuat iba terhadap pemuda pendatang yang malang dan miskin
itu. Akhirnya timbul kondisi khas untuk mendoakannya.”

“Setiap orang menganggap bahwa pemuda tak berdaya itu akan meninggal dalam waktu
beberapa jam. Untuk kehati-hatian, ia dikeluarkan dari asrama dan dipindahkan ke sebuah tempat
lain yang terpisah dari orang-orang lainnya. Kami mengirim telegram kepada dokter berkebangsaan
Inggris di daerah Kasoli dan menanyakan kalau-kalau ada obat untuk penyakit tersebut. Datanglah
jawaban melalui telegram yang mengatakan bahwa tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Namun dalam hatiku timbul perhatian khusus atas pemuda pendatang itu. Sahabat-sahabatku pun
berulang kali memintaku untuk mendoakannya, karena dalam ketidakberdayannya itu, anak tersebut
patut dikasihani. Timbul juga perasaan khawatir dalam hati, jika ia sampai meninggal, akan muncul
cemoohan musuh dalam bentuknya yang buruk.” Mereka yang memusuhi dan para penentang akan
membuat kegaduhan, dan mengatakan bahwa beliau a.s. telah membuat pendakwaan-pendakwaan
besar berkenaan dengan pengabulan doa. “Lalu hatiku diliputi keprihatinan dan rasa kasihan yang
mendalam terhadap anak itu, dan timbul perhatian pada mukjizat yang bukan berasal dari upaya
pribadi melainkan semata-mata berasal dari Allah Ta’ala, yang jika pengaruh itu timbul, pengaruhnya
akan diperlihatkan atas izin Tuhan, dengannya anak yang hampir menjadi mayat itu dapat hidup
kembali.” Sedemikian rupa berpengaruhnya doa itu.

“Walhasil, terciptalah kondisi tawajuh (berkonsentrasi) kepada Allah Ta’ala dalam berdoa dan
ketika tawajuh itu sampai pada puncaknya dan keperihan telah menguasai diriku sepenuhnya”. ini
adalah kondisi di mana doa itu dipanjatkan dan beliau a.s. diliputi oleh keperihan. “Lalu si sakit yang
sejatinya adalah mayat, mulai memperoleh hasil dari tawajuh tersebut. Dia yang tadinya sangat takut
pada air dan cahaya, langsung berubah menjadi lebih baik dan berkata bahwa dia tidak takut lagi
pada air. Lalu ia pun diberi air dan tanpa rasa takut ia meminum air itu bahkan berwudhu dengan air
itu, lalu shalat. Ia tidur semalaman dan kondisi yang membahayakan telah hilang, hingga kemudian ia
sembuh total beberapa hari kemudian.” Beliau a.s. bersabda, “Seketika itu dimasukkan ke dalam
hatiku bahwa kondisi gangguan jiwa yang muncul dalam dirinya bukan berarti bahwa penyakit itu
akan membinasakannya, melainkan supaya tanda Tuhan muncul; dan orang-orang berpengalaman
mengatakan bahwa di dunia ini tak pernah dijumpai kejadian seperti itu, di mana orang yang telah
digigit oleh anjing gila dan telah nampak gejala-gejala gangguan jiwa pada dirinya, dapat sembuh lagi
dari penyakit itu dan menjadi normal kembali. Bukti apa lagi yang lebih jelas dari fakta ini: para ahli di
bidang ini yang oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai dokter khusus untuk mengobati penyakit
anjing gila di kota Kasoli telah menjawab telegram kami dengan tegas bahwa, “Maaf, sekarang tidak
ada yang dapat dilakukan untuk mengobati [Abdul Karim]”.

(Tatimmah Haqīqatul Wahyi, Ruhani Khazain, Jilid 22, Hal. 480-481)

Kemudian, seraya menceritakan tanda berkenaan dengan Dowie, beliau a.s. bersabda,

“Dokter Dowie yang memiliki keagungan dan kemuliaan layaknya raja di mata orang-orang Amerika
dan Eropa, telah dibinasakan oleh Tuhan melalui mubahalah denganku dan doaku, dan Dia
memalingkan perhatian seluruh dunia ke arahku. Dan peristiwa ini menjadi terkenal di semua surat
kabar kenamaan di dunia dan menjadi populer di dunia internasional.”

