PEMBAHASAN
A. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak
yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah
kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir
sampai meninggal dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari
Imam Barnadib, 1995).
2. Karakteristik Peserta Didik
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan
oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) :
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,sehingga
merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri
peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun ke
arah penyesuaian dengan lingkungan.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
3. Kedudukan Peserta Didik
1.Peserta Didik Sebagai Pokok Persoalan
Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi
sebagai penentu dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa
kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah "kunci" yang
menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
2.Peserta Didik Sebagai Persona
Pandangan modern tentang pendidikan dewasa ini melihat peserta didik adalah subjek
atau persona. Peserta didik adalah subjek yang otonom, memiliki motivasi, hasrat,
ambisi, ekspresi, cita-cita,mampu merasakan kesedihan, bisa senang dan bisa marah,
dan sebagainya.
4. Tipologi Kepribadian Peserta Didik
1.Autonomy
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan keinginan melakukan sesuatu
secara sendiri, bertindak dan berinisiatif sendiri,tidak senang dibantu orang lain,tidak
senang disuruh-suruh.
2.Affiliation
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan senang bersama anak lain, suka
bersahabat, suka memperbanyak teman, selalu ingin dekat dan bekerjasama dengan
yang lain, saling membutuhkan dengan teman dan sahabatnya.
3.Succorance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap manja, ingin orang lain
selalu membantunya, ingin selalu minta tolong, lebih senang kalua orang lain
melayaninya.
4.Nurturrance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap pemurah.
5.Aggression
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap-sikap agresif, ingin
menang
sendiri,mudah tersinggung, cepat marah, jika diganggu akan menyerang balik dengan
keras bahkan berlebihan.
6.Dominance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan ingin menguasai atau mengatur
teman, ingin tampil menonjol, cepat mengambil inisiatif untuk membangkitkan
semangat kelompok, ingin menjadi ketua atau pengurus kelas.
7.Achievement
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan semangat kerja yang tinggi
untuk berprestasi, ingin bisa melakukan sesuatu karya,tugas-tugas di sekolah
dikerjakan sungguh-sungguh dan cenderung tidak mau dibantu.
(Murray)
5. Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya belajar peserta didik adalah kombinasi dari bagaimana peserta didik
menyerap, lalu mengatur,dan mengolah informasi (De Porter & Hernacki,2000:110).
Menurut De Porter & Hernacki (2000:111), gaya belajar peserta didik dapat
dikelompokkan kedalam tiga gaya belajar,yaitu:
Gaya belajar visual
Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual cenderung dan dominan
belajardengancaramelihat.
Gaya belajar auditif
Peserta didik yang bergaya belajar auditori cenderung dan menonjol
belajar dengan cara mendengar.
Gaya belajar kinestetik
Peserta didik yang gaya belajarnya kinestetik cenderung dan lebih suka
belajar dengan cara bergerak,bekerja,dan menyentuh.
6. Masalah Belajar Peserta Didik
1. Masalah Intern Belajar Peserta Didik
Faktor kesehatan
Faktor kemampuan intelektual dan kemampuan afektif (misal :perasaan dan
kepercayaan diri).
Kebiasaan belajar dan kemampuan penginderaan (metode belajar dan system
indra normal/tidak).
Faktor minat dan bakat.
Kemampuan fokus (cepat bosan atau tidak)
2. Masalah Ekstern Belajar Peserta Didik
1. Factor Keluarga, meliputi :
Bimbingan dan didikan orang tua
Hubungan antara orang tua dan anak
Suasana rumah atau keluarga
Keadaan ekonomi keluarga
2. Factor Sekolah, meliputi :
Guru (bisa mengelola komponen komponen dalam mendidik siswa atau
tidak)
Alat pelajaran (alatlab /peraga lengkap atau tidak)
Kondisi gedung (keramaian, luas, kebersihan)
Kurikulum (sesuai tidak dengan tingkatan peserta didik)
Waktu sekolah
B. Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Iman Barnadib, 1994).
Pendidik juga bisa diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994). Ada juga yang
mengartikan pendidik sebagai orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk
mencapai kedewasaan (Lavengeld).
2. Kompetensi Sebagai Persyaratan Pendidik
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru
meliputi :
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan
kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil,
berakhlak
mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik
b. Kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam memahami
peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik,
dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang
mereka miliki.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk
berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua
peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan
mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan
substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta
metodologi keilmuannya.
