Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TEORI AKUNTANSI

IS TAX ACCOUNTING RELEVANT TO USERS? THE CASE OF INDONESIA

KELOMPOK 1 :
1. Toba Antanov Simangungsong 1711822016
2. Zulfadli Ahmad Sary 1711822023
3. Mega Arthika Dewi 1711822024

MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah akuntansi perpajakan yang terdapat
dalam laporan keuangan relevan dengan pengambilan keputusan pengguna dan mewakili
kepatuhan terhadap undang-undang perpajakan. Dalam penelitian ini, informasi akuntansi
perpakajan dibagi menjadi 2 yaitu (1) item pengakuan pajak atau Tax Recognition Items
(TRI) dan (2) item pengungkapan pajak atau Tax Disclosure Items (TDI). Data survey
diperoleh dari 131 akuntan pajak professional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua
metode analisis yaitu (1) uji sampel berpasangan untuk mengetahui apakah ada kesenjangan
antara kondisi saat ini dan yang diharapkan atas informasi akuntansi pajak dan (2) analisis
regresi untuk mengetahui apakah informasi akuntansi perpajakan mempengaruhi relevansi
laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat lebih banyak
kesenjangan pada TRI dari pada di TDI; dan (2) TRI menciptakan relevansi, sementara TDI
tidak. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi pajak sangat penting untuk
meningkatkan pengambil keputusan. Namun, ada kesenjangan dan informasi yang tidak
memadai. Hasil ini juga menyiratkan bahwa pembuat standar akuntansi harus memperbaiki
standar sehingga akuntansi pajak memberikan nilai kepada pengguna laporan keuangan
1. Informasi Yang Relevan
a. Kesenjangan Ekspektasi Informasi Akuntansi Pajak
Informasi akuntansi pajak dapat menghasilkan kesenjangan harapan karena hanya
ada beberapa persyaratan untuk pengakuan dan pengungkapan item akuntansi pajak,
yang dapat mengarah pada lack informasi untuk pengambilan keputusan pengguna,
yaitu penilaian mereka terhadap tingkat kepatuhan pajak perusahaan. Oleh karena itu,
hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada kesenjangan harapan dalam informasi akuntansi pajak yang disajikan
dalamlaporan fikih.

