ABSTRACT
This study was aimed to determine quality of sugar palm vinegar (Arenga pinnata) based on SNI 01-4371-
1996. The result was expected to provide material information about the quality of sugar palm vinegar
based on SNI 01-4371-1996 and as a reference for further research. Nira of sugar palm as sample used in
this research were obtained from Kappang Village, District Cenrana, Maros Regency, South Sulawesi
Province. The process of making vinegar through by fermentation of the nira which has been obtained
from the field. Vinegar is produced and then tested their quality based on SNI 01-4371-1996. The results
showed that the variables that meet the SNI 01-4371-1996 on vinegar fermentation are the liquid form and
flavour, acetic acid content, residue of alcohol, Pb and Cu metal contamination and arsenic contamination.
Variables that not meet the SNI 01-4371-1996 are NaCl, the amount of dissolved solids, test of total sugar,
contaminant of metals zinc (Zn) and microbial contamination.
Key words: Sugar palm vinegar, Arenga pinnata, nira, SNI 01-4371-1996
1. Tahap pertama: adalah proses anaerobik apabila kadar alkoholnya rendah sebab apabila
yang berlangsung dengan bantuan ragi, kadar alkoholnya tinggi akan memberikan efek
biasanya di dalam bahan yang digunakan yang kurang baik bagi konsumen juga mengurangi
sudah terdapat ragi secara alami, kualitas dari cuka itu sendiri. Hasil pengujian
persamaan reaksi proses tersebut secara cemaran logam pada cuka menunjukkan nilai
sederhana ditulis sebagai berikut : masing-masing Pb (0,16 mg/kg), Cu (1,54 mg/kg),
dan arsen (0,06 mg/kg) dimana nilai-nilai tersebut
yeast memenuhi SNI 01-4371-1996 tentang cuka
C6 H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2 fermentasi yang mempersyaratkan cemaran
glukosa alkohol karbon logam dalam cuka maksimal Pb (1 mg/kg), Cu
dioksida (5,0 mg/kg) dan arsen (0,4 mg/kg). Salah satu
kandungan mineral dalam cuka adalah tembaga
2. Tahap kedua: adalah proses oksidasi alkohol (Cu) yang mempunyai peranan penting bagi
menjadi asam asetat, oksidasi tersebut manusia berkaitan dengan hemoglobin dimana
merupakan reaksi aerobik yang berlangsung kekurangan zat tersebut dapat menyebabkan
melalui bakteri asam asetat, persamaan berkurangnya ketahanan tubuh dan memicu
reaksinya adalah: meningkatnya kadar kolesterol (Intanwidya, 2005).
Sebaliknya dengan timbal (Pb) dan arsen (As)
Bakteri yang juga perlu mendapat perhatian khusus
karena merupakan logam yang bersifat toksik
CH3CH2OH + O2 CH3COOH + H2O (beracun) terhadap manusia (Wikipedia, 2007).
alkohol oksigen asam asetat air Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
masih banyak variabel mutu cuka nira aren yang
Setelah fermentasi pembuatan asam asetat belum memenuhi SNI 01-4371-1996 tentang cuka
berjalan dengan sempurna, tempat penyimpanan fermentasi yaitu NaCl, jumlah padatan terlarut,
harus ditutup dengan baik dan dihindari masuknya pengujian total gula, cemaran logam Zn (seng)
oksigen, karena jika terkontaminasi dengan udara, dan cemaran mikroba. Dari hasil pengujian
enzim-enzim bakteri asam asetat akan merombak natrium klorida (NaCl) yang diperoleh sebesar 12
asam asetat sehingga menghasilkan gas %, dimana nilai ini tidak memenuhi SNI 01-4371-
karbondioksida dan air (Waluyo, 1984). Menurut 1996 yang mempersyaratkan NaCl minimal 30%.
Daulay dan Rahman (1992), kriteria mutu vinegar Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
yang utama adalah asam asetatnya, cuka memiliki dengan cara menambahkan garam ke dalam cuka
daya simpan yang lama disebabkan kandungan tersebut. Sementara itu nilai rata-rata padatan
asetatnya. Sebanyak 0,1% asam asetat dapat terlarut dari cuka nira aren sebesar 2,29%,
menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk dimana nilai ini tidak memenuhi SNI 01-4371-1996
spora penyebab keracunan makanan dan 0,3% yang mempersyaratkan padatan terlarut maksimal
asam asetat dapat mencegah kapang penghasil 1,5%. Jumlah padatan terlarut yang melebihi SNI
metoksin. Menurut penelitian yang pernah diduga disebabkan oleh karena adanya
dilakukan “The Vinegar Institute”, masa simpan kontaminasi bahan-bahan lain terhadap nira aren
cuka tidak terdefinisikan. Karena kondisinya yang yang ditandai dengan kurang jernihnya nira aren
asam, cuka tidak memerlukan bahan pengawet yang diperoleh. Dengan demikian, dapat
dan penyimpanan pada suhu rendah. “White dikatakan bahwa semakin rendah kandungan
vinegar” tidak mengalami perubahan selama jumlah padatan terlarut maka semakin bersih nira
periode waktu yang lama. Sedangkan cuka jenis tersebut.
lain dapat mengalami perubahan seperti Selain itu hasil penelitian menunjukkan
perubahan warna dan adanya endapan, namun bahwa total gula yang diperoleh sebesar 1,106 %
produk tersebut masih dapat dikonsumsi dan nilai ini tidak memenuhi SNI 01-4371-1996
(Rismana dan Paryanto, 2007). tentang cuka fermentasi yang mempersyaratkan
Pengujian menunjukkan bahwa rata-rata sisa total gula dalam cuka minimal 15 %. Rendahnya
alkohol cuka nira aren sebesar 1,2% dan nilai ini total gula pada cuka yang diuji diduga disebabkan
memenuhi SNI 01-4371-1996 tentang cuka oleh karena nira yang mengalami fermentasi
fermentasi yang mempersyaratkan sisa alkohol memiliki kadar asetat yang tinggi (7,20 %).
