Berdasarkan rumus kimianya, obat antipsikotik dibagi menjadi golongan fenotiazin misalnya
chlorpromazine, dan golongan non fenotiazin contohnya haloperidol. Pembagian menurut menurut
cara kerjanya terhadap reseptor dopamine dibagi menjadi dopamine reseptor antagonis (DA) dan
serotonin dopamine antagonis (SDA)
Obat-obat DA juga sering disebut sebagai antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut sebagai
antipsikotik atipikal.4 Obat antipsikotik bekerja pada transmisi dopaminergik pada otak dengan
menghambat reseptor dopamin D2, yang dapat meningkatkan efek ekstrapiramidal serta dapat
menyebabkan hiperprolaktinemia.5 Obat antipsikotik dapat mempengaruhi reseptor kolinergik, alfa
adrenergik, histaminergik, serta serotonergik. Obat yang sering digunakan pada lanjut usia adalah
haloperidol, dan risperidon
TIPIKAL
Haloperidol merupakan obat antipsikotik generasi pertama yang bekerja dengan cara memblokade
reseptor dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonists). Haloperidol sangat efektif dalam mengobati gejala
positif pada pasien skizofrenia, seperti mendengar suara, melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada dan
memiliki keyakinan yang aneh16
Kombinasi klorpromazin-haloperidol bertujuan untuk meningkatkan khasiat antipsikotik dan efek sedatif.
Klorpromazin memiliki khasiat antipsikotik lemah tetapi efek sedatifnya kuat, sedangkan haloperidol
memiliki khasiat antipsikotik kuat tetapi efek sedatifnya lemah 2
Haloperidol merupakan obat antipsikotik yang termasuk dalam antipsikotik golongan tipikal kelas
butirofenon, sedangkan antipsikotik klorpromasin termasuk dalam kelas fenotiazin. Perbedaan dari
kedua antipsikotik ini terletak pada afinitasnya dalam mengikat reseptor dopamin D2. Obat
antipsikotik haloperidol diketahui memiliki afinitas 50 kali lebih kuat atau 90% kekuatan jika
dibandingkan dengan obat antipsikotik klorpromasin yang hanya 70% kekuatannya dalam mengikat
reseptor dopamin 2 di striatum, sehingga hal tersebut menjadi alasan antagonis reseptor dopamin
D2 tidak hanya dalam efek antipsikotik, tetapi juga dalam menyebabkan EPS. Antipsikotik generasi
kedua, atau biasa disebut sebagai antipsikotik atipikal, memiliki afinitas yang lebih besar pada
reseptor dopamin 4, histamin, serotonin, muskarinik dan afla adrenergik. Namun, pada umumnya
antipsikotik atipikal memiliki afinitas yang kecil terhadap reseptor dopamin 2 sehingga memiliki efek
samping EPS yang lebih kecil. Antipsikotik generasi kedua diduga efektif untuk mengatasi gejala
positif maupun gejala negatif, sedangkan generasi pertama umumnya hanya merespon untuk gejala
positif. Akan tetapi, antipsikotik generasi kedua ini mempunyai efek samping gangguan
kardiovaskular, penambahan berat badan, dan diabetes melitus
EFEK SAMPING
Efek antipsikotik juga memiliki efek pada reseptor lain, namun tidak mempengaruhi efek
antipsikotik, yaitu reseptor histamine, reseptor kolinergik dan reseptop alfa 1.
Antipsikotik tipikal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping kardiovaskular. Akan
tetapi penelitian ini juga menemukan fakta lain bahwa para penggunaan obat-obat antipsikotik baru
juga memiliki risiko serupa.
Antipsikotik atipikal yang mempunyai risiko tinggi hipotensi ortostatik yaitu clozapine