b. Relevansi Informasi Akuntansi Pajak


Dalam akuntansi, ada tiga poin penting: (1) pengakuan, (2) pengukuran, dan (3)
pengungkapan. Dalam akuntansi pajak, semua akun diukur menggunakan pengukuran
yang sama, yaitu jumlah yang tidak dihitung (Bergner & Heckemeyer, 2017). Oleh
karena itu, fokus penelitian ini adalah pada dua item yang tersisa: pengakuan dan
pengungkapan.
Pengakuan berkaitan dengan kapan item perlu ada dalam laporan keuangan. Proses
pengakuan dalam akuntansi sejalan dengan waktu hak dan kewajiban sebagaimana
dipersyaratkan oleh undang-undang perpajakan; oleh karena itu, tidak ada
kesenjangan yang signifikan dalam perlakukannya (Hanlon., 2021). Oleh karena itu,
kriteria pengakuan dapat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diberikan dalam
laporan keuangan; Oleh karena itu, hipotesis berikut diusulkan:
H2: TRI berpengaruh terhadap kualitas informasi akuntansi.
Pengungkapan berkaitan dengan informasi selain hanya jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan dan dapat bersifat kuantitatif (penjelasan transaksi atau jumlah
yang disajikan) atau kualitatif (penjelasan tentang sifat, keadaan, atau peristiwa
surrounding transaksi tertentu) (Michels, 2017). Pengungkapan pajak menjelaskan
lebih lanjut tentang hak-hak perusahaan dan kewajiban sebagai wajib pajak, dan
beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengungkapan pajak
terdiri dari penjelasan dasar tentang jumlah item pajak yang disajikan dalam laporan
keuangan (Venter, Stiglingh, & Smit, 2017). Saat ini, investor menuntut lebih banyak
informasi daripada sekadar kepatuhan pajak perusahaan. Oleh karena itu,
pengungkapan pajak dapat mempengaruhi kualitas informasi yang diberikan dalam
laporan keuangan; Oleh karena itu, hipotesis berikut diusulkan:
H3: TDI memiliki pengaruh terhadap akuntansi dalam kualitas informasi.
Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol, yaitu tax exposure. Paparan pajak
dapat didefinisikan sebagai apakah pengguna memiliki pengalaman dasar dengan
atau pengetahuan tentang pajak (Kadous & Magro, 2001). Penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa pengguna dengan pengalaman akuntansi pajak yang lebih
banyak tidak akan mudah puas dengan perlakuan akuntansi saat ini (Inasius, 2019)
dan akan menuntut lebih dari sekadar jumlah pajak atau informasi dasar untuk
disajikan dalam laporan keuangan (Olsen, Kasper, Kogler, Muehlbacher, &
Kirchler , 2019; Yasa, Dharmawan, Adiputra, Martadinata, & Herawati , 2021).
Oleh karena itu, eksposur pajak dapat menjadi proxy yang baik untuk menentukan
apakah informasi akuntansi saat ini mengenai pajak memadai. Penelitian ini tidak
menggunakan faktor demografis (seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dll)
sebagai variabel kontrol karena kurangnya penelitian sebelumnya yang meneliti
peran faktor demografis dalam kualitas informasi akuntansi.
2. Reaksi stakeholder terhadap adanya informasi tersebut
Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan harapan, hal ini
membuktikan bahwa lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
informasi akuntansi pajak dalam laporan keuangan. Secara keseluruhan, lebih banyak
kesenjangan ditemukan di TRIs daripada di TDIs, tetapi kesenjangan rata-rata di TDI
lebih besar daripada di TRIs. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya menyajikan jumlah
pajak dalam laporan keuangan terlalu sederhana dan mungkin tidak sesuai dengan
karakteristik yang relevan (Gabršek, 2017). Item pajak yang disajikan dalam laporan
keuangan sebagian besar rutin; namun, beberapa di antaranya tidak, misalnya, tax
amnesty atau litigasi pajak. Tax amnesty accounting treatment dapat dikatakan sebagai
kompromi antara memberi informasi kepada pengguna dan memungkinkan wajib pajak
untuk menyembunyikan item tax amnesty karena kerahasiaan item tersebut dijamin oleh
pemerintah Indonesia (Martani & Maharani, 2020). Litigasi pajak tidak selalu dapat
diprediksi secara akurat, dan terkadang perusahaan lebih suka menunjukkan jumlah
litigasi pajak minimal untuk meminimalkan kewajiban dan pengeluaran yang
ditunjukkan dalam laporan keuangan (Kiepura, 2019). Salah satu karakteristik yang
relevan adalah nilai prediktif, dengan hanya mengungkapkan jumlah yang tidak dihitung,
hanya berdasarkan penilaian diri, laporan keuangan tidak dapat memberikan informasi
apakah jumlah TRI adalah pajak riil yang harus dibayar oleh wajib pajak (Oh & Ki,
2020). Oleh karena itu, disarankan untuk membuat panduan terpisah untuk informasi
akuntansi pajak yang dengan jelas menggambarkan persyaratan standar akuntansi dan
persyaratan kode pajak mengenai penyajian item dan menunjukkan bagaimana
perusahaan dapat mencatat transaksi mereka sambil memenuhi kedua persyaratan
(Ahmeti, Aliu, Elshani, & Ahmeti, 2014; Bergner & Heckemeyer, 2017).
Kedua, hasilnya menunjukkan bahwa dampak pengungkapan pajak terhadap
pengambilan keputusan pengguna masih minim. Hipotesis ketiga didasarkan pada teori
bahwa pengungkapan informasi akan meningkatkan pemahaman pengguna tentang
transaksi, tetapi transaksi pajak tidak sepenuhnyadiungkapkan oleh perusahaan. Pajak
adalah masalah yang sangat rahasia, dan, di Indonesia, hanya sedikit wajib pajak, baik
individu atau perusahaan, yang bersedia membahas masalah pajak di depan umum
(Inasius, 2019; Iraman, Ono, & Kakinaka, 2022). Indonesia juga memiliki tingkat wajib
pajak yang sangat rendah yang secara sukarela mengungkapkan pengembalian pajaknya
kepada publik (Inasius, 2019). Hasil ini menyiratkan bahwa untuk membuat
pengungkapan lebih efektif, kesediaan wajib pajak untuk mengungkapkan masalah pajak
juga harus ditingkatkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengajaran
pajak yang berkualitas baik juga dapat diekspresikanuntuk meningkatkan kesadaran
wajib pajak (Pratama, 2017; Yuan, Hu, & Tian, 2019). Dalam jangka panjang, kurikulum
harus dimodifikasi terutama pada mata kuliah akuntansi perpajakan, sehingga mahasiswa
tidak diajarkan tentang prosedur akuntansi dasar tetapi juga tentang analisis akuntansi
perpajakan, sistem informasi akuntansi perpajakan, atau bahkan audit pajak dalam
konteks akuntansi (James, 2000).
Ketiga, hasilnya menunjukkan bahwa pengguna dengan eksposur pajak yang lebih tinggi
perceive informasi pajak sebagai kurang relevan. Investigasi terhadap paparan pajak
variabel kontrol bukanlah tujuan utama dari penelitian ini; Namun, itu mengungkapkan
fakta menarik bahwa lebih banyak pengetahuan pajak menciptakan permintaan yang lebih
besar untuk penyajian informasi pajak dalam laporan keuangan. Hasil ini menunjukkan
bahwa penyajian informasi pajak tidakmemenuhi semua kebutuhan pengguna umum.
Laporan keuangan disajikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna umum, dan pengguna
umum informasi pajak menuntut lebih banyak informasi daripada sekadar jumlah atau
fakta kepatuhan (Eberhartinger & Klostermann, 2007; Eberhartinger et al., 2020). Di
masa depan, standar akuntansi dapat dikembangkan untuk memastikan bahwa informasi
pajak yang disajikan dalam laporan keuangan dapat mengakomodasi kepentingan
berbagai pengguna. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu terjalin kerjasama antara
para profesional accounting dengan kantor pajak (Ormin & Bashir, 2020). Hasil ini
menunjukkan bahwa jika kantor pajak dan profesional akuntansi dapat memperbaiki
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, maka akan lebih relevan dengan
laporan keuangan dan tentunya meningkatkan citra dan kepatuhan wajib pajak (Sikka,
2017).
3. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penelitian ini telah menemukan kesenjangan ekspektasi dalam
informasi pajak yang disajikan dalam laporan keuangan, dan itu berlaku untuk semua
aspek perlakuan akuntansi item pajak. Kesenjangan ekspektasi menjadi masalah
karena dapat mengurangi dampak positif dari laporan keuangan; oleh karena itu,
perlu segera diselesaikan. Bagian diskusi mengeksplorasi beberapa alternatif untuk
mengembangkan informasi akuntansi pajak di masa depan, dan jika kesenjangan
harapan dihapus, pemahaman informasi pajak akan meningkat secara signifikan, serta
kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga menemukan bahwa permintaan informasi
akuntansi pajak semakin meningkat dan perlu adanya kerangka kerja yang
memungkinkan tujuan informasi perpajakan yang lebih kuat dalam keadaan
keuangan, yang dapat terdiri dari karakteristik kualitatif akuntansi pajak, unsur-unsur
informasi pajak, dan asumsi, prinsip, dan kendala penyajian akuntansi pajak dalam
laporan keuangan. Panduan diharapkan akan dibuat dalam waktu dekat untuk
memenuhi kebutuhan akan kerangka kerja yang kuat. Relevansi adalah keutamaan
laporan keuangan yang baik, dan untuk menyajikan informasi yang relevan, harus
ada kerangka kerja yang dapat menghilangkan kesenjangan harapan saat ini.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, however. Pertama, kami hanya mampu
mengumpulkan data dari 131 responden. Penelitian di masa depan mungkin berusaha
untuk meningkatkan ukuran sampel. Kedua, proportions pekerjaan pengguna tidak
seimbang karena sulitnya menemukan responden yang bersedia. Future research
dapat berkolaborasi dengan profesional akuntansi untuk meningkatkan jumlah peserta
dan menyeimbangkan proporsi dengan lebih baik. Peneliti masa depan mungkin juga
mempertimbangkan untuk melakukan studi ini di seluruh Indonesia karena masih ada
disparitas yang signifikan antara pengguna informasi akuntansi di wilayah barat dan
timur. Ketiga, penelitian di masa depan dapat melakukan perbandingan antar negara
untuk menyelidiki pengaruh negara terhadap informasi akuntansi pajak dan membuat
hasilnya lebih kuat. Terakhir, masih kurangnya referensi mengenai informasi
akuntansi pajak dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dapat
menggunakan model analisis sederhana dan variabel terbatas.
b. Saran
 Bagi pemerintah, kantor pajak atau otoritas pajak dapat memperkenalkan daftar
komprehensif peraturan pengungkapan pajak untuk memaksimalkan pasokan
informasi pajak bagi penggunanya. Informasi pajak dapat membantu pengawasan
kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
 Untuk pembuat standard, Financial Accounting Standards Board (FASB), adalah
mengevaluasi kembali perlunya standar yang mengatur pengungkapan informasi
pajak dalam laporan keuangan. Standar ini dapat mencakup aturan untuk
menentukan informasi pajak dalam laporan keuangan, informasi pajak melalui
pengungkapan tambahan, dan standar lain yang memudahkan pengguna laporan
keuangan untuk mengakses informasi pajak perusahaan

Anda mungkin juga menyukai