Oleh
Irwanto, SST
(Widyaiswara Pertama)
I. PENDAHULUAN
Durian (Durio zibethinus Murray) adalah buah yang memiliki nilai ekonomi
tinggi di Indonesia dengan kisaran pasaran yang luas dan beragam mulai dari
pasar tradisional hingga pasar modern, restoran dan hotel. Hal ini menunjukkan
bahwa komoditas durian sangat potensial untuk diusahakan karena memiliki nilai
ekonomi dan daya saing yang tinggi dibandingkan komoditas buah lainnya.
Durian merupakan jenis buah asli nusantara yang berasal dari pulau
Kalimantan sehingga keragaman genetik durian di Indonesia sangat besar. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi durian unggul paling tinggi di
dunia.
Dalam pembibitan durian dikenal dua macam
perkembangbiakan/perbanyakan bibit yaitu: perkembangbiakan secara generatif
(menggunakan biji) dan perkembangbiakan secara vegetatif (Penyambungan,
okulasi dan penyusuan). Perkembangbiakan secara generatif yaitu
perkembangbiakan tanaman menggunakan bagian generatif tanaman seperti biji.
Perkembangbiakan dari biji mempunyai kekurangan, yaitu: varietas baru yang
muncul belum tentu baik, tidak bisa dipastikan mempunyai sifat baik seperti
induknya, dan berbuahnya lama. Kelebihan perkembangbiakan secara generatif
yaitu: umurnya lebih panjang dan perakarannya kuat, biaya untuk perbanyakan
lebih murah, dan pelaksanaan lebih mudah.
Perkembangbiakan secara vegetatif yaitu perkembangbiakan yang
menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti, batang, cabang, daun, dan
akar. Perkembangbiakan ini mempunyai kekurangan, yaitu: perakarannya tidak
dalam sehingga mudah roboh bila ada angin kencang dan susah mendapatkan air
bila tempat tumbuhnya mempunyai air yang dalam dan memerlukan keterampilan
khusus dalam perbanyakannya serta biaya pengadaan bibit lebih mahal.
Kelebihan perkembangbiakan secara vegetatif yaitu: mempunyai sifat-sifat
baik seperti pohon induknya dan umur berbuahnya lebih cepat.
Perbanyakan bibit secara vegetatif (sambung, okulasi, dan penyusuan) akan
berhasil dengan baik apabila memenuhi persyaratan diantaranya:
a. Batang atas dan batang bawah kompatibel/sesuai
b. Irisan/pembuatan keratan harus rata dan halus (diperlukan pisau yang
tajam)
c. Kambium batang atas dan kambium batang bawah harus bersentuhan rata.
d. Khusus untuk okulasi, kulit kayunya harus mudah dikelupas (mata tempel
harus mudah dilepas dari bagian kayunya)
e. Kondisi lingkungan (kelembaban dan suhu) memenuhi persyaratan.
2.4 Perawatan
Setelah biji durian ditanam, beberapa langkah perawatan terhadap biji yang
disemai harus dilakukan, antara lain penyiraman, pemupukan, dan pengendalian
hama penyakit. Setelah berumur dua bulan bibit sudah bisa disambung pucuk.
Untuk okulasi, harus digunakan batang bawah dengan ukuran 40 – 50 cm.
Pada proses penyayatan dan pembuatan baji ini, kebersihan juga harus
dijaga, permukaan sayatan jangan sampai tersentuh tangan. Apabila dalam
penyayatan/pembuatan baji, ujung sayatan pecah atau belah, maka ujung
sayatan harus dirapikan dan panjang sayatan juga harus disesuaikan
kembali dengan sayatan pada batang bawah.
V. KESIMPULAN
Sobir, dan Rodame M. Napitupulu (2010). Bertanam Durian Unggul. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.