BAB 8
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN 2013
1) Kewenangan penyelesaian revisi anggaran, khususnya dalam hal pagu anggaran tetap,
diarahkan lebih besar diberikan kepada masing-masing KPA/PA sebagai penanggung
jawab pelaksanaan Program dan penggunaan anggaran. Sementara itu, peran
Kementerian Keuangan (DJA dan Kanwil DJPBN) lebih difokuskan pada fasilitasi atas
pengesahan revisi anggaran yang telah dituangkan dalam dokumen RKA-K/L Revisi dan
DIPA Revisi. Hal ini sejalan dengan prinsip lets the manager manages dan semangat
mempertegas pemisahan peran antara Kementerian Keuangan sebagai CFO dan K/L
sebagai COO dalam pengelolaan keuangan negara.
2) Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyelesaian revisi anggaran kepada stakeholder,
maka penyederhanaan proses bisnis dan persyaratan revisi termasuk format-format yang
digunakan terus disempurnakan serta diikuti dengan pemanfaatan dukungan IT yang
handal.
Selanjutnya dalam rangka menjamin akuntabilitas dan compliance terhadap revisi
anggaran yang mengakibatkan pagu anggaran berubah, mulai tahun 2013 diharapkan unit
pengawasan internal masing-masing Kementerian/Lembaga dapat berperan sebagai quality
- 122 -
assurance dengan memberikan bimbingan dan pandangan atas usul revisi yang akan diajukan
oleh Unit Eselon I kepada Direktorat Jenderal Anggaran
4) Disamping itu, dalam merumuskan ketentuan yang dituangkan dalam PMK juga
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu :
a. Aspek Governance :
Setiap revisi harus jelas tata kelolanya shg tidak multi tafsir;
Siapa yg bertanggung jawab, kewenangan, prosedur, dan persyaratan revisi
hrs jelas;
b. Aspek Compliance :
PMK mrp penjabaran dari amanah UU APBN TA 2013 dan Keppres Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2013;
Harus in-line dg aturan-aturan lain yg sdh ada;
c. Aspek Akuntabilitas dan Beban Kerja :
Pertimbangan kewenangan yg lebih besar kpd KPA dan Eselon I
sebagai penanggung jawab Program dan penggunaan anggaran;
Dg tetap memperhatikan akuntabilitasnya.
d. Aspek Comprehensiveness dan Simplify the process :
Dapat memayungi seluruh jenis revisi;
Proses sederhana dan mudah;
Menyediakan payung hukum sebagai landasan dalam melakukan revisi anggaran belanja
pemerintah pusat TA 2013 dalam hal :
1) Antisipasi terhadap perubahan kondisi dalam pelaksanaan anggaran dan perubahan
prioritas kebutuhan;
2) Menindaklanjuti kebijakan Pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran berjalan;
3) Mempercepat pencapaian kinerja K/L;
Meningkatkan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas dan meningkatkan
kualitas belanja APBN
b. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level Program :
1) Pergeseran dalam satu Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;
2) Pergeseran antar Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;
3) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
4) Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
5) Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Satker;
6) Pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker;
- 126 -
7) Pencairan blokir/tanda bintang (*);
8) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;
9) Penggunaan dana Output Cadangan;
10) Penambahan/perubahan rumusan kinerja;
Perubahan Komposisi Pendanaan.
c. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level APBN:
1) Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke
Bagian Anggaran K/L;
2) Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;
1) ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama;
2) ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
3) perubahan nomenklatur Bagian Anggaran dan/atau Satker sepanjang kode tetap;
4) ralat kode nomor register PHLN/PHDN;
5) ralat kode kewenangan;
6) ralat kode lokasi;
7) ralat cara penarikan PHLN/PHDN;
8) ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda antara RKA-K/L dan
RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI.
- 127 -
1) Tidak mengurangi alokasi anggaran :
Biaya operasional, tunjangan profesi, pengadaaan bahan makanan;
Pembayaran tunggakan;
Rupiah Murni Pendamping (RMP);
Yang sudah direalisasikan.
2) Tidak mengurangi volume Keluaran :
Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013 dan selama
tahun anggaran berjalan;
Kriteria penggunaan sisa anggaran yang berasal dari Hasil Optimalisasi dan
Kegiatan Swakelola :
Hal yg bersifat prioritas;
Hal yg bersifat mendesak;
Hal yg bersifat darurat;
Hal yg tidak dapat ditunda.
Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi alokasi anggaran untuk :
1. Kebutuhan biaya operasional Satker kecuali untuk memenuhi biaya operasional pada
Satker lain sepanjang masih dalam peruntukan yang sama;
2. Alokasi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor kecuali
untuk memenuhi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor pada
Satker lain;
3. Kebutuhan pengadaan bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana kecuali untuk memenuhi kebutuhan pengadaan bahan makanan
dan/atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana pada Satker lain;
4. Pembayaran berbagai tunggakan;
5. Rupiah murni pendamping (RMP) sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going);
dan/atau
6. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga
menjadi minus.
Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah volume Keluaran yang tercantum dalam DIPA
tercapai dan tidak mengakibatkan pengurangan volume Keluaran terhadap:
a. Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
b. Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013 dan selama
tahun anggaran berjalan;
Sisa anggaran yg berasal dari Hasil Optimalisasi dapat digunakan pada tahun 2013
dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak, Kedaruratan atau Yang tidak
dapat ditunda.