3. Kedudukan Pendidik di Sekolah
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994),kedudukan pendidik di sekolah
adalah sebagai manager, director, organisator, coordinator, komunikator, fasilitator,
dan stimulator. Sedangkan menurut Moh Uzer Usman (2006) menyebut sebagai
demonstrator, organisator, mediator, fasilitator, dan evaluator.
4. Hakikat, Tugas, dan Tanggung Jawab Pendidik
Menurut Raka Joni (Conny R. Semiawan dan Soedijarto, 1991), hakikat tugas guru
pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada
akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.
UU 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
d, sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; dan menjunjung tinggi peraturan
perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika,
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Profesionalisme Guru dan Prinsip-Prinsipnya
Profesionalisme berasal dari kata profesi. Menurut Mc Cully (Sunaryo Kartadinata &
Nyoman Dantes, 1997), Profesi merupakan suatu pekerjaan yang selalu menggunakan
teknik dan prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang harus dipelajari
dan secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang lain. Sedangkan
menurut Edgard H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata & Nyoman
Dantes, 1997), profesi merupakan seperangkat keterampilan yang dikembangkan
secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas
khusus di masyarakat.
Prinsip-prinsip profesionalisme guru :
a. Profesi guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme.
b. Menuntut komitemen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman taqwa
dan akhlak mulia.
c. Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relavan.
d. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah.
e. Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa.
6. Kode Etik Guru
Istilah “Kode etik” terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “Etik” beredar dari bahasa
Yunani, etis berasal dari kata“Ethos” yang berati watak, adab atau cara hidup. Dapat
diartikan bahwa etik itu menujukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia”. Dan Etik biasanya dipakai untuk pengkajian
sistem nilai-nilai. Karena itu guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode
etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru
selama dalam pengabdian.
Dalam rangka membina kemampuan dan kepribadian para guru sehingga memiliki
citra diri positif sebagai pemilik profesi yang professional di mata masyarakat, maka
sejak tahun 1974 para guru telah mengembangkan kode etik guru profesional. Kode
etik guru professional yang telah dirumuskan berbunyi (Sunaryo Kartadinata dan
Nyoman Dantes, 1997) sebagai berikut :
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaikbaiknya bagi kepentingan anak didik.
Guru memelihara hubungan baik dengan anggota masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.
Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesionalnya.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam keseluruhan.
Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
C. Isi Pendidikan
1. Pengertian Isi pendidikan
Isi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu materi yang akan diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar dapat dipelajari oleh peserta didik.
2. Macam-Macam Isi Pendidikan
Secara umum macam-macam isi pendidikan meliputi :
a. Nilai
Berupa nilai-nilai kemanusiaan yang berasal dari pengalaman manusia.
Nilai ini akan membentuk sikap dan kepribadian peserta didik dalam
kehidupannya.
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui pelatihan dan kebiasaan yang dilakukan
secara berulang-ulang setiap hari.
Metode ini adalah metode yang paling sering ditemui dan dilakukan
oleh pendidik. Metode pembelajaran ini dilakukan oleh pendidik yang
membutuhkan keaktifan pendidik dalam mengajar. Tujuan dari metode ini
adalah memberikan materi dan gabaran besar kepada peserta didik mengenai
materi yang dipelajari. (Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2010).
e. Metode Resitasi
Cara penyajian pembelajaran dengan pendidik memberikan tugas pada
peserta didik dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan peserta didik
serta merangsang keaktifan peserta didik dalam pembelajaran baik kelompok
maupun individual. (Hamalik, O. 1990).
f. Metode Permainan dan Simulasi
Suatu pengajaran dimana cara belajar yang disajikan dalam bentuk
permainan dengan tujuan agar peserta didik ikut aktif dalam proses belajar.
g. Metode Menghafal
Metode ini berarti mempelajari sesuatu agar masuk dalam ingatan
sehingga dapat mengingatnya di luar kepala.
E. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran berasal dari kata media yang dalam bahasa latin berarti
perantara atau pengatar. Media juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan terjadinya proses belajar bagi siswa. (Zainal Aqib,
2013). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perpaduan
antara perangkat keras dan perangkat lunak yang berisi mengenai materi
pembelajaran yang berfungsi untuk menunjang proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. (Priyati, E. 2016).
