Anda di halaman 1dari 17

SPR 2400

Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) 2400 ini adalah untuk menetapkan standar dan
menyediakan panduan tentang tanggung jawab profesional praktisi ketika seorang praktisi, yang
bukan merupakan auditor suatu entitas, melaksanakan suatu perikatan untuk mereviu laporan
keuangan dan tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh praktisi tersebut dalam kaitan
dengan reviu tersebut. Seorang praktisi, yang merupakan auditor entitas tertentu, membuat
perikatan untuk mereviu informasi keuangan interim berdasarkan SPR 2410, “Reviu atas
Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas.”
SPR ini ditujukan untuk reviu atas laporan keuangan. Namun, standar ini harus
diterapkan, disesuaikan sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan kondisi, untuk perikatan
reviu selain informasi keuangan historis. Panduan Standar Audit (“SA”) dapat bermanfaat bagi
praktisi dalam menerapkan SPR ini.
Tujuan suatu reviu atas laporan keuangan adalah untuk memungkinkan seorang praktisi
menyatakan apakah, atas dasar prosedur yang tidak menyediakan semua bukti sebagaimana
disyaratkan dalam suatu audit, terdapat halhal yang menjadi perhatian praktisi yang menyebabkan
praktisi yakin bahwa laporan keuangan tersebut tidak disajikan, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (keyakinan bentuk negatif).
Praktisi harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia. Prinsip etika yang mengatur tanggung jawab profesional praktisi adalah:
a) Independensi;
b) Integritas;
c) Objektivitas;
d) Kompetensi dan kecermatan profesional;
e) Kerahasiaan;
f) Perilaku profesional; dan
g) Standar teknis.

Praktisi harus melaksanakan suatu reviu berdasarkan SPR ini. Praktisi harus merencanakan
dan melaksanakan reviu dengan suatu sikap skeptisisme profesional dan menyadari bahwa
mungkin terdapat kondisi yang menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material. Untuk tujuan menyatakan keyakinan bentuk negatif dalam laporan reviu, praktisi harus
memperoleh bukti yang cukup dan tepat terutama melalui permintaan keterangan dan prosedur
analitis agar dapat menarik kesimpulan.
Istilah “ruang lingkup reviu” mengacu kepada prosedur reviu yang dipandang perlu
sesuai dengan kondisi untuk mencapai tujuan reviu. Prosedur yang disyaratkan untuk
melaksanakan suatu reviu atas laporan keuangan harus ditentukan oleh praktisi dengan
mempertimbangkan ketentuan SPR ini, badan profesional yang relevan, peraturan perundangundangan,
dan jika relevan, ketentuan perikatan reviu dan ketentuan pelaporan.

Suatu perikatan reviu memberikan tingkat keyakinan moderat bahwa informasi yang
direviu adalah bebas dari kesalahan penyajian material, hal ini dinyatakan dalam keyakinan
bentuk negatif.

Praktisi dan klien harus menyepakati persyaratan dalam perikatan. Persyaratan yang telah
disepakati akan dicatat dalam suatu surat perikatan atau bentuk lain yang cocok, seperti sebuah
kontrak.
Suatu surat perikatan akan membantu dalam perencanaan pekerjaan reviu. Hal ini
menjadi kepentingan praktisi maupun kliennya bahwa praktisi menyampaikan suatu surat
perikatan kepada kliennya yang mendokumentasikan ketentuan utama penunjukan. Suatu surat
perikatan menegaskan penerimaan penunjukan oleh praktisi dan membantu menghindari
kesalahpahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan tujuan dan ruang lingkup perikatan, luas
tanggung jawab praktisi, dan bentuk laporan yang harus diterbitkan. Hal-hal yang akan
dicantumkan dalam surat perikatan mencakup:

 Tujuan jasa yang akan dilaksanakan.


