Anda di halaman 1dari 9

Oleh : Bambang Noorsena

Surat Muhammad kepada Negus (Najasyi) al-Ashham,Raja Habshah


Surat Muhammad kepada Muqauqis, Penguasa Iskandariya

Sosok Muqawqis Dalam Sejarah Islam dan Gereja Orthodoks Koptik

Allah, Allah fi ahl adz adzimmi, ahl al-madarati as sauda'i as ssuhmi al-ji'adi,
faa inna lahum nasaba wa shihran. Artinya:Allah, dan Allah terhadap orang-
orang dzimmi, yaitu kaum Koptik di negeri yang banyak pepohonan, yang
berkulit hitam dan berambut ikal, karena sesungguhnya mereka adalah nasab
dan kerabatku (Hadits Muhammad SAW).[1]

Sejarah perjumpaan Islam dengan Gereja Orthodoks Koptik sudah dimulai


sejak jaman Nabi Muhammad masih hidup, dan selanjutnya kedua umat ini
dengan suasana persahabatan merajut masa depan bersama, meskipun diakui
kadang-kadang ada beberapa gesekan kecil-kecil yang lebih didorong oleh
faktor politik dalam rentangan panjang sejarahnya yang hampir empat ratus
tahun itu. Sumber sejarah Islam juga mencatat, bahwa istri ke-11 Nabi
Muhammad adalah seorang perempuan Kristen Koptik, yaitu Mariyah al-
Qibtiyah (Mary the Coptic), yang telah melahirkan baginya seorang laki-laki
bernama Ibrahim.[2] Gadis Mesir yang akhirnya dinikahi oleh Muhammad
itu adalah hadiah dari Muqauqis, pembesar Mesir yang menolak memeluk
Islam, tetapi menyambut seruan Muhammad dengan rasa simpatik dan
penuh persahabatan.

Sebagaimana diketahui, bahwa pada masa kehidupan Muhammad, kira-kira


pada masa-masa antara perjanjian Hudaibiyah hingga menjelang
kematiannya, Nabi umat Islam ini mengirimkan surat-surat dakwah kepada
raja-raja Arab maupun non-Arab untuk menerima Islam. Sebuah catatan
menarik dari Ibnu Hisyam patut dicatat di sini, bahwa Muhammad membagi
murid-muridnya untuk menyampaikan dakwah Islam kepada penguasa-
penguasa politik pada zamannya, sebagaimananya 'Isa al-Masih telah
mengutus al-hawariyun (rasul-rasul),[3] menyebarkan syiar Injil ke pelosok-
pelosok dunia. Dengan membandingkan perjalanan misi murid-murid 'Isa al-
Masih, lengkap dengan nama-nama dengan wilayah pelayanannya,[4] Ibn
Ishaq mencatat para utusan Nabi: Salt al-'Amir bin 'Abdu Syam diutus
kepada Haudhah bin 'Ali, penguasa Yamamah, Al-'Ala al-Hadrami kepada
Al-Mundhir bin Sawa, penguasa Bahrain, 'Amr bin 'Ash kepada Ja'far bin
Julanda dan 'Abbad, keduanya adalah pembesar Oman, Dihyah bin Khalifah
al-Kalbi al-Khazraji kepada Heraclius, Kaisar Roma dan Hatib bin Abu Balta'a
kepada Muqauqis, penguasa Iskandariya.