cuka fermentasi maksimal 10%. Cuka yang baik Standar mutu total gula salah satunya didasarkan
pada kandungan gula pereduksi (glukosa dan untuk destilasi, terutama dalam pembuatan
fruktosa) (Purbaya, 2002). Menurut Varnam dan selulosa asetat, sebagai pengawet untuk
Shuterland (1994) hal ini dikarenakan selama pembuatan obat-obatan (aspirin), pembuatan
fermentasi berlangsung terjadi aktivitas khamir bahan pewarna (indigo) dan parfum serta
yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan disintesa menjadi aseton. Selanjutnya dikatakan
fruktosa, lebih lanjut menjadi alkohol dan CO2, bahwa larutan asam cuka yang dibuat secara
gula yang termanfaatkan tersebut diubah menjadi fermentasi ini mempunyai keunggulan
alkohol. dibandingkan dengan produk asam cuka yang
Hasil pengujian cemaran logam pada cuka saat ini beredar di pasaran, karena mempunyai
menunjukkan nilai Zn yaitu 2,89 mg/kg, cemaran flavor yang baik.
logam Zn tidak memenuhi karena dalam SNI 01-
4371-1996 mempersyaratkan maksimal 2,0 KESIMPULAN
mg/kg. Dari hasil analisis nampak adanya unsur
logam dalam cuka, tetapi pencemaran ini jauh Berdasarkan hasil penelitian, cuka dari nira
lebih rendah dari yang ditentukan SNI 01-4371- aren belum memenuhi standar SNI 01-4371-2996
1996, cuka fermentasi. Hal ini didukung oleh cuka fermentasi. Karena ada beberapa variabel
pendapat Endang (1991), yang mengatakan yang menjadi syarat kualitas cuka yang tidak
bahwa bahan-bahan makanan dari alam seperti memenuhi standar yaitu NaCl, total gula, cemaran
susu, daging, air dan bahkan nira juga mungkin logam seng (Zn) dan cemaran mikroba.
tercemar dengan berbagai logam berat. Karena
alasan inilah dalam standar kualitas cuka
fermentasi SNI 01-4371-1996 disyaratkan harus DAFTAR PUSTAKA
ada tes bahwa kandungan logam berat tersebut
harus di bawah ambang batas yang aman bagi Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1996. SNI
manusia. Kandungan mineral yang ada dalam 01-4371-1996. Cuka Fermentasi.
cuka nira aren, tergantung dari mulai proses Departemen Perindustrian Republik
penyadapan, pengolahan dan pengemasan cuka Indonesia. Jakarta.
tersebut. Sehingga banyaknya logam-logam berat Daulay, D dan A. Rahman. 1992. Teknologi
akan menyebabkan cuka berwarna agak gelap Fermentasi Sayur-Sayuran dan Buah-
(Intanwidya, 2005). Buahan. IPB. Bogor.
Dari hasil yang diperoleh, cemaran mikroba Endang. 1991. Kajian Aspek Mutu Merek Nira
yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebanyak 262 Enceran Lokal di Pulau Jawa (Thesis).
koloni sel mikroba dan tidak memenuhi SNI 01- Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
4371-1996 tentang cuka fermentasi yang Pertanian Bogor. Bogor.
mempersyaratkan cemaran mikroba maksimal 50
koloni/gram. Mikroba yang berperan dalam proses Goldsworthy, R., dan Y, Fisher. 1992. Aren
pembuatan cuka adalah khamir dan bakteri, Botany and Physiology. CAB International.
mikroba yang banyak dapat menyebabkan Intanwidya, Y. 2005. Analisa Cuka Dari Segi
rendahnya mutu bahan baku cuka, ini salah Kandungannya Berikut KhasiatnyaMasing-
satunya diakibatkan mulai dari proses pemanenan masing.http://www.mailarchive.com/forum@al
nira sampai proses penelitian yang telah tercemar umni-akabogor.net/html.[23 Desember 2009].
dan terkontaminasi oleh mikroba. Pertumbuhan Lempang, M dan Soenarno. 1999. Mengenal
mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor Ragam Fisik Aren. Eboni; Balai Penelitian
lingkungan, di antaranya yaitu suhu, pH, aktivitas Kehutanan Ujung Pandang. Makassar.
air, adanya oksigen dan tersedianya zat makanan
(Syamsu, 2005). Purbaya, J. R. 2002. Mengenal dan
Waluyo (1984) mengatakan bahwa asam Memanfaatkan Khasiat Cuka Alami. Pionir
cuka selain digunakan sebagai bahan penyedap Jaya, Bandung. http://www.fajarilmubaru.com
rasa, asam cuka juga banyak digunakan sebagai . [ 2 Oktober 2009].
bahan baku industri untuk memproduksi asam- Rismana, E. dan I. Paryanto .2007., Beberapa
asam alifatis terpenting. Kebanyakan asam cuka Bahan Pemanis Alternatif yang
juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan Aman.http://arengasugar.multiply.com/jou
anhidrida asam asetat yang sangat diperlukan rnal/item/105/BEBERAPA_BAHAN_PEM
Baharuddin
Lab. Keteknikan dan Diversifikasi Produk Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245
Telp./Fax. 0411-585917. Indonesia