 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
 Ruang lingkup reviu, termasuk pengacuan ke SPR ini (atau standar dan praktik
yang relevan untuk perikatan reviu).
 Akses tidak terbatas ke catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang diminta
berkaitan dengan reviu.
 Suatu contoh laporan yang diharapkan akan diserahkan.
 Fakta bahwa perikatan tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan kesalahan,
tindakan melanggar hukum, atau ketidakberesan lain, sebagai contoh, kecurangan
atau pemalsuan yang kemungkinan ada.
 Pernyataan bahwa suatu audit tidak dilaksanakan dan bahwa opini audit tidak
akan dinyatakan. Untuk menekankan butir ini dan untuk menghindari
kebingungan, praktisi dapat juga mempertimbangkan untuk membuat pernyataan
bahwa suatu perikatan reviu tidak akan memenuhi ketentuan statutori atau pihak
ketiga atas suatu audit. Suatu contoh surat perikatan untuk suatu reviu atas
laporan keuangan tercantum pada Lampiran 1 SPR ini. (Ref: Para. A10)

Praktisi harus merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga suatu perikatan


yang efektif akan dilaksanakan. Dalam merencanakan suatu reviu atas laporan keuangan, praktisi
harus memperoleh atau memutakhirkan pengetahuannya tentang bisnis termasuk pertimbangan
tentang organisasi entitas, sistem akuntansi, karakteristik operasi dan sifat aset, liabilitas,
pendapatan, dan bebannya. Praktisi perlu memiliki suatu pemahaman tentang halhal tersebut dan
hal-hal lain yang relevan dengan laporan keuangan, sebagai contoh, suatu pengetahuan tentang
metode produksi dan distribusi, lini produk, lokasi operasi, dan pihak yang berelasi entitas.
Praktisi memperoleh pemahaman ini untuk mampu membuat permintaan keterangan relevan dan
untuk merancang prosedur yang tepat, begitu juga untuk menilai respons dan informasi lain yang
diperoleh. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain ketika menggunakan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh praktisi lain atau pakar, praktisi harus puas bahwa pekerjaan semacam itu adalah
memadai untuk tujuan reviu.

Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang penting dalam penyediaan bukti untuk
mendukung laporan reviu, dan bukti bahwa reviu telah dilaksanakan berdasarkan SPR ini.

Praktisi harus menerapkan pertimbangan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
reviu secara spesifik. Praktisi akan dipandu dengan hal-hal berikut:
 Pengetahuan yang diperoleh ketika melaksanakan audit atau reviu atas laporan keuangan
periode lalu.
 Pengetahuan praktisi tentang bisnis termasuk pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
praktik akuntansi industri yang di dalamnya entitas beroperasi.
 Sistem akuntansi entitas.
 Luas suatu unsur tertentu dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen.
 Materialitas transaksi dan saldo akun.

Praktisi harus menerapkan tingkat pertimbangan materialitas yang sama sebagaimana


yang akan diterapkan jika suatu opini audit atas laporan keuangan diberikan. Meskipun terdapat
risiko yang lebih besar bahwa kesalahan penyajian akan tidak terdeteksi dalam reviu
dibandingkan dalam audit, pertimbangan tentang apa yang material dibuat dengan mengacu
kepada informasi yang digunakan oleh praktisi dalam membuat laporannya dan kebutuhan pihak
yang mengandalkan pada informasi tersebut, bukan pada tingkat keyakinan yang diberikan.

Prosedur untuk mereviu laporan keuangan umumnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis entitas dan industri yang di dalamnya
entitas beroperasi.
 Meminta keterangan tentang prinsip dan praktik akuntansi entitas.
 Meminta keterangan tentang prosedur entitas untuk mencatat, menggolongkan, dan
meringkas transaksi, mengumpulkan informasi untuk diungkapkan dalam laporan
keuangan dan menyusun laporan keuangan.
 Meminta keterangan berkaitan dengan seluruh asersi material dalam laporan keuangan.
 Prosedur analitis dirancang untuk mengidentifikasi hubungan dan unsur-unsur individual
yang tampak tidak biasa. Prosedur tersebut mencakup:
o Membandingkan laporan keuangan periode kini dengan periode sebelumnya.