Surat Muhammad kepada Negus (Najasyi) al-Ashham,Raja Habshah

Menurut sumber-sumber sejarah Islam, diantara para penguasa Kristen yang


menanggapi positip seruan Muhammad adalah Najasyi al-Ashham dan
Muqauqis. Sikap ini menjadi awal hubungan yang sangat baik antara Islam
dan Kristen selanjutnya. Sebelum seruan kepada Muqauqis, ketika umat
Islam dalam keadaan kritis karena ditekan oleh kaum kafir Quraisyi, Negus
al-Ashham, raja Habsyah, negara Kristen yang wilayahnya pada waktu itu
secara yurisdiksi gerejani berada di bawah Gereja Orthodoks Koptik di Mesir,
telah mengulurkan tangan persahabatan untuk membantu umat Islam.
Meskipun historisitas surat-surat Muhammad itu dapat diterima, tetapi
kisah-kisah disekitar tanggapan penguasa-penguasa Kristen atas surat-surat
itu disajikan dengan varian perbedaan, sehingga diperlukan kajian kritis lebih
lanjut. Misalnya, beberapa riwayat menyajikan bahwa Negus (Najasyi)
akhirnya masuk Islam, ternyata masih menjadi perdebatan di kalangan
sejarahwan Islam sendiri.[5]

Meskipun demikian, surat Muhammad kepada Negus, menyajikan fakta


paling dini mengenai paham Kristologi Islam. Maksudnya, sekalipun pada
akhirnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan kristologi gereja,
tetapi berangkat dari dalil yang sama dengan Injil Yohanes yang menyebut
'Isa al-Masih sebagai Firman Allah (Arab:al-Kalimah) dan kelahiran
perawaniah (the virgin of birth) 'Isa dari Sayidatina Maryam melalui Roh
Allah. Dalam surat ini, setelah ditekankan keesaan Allah, maka disusunlah
pengakuan Muhammad akan 'Isa dalam format credo (syahadat) sebagai
berikut:
Wa ashhadu 'ana 'Isa bnu Maryama Ruhu llah wa Kalimatuhu al-qaha 'ila
Maryam al-Batuli al-thabiyah ath thahirah al-muthaharath al-hashinah.
Artinya: Dan aku bersaksi bahwa 'Isa Putra Maryam adalah Roh Allah dan
Firman-Nya yang dijatuhkan kepada Maryam, perawan yang baik, suci, lagi
memelihara diri.[6]

Membaca surat Muhammad di atas, baik orang Kristen maupun Islam dapat
lebih meningkatkan dialog-dialog teologis yang fair mengenai tema 'Isa
sebagai Kalimat Allah ini. Sebab baik klaim Kristen atas keilahian-Nya,
maupun Islam yang menerima kelahiran-Nya dari seorang perawan dan
sekaligus menegaskan penolakan atas kelahiran ilahi-Nya, sama-sama
berangkat dari gelar yang sama tersebut. Dan tidak boleh dilupakan, dan hal
itu agaknya didukung oleh data ini, bahwa sekalipun Islam menekankan
gelar 'Isa sebagai Firman Allah dan Ruh-Nya, tetapi tidak lebih dan tidak
kurang tetap menolak kelahiran Ilahi-Nya dari Allah (The Divine Birth of
Jesus Christ).[7]

Walaupun dalam hal ini Islam dan Kristen tidak mencapai titik temu, tetapi
ternyata tidak mengurangi sikap hormat Negus al-Ashham kepada
pandangan teologis kaum Muslimin tersebut. Inilah makna dialog yang
otentik, yaitu ketika seorang dapat menghormati perbedaan dan merayakan
perbedaan itu sebagai nilai azasi dalam kehidupan. Sikap simpatik Negus ini
direspon pula secara positip dengan sikap hormat yang sama oleh
Muhammad dan kaum Muslimin. Nabi Muhammad sendiri, ketika
mendengar kematian Negus, langsung mengadakan shalat ghaib bersama
sahabat-sahabatnya, bahkan peristiwa itu menjadi awal disyariatkannya
ibadah ini kepada kaum Muslimin.[8] Bahkan Ibnu Hisyam juga mencatat
riwayat bahwa Muhammad melihat ada cahaya dari pemakaman Najasyi.
Menurut Hasan Ibrahim, fakta-fakta ini menjelaskan kepada kita betapa
kaum Muslimin sangat mengagumi Najasyi.