1) Hal yang bersifat prioritas yaitu Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Kebijakan
Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan khususnya bidang infrastruktur;
- 128 -
2) Hal yang bersifat mendesak yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam
sidang kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator;
3) Hal yang bersifat kedaruratan yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya bencana atau keadaan Kahar dan belum
direncanakan sebelumnya;
Hal yang tidak dapat ditunda yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus dilaksanakan dan
apabila tidak dilaksanakan akan menimbulkan biaya yang lebih besar, belum direncanakan
sebelumnya, dan ditetapkan dalam sidang kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator
Sisa anggaran yg berasal dari Sisa anggaran Swakelola dapat digunakan pada tahun
2013 dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak, Kedaruratan atau Yang
tidak dapat ditunda.
Hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda yaitu
Kegiatan-kegiatan Kementerian/Lembaga yang telah ditetapkan dalam Renja
Kementerian/Lembaga dan/atau kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran
berjalan
PAGU BERUBAH
NO URAIAN REVISI DJA KANWIL ESELON I KPA
DJPB
Pergeseran dalam satu Keluaran, satu
Kegiatan dan satu Satker;
Sejalan dengan adanya perubahan jenis DIPA, maka pejabat penanda tangan DIPA juga
mengalami perubahan dari semula DIPA ditandatangani oleh KPA masing-masing Satuan Kerja
diubah dengan rincian sebagai berikut :
3) Untuk DIPA Induk, yang menandatangani adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris/pejabat eselon I sebagai penanggung jawab Program dan memiliki portofolio
pada Bagian Anggaran K/L, atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga.
4) Untuk DIPA Petikan, secara formal tidak ditandatangani. Sebagai pengganti fungsi
pengesahan, setiap DIPA Petikan diberi kode pengaman berupa “digital stamp” sebagai
pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).
Sementara itu, dalam rangka pengesahan DIPA juga terdapat perubahan dari semula SP DIPA
ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Direktur Pelaksanaan Anggaran/ Kepala Kanwil
DJPBN diubah menjadi :
3) SP DIPA Induk, ditandatangani oleh Direktur Jenderal Anggaran.
4) SP DIPA Petikan, secara formal tidak ditandatangani. Sebagai pengganti fungsi
pengesahan, setiap SP DIPA Petikan diberi kode pengaman berupa “digital stamp”
sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).
l. Perbedaan DIPA lama dan DIPA Baru
- 134 -
Uraian
No. DIPA Saat Ini DIPA Yang Baru
Perbedaan
1. Jenis DIPA DIPA Satker; 1. DIPA Induk (akumulasi Satker);
2. DIPA Petikan (tiap Satker);
2. Jumlah Bagian DIPA Satker tdr dari 5 bagian : DIPA Induk tdr dr 4 bagian :
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA (SP a. Lembar Surat Pengesahan DIPA
DIPA); Induk (SP DIPA Induk);
b. Hal. I memuat Informasi Kinerja dan b. Hal. I memuat Informasi Kinerja
Sumber Dana : dan Anggaran Program;
Hal. I A mengenai Informasi Kinerja; c. Hal. II memuat Rincian Alokasi
Hal. I B mengenai Sumber Dana; Anggaran per Satker;
c. Hal. II memuat Rincian Pengeluaran; d. Hal. III memuat Rencana
d. Hal. III memuat Rencana Penarikan Penarikan Dana dan Perkiraan
Dana dan Perkiraan Penerimaan; Penerimaan.
e. Hal. IV memuat Catatan. DIPA Petikan tdr dr 5 bagian, sama
spt DIPA Satker.
Uraian
No. DIPA Saat Ini DIPA Yang Baru
Perbedaan
4. Pejabat Lembar DIPA : Ditandatangani oleh DIPA Induk :
Penandatangan: masing-masing KPA Satker. Lembar DIPA : Ditandatangani oleh
Lembar DIPA; SP DIPA : Dirjen Perbendaharaan/ Sekjen/Sestama/Pejabat Esl I
SP DIPA Direktur PA/Kepala Kanwil DJPBN. penanggung jawab Program.
SP DIPA : Dirjen Anggaran.
DIPA Petikan :
Lembar DIPA : tidak ditandatangani;
SP DIPA : tidak ditandatangani.
5. Mekanisme DIPA disusun berdasarkan RKA-K/L atau DIPA Induk disusun berdasarkn
Penyusunan RKA-BUN yg telah ditetapkn dlm SP RKA- RKA-K/L atau RDP BUN yg telah
K/L atau Keppres Rincian Anggaran ditetapkan dlm Keppres RABPP
Belanja Pemerintah Pusat. atau DHP RDP BUN.
DIPA Petikan secara prinsip tidak
disusun, langsung dicetak dari
sistem brdsrkn RKA Satker atau
RDP BUN.
6. Mekanisme DIPA diajukan ke KP DJPBN atau Kanwil DIPA Induk diajukan ke DJA;
Pengesahan DJPBN sesuai lokasi dan status Satker. DIPA Induk disahkan oleh Dirjen
DIPA disahkan oleh Dirjen Anggaran.
Perbendaharaan/Direktur PA/Kepala DIPA Petikan disahkan melalui
Kanwil DJPBN. digital stamp.