o Membandingkan laporan keuangan dengan hasil dan posisi keuangan yang


diharapkan.
o Mempelajari hubungan unsur-unsur laporan keuangan yang akan diharapkan
sesuai dengan pola yang dapat diprediksikan berdasarkan pengalaman entitas atau
norma industri. Dalam menerapkan prosedur ini, praktisi akan
mempertimbangkan jenis hal-hal yang memerlukan penyesuaian akuntansi dalam
periode yang lalu.
 Meminta keterangan tentang tindakan yang diambil pada rapat pemegang saham, dewan
komisaris, komite-komite dalam dewan komisaris, dan rapat lain yang berdampak
terhadap laporan keuangan.
 Membaca laporan keuangan untuk mempertimbangkan, berdasarkan informasi yang
menjadi perhatian praktisi, apakah laporan keuangan sesuai dengan basis akuntansi yang
telah ditetapkan.
 Memperoleh laporan dari praktisi lain, jika ada dan jika dipertimbangkan perlu, yang
telah melakukan audit atau reviu laporan keuangan komponen dari entitas.
 Meminta keterangan kepada orang-orang yang mempunyai tanggung jawab atas
keuangan dan akuntansi berkaitan dengan hal-hal, sebagai contoh:
o Apakah semua transaksi telah dicatat.
o Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan basis akuntansi yang
ditetapkan.
o Perubahan dalam aktivitas bisnis entitas dan prinsip serta praktik akuntansi
entitas.
o Hal-hal yang telah menimbulkan pertanyaan sepanjang penerapan prosedur-
prosedur di atas.
o Pemerolehan representasi tertulis dari manajemen bila dipertimbangkan tepat.

SPR ini menyediakan suatu ilustrasi daftar prosedur yang umumnya digunakan. Daftar
tersebut tidak meliputi semua prosedur, atau tidak dimaksudkan untuk mencakup semua prosedur
yang disarankan untuk diterapkan pada semua perikatan reviu.
Praktisi harus meminta keterangan tentang peristiwa setelah tanggal laporan keuangan
yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Praktisi tidak
bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur untuk mengidentifikasi peristiwa yang terjadi
setelah tanggal laporan reviu.
Jika praktisi memiliki alasan untuk meyakini bahwa informasi yang direviu kemungkinan
mengandung kesalahan penyajian material, praktisi harus melaksanakan prosedur tambahan atau
lebih luas sebagaimana yang diperlukan untuk mampu menyatakan keyakinan bentuk negatif atau
untuk mengonfirmasi bahwa suatu laporan modifikasian diharuskan.
Laporan reviu harus berisi suatu pernyataan tertulis yang jelas tentang keyakinan bentuk
negatif. Praktisi harus mereviu dan menilai kesimpulan yang ditarik dari bukti yang diperoleh
sebagai basis untuk menyatakan keyakinan bentuk negatif.
Berdasarkan pekerjaan yang telah dilaksanakan, praktisi harus menilai apakah terdapat
informasi yang diperoleh selama reviu mengindikasikan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Laporan reviu atas laporan keuangan menjelaskan ruang lingkup perikatan untuk
memungkinkan pembaca memahami sifat pekerjaan yang dilaksanakan dan memperjelas bahwa
suatu audit tidak dilaksanakan dan, oleh karena itu, suatu opini audit tidak dinyatakan.
Laporan reviu atas laporan keuangan harus berisi unsurunsur pokok berikut, umumnya dengan
tata letak sebagai berikut:
a) Judul;
b) Pihak yang dituju;
c) Paragraf pembuka atau pendahuluan, mencakup:
(i) Identifikasi laporan keuangan yang telah direviu; dan
(ii) Suatu pernyataan tentang tanggung jawab manajemen entitas dan
tanggung jawab praktisi;
d) Paragraf ruang lingkup, yang menjelaskan sifat suatu reviu, yang mencakup:
i. Suatu pengacuan ke SPR yang berlaku untuk perikatan reviu atau standar
atau praktik lain yang relevan;
ii. Suatu pernyataan bahwa suatu reviu terbatas terutama pada permintaan
keterangan dan prosedur analitis; dan
iii. Suatu pernyataan bahwa suatu audit tidak dilaksanakan, dan prosedur yang
dilaksanakan memberikan keyakinan yang lebih rendah daripada suatu audit
dan suatu opini audit tidak dinyatakan;
e) Pernyataan keyakinan bentuk negatif;
f) Nama Kantor Akuntan Publik; tanda tangan Akuntan Publik; nama Akuntan
Publik; nomor registrasiAkuntan Publik; nomor registrasi Kantor Akuntan Publik
(jika tidak tercantum dalam kop surat);
g) Tanggal laporan dan alamat Kantor Akuntan Publik (jika tidak tercantum dalam
kop surat). Lampiran 3 dan 4 SPR ini berisi ilustrasi laporan reviu.
2. Laporan reviu harus:
a. Menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang menjadi perhatian praktisi berdasarkan
reviu yang menyebabkan praktisi yakin bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku (keyakinan bentuk negatif); atau
b. Jika terdapat hal-hal yang menjadi perhatian praktisi, jelaskan hal-hal tersebut
yang mengakibatkan praktisi tidak dapat menyatakan bahwa laporan keuangan
tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, kecuali jika tidak praktis,
suatu kuantifikasi dampak yang mungkin atas laporan keuangan, atau:
i. Menyatakan bahwa suatu pengecualian atas keyakinan bentuk negatif
diberikan
ii. Ketika dampak hal tersebut sedemikian material dan pervasif terhadap
laporan keuangan yang mengakibatkan praktisi menyimpulkan bahwa suatu
pengecualian atas keyakinan bentuk negatif tidak cukup untuk
mengungkapkan sifat menyesatkan atau tidak lengkap, maka praktisi
memberi suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
c. Jika terdapat suatu pembatasan material terhadap ruang lingkup, jelaskan
pembatasan tersebut dan:
1. Menyatakan bahwa suatu pengecualian atas keyakinan bentuk negatif
diberikan berkaitan dengan kemungkinan penyesuaian terhadap laporan
keuangan yang mungkin perlu dilakukan jika pembatasan tersebut tidak ada
2. Jika dampak potensial pembatasan tersebut sedemikian signifikan dan
pervasif yang menurut kesimpulan praktisi menyebabkan tidak ada tingkat
keyakinan yang dapat diberikan, praktisi tidak memberikan keyakinan apa
pun.
3. Praktisi harus memberi tanggal laporan reviunya dengan tanggal selesainya reviu, yang
mencakup pelaksanaan prosedur yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sampai
tanggal laporan tersebut. Namun, oleh karena tanggung jawab praktisi adalah melaporkan
atas laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh manajemen, praktisi tidak boleh
memberi tanggal laporan reviunya lebih awal dari tanggal laporan keuangan yang
disahkan oleh manajemen.
Definisi untuk tujuan SA (Standar Audit) 240
Kecurangan : suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam
manajemen, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang
melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adilatau
melanggar hukum. Faktor risiko kecurangan : peristiwa atau kondisi yang menunjukkan adanya
insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk melakukan
kecurangan.