Meskipun ada beberapa versi yang berbeda-beda dalam kitab-kitab tarikh,


tetapi surat Muhammad ini masih bisa dilacak historisitasnya. Karena baru-
baru ini manuskrip asli surat ini berhasil ditemukan kembali ini dan pernah
diumumkan oleh Raja Husein di Yordania, dan setelah dinyatakan
keasliannya kini disimpan di Museum Inggris. Lain halnya dengan surat
jawaban Najasyi dan kisah-kisah di seputar "masuk Islam"-nya Raja Habsyah
tersebut tidak ada bukti sejarah yang secara kuat mendukungnya.

Berikut ini teks surat Muhammad kepada Najasyi Al-Ashham, Raja Habsyah,
berdasarkan versi Sirah al-Halabiyah dalam bahasa Arab dan terjemahannya :
Artinya: "Dengan Nama Allah yang maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dari Muhammad Rasul Allah untuk Najasyi al-Ashham, Raja Habsyah.
Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu. Sesungguhnya aku
menyampaikan pujian kepada-Mu, Ya Allah, yang tidak ada ilah selain Dia,
yang mempunyai Kerajaan, Yang Mahasuci, Pemberi kesejahteraan,
kesentosaan dan Perlindungan. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya 'Isa
Putra Maryam adalah Roh Allah dan Firman-Nya yang disampaikan kepada
Perawan Maryam yang baik, suci dan disucikan, lagi memelihara dirinya.
Kemudian ia hamil mengandungkan 'Isa, dan Allah telah menciptakannya
dari Ruh-Nya dan meniupkannya, sebagaimana Allah menciptakan Adam
dan meniupkannya. Sesungguhnya aku menyerumu kepada Allah Yang
Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan agar selalu bersikap taat kepada-
Nya, lalu ikutlah aku dan berimanlah kepada yang aku bawa karena
sesungguhnya aku Rasul Allah. Aku telah mengutus kepadamu anak laki-laki
pamanku, yakni Ja'far, dan serombongan kaum Muslimin yang
menyertainya. Semoga keselamatan untuk orang yang mengikuti
petunjuk"[9]

Surat Muhammad kepada Muqauqis, Penguasa Iskandariya

Menurut Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, sebelum mengirimkan surat


dakwahnya Muhammad mengumpulkan para sahabatnya dan berkata:
Ya ayyuha an-nas, inna llaha khad ba'atsani rahmatu li an-nas kaffata faa lan
takhtalifu alayya kama akhtalafa al hawariyyuna 'ala 'Isa bni Maryam.
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya aku ini diutus Allah sebagai rahmat
bagi seluruh manusia, maka janganlah kamu menentangku sebagai kaum
Hawari menentang Isa bin Maryam."
Para sahabat mendengar sabda Muhammad itu, lalu bertanya: "Bagaimana
kaum hawariy menentang Isa, ya Rasulullah?" Nabi menjawab: "Da'ahum ila
alladzi da'utukum ilaihi faa amma man ba'atsahu mab'atsan qariban
faradhiya wasallama, wa amma man ba'atsahu mab'atsan baidan fakariha wa
wajhuhu wa tatsaqala. Artinya: "Isa memanggil mereka seperti aku
memanggilmu. Orang yang diutusnya ke tempat yang dekat rela dan
menerima dan orang yang diutusnya ke tempat yang jauh tidak senang air
mukanya dan merasa keberatan."[10]
Salah satu surat Muhammad dikirimkan kepada Al-Muqauqis,
Gubernur Mesir, dibawa oleh sahabat Hathib bin Ali Baltaa'. Bunyi teks asli
surat tersebut, menurut Sirat al-Halabiyah,[11] adalah sebagai berikut :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari
Muhammad Utusan Allah, kepada Muqawqis, Pembesar Qibthi (Mesir).
Kesejahteraan semoga atas orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya
aku berseru kepada engkau dengan seruan Islam, Islamlah engkau agar
engkau selamat. Allah akan memberi pahala engkau dua kali lipat. Maka, jika
engkau menolak, sesungguhnya atas engkaulah dosa segenap rakyat Qibthi.
Wahai Ahli Kitab, Marilah kepada suatu kalimat yang sama antar kami dan
engkau semua, yaitu janganlah kita mempersekutukan Dia dengan yang lain
beberapa Tuhan yang selain Allah. Jika kamu berpaling, katakanlah olehmu:
"Saksikanlah, bahwa sesungguhnya kami orang-orang Islam."[12]

