Anda di halaman 1dari 14

- 121 -

BAB 8
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN 2013

Beberapa pertimbangan perlunya dilakukan revisi anggaran antara lain :


1) Tenggat waktu antara proses perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran cukup
lama yaitu sekitar 1 (satu) tahun sehingga sangat dimungkinkan perencanaan yang
disusun belum mencakup seluruh kebutuhan untuk tahun yang direncanakan.
2) Dalam periode pelaksanaan anggaran sangat dimungkinkan terjadi perubahan keadaan
atau perubahan prioritas yang tidak diantisipasi pada saat proses perencanaan.
3) Adanya perubahan metodologi pelaksanaan kegiatan, contoh : semula direncanakan
secara swakelola menjadi kontraktual, dari single year menjadi multi years.
4) Adanya perubahan atau penetapan kebijakan Pemerintah dalam tahun anggaran
berjalan, contoh : penghematan anggaran, penerapan reward and punishment, atau APBN
Perubahan.

1. UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013 :


Pasal 8 : penyesuaian belanja Subsidi Energi;
Pasal 11 : perubahan/pergeseran rincian lebih lanjut dari anggaran belanja Pemerintah
Pusat.
Pasal 26 : penyesuaian pembayaran bunga utang.
Pasal 29 : penyelesaian kegiatan pembangunan infrastruktur dan rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana alam TA 2012.
1. Keppres No. 37 Tahun 2012 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
(RABPP) TA 2013:
Pasal 2 :
Perubahan/pergeseran rincian lebih lanjut dari anggaran Belanja Pemerntah Pusat,
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

1) Kewenangan penyelesaian revisi anggaran, khususnya dalam hal pagu anggaran tetap,
diarahkan lebih besar diberikan kepada masing-masing KPA/PA sebagai penanggung
jawab pelaksanaan Program dan penggunaan anggaran. Sementara itu, peran
Kementerian Keuangan (DJA dan Kanwil DJPBN) lebih difokuskan pada fasilitasi atas
pengesahan revisi anggaran yang telah dituangkan dalam dokumen RKA-K/L Revisi dan
DIPA Revisi. Hal ini sejalan dengan prinsip lets the manager manages dan semangat
mempertegas pemisahan peran antara Kementerian Keuangan sebagai CFO dan K/L
sebagai COO dalam pengelolaan keuangan negara.
2) Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyelesaian revisi anggaran kepada stakeholder,
maka penyederhanaan proses bisnis dan persyaratan revisi termasuk format-format yang
digunakan terus disempurnakan serta diikuti dengan pemanfaatan dukungan IT yang
handal.
Selanjutnya dalam rangka menjamin akuntabilitas dan compliance terhadap revisi
anggaran yang mengakibatkan pagu anggaran berubah, mulai tahun 2013 diharapkan unit
pengawasan internal masing-masing Kementerian/Lembaga dapat berperan sebagai quality
- 122 -
assurance dengan memberikan bimbingan dan pandangan atas usul revisi yang akan diajukan
oleh Unit Eselon I kepada Direktorat Jenderal Anggaran

4) Disamping itu, dalam merumuskan ketentuan yang dituangkan dalam PMK juga
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu :
a. Aspek Governance :
Setiap revisi harus jelas tata kelolanya shg tidak multi tafsir;
Siapa yg bertanggung jawab, kewenangan, prosedur, dan persyaratan revisi
hrs jelas;
b. Aspek Compliance :
PMK mrp penjabaran dari amanah UU APBN TA 2013 dan Keppres Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2013;
Harus in-line dg aturan-aturan lain yg sdh ada;
c. Aspek Akuntabilitas dan Beban Kerja :
Pertimbangan kewenangan yg lebih besar kpd KPA dan Eselon I
sebagai penanggung jawab Program dan penggunaan anggaran;
Dg tetap memperhatikan akuntabilitasnya.
d. Aspek Comprehensiveness dan Simplify the process :
Dapat memayungi seluruh jenis revisi;
Proses sederhana dan mudah;
Menyediakan payung hukum sebagai landasan dalam melakukan revisi anggaran belanja
pemerintah pusat TA 2013 dalam hal :
1) Antisipasi terhadap perubahan kondisi dalam pelaksanaan anggaran dan perubahan
prioritas kebutuhan;
2) Menindaklanjuti kebijakan Pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran berjalan;
3) Mempercepat pencapaian kinerja K/L;
Meningkatkan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas dan meningkatkan
kualitas belanja APBN