(Tatimmah Haqīqatul Wahyi, Ruhaani KHazaain, Jilid 22, Hal. 553)

Kemudian beliau a.s. bersabda berkenaan dengan satu tanda lainnya,

“Maulwi Ghulam Dastagir Qushuri menantangku untuk bermubahalah atas kemauannya


sendiri dan dalam bukunya, ia menulis doa, ‘Semoga Allah membinasakan pendusta’. (Ini adalah
mubahalah sepihak) Namun beberapa hari kemudian justru ia sendiri yang binasa. Betapa hebatnya
tanda kebenaran ini bagi para maulwi penentang kebenaran, jika saja mereka memahami.”

(Haqīqatul Wahyi, Ruhani Khazaain, Jilid 22, Hal. 239)

Kemudian, beliau a.s. menjelaskan berkenaan dengan satu tanda lainnya dan bagaimana
dukungan Allah Ta’ala terhadap beliau a.s., bersabda,

“Setelah membaca buku Maulwi Ghulam Dastagir Qaswary, setiap orang bijak akan dapat
memahami bagaimana ia telah bermubahalah denganku atas keinginannya sendiri (Ini adalah maulwi
yang sama dengan yang disebutkan sebelumnya) dan menyiarkannya dalam bukunya yang berjudul
Faiẓ Raḥmānī, lalu meninggal hanya beberapa hari saja setelahnya. Juga bagaimana Cheragh Din
penduduk Jammu bermubahalah denganku atas kehendaknya, dan ia menulis agar kiranya Allah
membinasakan pendusta di antara kami. Lalu ia dan anaknya mati beberapa hari kemudian karena
penyakit pes.” (Haqīqatul Wahyi, Ruhani Khazaain, Jilid 22, Hal. 71) Ia adalah seorang maulwi lainnya
dari Jammu.

Kemudian beliau a.s. bersabda,

“Terkait berbagai macam keberatan yang disampaikan oleh kaumku, aku sama sekali tidak
menghiraukannya, dan adalah kekufuran jika aku takut kepadanya lalu meninggalkan jalan
kebenaran. Hendaknya mereka berpikir bahwa kepada seseorang yang mana Allah Ta'ala telah
mengaruniakan mata rohani untuknya, memperlihatkan jalan untuknya dan mengaruniakan
kepadanya percakapan dan perbincangan dengan-Nya, dan telah memperlihatkan ribuan
tanda-tanda demi membuktikan kebenarannya, mengapa ia harus terpengaruh dengan ungkapan
seorang penentang, kemudian berpaling dari matahari kebenaran ini?”.

Beliau a.s. tidak dapat meninggalkan kebenaran karena terpengaruh perkataan orang lain.

Beliau a.s. bersabda:


“Aku pun tidak menghiraukan jika ada penentang dari dalam atau luar yang sibuk untuk
memfitnahku, karena dengan perantaraan ini jugalah mukjizat kebenaranku tengah terbukti.” Jika
orang-orang memfitnah beliau, ini pun akan menjadi bukti mukjizat kebenaran beliau. “Jadi,
bagaimana dapat membuktikan, bahwa jika aku memiliki setiap hal buruk itu (yaitu hal-hal buruk
seperti yang mereka katakan); jika aku memiliki hal-hal buruk itu, (sebagaimana keberatan mereka)
bahwa aku adalah penipu, pendusta, dajjal, pengada-ada, pengkhianat, melakukan korupsi,
mengadakan perpecahan di antara manusia, pemfitnah, fasik, pendosa, dan kurang lebih telah
mengada-adakan dusta atas nama Tuhan hingga 30 tahun lamanya; [jika aku adalah] pencaci-maki
orang-orang saleh dan suci, dan di dalam sanubariku hanya ada keburukan, kekejian, dosa, mengikuti
hawa nafsu, dan tiada lagi diriku selain hal-hal ini; [jika aku] menjalankan rencana ini demi
kepentingan duniaku semata, dan na'udzubillah sesuai ucapan mereka bahwa aku tidak lagi percaya
kepada Tuhan; [jika aku] memiliki semua keburukan-keburukan yang ada di dunia, dan diriku penuh
dengan segala jenis kezaliman, aku telah memakan harta banyak orang (sebagaimana tuduhan
mereka), aku telah mencaci-maki orang-orang yang suci seperti halnya malaikat (menghina
orang-orang suci), dan aku telah terdepan dalam setiap keburukan dan kedustaan, maka apakah
rahasianya bahwa kendatipun aku disebut dengan sosok keji, tercela, pengkhianat, dan pendusta,
setiap kali datang kepadaku orang yang mengaku dirinya sebagai malaikat, lantas ia lah yang mati?
Siapa saja yang datang bermubahalah, dialah yang mati; siapa saja yang berdoa buruk untukku, doa
buruk itulah yang menimpanya; Siapa saja yang menyeretku ke pengadilan, orang itulah yang
menelan kekalahan. Jika semua hal itu ada di dalam diriku (yaitu hal-hal buruk itu), tetapi bagi siapa
saja yang datang melawanku maka Allah Ta'ala justru membinasakannya, dan Dia menurunkan
keunggulan kepadaku, maka ini sungguh merupakan tuduhan-tuduhan yang aneh atasku.”

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: “Maka dari itu sebagai contoh, anda sekalian akan
menyaksikan bukti hal-hal tersebut di dalam kitab Haqiqatul Wahyu ini.” Banyak sekali contoh yang
beliau berikan di dalam kitab ini. Jika seorang membacanya, banyak sekali hal-hal atau tanda-tanda
yang akan tampak padanya.

Beliau a.s. bersabda:

“Seharusnya yang terjadi adalah akulah yang binasa dalam ajang pertandingan ini,
semestinya akulah yang disambar petir itu. Sesuai kaidah yang ada, akulah yang seharusnya binasa.
Seandainya semua keburukan itu ada di dalam diriku, maka akulah yang diserang petir itu, dan
mereka tidak perlu lagi susah payah berdiri untuk melawanku. Seandainya aku memang [buruk]
seperti itu, maka tidak perlu lagi mereka menghadapiku karena Tuhan sendirilah yang menjadi
musuh bagi pendosa. Seandainya aku adalah pendosa itu, maka Tuhan sendirilah yang menjadi
musuhku, karena Allah Ta'ala tidaklah menghendaki kerusakan di bumi.”

Beliau a.s. bersabda, “Alhasil, demi Wujud Tuhan, renungkanlah, mengapa yang terjad justru
sebaliknya? Mengapa justru orang-orang saleh itu yang mati, (yakni orang-orang yang menamakan
dirinya saleh) dan Tuhan menyelamatkanku dalam setiap medan pertandingan? Bukankan dengan ini
terbukti mukjizat kebenaranku? Tuduhan yang kalian lontarkan ini pun termasuk mukjizat
kebenaranku, karena dengan inilah kebenaranku menjadi terbukti. Alhasil, hal ini pun patut disyukuri,
karena hal-hal buruk yang ditujukan kepadaku pun, semua itu memberi bukti akan mukjizat
kebenaranku.”

(Haqīqatul Wahyi, Ruhani Khazain, Jilid 22, Hal. 2)

Jadi, ini adalah beberapa contoh dan hal -hal yang saya sampaikan secara ringkas di sini dari
rujukan beliau a.s.. Seandainya saja para penentang menelaah buku-buku karya beliau a.s., dan
menyaksikan pertolongan-pertolongan dan tanda-tanda Allah Ta'ala yang menyertai beliau a.s.
Sebagaimana telah saya sampaikan, tanda-tanda itu tidak dapat terangkum dalam beberapa
halaman, melainkan membutuhkan banyak buku. Hendaknya [para penentang] pun melihat bahwa
zaman tengah membutuhkannya. Bahkan beberapa ulama yang melontarkan keberatannya pun
mengakui bahwa zaman tengah membutuhkan Sosok Pembaharu dan Mahdi, namun tetap saja
mereka terus mengingkari wujud yang telah diutus dari sisi Allah Ta'ala. Dengan sikap ini, mereka pun
tengah menyesatkan umat islam secara umum.