Dalam sejarah Islam, surat dakwah Muhammad itu ditanggapi Muqawqis


dengan simpatik. Meskipun Muqawqis akhirnya menolak untuk masuk
Islam, tetapi ia menyambut ramah utusan Muhammad, dan ia mengirimkan 2
orang sahaya cantik, bernama Mariyah al-Qibthi dan Sirin al-Qibthi, 20 helai
kain sutra Mesir, seekor bighal kelabu bernama Dudul, dan beberapa hadiah
lainnya. Muhammad akhirnya mengambil Mariyah al-Qibthi sebagai istrinya,
sedangkan Sirin al-Qibthi dihadiahkan Muhammad kepada sahabatnya,
penyair Hassan bin Tsabit.

Balasan atas sambutan Muqawqis yang sangat ramah kepada utusan


Muhammad adalah sanjungan Muhammad kepada penduduk Mesir,
khususnya mereka yang berdarah Koptik, yang menurut wasiat Muhammad
agar penduduk Koptik itu diperlakukan dengan baik, sebagaimana yang
dicatat dalam sabdanya: Idza fatahtum mishra fastushu biahliha khairan, fain
lahum dzimmatu wa rahiman. Artinya: "Apabila kalian berhasil menaklukan
Mesir, maka wasiatkanlah hal-hal yang baik kepada penduduk Koptik,
karena mereka menanggung beban dan kekerabatan."[13]

Ketika berhasil menaklukkan Mesir, pidato pertama 'Amr bin al-'Ash


mengacu pada wasiat Muhammad tersebut, dan memperlakukan kaum
Koptik dengan sangat hormat.[14] Menurut sumber sejarah gereja Koptik
sendiri, 'Amr bin al-'Ash bersama pasukannya tiba di Mesir pada tanggal 12
bulan 'Baunah tahun 357 Anno Martyri (li diqladianus qatal asy syuhada'),
[15] kira-kira bertepatan dengan 26 Mei atau 24 Juni 640 Masehi.

Sosok Muqawqis Dalam Sejarah Islam dan Gereja Orthodoks Koptik

Dalam sejarah Islam, biasanya Muqawqis digambarkan dengan cukup


positip, mungkin karena sikapnya yang positip dalam menyambut utusan
Muhammad. Kenyataannya, sosok Muqawqis tidak seterang yang
digambarkan, ia merupakan sosok yang tetap misterius. Menurut sumber
sejarahwan Kristen Barat, ia lebih ditonjolkan sebagai seorang pengkhianat,
karena ditengah-tengah berkecamuknya perang antara Romawi dengan
Islam, ia sibuk menawarkan perundingan dengan 'Amr bin al-'Ash.[16]
Sebaliknya, di mata sejarahwan Islam ia dipandang sebagai, setidak-tidaknya,
seorang musuh yang baik dan tidak menyulitkan. Meskipun di beberapa
literatur tarikh digambarkan, Muqawqis sebenarnya menerima dakwah
Muhammad, tetapi ia lebih cinta kepada kedudukannya sebagai seorang
Gubernur.