1. Terkait Mekanisme Pengusulan Revisi Anggaran:


a. Satker harus mengunduh ADK RKA-K/L DIPA dari web RKA-K/L DIPA
Kementerian Keuangan sebagai bahan pembuatan perubahan (semula-menjadi).
b. Sebelum melakukan Revisi Anggaran Satker harus mengecek data realisasi
anggaran terakhir.
c. Dalam hal usulan Revisi Anggaran merupakan kewenangan DJA, maka usulan
Revisi Anggaran yang disampaikan oleh Eselon I ke DJA harus berasal dari usulan
KPA dan menggunakan data ADK RKA-K/L Satker.
2. Terkait perubahan Lokasi Kantor bayar (KPPN) dan perubahan pejabat perbendaharaan:
a. Satker menyampaikan usulan kepada Kanwil DJPB setempat.
b. Tata cara revisinya akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Dirjen
Perbendaharaan.
- 123 -
3. Terkait dengan perubahan halaman III DIPA:
a. Satker menyampaikan usulan kepada Kanwil DJPB setempat.
b. Tata cara revisinya akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Dirjen
Perbendaharaan.
4. Terkait hard copy tindak lanjut DIPA Revisi:
a. Pengesahan revisi tidak akan diikuti dengan pencetakan DIPA Revisi (hard copy)
namun akan diterbitkan surat pengesahan revisi yang dilanpiri notifikasi dari sistem.
b. Dalam hal Satker membutuhkan DIPA baru hasil revisi, Satker dapat mengunduh
ADK dan PDF file dari web RKA-K/L DIPA Kementerian Keuangan untuk dicetak di
Satker masing-masing
5. Terkait fasilitas akses web RKA-K/L DIPA online:
a. Dalam hal Satker lupa password/belum memiliki akses untuk mengakses RKA-K/L
DIPA online, maka Satker diminta untuk mendaftar kembali melalui email ke
alamat:
• rkakldipa@anggaran.depkeu.go.id atau
• aplikasiDJA@yahoo.com

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013

1. Ruang Lingkup Ralat Administratif: Ralat administratif:


(pengurangan) • Ralat pencantuman sumber • Dihapus
dana;
• Ralat sumber dana terkait • Dipindah ke Revisi Anggaran dalam
perubahan komposisi hal pagu anggaran tetap
pendanaan;
• Ralat pencantuman volume • dihapus
keluaran yang berbeda
dengan penjumlahan volume
sub keluaran;
• Ralat pencantuman volume, • dihapus
jenis, dan satuan keluaran
yang berbeda antara RKA-
K/L dan DIPA.
- 124 -

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013

2. Ruang Lingkup - • Penambahan pengaturan terkait


(penambahan penggunaan sisa anggaran
pengaturan) swakelola;
• Penambahan pengaturan
penyelesaian inkracht;
• Revisi Anggaran dapat dilakukan
antarprovins/kabupaten/kota
untuk kegiatan yg dilaksanakan
oleh unit organisasi di tingkat pusat
dan oleh instansi vertikalnya di
daerah selain biaya operasional
kecuali terkait Satker BLU atau
dalam rangka Dekon TP dan UB.
• Antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN).
3. Kewenangan • DJA • DJA
• DPBN Pusat • Kanwil DJPBN
• Kanwil DJPB • Eselon I
• KPA • KPA
• DPR • DPR

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013


4. Batas akhir Revisi DJA : 12 Oktober 2012 DJA : 11 Oktober 2013
DJPBN : 29 Otober DJPBN : 18 Oktober 2013
2012
5. Persyaratan Revisi Sesuai lampiran IV • Surat Usulan Revisi Anggaran dilampir
ke DJA dan DJPBN matriks perubahan (semula-menjadi)
• SPTJM
• ADK RKA-K/L DIPA
6. Mekanisme Revisi • DJA dan Kanwil : • Kanwil : Pengesahan (1 Hari)
menyetujui Revisi • DJA :
Anggaran • Pengesahan (1 Hari)
• pengesahan dengan penelaahan (5
Hari)
7. Tindak Lanjut Pencetakan DIPA Pengesahan revisi tidak akan diikuti dengan
Pengesahan Revisi Revisi. pencetakan DIPA Revisi (hard copy) namun
Anggaran akan diterbitkan surat pengesahan revisi yang
dilanpiri notifikasi dari sistem.

1) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah:


Penyebab terjadinya perubahan;
Akibat revisi anggaran;
2) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap:
- 125 -
Penyebab terjadinya revisi;
Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level Program;
Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level APBN;
Perubahan/ralat kesalahan administratif:
Rincian jenis kesalahan administratif;

a. Penyebab terjadinya perubahan:


1) kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN;
2) lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN dan/atau PHDN;
3) Percepatan Penarikan PHLN dan/atau PHDN;
4) penerimaan Hibah Luar Negeri (HLN)/Hibah Dalam Negeri (HDN) setelah UU mengenai
APBN TA 2013 ditetapkan;
5) penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;
6) penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk
Satker BLU;
7) pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri;
8) perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi; dan/atau
9) perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.

b. Akibat revisi anggaran:


1) penambahan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan penambahan volume Keluaran;
2) penambahan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan volume Keluaran tetap; atau
pengurangan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan volume Keluaran tetap
a. Penyebab terjadinya revisi :
1) Hasil Optimalisasi;
2) sisa anggaran swakelola;
3) kekurangan Biaya Operasional;
4) perubahan prioritas penggunaan anggaran;
5) perubahan kebijakan pemerintah; dan/atau
6) Keadaan Kahar.

b. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level Program :
1) Pergeseran dalam satu Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;
2) Pergeseran antar Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;
3) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
4) Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
5) Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Satker;
6) Pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker;
- 126 -
7) Pencairan blokir/tanda bintang (*);
8) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;
9) Penggunaan dana Output Cadangan;
10) Penambahan/perubahan rumusan kinerja;
Perubahan Komposisi Pendanaan.

Rincian revisi anggaran, khusus untuk angka 1) s.d. 6) :


1) Pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran;
2) Pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap;
3) Pergeseran antarjenis belanja;
4) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional;
5) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
6) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun yang lalu;
7) Pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber dananya berasal dari
PNBP;
8) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka
Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama, atau dalam satu provinsi untuk Kegiatan
dalam rangka Dekonsentrasi;
9) Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
10) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatan-kegiatan pembangunan
infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam tahun 2012; dan/atau
Pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat bencana.

c. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level APBN:
1) Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke
Bagian Anggaran K/L;
2) Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;

1) ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama;
2) ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
3) perubahan nomenklatur Bagian Anggaran dan/atau Satker sepanjang kode tetap;
4) ralat kode nomor register PHLN/PHDN;
5) ralat kode kewenangan;
6) ralat kode lokasi;
7) ralat cara penarikan PHLN/PHDN;
8) ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda antara RKA-K/L dan
RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI.
- 127 -
1) Tidak mengurangi alokasi anggaran :
Biaya operasional, tunjangan profesi, pengadaaan bahan makanan;
Pembayaran tunggakan;
Rupiah Murni Pendamping (RMP);
Yang sudah direalisasikan.
2) Tidak mengurangi volume Keluaran :
Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013 dan selama
tahun anggaran berjalan;
Kriteria penggunaan sisa anggaran yang berasal dari Hasil Optimalisasi dan
Kegiatan Swakelola :
Hal yg bersifat prioritas;
Hal yg bersifat mendesak;
Hal yg bersifat darurat;
Hal yg tidak dapat ditunda.

Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi alokasi anggaran untuk :
1. Kebutuhan biaya operasional Satker kecuali untuk memenuhi biaya operasional pada
Satker lain sepanjang masih dalam peruntukan yang sama;
2. Alokasi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor kecuali
untuk memenuhi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor pada
Satker lain;
3. Kebutuhan pengadaan bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana kecuali untuk memenuhi kebutuhan pengadaan bahan makanan
dan/atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana pada Satker lain;
4. Pembayaran berbagai tunggakan;
5. Rupiah murni pendamping (RMP) sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going);
dan/atau
6. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga
menjadi minus.

Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah volume Keluaran yang tercantum dalam DIPA
tercapai dan tidak mengakibatkan pengurangan volume Keluaran terhadap:
a. Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
b. Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013 dan selama
tahun anggaran berjalan;

Sisa anggaran yg berasal dari Hasil Optimalisasi dapat digunakan pada tahun 2013
dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak, Kedaruratan atau Yang tidak
dapat ditunda.
1) Hal yang bersifat prioritas yaitu Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Kebijakan
Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan khususnya bidang infrastruktur;
- 128 -
2) Hal yang bersifat mendesak yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam
sidang kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator;
3) Hal yang bersifat kedaruratan yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya bencana atau keadaan Kahar dan belum
direncanakan sebelumnya;
Hal yang tidak dapat ditunda yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus dilaksanakan dan
apabila tidak dilaksanakan akan menimbulkan biaya yang lebih besar, belum direncanakan
sebelumnya, dan ditetapkan dalam sidang kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator

Sisa anggaran yg berasal dari Sisa anggaran Swakelola dapat digunakan pada tahun
2013 dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak, Kedaruratan atau Yang
tidak dapat ditunda.
Hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda yaitu
Kegiatan-kegiatan Kementerian/Lembaga yang telah ditetapkan dalam Renja
Kementerian/Lembaga dan/atau kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran
berjalan

Penggunaan Hasil Optimalisasi dan/atau sisa anggaran swakelola dilaksanakan melalui:


1) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, dalam satu Kegiatan dan satu Satker dan/atau
pergeseran antar Keluaran, dalam satu Kegiatan dan satu Satker;
2) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, dalam Kegiatan yang sama dan antar Satker
dan/atau pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
3) Pergeseran antar Kegiatan dan satu Satker dan/atau Pergeseran antar Kegiatan dan antar
Satker;

Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran :


a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran pada :
1) Direktorat Jenderal Anggaran;
2) Kantor Wilayah DJPBN;
3) Unit Eselon I K/L;
4) Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI;
Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran.
PAGU TETAP
//PAGU
NO URAIAN REVISI DJA KANWIL DJPB
Kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN;
Lanjutan pelaks. Kegiatan yg dananya bersumber dari
PHLN dan/atau PHDN;
Percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN;
Penerimaan HLN/HDN setelah UU APBN TA 2013
- 129 -
ditetapkan;
Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;
Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP
di atas pagu APBN untuk satker BLU
Pengurangan alokasi pinjaman luar negeri;
Perubahan pagu anggaran pembayaran subsidi energi;
Perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.

PAGU BERUBAH
NO URAIAN REVISI DJA KANWIL ESELON I KPA
DJPB
Pergeseran dalam satu Keluaran, satu
Kegiatan dan satu Satker;

