Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KODE ETIK

PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI

Oleh,

Dosen : Tjitjik Hamidah, S.Psi., M.Si,


Kelas : Kamis, 07.50 - 09.30 / 503

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


FAKULTAS PSIKOLOGI
JAKARTA
2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak,

luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah

baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia

termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai

oleh pihak asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya

mengelola sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat

pada kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para

penyelenggara negara seakan-akan sudah tidak berorientasi lagi untuk memajukan

bangsa ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.

Korupsi ternyata dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi. Rasanya

sungguh tidak pantas, seseorang yang berpendidikan melakukan hal yang seharusnya

tidak boleh dilakukan. Korupsi tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan

kerugian bagi pihak lain, dan hanya memberikan keuntungan kepada pihak yang

korupsi atau biasa disebut dengan koruptor.

Faktanya korupsi dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan. Misalnya

dalam pemerintahan, mereka menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk kepentingan

pribadi. Bisa dilihat dari salah satu kasus korupsi wisma atlet yang menjerat seseorang

yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sebagai wakil rakyat seharusnya

mengemban baik-baik tugas dan amanah yang telah dipercayakan oleh rakyat. Namun

pada kenyataannya mereka mementingkan keinginan mereka sendiri, melupakan

tanggung jawab mereka sebagai wakil rakyat. Pendidikan antikorupsi merupakan

salah satu cara yang mampu untuk memberikan informasi bagi peserta didik

mengenai korupsi.

Menurut Agus Wibowo (2012: 49) Strategi internalisasi Pendidikan

antikorupsi di sekolah disisipkan dan di integrasikan pada mata pelajaran yang ada
antara lain Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bimbingan Karir, Bahasa dan

sebagainya. Sedangkan di bangku kuliah di integrasikan pada mata kuliah kode etik.

Dengan adanya pendidikan antikorupsi diharapkan kelak ketika giliran mereka

menjalankan pemerintahan negara Indonesia tidak ada lagi korupsi, seperti yang telah

diputuskan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar

tahun 2011 telah mengeluarkan model integrasi pendidikan antikorupsi pada mata

pelajaran

pendidikan kewarganegaraan.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dari anti-korupsi ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

serta memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dari anti-korupsi beserta

penjelasannya. Selain itu untuk melengkapi dan menjalankan tugas dari mata kuliah

Kode Etik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip anti-korupsi

Pada pokok pembahasan sebelumnya telah dibahas nilai-nilai anti-korupsi yang

mencegah terjadinya korupsi dari internal. Sementara itu, semangat anti-korupsi

didasarkan pada prinsip-prinsip yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran,

kebijakan, dan kontrol kebijakan (Nanang & Romie, 2011:75).

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.

Akuntabilitas digunakan sebagai alat untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku

administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan

jawaban kepada sejumlah otoritas eksternal yang berkaitan dengan kinerja dari

sebuah organisasi. Akuntabilitas bertujuan untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dalam penyelenggaraan negara yang bersih, jujur, dan berwibawa.

Menurut Reevers (dalam Sukamto, 2005:3) mengemukakan bahwa prinsip-

prinsip dasar dalam penerapan akuntabilitas meliputi:

a. Konsistensi (congruence)

Akuntabilitas hendaknya menjadi tema atau alat pengendali sehingga

secara konsisten mewarnai kebijakan umum, rencana strategis, indikator kerja,

sampai pada sistem evaluasi personalia melalui pengakuan pemberian imbalan

dan sangsi.

b. Kejelasan program (specification)

Akuntabilitas harus dijabarkan secara spesifik dan jelas, tidak cukup

hanya dirumuskan sebagai kebijakan.

c. Relevansi (relevance)
Akuntabilitas secara bertahap diharapkan mampu membangun

hubungan yang bermakna tentang relevansi strategi dan kebijakan yang

diambil terhadap proses dan hasil pembelajaran di kelas.

d. Diversifikasi (respect for diversity)

Akuntabilitas tidak bertentangan dengan keberagaman. akuntabilitas

menuntut transparansi dan kemauan untuk mengakui secara jujur, pendekatan

mana yang gagal dan yang berhasil melalui pertukaran informasi.

e. Keberlanjutan (continue of improvement)

Akuntabilitas memiliki efek keberlanjutan dalam rangka upaya

peningkatan pendidikan, apabila ada sistem umpan balik yang akurat, objektif

dan tepat waktu.

f. Fokus pada keberhasilan (achievement)

Akuntabilitas hendaknya tidak lepas dari fokus utama pada upaya

peningkatan prestasi belajar dalam arti yang luas.