Tetapi menurut ahli sejarah lain, Muqawqis sebenarnya tidak menerima


Islam, melainkan sejak semula sudah menyadari kekuatan Muhammad, dan
mempertimbangkan lebih baik menyerah sebelum dikalahkan secara tidak
hormat. Dan atas sikapnya ini, Kaisar Heraklius sangat marah dan memaki-
maki anak buahnya itu,[17] yang tidak lain adalah Gubernur sekaligus
Patriakh dari Gereja Orthodoks Yunani yang diangkat demi mengamankan
posisi politik Byzantium atas kontrol wilayah Mesir. Siapakah Muqawqis ini
menurut sejarahwan Gereja Koptik? Sosok ini tidak bisa dikenal tanpa
melihat latar belakang politik Byzantium atas Mesir, dan negara-negara
taklukannya di Timur Tengah pada umumnya.

Ketika menggantikan kaisar pendahulunya, Yustinianus I (527-565 M),


Heraklius (610-641) melanjutkan kebijakan politik uniformitas politik dan
agama atas daerah-daerah taklukkannya. Dalam rangka itu, ia mengangkat
Cyrus pada tahun 631 sebagai "prefek" atau kepala wilayah (Gubernur)
sekaligus Patriakh Gereja Orthodoks Yunani di seluruh Mesir. Cyrus
memaksa kaum Koptik yang menolak Konsili Kalsedon tahun 451 untuk
meninggalkan paham yang dituduh Monofisit itu. "Muqawqis", tulis Geston
Wiet, pada umumnya disetujui, ia adalah Cyrus, Patriakh Yunani yang
ditempatkan Heraklius sebagai administrator sipil negara di Mesir."[18]
Karena itu pula, Muqawqis sebenarnya bukan nama diri, melainkan sebuah
gelar atau jabatan. Menurut D.Goeje dan Karabacek gelar Muqawqis adalah
bentuk Arab dari gelar penghormatan dari bahasa Yunani megaukes (al-
Muktabir), sejajar dengan gelar megaloprepestatos, eudozotatos dan
eukleestatos yang berarti "Paduka Yang Mulia". Gelar-gelar ini ternyata
paralel dengan fragmen papyrus yang ditemukan di wilayah Mesir pada
zaman penaklukan Islam.[19]

Menurut beberapa sejarahwan, Muqawqis adalah seorang strategos, yang di


dalam bahasa Arab biasanya diterjemahkan dengan sahib al-mauna, atau
'amala al-mauna (perwira militer dan pemungut pajak bumi).[20] Salah satu
yang memudahkan penaklukan Mesir, adalah kenyataan beratnya pajak yang
harus oleh orang-orang Orthodoks Koptik yang dibebankan oleh pemerintah
Byzantium benar-benar dibenci oleh rakyat setempat. Karena itu, orang-orang
Koptik yang benar-benar tidak puas dengan kekuasaan Yunani telah siap
membantu penyerbu-penyerbu Islam.[21]

Menurut sumber sejarah Gereja Koptik, ketika Cyrus (Muqawqis) tiba di


Iskandaria yang diduduki oleh Anba Benyamin yang dipilih langsung oleh
rakyat Mesir, yang membawa misi dari Heraklius untuk memaksa rakyat
Mesir meninggalkan Kristologi non Kalsedonia mereka. Untuk itu, Cyrus
melakukan penganiayaan demi penganiayaan yang sangat keji. Akan tetapi
Patriakh Benyamin menerima visi Ilahi untuk segera meninggalkan
Iskandaria dan mengungsi ke padang-padang bersama dengan uskup-
uskupnya. Ketika, Muqawqis dengan tentaranya memasuki Iskandaria untuk
menangkap Benyamin, mereka tidak menemukannya, melainkan Menas,
saudara sang Patriakh sendiri, yang akhirnya ditangkap, disiksa dan dibunuh
dengan cara yang sangat keji.[22] Dalam masa penganiayaan imperium
Kristen Barat Byzantium atas Gereja Orthodoks Koptik (451-641 M), Menas
adalah martir pertama yang dibunuh ditangan Cyrus al-Muqawqis.[23]
Pembunuhan ini terjadi 6 tahun sebelum kedatangan pasukan Islam yang
dipimpin oleh 'Amr bin al-'Ash. Dalam suasana seperti itu perebutan
kekuasaan Islam dari tangan Byzantium tidak mendapatkan kesulitan yang
berarti, lebih-lebih karena dukungan orang-orang Kristen Koptik yang
menghendaki perubahan kekuasaan dalam keadaan apapun juga.

