TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Edamame berasal dari bahasa Jepang. Eda berarti cabang dan mame
berarti kacang, dapat diartikan sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang
(Branched bean). Edamame di Cina dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy bean)
(Miles et al., 2000). Orang Eropa terutama Inggris lebih mengenal jenis kedelai ini
dengan nama vegetable soybean (kedelai sayur) atau green soybean dan sweet
besar(>30g/100 biji) yang dipanen muda dalam bentuk polong segar pada stadia R-
6, dan dipasarkan dalam bentuk segar (fresh Edamame) atau dalam keadaan beku
Jawa Barat dan hasilnya dipasarkan dalam bentuk segar di pasar dalam negeri. Pada
tahun 1992 Edamame dicoba pula pengembangannya di Jember dan sejak tahun
1995 hasilnya mulai dipasarkan dalam bentuk segar beku dan diekspor ke Jepang
penuh. Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan
kemasaman tanah netral. Pada umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan baik
pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl).
Kedelai Edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, Regosol, grumosol,
latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya
6
7
bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0
(Nazzarudin, 1993).
Rhizobium sp. japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi
nama nodul atau nodul akar (Lampiran 7p). Nodul akar tanaman kedelai umumnya
dapat mengikat Nitrogen dari udara pada umur 10-12 hari setelah tanam, tergantung
sudah terjadi mulai 4-5 hst, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat
itulah terjadi infeksi akar rambut yang merupakan titik awal dari proses
pembentukan nodul akar (Aep, 2006). Kemampuan memfiksasi Nitrogen ini akan
hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah masa
menurun bersamaan dengan semakin banyaknya nodul akar yang tua dan luruh
(Aep, 2006). Menurut Singgih (2013) teknik budidaya kedelai edamame meliputi:
Media Tanam
mtahari, ketika tanah sudah kering maka tanah diayak menggunakan alat
8
Persiapan Benih
Benih yang digunakan harus memiliki kualitas baik, yaitu benih yang
sudah cukup tua, utuh, dan warnanya mengkilat. Selain itu benih juga harus
Penanaman
daya kecambah selesai benih Edamame siap ditanam. Pada saat penanaman
polibag.
polibag berukuran 30x40 cm, dengan cara polibag diisi tanah dengan
kira 3 cm, lalu benih kedelai Edamame dimasukan 2 benih per lubang tanam.
Penyulaman
tanam (MST). Tanaman kedelai yang tidak tumbuh atau kena hama dan
mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dan mengganti tanaman
9
tanam (MST) dengan mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara
pindah tanaman dari tanaman kedelai Edamame yang tumbuh dua tanaman
yaitu pindah tanam dari tanaman yang seumur merupakan cara penyulaman
terbaik, dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 hari setelah tanam
(HST).
Penyiangan
Penyiraman
keadaan kering. Menurut Aep (2006), tanaman kedelai memerlukan air saat
Pemupukan
Jumlah takaran pupuk dan saat pemberiannya tidak sama untuk setiap
lokasi, tergantung kepada tipologi lahannya. Selain pupuk, kapur juga perlu
dapat tumbuh baik di lahan yang sangat masam. Dosis pemupukan Biasanya
10
150 kg TSP/ha
Pengendalian OPT
kedelai. Lalat pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot
kualitas Edamame. Edamame yang diminta oleh pasar lokal maupun ekspor
11
adalah Edamame yang bernas, warna hijau segar dan harus bebas dari bekas
polong.
tanam (HST) sampai 68 HST untuk polong segar. Panen polong muda saat
polong berwarna masih hijau bisa mencapai 7,5 ton per hektar jika terlalu
pemanenan adalah ketika polong masih berwarna hijau, belum matang dan
padat dengan biji hijau yang telah berkembang secara penuh yang biasanya
terjadi pada fase pengembangan. Karakteristik fisik yang nampak pada saat
pemanenan adalah warna polong hijau terang dan agak sedikit abu-abu,
ukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4 cm dengan jumlah biji dua
atau lebih. Umumnya jumlah polong berbiji dua dan tiga sekitar 50% (7
rata-rata 40-50 polong/pohon dan jumlah polong tidak lebih dari 175 polong
B. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daun-
kompos terjadi dengan sendirinya tetapi memakan waktu yang lama sehingga perlu
perlakuan agar menghasilkan kompos dengan kualitas baik dalam waktu yang tidak
lama. Semakin banyak jenis bahan yang digunakan dalam pengomposan maka
unsur hara yang tersedia dalam kompos tersebut akan semakin lengkap.
sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos memperbaiki sifat fisik tanah dengan
cara memperbaiki struktur dan tekstur serta peningkatan porositas tanah. Kompos
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal dari
kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan
maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung
pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar sertakandungan haranya
(Sangatanan dan Sangatanan, 1989). Pupuk organik yang dikembalikan melalui pupuk
kandang selain sebagai sumber bahan organik tanah juga sebagai sumber hara bagi
pertumbuhan tanaman (Ende dan Taylor, 1969). Bahan organik memegang peranan
penting pada tanah tropis, karena hampir semua unsur terdapat didalamnya (Agboola,
1974).
tanah pertanian. Pada umumnya petani menggunakan kompos kotoran ternak sapi
sebagai pupuk dasar dalam melakukan budidaya tanaman kedalai atau yang sering
disebut dengan pupuk kandang. Kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
13
organik karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti unsur N,
P dan K serta beberapa unsur hara lainnya. Pupuk kandang mempunyai kandungan
tersendiri yang ditentukan oleh jenis makanan dan usia ternak tersebut. Seperti
unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sapi yakni N 2,33 %, P2O5 0,61 %,
K2O 1,58 %, Ca 1,04 %, Mg 0,33 %, Mn 179 ppm dan Zn 70,5 ppm (Wiryanta dan
adalah 20 ton/ha. Namun dengan penggunaan sebesar itu untuk per musim
tanamnya berbagai kendala muncul seperti ketersediaan yang terbatas dan harga
Pelepah daun salak merupakan suatu limbah pertanian hasil pemangkasan yang
dan diantaranya jenis salak pondoh (4.095.178 rumpun), 11,5% salak biasa dan
0,5% salak gading (Badan Pusat Statistik, 2004). Pemangkasan pelepah daun salak
merupakan salah satu pemeliharaan tanaman yang dilakukan dalam budidaya salak,
hal ini bertujuan untuk menjamin produktivitas tanaman salak yang sesuai dengan
kemarau dan penghujan). Setiap rumpun rata-rata terdiri dari 5 pohon. Setiap
rumpun akan menghasilkan limbah pelepah sebanyak 15 atau setara dengan bobot
0,36 kg, pelepah yang dihasilkan setara bobot 4,32 kg sehingga untuk populasi
14
20.104 ton/ musim yang merupakan potensi yang sangat besar sebagai sumber
Menurut hasil penelitian Balai Besar Pulp dan Kertas bandung bersama Dinas
tahun 2003, pelepah daun salak mengandung serat Eqfalen dengan kandungan sert
pada pelepah daun salak yaitu sebesar 52%. Dari hasil analisis pelepah daun salak
(Pitoyo, 2016). Sedangkan hasil analisis oleh Labolatorium Chem-mix Pratama abu
pelepah daun salak mengandung N 0,5% P2O5 0,8% dan K2O 4,1 %.
Pelepah daun salak mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi maka
pengomposan pelepah daun salak membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada
umumnya untuk memperoleh kompos yang baik dibutuhkan waktu enam sampai
pelepah daun salak dapat dilakukan selama 4 minggu (Pitoyo, 2004). Berdasarkan
hasil analisis penelitian Pitoyo (2016) aktivator EM4 merupakan aktivator yang
paling baik dalam proses pengomposan pelepah daun salak. Pengomposan pelepah
mengandung air 15,92%, C 21,1%, N 2,04%, BO 47,72%, C/N rasio 13,27% (Pitoyo,
2016).
Pada proses pengomposan perlu dijaga kadar air, pH, temperatur dan aerasi
yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses
(baik itu bakteri, virus, parasit, bibit penyakit tanaman maupun bibit gulma) akan
15
juga ukuran partikel bahan. Kelembaban yang baik yaitu antara 40-60% karena
yang optimum untuk proses pengomposan yaitu antara 30-35. Sedang untuk pH
yang optimum yaitu berada pada kisaran pH netral antara 6-8. Ukuran partikel
bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerob berkisar antara 1-7,5 cm (Andhika
dkk., 2009).
2 Kadar air % °C 50
3 Warna Kehitaman
5 pH 6,80 7,49
7 Bahan organic % 27 58
8 Karbon % 9,80 32
9 Nitrogen % 0,10
10 C/N- Rasio 10 20
C. Hipotesis
Diduga perlakuan pemberian dosis 25 ton/ha kompos pelepah daun salak
memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap pertmbuhan dan hasil tanaman kedelai