Tujuan auditor adalah untuk :


1. Mengindetifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang diakibatkan oleh kecurangan.
2. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, melalui perancangan dan
implementasi respons yang tepat, dan
3. Memberikan respons terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang diidentifikasi
selama audit.

Ketentuan Skeptisisme Profesional


Berdasarkan SA 200, audit harus mempertahankan skeptisisme professional sepanjang
audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dapat terjadi. Jika kondisi yang diidentifikasi selama audit menyebabkan auditor yakin
bahwa suatu dokumen mungkin tidak asli atau suatu kondisi dalam dokumen telah dimodifikasi
namun tidak diungkapkan keoadanya, auditor harus menginvestigasi lebih lanjut. Jika respons yang
diperoleh dari permintaan keterangan kepada manajemen atau pihak yang bertanggung jawab, atau
juga pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang tidak konsisten, auditor harus melakukan
investigasi lebih lanjut terhadap dalam konsistensi tersebut.

Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait :


1. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen.
2. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3. Hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang teridentifikasi
4. Pengevaluasian terhadap faktor risiko kecurangan
Identifikasi dan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan :
1. Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan, dan pada tingkat asersi untuk
golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
2. Ketika mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan, auditor harus mengevaluasi tipe pendapatan, transaksi pendapatan, atau
asersi yang menimbulkan risiko kecurangan tersebut.
3. Auditor harus memperlakukan hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan sebagai risiko signifikan.

Menentukan respons terhadap hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan auditor harus :
1. Menugasi dan mengawasi personel dengan mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan
kemampuan individual mereka untuk diberi tanggung jawab perikatan signifikan dan penilaian
auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan untuk
perikatan tersebut.
2. Mengevaluasi apakah pemilihan dan penerpan kebijakan akuntansi oleh entitas, terutama yang
berkaitan dengan pengukuran transaksi yang subjektif dan transaksi yang komplek.