Dalam pertempuran ini, Islam tampil sebagai pemenang dan Cyrus


menandatangani perjanjian damai. Mesir diwajibkan membayar pajak
(jizyah) kepada pemerintahan Islam dengan imbalan kebebasan beragama.
Namun kebebasan ini tidak hanya dinikmati oleh orang-orang Orthodoks
Yunani yang dipimpinnya, tetapi terutama oleh orang-orang Orthodoks
Koptik yang selama itu ditindasnya. Islam sendiri tidak membedakan
perbedaan madzab dikalangan Kristen, mereka lebih tertarik memanfaatkan
hasil propinsi taklukannya, ketimbang mencampuri urusan agama. Harus
dicatat, penaklukan Mesir oleh tangan Islam itu, bagi orang-orang Orthodoks
Koptik justru merupakan kebebasan Mesir dari penindasan Byzantium.
Dikisahkan bahwa setelah kemenangannya, 'Amr bin al-Ash menanyakan
keberadaan Anba Benyamin: "Saya tidak melihat Hamba Allah yang saleh
dan mulia yang pernah saya jumpai di seluruh wilayah Mesir."[24]

Maka Anba Benyamin akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya,


setelah sebagian besar kaum Orthodoks Yunani diantarkan oleh pasukan
Islam untuk meninggalkan Mesir menuju Cyprus.[25] Sedangkan dari kaum
Melkit Yunani itu, bila menghendaki mereka diijinkan tinggal di Mesir
dengan syarat mereka diizinkan tinggal di Mesir dengan syarat mereka
mereka harus menerima ketentuan pemerintah Islam, termasuk membayar
jizyah dan bersedia hidup berdampingan dengan Islam dan kaum Orthodoks
Koptik, yang melalui pemerintahan Islam tersebut. Sejak saat itu kaum
Koptik menjalani kebebasan beragama, bahkan gereja-gereja dan biara-biara
mereka yang selama itu dirampas Byzantium, dikembalikan kepada mereka
oleh pemerintah Islam.
Hubungan baik Islam dengan kaum Koptik itu selanjutnya berjalan cukup
harmonis, meskipun orang Kristen Barat dan kaum fundamentalis Islam acap
kali menodai hubungan kekerabatan itu.

[1] Abu Muhammad Ibn Hisyam, Sirah An Nabawiyah li Ibn Hisyam Juzz I
(Dimasyq: Dar al-Khair, 1412 H/1992 M),h.7.
[2] Aisyah Bintusy Syathi, Istri-istri Nabi: Fenomena Poligami Di Mata
Seorang Tokoh Wanita (Jakarta: Pustaka Mantiq, 1998). Menurut sejarah
turunnya surah 66 At Tahrim juga untuk membela Mariyah al-Qibtiyah dari
serangan istri-istri Muhammad, terutama 'Aisyah. Diriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad menyetubuhi Mariyah di rumah Hafsah bin Umar bin Khattab,
istrinya. Hafsah protes. Tetapi Nabi berkata: "Apakah anda tidak puas jika
kuharamkan Mariyah dan tidak kudekati lagi?" Jawab Hafsah: "Baiklah". Lalu
sabda Nabi: "Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun". Tetapi akhirnya
Hafsah menceritakannya kepada Aisyah, dan menyebabkan kehebohan di
rumah tangga Muhammad. Maka turunlah teguran Allah kepada
Muhammad: Ya Ayyuhan Nabi, lamtahrimu maa ahalla llahu laka, yabtaghi
mardhatu azwajika, wa llahu ghafurur rahim. Artinya: "Wahai Nabi,
mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah bagimu
semata-mata karena mengambil hati istrimu. Dan Allah Pengampun dan
Penyayang" (Surah At Tahrim/66:1).Lihat: Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an
al-'Azhim. Jilid IV (Beirut: Dar al-Fiqr, 1412 H/1992 M),h. 464-465.