2. Dasar Hukum dan Pertimbangan


Keputusan dan Peraturan Menteri Keuangan yang telah diterbitkan sebagai dasar hukum
pelaksanaan pengalihan kewenangan pengesahan DIPA dari Ditjen Perbendaharaan ke Ditjen
Anggaran adalah :
c. Keputusan Menteri Keuangan No. 293/KMK.01/2012 tentang Pelimpahan Kewenangan
Menteri Keuangan Kepada Direktur Jenderal Anggaran untuk dan atas nama Menteri
Keuangan untuk Mengesahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran, tanggal 24 Agustus
2012;
d. Peraturan Menteri Keuangan No. 160/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), tanggal 19 Oktober 2012.
Sedangkan pertimbangan yang mendasari adanya perubahan penyusunan dan
pengesahan DIPA tersebut, antara lain:
e. Memantapkan penerapan Penganggaran Terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), maksudnya bahwa DIPA
merupakan satu kesatuan dokumen secara integral yang mencerminkan pelaksanaan dari
RKP dan RKA-K/L.
- 130 -
f. Menyempurnakan ketentuan terkait tata cara penyusunan dan pengesahan DIPA, sejalan
dengan adanya pengalihan kewenangan pengesahan DIPA dari semula dilaksanakan oleh
Ditjen Perbendaharaan menjadi Ditjen Anggaran.
g. Menyederhanakan proses dalam pengurusan RKA-K/L dan DIPA termasuk penyelesaian
revisi anggaran, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Kementerian Keuangan
kepada stakeholders.
h. Menjamin tersedianya integritas dan validitas data anggaran.
Dengan adanya penggabungan tersebut, maka akan terjadi proses pengintegrasian proses
penyusunan RKA KL dan DIPA. Penyusunan DIPA dilakukan dengan menggunakan data yang
berasal dari RKA-K/L yang sudah ditelaah antara K/L dengan Ditjen Anggaran dan sudah
mendapat persetujuan DPR serta ditetapkan dalam Keppres Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat atau DHP RDP BUN.
Melalui pengintegrasian tersebut, diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa
penyederhanaan proses dan mempercepat waktu penyelesaian DIPA, meningkatkan validitas dan
integritas data anggaran; dan meningkatkan efisiensi biaya pengesahan DIPA.

3. Beberapa Perubahan Dalam Penyusunan dan Pengesahan DIPA


a. Jenis-jenis DIPA
Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, DIPA dikelompokkan menjadi DIPA K/L
dan DIPA BUN. Mulai TA 2013, masing-masing kelompok dibedakan dalam 2 jenis DIPA yaitu
DIPA Induk dan DIPA Petikan.
a.1 DIPA Induk yaitu DIPA yang merupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh
Pengguna Anggaran menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga, dan disahkan
oleh Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan. Dalam hal Unit Eselon I
mengelola lebih dari satu Program, maka DIPA Induk yang disusun memuat seluruh Program
yang menjadi tanggung jawabnya.
a.2 DIPA Petikan yaitu DIPA yang memuat alokasi anggaran untuk masing-masing Satuan Kerja
dan merupakan penjabaran dari DIPA Induk. Dalam hal Satker mengelola lebih dari satu
Program dan berasal dari satu unit Eselon I, maka DIPA Petikan memuat seluruh Program
yang menjadi tanggung jawabnya, dan
Dalam hal sebuah Satker mendapat alokasi anggaran yang berasal dari beberapa Unit Eselon I
K/L, maka Satker mengelola beberapa DIPA Petikan.
DIPA Induk terdiri atas 4 (empat) bagian yaiu :
e. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk);
f. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program;
g. Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per Satker;
h. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.
Sedangkan DIPA Petikan terdiri atas 5 (lima) bagian yaitu :
c. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan );
d. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana :
i. Halaman I A mengenai Informasi Kinerja;
ii. Halaman I B mengenai Sumber Dana;
b. Halaman II memuat Rincian Pengeluaran;
c. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan;
- 131 -
d. Halaman IV memuat Catatan.
Informasi per halaman DIPA Induk
c. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk) memuat uraian antara lain :
dasar hukum penerbitan DIPA Induk;
identitas unit dan pagu DIPA;
pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer);
tanda tangan Direktur Jenderal Anggaran; dan
kode pengaman berupa “digital stamp”.
d. Halaman I, Halaman II, dan Halaman III DIPA Induk, memuat uraian tentang informasi
kinerja dan anggaran program, rincian alokasi anggaran per satker, dan rencana
penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang dilengkapi dengan:
tanda tangan sekretaris jenderal/sekretaris utama/sekretaris/pejabat eselon I selaku
penanggung jawab program; dan
kode pengaman berupa “digital stamp”.
Informasi per halaman DIPA Petikan
g. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan) memuat uraian antara lain :
dasar hukum penerbitan DIPA Petikan;
identitas unit dan pagu Satker;
pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer);
Kode pengaman berupa “digital stamp”.
h. Halaman I, Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV DIPA Petikan, memuat uraian
tentang informasi kinerja, sumber dana, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana,
perkiraan penerimaan dan catatan, yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa
“digital stamp”.
b. Pernyataan sarat dan ketentuan (Dsclaimer) DIPA Induk
h. DIPA Induk yang telah disahkan ini lebih lanjut dituangkan dalam DIPA Petikan.
i. Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan.
j. DIPA Petikan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
dana/pengesahan bagi BUN/Kuasa BUN yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
dari DIPA Induk.
k. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode
pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi);
l. Informasi mengenai Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat
Penanda tangan SPM untuk tiap-tiap Satker terdapat pada DIPA Petikan.
m. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III
DIPA Induk diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.
n. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan
sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
i. Pernyataan sarat dan ketentuan (Disclaimer) DIPA Petikan
h. DIPA Petikan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk (Unit Eselon I
dan Kementerian Negara/Lembaga).
- 132 -
i. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode
pengaman berupa “digital stamp” sebagai pengganti tanda tangan pengesahan.
j. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
dana/pengesahan bagi BUN/Kuasa BUN.
k. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III
DIPA Petikan diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.
l. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan
sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
m. Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA
Kementerian Keuangan, yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database RKA-
K/L-DIPA Kementerian Keuangan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
n. DIPA Petikan ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013.