Tanpa memperhatikan penilaian auditor atas risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen,
auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk:
1. Menguji ketepatan entri jurnal yang tercatat dalam buku besar dan penyesuaian lain yang
dibuat dalam penyusunan laporan keuangan.
2. Menelaah estimasi akuntansi untuk menemukan hal bias dan mengevaluasi apakah kondisi
yang menyebabkan hal bias tersebut, jika ada merupakan risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan.
3. Bagi transaksi signifikan diluar aktivitas bisnis normal entitas, atau yang sebaliknya terlihat
tidak biasa

Pengevaluasian terhadap bukti audit :


1. Auditor harus mengevaluasi apakah prosedur analitis yang dilaksanakan berdekatan dengan
akhir audit ketika membentuk kesimpulan secara keseluruhan.
2. Jika auditor mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian, auditor harus mengevaluasi apakah
kesalahan penyajian tersebut mengindikasikan suatu kecurangan.
3. Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian, baik material atau tidak, dan
auditor memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin merupakan atau akibat dari
kecurangan dan bahwa manjemen terlibat didalamnya, maka auditor harus mengevaluasi ulang
penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan
dampaknya terhadap audit.

Ketidak mampuan audit untuk melanjutkan perikatan


Jika sebagai akibat kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan atau dugaan
kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor untuk
melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan maka auditor harus : “Menentukan tanggung jawab
professional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi tersebut, termasuk apakah ada
ketentuan bagi auditor untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat
perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus, kepada badan pengatur”.

Jika auditor menarik diri dari perikatn auditor harus :


1. Membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang penarikan diri auditor dari perikatan alasannya, dan
2. Menentukan apakah ada ketentuan professional atau hukum untuk melapor kepada individu
atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus, kepada
badan pengatur tentang penarikan diri dari auditor dari perikatan dan alasannya.

Representasi tertulis :
Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang:
Mereka menyatakan tanggung jawab mereka untuk merancang, mengimplementasikan, dan
memelihara pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
1. Mereka telah mengungkapkan kapada auditor, hasil penilaian manajemen atas risiko
laporan keuangan yang mengandung kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan.
2. Mereka mengungkapkan kepada auditor pengetahuan mereka mengenai kecurangan atau
dugaan kecurangan yang mempengaruhi entitas, yang melibatkan.

Dokumentasi :
1. Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit tentang pemahaman
auditor atas entitas dan lingkungan serta penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
disyaratkan oleh SA 315.
2. Audit tentang respons auditor atas risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material,
yang disyaratkan oleh SA 330.
3. Komunikasi tentang kecurangan yang telah dilakukan dengan manajemen, pihak yang
betanggung jwab atas tata kelola, badan pengatur dan pihak-pihak lainnya.
4. Jika auditor telah menyimpulkan bahwa adanya dugaan adanya risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan terkait dengan pengakuan pendapatan tidak
dapat berlaku dalam kondisi perikatan, maka auditor harus mencantumkan dalam
dokumentasi audit alasan yang mendasari kesimpulan tersebut.

Karakteristik kecurangan :
1. Kecurangan, apakah dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan asset, mencangkup
insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, peluang untuk melakukannya, dan
membenarkan atas tindakan tersebut.
2. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup kesalahan penyajian yang
disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk mempengaruhi persepsi pengguna laporan keuangan.
3. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan, manipulasi,
menghilangkan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan dan penerapan salah yang
disengaja atas prinsip akuntansi.
4. Pelaporan yang mengandung kecurangan sering kali melibatkan pengabaian pengendalian
oleh manajemen walaupun pengendalian tersebut tampak beroperasi dengan efektif.
5. Penyalah gunakan aset mencakup pencurian aset entitas dan sering kali dilakukan oleh
karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak material.

Pertimbangan spesifik atas entitas sector public :


“Tanggung jawab auditor sector publik mungkin tidak terbatas pada pertimbangan atas
risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, tetapi juga dapat meliputi tanggung
jawab lebih luas untuk mempertimbangkan risiko kecurangan”.