[3] Kata Arab al-Hawariyun adalah pinjaman dari bahasa Habsyah (Ethiopia)
yang artinya "utusan-utusan, rasul-rasul". Lih. Arthur Jefferey, The Foreign
Vocabulary of the Qur'an (Lahore: Al-Bintuni, 1977). Dalam makna Kristen,
istilah ini diterapkan bagi murid-murid Yesus, bukan kepada Nabi-nabi yang
menerima wahyu Allah, seperti yang digunakan dalam Islam. Istilah
"Hawari" paralel dengan istilah Ibrani sheliah, yang dalam konteks agama
Yahudi pra-Kristen diterapkan bagi "utusan-utusan dari Kohen (Imam) di
Bait Allah maupun sinagoge". Dalam Iman Kristen Yesus adalah Imam Besar
dan murid-muridNya adalah sheliah (utusan-utusan) yang membantu
pekerjaanNya.

[4] Teks lengkap dalam bahasa Arab, lengkap dengan terjemahannya dalam
bahasa Indonesia sebagai berikut: Artinya: "Dan 'Isa Putra Maryam as.
Mengirimkan murid-muridNya dan generasi kedua setelah kaum Hawari itu
menyebar ke pelosok-pelosok dunia: Petrus sang Murid (dan Paulus yang
berasal dari masa belakangan, dan tidak termasuk murid langsung Yesus) ke
Roma, Andreas dan Matius ke tanah kanibal, Tomas ke Babel dan wilayah
sebelah timur, Filipus ke Kartago di wilayah Afrika, Yohanes ke Efesus, kota
kaum muda Ashhab al-Kahfi, Yakobus ke Yerusalem, yaitu Ilya atau kota Bait
al-Maqdis, Bartolomeus ke negeri Arab, yaitu wilayah Hijaz, Simon ke
wilayah Barbar, dan Yahuda yang tidak lagi menjadi murid-murid Yesus, dan
posisinya digantikan oleh Yudas (Matias, penulis)". Lih. Sirah Nabawiyah li
Ibn Hisyam, Juzz IV, h.192.

[5] Menurut Dr.Hasan Ibrahim Hasan, Guru Besar Islam di Universitas Kairo,
kisah masuk Islamnya Najasyi ini sangat dipengaruhi oleh sikap raja Kristen
yang sangat simpatik kepada delegasi Islam Mekah. Malahan pula, ketika
kaum Musyrikin Mekah mengirim delegasi kepadanya untuk orang-orang
Muslim yang mengungsi ke Habsyah, dengan tegas Najasyi menolak dan
tetap melindungi kaum Muslim. Kisah-kisah masuk Islamnya Negus sangat
meragukan, karena Islam tidak muncul di Habsyah sesudah peristiwa itu
melainkan baru pada masa-masa belakangan. Hal ini didukung oleh riwayat
Ath Thabari dan Ibnu Atsir yang menceritakan bahwa pada masa Kalifah
Umar orang Habsyah masih menyerang perbatasan negeri kaum Muslim,
sehingga Umar mengirimkan 'Alqamah bin Mujzar al Mudallaj bersama
kaum Muslim untuk mengadakan patroli di laut. Lih. Hasan Ibrahim Hasan,
Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid I (Jakarta: Kalam Mulia,2002),h.316-317.