j. Beberapa pertimbangan perubahan jenis DIPA


Beberapa pertimbangan yang mendasari perlunya dilakukan perubahan jenis DIPA dari
semula DIPA Satker menjadi DIPA Induk dan DIPA Petikan antara lain:
a. Menjaga konsistensi penerapan penganggaran berbasis kinerja, mulai dari penetapan
prioritas pembangunan dalam RKP, penyusunan RKA-K/L dan pengesahan DIPA.
b. Memberikan fleksibilitas kepada Pengguna Anggaran dalam hal diperlukan adanya
pergeseran anggaran antar Satker dalam satu Unit Eselon I dan satu Program, sepanjang
pagu anggaran dan target kinerja tidak berubah sehingga dapat menyederhanakan proses
revisi anggaran.
c. Meningkatkan akuntabilitas K/L sebagai penanggung jawab pelaksanaan Program dan
target kinerja yang harus dicapai termasuk koordinasi terhadap Satker-Satker yang berada
di bawah Program yang bersangkutan.
d. Mengurangi beban Direktur Jenderal Anggaran dalam penandatanganan DIPA karena
cukup DIPA per Unit Eselon I (+287 DIPA), tidak harus DIPA untuk seluruh Satker
(+24.000 Satker), namun secara legal DIPA untuk seluruh Satker tetap sah sebagai dasar
pembayaran/pencairan dana.
k. Rincian Jenis DIPA dan pejabat penandatangan DIPA
- 133 -

DIPA K/L DIPA BUN


1. DIPA Induk : 1. DIPA Induk :
Per unit eselon I dan Program. Pengelolaan Utang Pemerintah (999.01);
2. DIPA Petikan : Pengelolaan Hibah (999.02);
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat Pengelolaan Investasi Pemerintah (999.03);
(KP), termasuk BLU pd Kantor Pengelolaan Penerusan Pinjaman (999.04);
Pusat dan SNVT; Pengelolaan Transfer ke Daerah (999.05);
DIPA Satker Vertikal/Kantor Pengelolaan Belanja Subsidi (999.07);
Daerah (KD); Pengelolaan Belanja Lainnya (999.08);
DIPA Dana Dekonsentrasi (DK); Pengelolaan Transaksi Khusus (999.99).
DIPA Tugas Pembantuan (TP); 2. DIPA Petikan :
DIPA Urusan Bersama (UB). DIPA Utang dan Belanja Hibah.
DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan
Pinjaman.
DIPA Transfer ke Daerah.
DIPA Subsidi dan Pengelolaan Belanja Lainnya.
DIPA Pengelolaan Transaksi Khusus.

Sejalan dengan adanya perubahan jenis DIPA, maka pejabat penanda tangan DIPA juga
mengalami perubahan dari semula DIPA ditandatangani oleh KPA masing-masing Satuan Kerja
diubah dengan rincian sebagai berikut :
3) Untuk DIPA Induk, yang menandatangani adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris/pejabat eselon I sebagai penanggung jawab Program dan memiliki portofolio
pada Bagian Anggaran K/L, atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga.
4) Untuk DIPA Petikan, secara formal tidak ditandatangani. Sebagai pengganti fungsi
pengesahan, setiap DIPA Petikan diberi kode pengaman berupa “digital stamp” sebagai
pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).
Sementara itu, dalam rangka pengesahan DIPA juga terdapat perubahan dari semula SP DIPA
ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Direktur Pelaksanaan Anggaran/ Kepala Kanwil
DJPBN diubah menjadi :
3) SP DIPA Induk, ditandatangani oleh Direktur Jenderal Anggaran.
4) SP DIPA Petikan, secara formal tidak ditandatangani. Sebagai pengganti fungsi
pengesahan, setiap SP DIPA Petikan diberi kode pengaman berupa “digital stamp”
sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).
l. Perbedaan DIPA lama dan DIPA Baru
- 134 -

Uraian
No. DIPA Saat Ini DIPA Yang Baru
Perbedaan
1. Jenis DIPA DIPA Satker; 1. DIPA Induk (akumulasi Satker);
2. DIPA Petikan (tiap Satker);

2. Jumlah Bagian DIPA Satker tdr dari 5 bagian : DIPA Induk tdr dr 4 bagian :
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA (SP a. Lembar Surat Pengesahan DIPA
DIPA); Induk (SP DIPA Induk);
b. Hal. I memuat Informasi Kinerja dan b. Hal. I memuat Informasi Kinerja
Sumber Dana : dan Anggaran Program;
Hal. I A mengenai Informasi Kinerja; c. Hal. II memuat Rincian Alokasi
Hal. I B mengenai Sumber Dana; Anggaran per Satker;
c. Hal. II memuat Rincian Pengeluaran; d. Hal. III memuat Rencana
d. Hal. III memuat Rencana Penarikan Penarikan Dana dan Perkiraan
Dana dan Perkiraan Penerimaan; Penerimaan.
e. Hal. IV memuat Catatan. DIPA Petikan tdr dr 5 bagian, sama
spt DIPA Satker.

3. Kode pengaman Kode pengaman menggunakan Kode Kode pengaman menggunakan


dan disclaimer Validasi; Digital Stamp dan time stamp;
Disclaimer khusus terkait tanggung jawab Disclaimer multi fungsi dan
KPA atas penggunan anggaran. memayungi hubungan antara DIPA
Induk dan DIPA Petikan.

Uraian
No. DIPA Saat Ini DIPA Yang Baru
Perbedaan
4. Pejabat Lembar DIPA : Ditandatangani oleh DIPA Induk :
Penandatangan: masing-masing KPA Satker. Lembar DIPA : Ditandatangani oleh
Lembar DIPA; SP DIPA : Dirjen Perbendaharaan/ Sekjen/Sestama/Pejabat Esl I
SP DIPA Direktur PA/Kepala Kanwil DJPBN. penanggung jawab Program.
SP DIPA : Dirjen Anggaran.
DIPA Petikan :
Lembar DIPA : tidak ditandatangani;
SP DIPA : tidak ditandatangani.
5. Mekanisme DIPA disusun berdasarkan RKA-K/L atau DIPA Induk disusun berdasarkn
Penyusunan RKA-BUN yg telah ditetapkn dlm SP RKA- RKA-K/L atau RDP BUN yg telah
K/L atau Keppres Rincian Anggaran ditetapkan dlm Keppres RABPP
Belanja Pemerintah Pusat. atau DHP RDP BUN.
DIPA Petikan secara prinsip tidak
disusun, langsung dicetak dari
sistem brdsrkn RKA Satker atau
RDP BUN.
6. Mekanisme DIPA diajukan ke KP DJPBN atau Kanwil DIPA Induk diajukan ke DJA;
Pengesahan DJPBN sesuai lokasi dan status Satker. DIPA Induk disahkan oleh Dirjen
DIPA disahkan oleh Dirjen Anggaran.
Perbendaharaan/Direktur PA/Kepala DIPA Petikan disahkan melalui
Kanwil DJPBN. digital stamp.

Anda mungkin juga menyukai