Kedelai berumur pendek (70 – 80 hari) Misalnya jenis kedelai putih varietas Genjah
Slawi, Sindoro, Sumbing, Ringgit dan Welirang.
Kedelai berumur panjang (90 – 120 hari) kedelai putih misalnya varietas Lawu, Pandan
dan No. 29, sedangkan kedelai hitam misalnya No. 16 dan No. 27 (Plantus, 2008).
Kedelai yang ditanam setelah padi sawah tidak memerlukan pengolahan tanah. Saluran drainase
dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm, setiap 3-4 perlu dibuat untuk mengurangi kelebihan air
dan berfungsi pula sebagai saluran irigasi pada saat hujan sudah berhenti.
Ditanam pada bulan Maret/April atau Juli/Agustus masing-masing untuk pertanaman MK I dan MK II.
Agar tidak terjadi akumulasi serangan hama dan penyakit serta kekurangan air, kedelai dianjurkan
ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah tanaman padi dipanen. Tanam harus dilakukan secara serempak
pada satu hamparan, minimal 50 Ha.
1.4 Pemupukan
Pemberian pupuk sebaiknya ditaburkan dalam larikan yang dibuat di dekat lubang tanam disepanjang
barisan kedelai. Pada lahan sawah yang subur atau setelah tanam padi Supra Insus, kedelai hanya perlu
penambahan 50 kg Urea/ha. Sedangkan pada lahan sawah bertekstur berat (misalnya jenis tanah
Vertisol) diperlukan pupuk 50 kg Urea + 50 kg SP36 + 100-150 KCl/ha. Pupuk anorganik dapat digantikan
dengan pemberian 5-10 ton kotoran ayam/ha dengan 5 ton kompos jerami/ha.
Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyiangan sehingga cukup dilakukan 1 x sebelum tanaman
berbunga. Pada umumnya, banyaknya jerami padi yang digunakan sebagai mulsa sama dengan hasil
jerami pada suatu petakan sehingga tidak diperlukan tambahan dari petakan lain. Namun demikian,
sebanyak 5 ton jerami/ha diperkirakan cukup bagi kedelai. Pada daerah dengan lalat bibit dan gulma
merupakan kendala, pembakaran jerami setelah tanam kedelai dapat dilakukan dan cara ini lebih
menyeragamkan pertumbuhan awal kedelai.
1.6 Pengairan
Penambahan air ditujukan untuk mem-pertahankan kelembaban tanah hingga dicapai kondisi kapasitas
lapang. Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal
pertumbuhan vegetatif sekitar 15-21 hst, saat berbunga 25-35 hst dan saat pengisian polong 55-70 hst.
Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi
Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat
ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara kultur teknis antara lain
penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu
hamparan serta penggunaan tanaman perangkap jagung. Sedangkan contoh pengendalian secara
biologis antara lain penggunaan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, penggunaan Nuclear
Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spadoptera litura (SINPV) dan untuk ulat buah Helicoverpa
armigera (HaNPV) serta penggunaan feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak.
Terdapat 4 bahan nabati yang efektif terhadap hama pengisap polong dilapangan, yaitu serbuk biji
nimba, srikaya, sirsak dan ekstrak daun mindi. Serbuk biji srikaya 40 gr/l mampu menekan populasi kutu
kebul setara dengan insektisida Amitraz.
Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phacospora pachyrhizi, busuk batang dan akar
Schlerospora rol feii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian penyakit karat daun
dengan fungisida Mancozeb, penyakit busuk batang dan akar menggunakan jamur antagonis
Trichoderma harzianum. Sedangkan pengendalian virus dengan mengendalikan vektornya yaitu
serangga hama kutu dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian dilakukan pada saat tanaman
berumur 40, 50 dan 60 hari.
Panen dilakukan apabila 95% jumlah polong pada batang utama telah matang berwarna kunig
kecoklatan atau kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Hasil panen ini segera dijemur
agar cepat kering (4-5 hari tergantung sinar matahari) kemudian dilakukan perontokan biji dengan
menggunakan thresher atau alat pemukul dari bambu. Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit
polong dan diusahakan kadar air biji mencapai 10-12% pada saat mulai disimpan (Dinas Pertanian
Kalimantan Selatan, 2009).
Banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB, dan NTT (Plantus, 2008). Untuk
budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang
dari 500 m di atas permukaan laut (http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?
mnu=2&id=15, 2005).
Dapus
[Anonim]. 2005. Tanaman Obat di Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?
mnu=2&id=15 [30 November 2009].