[6] K.H Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 4


(Jakarta: Gema Insani, 2001), h.93. Buku ini memuat surat Muhammad
kepada Najasyi menurut ulama ahli tarikh Sirah al-Halabiyah. Al-
Qalqashyandi, dalam kitabnya Shubh al-A'sya. Jilid VI, memuat versi yang
lebih singkat. Ibid, h.305.

[7] Berbeda dengan kesimpulan Gereja bahwa Firman Allah yang diterapkan
bagi Yesus itu bersifat qadim (kekal) dan ghayr al-makhluq (bukan ciptaan),
sebagaimana akhirnya ilmu Kalam Islam menerapkannya dalil paralel
kepada al-Qur'an sebagai Kalam Allah yang kekal, dalam surat Muhammad
kepada Najasyi ini ditekankan bahwa kalimah yang diterapkan bagi 'Isa itu
bersifat muhdish (baru). Hal ini tampak dari ungkapan faahamalat bi 'Isa,
khalaqa llahu min ruhihi wa nafkhihi kamma khalaqa Adama biyadihi wa
nafkhihi (Maka dikandungnya 'Isa, dan Allah menciptakan 'Isa dari Ruh dan
tiupan-Nya, sebagaimana penciptaan Adam dari tangan dari tiupan-Nya).
K.H.Moenawa Khalil, Op.Cit, h.94.

[8] Khalid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad (Jakarta: Gema Insani
Press, 1990),h.24.

[9] Ibid, h.94-95.

[10] Ibn Hisyam, Op.Cit.h.192.

[11] Surat ini diriwayatkan oleh sebagian ulama tarikh tetapi menurut al-
Wakidi bunyi surat yang dikirimkan kepada al-Muqawqis tidak seperti itu
melainkan lebih ringkas lagi. Mengenai murid Yesus yang diutus ke tempat
yang jauh, maksudnya Tomas yang menolak diutus ke India sebagaimana
dicatat dalam buku-buku sejarah gereja abad permulaan, yang rupanya
cukup dikenal Ibnu Hisyam. Dalam kisah itu, Rasul Tomas, atas ijin Tuhan,
akhirnya dijual sebagai seorang budak raja Gundhapur, dan justru menjadi
awal berdirinya 7 gereja Syria di India Selatan.

[12] K.H.Moenawar Chalil, Op.Cit.h.95.

[13] Ibnu Hisyam, Op.Cit,h.9-10.

[14] A.Wessels, Arab and Christian? Christian in the Middle East (Kampen,
Netherland: Kok Parhos Publishing House, 1995), p.130.s
[15] Anna Martyri adalah tahun Koptik yang dihitung dari masa
penganiayaan imperium Romawi atas Kekristenan, yang berpuncak pada
masa Kaisar Dakhius tahun 284 Masehi. Lih. B.T.A. Evetts (ed), The Churches
and Monasteries of Egypt and Some Neighouring Countries. Attributed to
Abu Salih, The Armenian (Oxford: At The Clarendon Press, 1969),p.79.

[16] "Siapakah persisnya Muqawqis si pengkhianat ini? Ia tidak lain Cyrus,


Patriakh Yunani itu, ataukah sosok imajiner belaka?", begitu sejarahwan Pere
de Henaut, seperti dikutip oleh Iris Habib al-Misri, The Story of the Copts
(Kairo: The Middle East Council of Churches, tanpa tahun),h.277-278.

[17] Hasan Ibrahim Hasan, Op.Cit, h.313-315.

[18] Iris Habib al-Masri, Op. Cit,h.280.

[19] Ibid, h.82

[20] Ibid.

[21] Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1988),h.42.

[22] Azis S.Atiya, History of Eastern Christianity (Notre Dame, Indiana:


University of Notre Dame Press, tanpa tahun), p.80-81.

[23] Irish Habib al-Misri, Op.Cit, h.279.

[24] Irish Habib al-Misri, Op.Cit,h.281.

[25] Anton Wessels, Loc.Cit.

Anda mungkin juga menyukai