2. Transparansi

Salah satu prinsip penting anti korupsi adalah transparansi. Prinsip ini penting

karena pemberantasan korupsi dinilai dari transparansi dan mengharuskan semua

proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan

dapat diketahui publik. Transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran

untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran.

Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses

penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses

pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai

dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian


terhadap kinerja anggaran. Proses penyusunan kegiatan terkait dengan proses

pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan. Proses pembahasan membahas

tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi

penggalangan dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan

tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara

teknis.

Proses pengawasan dan proses pembangunan berkaitan dengan kepentingan

publik, dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh

masyarakat sendiri. Proses lainnya adalah evaluasi. Proses ini berlaku terhadap

penyelenggara proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya

pertanggungjawaban secara admisnistratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari

setiap out put kerja-kerja pembangunan.

3. Kewajaran

Prinsip ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran)

dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran

lainnya. Prinsip kewajaran (Menurut Nanang & Romie, 2011:82) memiliki lima

hal penting yaitu :

a. Komprehensif dan disiplin

Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan

aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan

tidak melampaui batas.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas artinya adanya kebijakan tertentu untuk mencapai

efisiensi dan efektifitas.


c. Terprediksi

Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar

asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran

berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip

kewajaran di dalam proses perencanan pembangunan.

d. Kejujuran

Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan

maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknik

maupun politis.

e. Informatif

Sifat informatif dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran

dan proses pengambilan keputusan.

4. Kebijakan

Prinsip kebijakan ini diperlukan agar peserta didik mengetahui dan memahami

kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar

tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.

Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti

korupsi, namun dapat berupa undang undang kebebasan mengakses informasi,

undang-undang desentralisasi, undang-undang anti monopoli maupun undang-

udang lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus

mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat

negara (Nanang & Romie, 2011:83).

Aspek-aspek kebijakan terdiri dari 1) isi kebijakan, 2) pembuat kebijakan, 3)

pelaksana kebijakan, dan 4) kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif
apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan

korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas

pembuatnya. Eksistensi kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman,

sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang

anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat

partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol kebijakan

Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. kontrol kebijakan

merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan

mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini akan dibahas mengenai

lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization.

Reformasi pengawasan di Indonesia, problematik pengawasan di Indonesia.

Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.

Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap

kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Dan

kebijakan kontrol berupa oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif

kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan kebijakan yang berupa

evolusi yaitu mengontrol dan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

Setelah memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa di arahkan agar dapat

berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa

partisipasi, evolusi maupun reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan

mahasiswa di mana peran mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai

bagian dari masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip-prinsip anti-korupsi dapat diterapkan oleh mahasiswa dalam

kehidupan kemahasiswaan di kampus. Prinsip-prinsip anti-korupsi terbagi menjadi

lima yaitu, 1) akuntabilitas, merupakan kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan

kerja. Prinsip akuntabilitas terbagi menjadi enam di antaranya konsistensi, kejelasan

program, relevansi, diversifikasi, keberlanjutan, dan fokus pada keberhasilan. 2)

transparansi, mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung

tinggi kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran. 3) kewajaran, ditujukan untuk

mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam

bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Prinsip kewajaran terdiri dari lima

hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan

normatif. 4) kebijakan, berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak

terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Aspek dari

kebijakan terbagi menjadi lima di antaranya isi kebijakan, pembuat kebijakan,

pelaksana kebijakan, dan kultur kebijakan. 5) kontrol kebijakan, merupakan upaya

agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk

korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Hamidah, tjitjik. 2017. Diktat kuliah kode etik psikologi Indonesia. Jakarta

Mukodi. Afid, burhanuddin. 2014. Pendidikan anti korupsi. Yogyakarta : LPPM

Press. Diakses kamis 26 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai