Disusun Oleh:
Salah satu bentuk media dalam berdakwah adalah melalui surat. Surat dakwah itu
sendiri merupakan salah satu media dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk
mengajak beriman bagi kaum tertentu. Saat ini, dakwah dengan media tulisan menjadi
bagian penting dalam proses dakwah. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menjamurnya
majalah, surat kabar, hingga buletin-buletin Islami. Selain itu akses mengenai berita dunia
Islam juga sangat mudah diperoleh melalui perkembangan teknologi informasi, yaitu internet.
Dakwah melalui tulisan tidak hanya menjadi ekspresi jiwa intelektualitas dari umat Islam,
namun menjadi wujud begitu pentingnya dakwah melalui surat.
Dakwah melalui media semacam ini bukanlah cara yang baru dalam tradisi dakwah
Islam. Figur sentral yang pernah melaksanakan justru sang agent of change, Nabi Muhammad
SAW. Beliau menggunakan media dakwah melalui surat atau korespondensi yang ditujukan
kepada para raja dan penguasa non-muslim saat itu. Secara tidak langsung Rasulullah
SAW telah mencontohkan kepada umatnya dalam berdakwah, dimana media surat kepada
para raja yang disampaikan melalui duta-duta Rasulullah SAW.
1
Abdul Dhoni, Menggagas Dakwah korespondensi Nabi Muhammad SAW, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.37, No.1,
hal.154.
PEMBAHASAN
Dakwah Korespondensi
Kata dakwah telah menjadi salah satu kosa kata bahasa Indonesia, yang berarti
mengajak (menyeru) untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam. Dalam bahasa
Arab berakar kata dengan huruf و, ع,( دdal, ‘ain dan waw) yang berarti dasar kecenderungan
sesuatu disebabkan suara dan kata-kata. Dari akar kata ini terangkai menjadi asal kata
da’a-yad’u-da’watan, (fiil naqish) berarti “menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu”,
atau kata da’a-yad’u-du’aan, dakwahu, berarti “menyeru akan dia”.Kemudian dari kata al da’i,
jamak da’atun, mu’anasnya da’iyatun, jamak da’iyatun, berarti orang yang mengajak
manusia ke agama dan kepada mazhabnya. 2
penyampaian nasehat atau pun pelajaran yang baik itu bisa dalam bentuk lisan
(verbal advice) dan tulisan (written advice). Semuanya Mengandung nilai-nilai dakwah metode
“Mauidhah Hasanah” yang terkandung di dalam Al-Qur’an surat al-Nahl ayat 125. Dakwah
melalui media surat inilah yang dipahami sebagai dakwah secara tertulis. Pada sejarah Islam
periode awal, penggunaan surat sebagai media dakwah mempunyai dua prosedur penyampaian.
Pertama open letter” atau surat terbuka. Fakta historis menyebut, penggunaan, surat
dakwah yang bersifat “open letter ini oleh Nabi Muhammad SAW. biasa ditujukan kepada raja
ataupun penguasa-penguasa negara lain yang substansi suratnya berisi pesan teologis berupa
ajakan kepada Islam dan pengesaan Allah SWT,sebagai sarana yang berperan untuk
2
Abdul Dhoni, Menggagas Dakwah korespondensi Nabi Muhammad SAW, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.37, No.1,
hal.155.
melapangkan jalan dakwah,dan rasulullah SAW. Ingin membuktikan bahwa risalah Islam
adalah alamiah untuk seluruh umat manusia.
Kedua, surat dakwah yang bersifat “sealed letter” atau surat tertutup. Media dakwah
surat tertutup seperti ini pada praktek yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. lebih bersifat
dakwah secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dapat dilihat pasca penaklukan kota Makkah
(Fathu Makkah), melalui media surat yang bersifat “sealed letter ” inilah Nabi Muhammad
SAW.menyampaikan pesan-pesan dakwahnya kepada penduduk Makkah yang mayoritas
belum memeluk Islam. Hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan surat sebagai media
dakwah memiliki efektifitas yang signifikan dalam dinamika dakwah.
Dalam penggunaaan surat sebagai media dakwah, paling tidak harus terkandung pesan
dakwah yang pokok. Yaitu, yang pertama, mengandung pesan teologis berupa ajakan dalam
mengesakan Allah SWT, Tuhan semesta alam. Ini merupakan salah satu aspek urgen dalam
substansi surat dakwah. Kedua, adanya ajakan santun memeluk agama Islam kepada mereka
yang belum pada jalan-Nya, atau ajakan kembali kepada Islam yang benar bagi mereka yang
menyimpang dari jalan-Nya. Dan ketiga, mengandung himbauan agar senantiasa berlaku baik
dimuka bumi. Ketiga aspek pesan dalam surat dakwah tersebut sudah sepatutnya disampaikan
dengan pola yang sesuai dengan kode etik yang ada.
Nabi SAW mengirim Syuja’ bin Wahab dengan membawa surat kepada Harits
bin Abu Syam, penguasa damaskus.
3
Asy-Syaikh Muhammad Al-Khudai“ Terjemah Nurul Yaqin”, hal.307.
akhirnya dia pun menghadiahkan kepada Syuja’ bin Wahab pakaian dan uang, lalu
menolaknya secara halus.
Nabi menulis surat kepada Raja Uman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak
Al-Julunda. Inilah surat beliau:
"Bismillahir-rahmanir-rahim.
Dari Muhammad bin Abdullah, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda.
Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengkuti petunjuk, amma ba'd. Sesungguhnya aku
menyeru tuan berdua dengan seruan lIslam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan
selamat. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua manusia, untuk
memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap
orang-orang kafir. Jika tuan berdua berkenan mengikrarkan Islam, maka aku akan
mengukuhkan kerajaan tuan, namum jika tuan enggan mengikrarkan Islam, maka
kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku pasti akan menginjakkan kaki di halaman
tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan."
Beliau menunjuk Amr bin Al-Ash untuk menyampaikan surat ini. Amr
menuturkan, "Aku pun berangkat hingga tiba di Uman. Aku ingin menemui Abd bin
Al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lebih lemah lembut dan lebih kompromis. Aku
berkata di hadapannya, "Aku adalah utusan Rasulullah untuk menghadap tuan dan
"saudara tuan."
"Temuilah saudaraku terlebih dahulu, karena dia lebih tua dan lebih berkuasa
daripada aku. Aku akan mencoba mengantarkan engkau hingga dia bisa membaca
suratmu." Kemudian Abd mengajukan beberapa pertanyaan, "Apa yang hendak engkau
serukan?"
Aku menjawab, "Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-
Nya, hendaklah tuan melepaskan apa pun yang disembah selain-Nya, hendaklah tuan
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."
"Wahai Amr, engkau adalah putra pemimpin kaummu. Lalu apa saja yang
diperbuat ayahmu? Padahal kami sangat salut kepadanya."
"Dia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada Muhammad. Padahal aku
ingin sekali dia masuk Islam dan membenarkannya. Dulu aku sejalan dan sepemikiran
hingga Allah memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam."
"Aku tidak berdusta, dan kami tidak menghalalkan dusta dalam agama kami,"
jawabku
"Begitulah."
"Sesungguhnya jika dia mau masuk Islam, maka Rasulullah tetap akan
mengakui kekuasaannya terhadap kaumnya. Beliau akan mengambil sedekah dari
penduduk yang kaya lalu memberikannya kepada mereka yang miskin,"kataku
"Itu suatu akhlak yang bagus. Tetapi apa yang dimaksudkan sedekah itu? Lalu
aku memberitahukan kepadanya tentang apa-apa yang diperitahkan Rasulullah
mengenai zakat mal, termasuk pula zakat untuk unta.
"Wahai Amr, apakah sedekah itu diambilkan dari hewan-hewan ternak kami
yang digembalakan?" tanya Abd.
"Benar," jawabku.
"Demi Allah, sekalipun kaumku tetap berada di rumahnya dan sekalipun hewan
ternak banyak, aku tidak melihat mereka mau menaatinya."
Beberapa hari aku menunggu di depan rumah Abd, yang saat itu masih berusaha
menghubungi saudaranya dan mengabarkan apa yang aku katakan. Suatu kali Jaifar
memanggilku. Saat aku menghadapnya, para pengawalnya
Maka aku pun dilepaskan. Aku bermaksud hendak duduk. Aku memandangi
Jaifar. Lalu dia berkata, "Katakan apa keperluanmu!"
Aku menjawab, "Mereka sudah banyak yang mengikuti beliau, entah karena
memang menyenangi agamanya entah karena kalah dalam peperangan."
"Sudah cukup banyak orang yang menyenangi Islam dan memeluknya. Dengan
akalnya dan berkat petunjuk Allah mereka sudah sadar bahwa mereka sebelumnya
berada dalam kesesatan. Dalam kepasrahan ini aku tidak melihat seorang pun yang
masih tersisa selain diri tuan. Jika saat ini tuan tidak mau masuk Islam dan mengikuti
beliau, maka sepasukan berkuda akan datang ke sini dan merebut harta benda tuan.
Maka masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan beliau tetap akan mengangkat
tuan sebagai pemimpin kaum tuan. Jangan sampai ada pasukan yang menyerang tuan."
"Akan kupertimbangkan hari ini juga dan besok silahkan datang lagi kesini!"
kata Jaifar.
Aku kembali menemui Abd. Dia berkata, "Wahai Amr, aku benar benar
berharap dia masuk Islam asalkan dia tidak merasa sayang terhadap kerajaannya."
Besoknya aku hendak menemui Jaifar. Namun dia tidak mengizinkanku.Aku pun
kembali menemui Abd dan kuberitahukan kepadanya bahwa aku belum berhasil
menemui saudaranya. Setelah aku berhasil menemui Jaifar berkat bantuan Abd, Jaifar
4
berkata, "Aku sedang memikirkan apa yang engkau serukan kepadaku. Aku akan
menjadi orang Arab yang paling lemah jika aku menyerahkan kerajaanku ini kepada
seseorang, dengan begitu pasukan Muhammad tidak akan menyerang ke sini. Jika
pasukannya menyerang ke sini, tentu akan menjadi peperangan yang dahsyat."
Karena belum juga memberi keputusan, maka aku berkata, "Besok aku akan
pulang."
Setelah Jaifar yakin bahwa besok aku akan pulang, dia berkata kepada
saudaranya, "Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali menerima tawarannya. Sebab
4
Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan, Sirah Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 1997), hal 433-436
siapa pun yang dikirimi surat oleh Muhammad tentu memenuhi seruannya. Kalau
begitu besok suruh dia menghadap lagi ke sini."
Akhirnya Jaifar dan Abd bin Al Julunda masuk Islam dan beriman kepada Nabi.
Bahkan keduanya siap menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada di tangan
mereka berdua. Mercka sangat membantuku dalam menghadapi orang-orang yang
hendak menentang.228
Alur kisah ini menunjukkan bahwa pengiriman surat ini kepada Jaifar dilakukan
pada waktu-waktu belakangan daripada surat-surat lain yang dikirimkan kepada para
raja. Menurut pendapat mayoritas, surat ini dikirimkan setelah Perjanjian Hudaibiyah.
Dengan surat-surat itu Nabi telah menyampaikan dakwah kepada sekian banyak
raja di muka bumi. Di antara mereka ada yang beriman dan sebagian yang lain ada yang
ingkar. Tetapi setidak tidaknya surat tersebut telah berhasil memasygulkan pikiran
orang-orang kafir dan membuat mereka mengenal nama beliau dan Islam.
1. Pengiriman surat ini menunjukkan bahwa Islam diturunkan untuk manusia seluruh alam,
oleh karena itu merupakan kewajiban Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
memperkenalkannya dan mendakwahkannya kepada seluruh manusia dengan memanfaatkan
sarana pra sarana yang ada kala itu.
2. Penolakan sebagian raja atau tokoh terhadap Islam itu disebabkan oleh kecintaannya
terhadap kekuasaan, kesombongan atau karena tertekan, bukan karena mereka tidak terima
dengan Islam itu sendiri.
3. Sebagian penguasa yang menyatakan keislamannya diperintahkan oleh Rosûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap di wilayahnya. Ini menunjukkan bahwa Rosûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki siasat dan taktik yang bagus dan sangat pandai dalam
mengatur banyak urusan. 5
5
Abdul Dhoni, Menggagas Dakwah korespondensi Nabi Muhammad SAW, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.37, No.1,
hal.170.
DAFTAR PUSTAKA
Menggagas Dakwah Korespondensi Nabi Muhammad SAW. ghoni, abdul. 2017. Semarang, 2017.
Al-Harakan, Syekh Muhammad Ali. 1997. Sirah Nabawiyyah. Jakarta timur : Pustaka Al-Kautsar,
1997. (Komunikasi Dakwah Rasulullah Telaah Surat-Surat Rasulullah, 2019)
Ibnu Katsir, Al_-Hafizh, (2006), Sirah Nabi Muhammad, (Abu ihsan Al-Atsari). Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Komunikasi Dakwah Rasulullah Telaah Surat-Surat Rasulullah. Ramadani, Fauziah. 2019. Makassar :
STIBA Makassar, 2019, Vol. 5.
Syekh Ahmad Al-Khudari, Nurul Yakin Fii Sirah Sayyyidil Murshalin, Mutiara ilmu.
Hafil, Muhammad. 2020. Dunia Islam-Khazanah. Republika. [Online] 21 januari 2020. [Dikutip: 10
November 2020.] https://www.republika.co.id/berita/q4ez91430/isi-surat-nabi-
muhammad-kepada-penguasa-damaskus.