Menurut Mc Known media pembelajaran memiliki 4 fungsi (Setiawan, 2008), yaitu :
a. Media Visual
Media Visual merupakan media yang menggunakan indra pengelihatan
sebagai alat untuk pembelajaran
b. Media Auditif
Media Auditif merupakan media yang menggunakan suara sebagai alat
untuk mengajar
c. Media Audiovisual
Media Audiovisual merupakan perpaduan antara media suara dengan
gambar sebagai alat untuk pembelajaran.
F. Lingkungan Pendidikan
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi proses
berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan bisa berupa lingkungan fisik,
sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan
2. Lingkungan yang Berpengaruh Kuat Terhadap Pendidikan
Secara umum, lingkungan yang berpengaruh kuat terhadap pendidikan dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu:
(1) lingkungan fisik atau alam sekitar
(2) lingkungan sosio-kultural
(3) lingkungan sosio-ekonomi
(4) lingkungan teknologi dan informasi.
Lingkungan pendidikan juga dapat dibedakan menurut tempat di mana peserta didik
hidup dan menerima pengalaman pendidikan. Dilihat dari dimensi ini, lingkungan
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga pula, yaitu:
(1) lingkungan keluarga
(2) lingkungan Sekolah
(3) lingkungan masyarakat.
Ketiga hal tersebut oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai "tri pusat pendidikan".
Konsep tri pusat pendidikan istilah asal yang dicetuskan dari Ki Hajar Dewantara
adalah ”tri sentra pendidikan” yang mengacu kepada lingkungan pergaulan yang
menjadi pusat pendidikan bagi anak. Dalam konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan
pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan (sekolah), dan alam
pergerakan pemuda (masyarakat).
A. Lingkungan Keluarga
Kepentingan keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya disebabkan adanya
kesempatan yang sebaik-baiknya untuk menyelenggarakan pendidikan diri dan
sosial, akan tetapi juga karena orang tua (ibu dan ayah) dapat menanamkan segala
jenis kehidupan batiniah di dalam jiwa anak yang sesuai dengan kehidupan
batiniah dirinya. Inilah hak orang tua yang utama dan tidak boleh digantikan oleh
orang lain. Apabila sistem pendidikan dapat memasukkan alam keluarga ke
dalamnya, maka orang tua terbawa oleh segala keadaan pendidikan sehingga ia
akan berperan sebagai guru, sebagai pengajar, dan sebagai teladan (Sunaryo
Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997).
B. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan
masyarakat. Sekolah menjalankan tugas mendidik anak yang sudah tidak mampu
lagi dilakukan oleh keluarga, mengingat semakin kompleksnya praktek mendidik
anak.
Fungsi Sosial Utama Sekolah (Imran manan, 1989) :
(a) pemeliharan atau penjagaan (custodial care)
(b) melakukan sileksi peran sosial (social role selection)
(c) penanaman nilai dan ideologi atau indoktrinasi (indoctrination)
(d) pendidikan (education).
Alternatif dalam proses Pendidikan karakter
1. Menerapkan pendekatan modelling, yakni mensosialisasikan dan
membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan nilai-nilai akhlak dan
moral yang benar melalui model atau teladan.
2. Menjelaskan atau mengklarifiskasikan kepada peserta didik secara
terusmenerus tentang berbagai nilai yang baik dan buruk
3. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (Character based education)
yakni dengan menerapkan character based approach ke dalam setiap
matapelajaran yang ada di samping untuk pendidikan karakter, seperti
pelajaran agama, sejarah, Pancasila, dengan melakukan reorientasi baik dari
segi muatan dan pendekatan, sehingga tidak hanya menjadi verbalisme dan
sekedar hafalan, tetapi berhasil membantu pembentukan karakter.
C. Lingkungan Masyarakat
Kehidupan di masyarakat adalah kehidupan yang amat luas cakupannya. Aneka
karakter manusia, aneka situasi sosial, aneka wilayah, aneka informasi semuanya
hampir terbentang luas baik positif atau negatif, baik atau buruk, saleh atau jahat.
Tentu lingkungan masyarakat yang baik adalah yang dapat mendorong anak untuk
bisa maju menjadi anak yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang
para warga di dalamnya mau belajar untuk semakin menjadi lebih baik.
Masyarakat yang mau tetap terus belajar demi menjadi lebih baik adalah
masyarakat pembelajar (learning society). Learning Society adalah masyarakat
yang selalu suka belajar atau masyarakat pembelajar. Proses menjadikan
masyarakat sebagai masyarakat pembelajar bisa dicapai melalui berbagai cara
termasuk di dalamnya adalah melalui pendidikan formal (persekolahan) bagi
warganya.