Skeptisisme Profesional
Untuk mempertahankan skeptisisme professional diperlukan pengajuan pertanyaan secara
berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti udt yang telah diperoleh memberi petunjuk
bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan yang mungkin terjadi.
Mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, karena
kondisi mungkin berubah. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan SA jarang mencakup
pembuktian keaslian dokumen apabila auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan auditor
percaya bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal dalam dokumen tersebut telah
dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor maka prosedur yang mungkin dilaksanakan
untuk menginvestigasi lebih lanjut.
Mendiskusikan kerentanan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
tindak kecurangan dalam laporan keuangan entitas dengan tim perikatan:
1. Memberika kesempatan bagi anggota tim perentanrikatan yang lebih berpengalamanuntuk
berbagi wawasan mereka tentang bagaimana dan diera mana laporan keuangan mungkin
rentan terjadi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
2. Memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan respons yang tepat terhadap kerentanan
tersebut untuk anggota tim perikatan yang akan melaksanakan prosedur audit tertentu.
3. Memperkenankan auditor untuk menentukan bagaimana hasil prosedur audit akan dibagi
diantara tim perikatan dan bagaimana merespons dugaan kecurangan yang mungkin
menjadi perhatian auditor.

Diskusi tersebut dapat meliputi hal-hal sebagai berikut :


1. Pertukaran ide diantara anggota tim perikatan tentang bagaimana dan di area mana dalam
laporan keuangan yang mereka yakini terdapat kesalahan penyajian.
2. Pertimbangan atas kondisi yang mungkin mengindikasi adanya pengaturan laba dan praktik
yang mungkin dilakukan oleh manajemen untuk mengatur laba.
3. Pertimbangan adanya faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi entitas.
4. Perimbangan atas keterlibatan manajemen dalam mengawasi karyawan yang memiliki akses ke
kas atau aset lainnya yang rentan untuk disalahgunakan.
5. Pertimbangan tentang adanya perubahan dalam tingkah laku atau gaya hidup manajemen atau
karyawan yang tidak biasa.
6. Penekanan pentingnya untuk tetap waspada selama audit.
7. Pertimbangan tentang kondisi-kondisi yang, jika dihadapi mungkin mengindikasikan adanya
kecurangan.

Pertimbangan spesifik bagi entitas yang lebih kecil


Dalam beberapa entitas, terutama enttas yang lebih kecil, focus penelitian manajemen mungkin
terletak pada risiko kecurangan yng dilakukan oleh karyawan atau penyalahgunn aset. Pihak-pihak
lain dalam entitas yang dapat dimintai keterangan secara langsung oleh auditor mengenai adanya
dugaan kecurangan, yaitu :
1. Personal operasi yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pelaporan
keuangan.
2. Karyawan dengan tingkat wewenang yang berbeda.
3. Karyawn yang terlibat dalam instansi pemrosesan atau pencatatan transaksi yang
rumit atau tidak biasa dan pihak yang mengawasi atau memantau karyawan
tersebut.
4. Penasihat hukum internal entitas.
5. Direktur etika atau pihak yang setara.
6. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menghadapi dugaan kecurangan.

Penugasan dan supervise personel


Auditor dapat memberikan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang teridentifikasi
yang diakibatkan oleh kecurangan dengan cara, sebagai contoh: menugasi personel tambahan
dengan keahlian dan pengetahuan khusus, seperti ahli forensic dan ahli teknologi informasi atau
dengan menugasi individu-individu yang berpengalaman dalam perikatan tersebut.

Tidak dapat diprediksi dalam pemilihan proses audit :


Melaksanakan prosedur substantive terhadap saldo akun dan asersi-asersi yang tidak terpilih untuk
dilakukan pengujian berdasarkan materialitas atau risiko.
1. Melakukan perubahan waktu pelaksanaan prosedur audit dari yang diperkirakan.
2. Menggunakan metode sampling yang berbeda
3. Melakukan prosedur audit di lokasi berbeda atau pada lokasi yang tidak diberitahukan
sebelumnya.
4. Kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi
5. Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat dan luas
prosedur audit.

Ketika melakukan pengidentifikasian dan pemilihan entri jurnal dan penyesuaian lain untuk
menguji dan menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung yang mendasari entri yang
dipilih, hal-hal berikut ini relevan:

Metedologi Penelitian
Penelitian ini merupakan kualitatif, dengan menggunakan metedologi kajian pustaka.
Penelitian ini meneliti kelebihan, kekurangan, dan tahap akhirnya akan memberikan kesimpulan
serta saran.