Tanda-tanda langit telah sempurna; nubuatan-nubuatan dari Hadhrat Rasulullah (saw.) telah
terpenuhi, namun terlepas dari semua ini, adalah kemalangan mereka sehingga mereka gagal untuk
merenungkan hal ini. Jika saat ini kaum muslim memahami hakikat ini, bahwa Masih dan Mahdi yang
akan datang itu telah datang, dan sosok pecinta hakiki dan khadim sejati dari Hadhrat Rasulullah saw.
itu inilah orangnya, dan berbaiat kepadanya - sebagaimana perintah Hadhrat Rasulullah (saw.) -
adalah wajib baginya, yaitu baiat masuk ke dalamnya dengan penuh kesetiaan, maka kaum Muslimin
dapat menegakkan keunggulan mereka di dunia ini. Jika tidak, keadaan seperti inilah yang akan terus
terjadi, seperti yang tengah terjadi kini; Dengan mengimaninya, maka kita akan menjadi orang-orang
yang menarik karunia-karunia Allah Ta'ala. Semoga Allah Ta'ala memberikan akal sehat dan
pemahaman kepada mereka.

Para Ahmadi, di samping berdoa untuk diri sendiri di bulan Ramadhan, berdoa jugalah untuk
perlindungan Jemaat dari segala macam fitnah. Berdoa jugalah untuk umat Islam, semoga Allah
Ta’ala membukakan mata mereka dan mengeluarkan mereka dari kegelapan dan memberi mereka
pemahaman bahwa orang yang benar-benar mengetahui kedudukan Khātamun Nabiyyīn Hadhrat
Rasulullah saw. adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani, Masih Mau’ud dan Mahdi Ma’hud a.s.
dan Jemaat beliau a.s.

Para Ahmadi Pakistan hendaknya secara khusus berdoa untuk negeri mereka dan juga
berdoa untuk para Ahmadi Pakistan. Semoga Allah melindungi negara dari para pengacau, penjahat,
dan pihak-pihak serta pemimpin yang egois. Demikian pula, doakanlah para Ahmadi Burkina Faso,
semoga Allah Ta’ala melindungi mereka dari segala kejahatan. Ingatlah para Ahmadi di Bangladesh
secara khusus dalam doa-doa, di sana setiap hari Jumat ada saja bahaya yang mengancam. Doakan
juga untuk dunia Ahmadiyah, semoga Allah Ta’ala melindungi setiap Ahmadi dari segala kejahatan
dan menganugerahkan keteguhan kepada setiap Ahmadi dan meningkatkan keimanan serta
keyakinan mereka.

Doakan juga agar dunia terhindar dari kehancuran. Saat ini dunia tengah berdiri di ambang
api. Dunia juga tengah bergerak ke arah perang, disebabkan oleh hal ini pun dapat mengakibatkan
kehancuran; dan keburukan moral yang telah mencapai titik ekstrim dan bagaimana orang-orang ini
meninggalkan Allah SWT, jangan sampai mereka menjadi pemicu murka Allah Ta’ala dan jangan
sampai azab Allah Ta'ala turun atas mereka. Semoga Allah Ta'ala melindungi para Ahmadi dari segala
kejahatan, memberikan taufik kepada para Ahmadi untuk menunaikan kewajiban dan haknya serta
melindungi mereka dari segala macam musibah dan melindungi mereka dibawah perlindungan-Nya.

Saya juga ingin mengumumkan bahwa mulai tanggal 23 Maret, Al-Fazl International, yang
sudah terbit sebagai surat kabar mingguan atau dua kali seminggu, kini telah menjadi harian Al-Fazl .
Oleh karena itu, hendaknya sebanyak mungkin pembaca yang memahami bahasa Urdu membacanya,
membelinya, dan berlangganan. Semoga Allah Ta'ala memberikan taufik kepada semuanya untuk
mengambil manfaat darinya dan juga memberikan taufik kepada mereka yang menulis di Al-Fazl,
semoga menjadi penulis yang berkualitas tinggi.

(Harian Al-Fazl Internasional, 14 April 2023, Hal. 2-7)

Anda mungkin juga menyukai