Hasil Penelitian
Kelebihan Standar Audit 240
1. Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Dalam
standar audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi
dan independensi, pelaporan dan bukti audit.
2. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan demikian perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi,
IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) serta tidak
memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. 
3. Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan
telah diatur dalam Standar Audit 240: “Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan
Dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan”. Pada Standar Audit tersebut telah diatur bahwa
tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko
yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik.
4. Kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan tergantung pada faktor-faktor seperti
kemahiran pelaku, frekuensi dan luasnya manipulasi, tingkat keterlibatan kolusi, ukuran relatif
jumlah individual yang dimanipulasi, dan senioritas individu-individu yang terlibat. Meskipun
auditor mungkin dapat mengidentifikasi peluang potensial terjadinya kecurangan, sulit bagi
auditor untuk menentukan apakah kesalahan penyajian dalam area pertimbangan seperti
estimasi akuntansi disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
5. Ketika auditor telah memperoleh bukti terdapat atau kemungkinan terjadinya kecurangan, hal
ini penting untuk disampaikan kepada tingkatan manajemen dalam waktu sesegera mungkin.
Hal ini harus dilakukan, tetapi jika permasalahan yang ingin disampaikan tersebut tidak
berdampak (misalkan, pencurian kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan tingkat rendah
dalam organisasi entitas). Penentuan atas tingkatan manajemen yang tepat merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemungkinan kolusi serta
sifat dan besaran kecurangan yang diduga. Pada umumnya, tingkatan manajemen yang tepat
paling tidak satu tingkat di atas individu yang tampaknya terlibat dalam kecurangan yang
diduga.
6. Auditor juga dipersyaratkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola perusahaan, ketika menemukan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan. Selain berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan, auditor juga dapat melakukan komunikasi dengan badan pengatur seperti OJK dan
penegak hukum. Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Hal ini
dikarenakan sifat dan sensitivitas dari kecurangan yang melibatkan manajemen senior, atau
kecurangan yang mengakibatkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan,
auditor melaporkan hal tersebut secara tepat waktu dan dapat mempertimbangkan perlunya
untuk melaporkan hal tersebut secara tertulis.
7. Auditor dalam kondisi tertentu dapat meminta nasehat hukum untuk menentukan tindakan yang
tepat dalam kondisi tersebut, dengan tujuan untuk memastikan langkah-langkah yang
diperlukan dalam mempertimbangkan aspek kepentingan publik terhadap kecurangan yang
teridentifikasi. Seperti misalnya meminta nasehat pengacara jika kasus kecurangan yang
dihadapinya menyangkut perusahaan yang listing di bursa efek sehingga perusahaan tersebut
sahamnya telah dimiliki oleh publik.

Kelemahan Standar Audit 240


1. Banyak terdapat individu yang bertanggung jawab dalam terjadinya penipuan dan kesalahan
penyajian laporan keuangan tidak dihukum, termasuk para individu dalam perusahaan yang
menutup mata terhadap apa yang terjadi.
2. Auditor tidak memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan model suatu bisnis
bebas dari risiko dan tidak dapat gagal. Hal ini, karena tidak terdapat ketentuan dalam standar
umum peraturan SEC, maupun literatur bisnis dan auditing bahwa auditor merupakan penjamin
kesuksesan atau kegagalan suatu strategi bisnis. Hal ini tidak memungkinkan untuk mengaudit
sebuah perusahaan jika auditor juga bertanggung jawab akan kesuksesan atau kegagalan model
bisnis perusahaan.
3. Kegagalan pemerintah dalam mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan dapat
diakibatkan oleh beberapa hal antara lain penyimpangan kebijakan dan penyimpangan yang
diakibatkan oleh kecurangan (fraud). Penyimpangan kebijakan dilakukan oleh manajemen
puncak terutama untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan dengan cara membuat
kebijakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ,sedangkan penyimpangan
kecurangan (fraud) dapat dilakukan baik oleh manajemen puncak maupun pegawai lainnya
dengan untuk mendapatkan keuntungan, dengan cara melakukan tindakan-tindakan kriminal
seperti korupsi, kolusi, penipuan, dan lain sebagainya.
4. Penyalahgunaan dalam siklus pelaporan dan pembayaran. Kecurangan yang paling umum
dalam bagian perolehan ialah bagian pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran
kepada pemasok fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. Terdapat kasus penyalahgunaan
yang lainnya ialah petugas utang dagang atau pegawai lainnya mencuri sebuah cek untuk suatu
pemasok resmi. Informasi dari pembeli kemudian dilampirkan kembali agar dapat dilakukan
pembayaran pada pemasok tersebut.
5. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah
ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. 

Anda mungkin juga menyukai