Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak
yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah
kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir
sampai meninggal dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari
Imam Barnadib, 1995).
2. Karakteristik Peserta Didik
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan
oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) :
 Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,sehingga
merupakan insan yang unik.
 Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri
peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun ke
arah penyesuaian dengan lingkungan.
 Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
 Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
3. Kedudukan Peserta Didik
1.Peserta Didik Sebagai Pokok Persoalan
Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi
sebagai penentu dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa
kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah "kunci" yang
menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.
2.Peserta Didik Sebagai Persona
Pandangan modern tentang pendidikan dewasa ini melihat peserta didik adalah subjek
atau persona. Peserta didik adalah subjek yang otonom, memiliki motivasi, hasrat,
ambisi, ekspresi, cita-cita,mampu merasakan kesedihan, bisa senang dan bisa marah,
dan sebagainya.
4. Tipologi Kepribadian Peserta Didik
1.Autonomy
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan keinginan melakukan sesuatu
secara sendiri, bertindak dan berinisiatif sendiri,tidak senang dibantu orang lain,tidak
senang disuruh-suruh.
2.Affiliation
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan senang bersama anak lain, suka
bersahabat, suka memperbanyak teman, selalu ingin dekat dan bekerjasama dengan
yang lain, saling membutuhkan dengan teman dan sahabatnya.
3.Succorance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap manja, ingin orang lain
selalu membantunya, ingin selalu minta tolong, lebih senang kalua orang lain
melayaninya.
4.Nurturrance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap pemurah.
5.Aggression
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan sikap-sikap agresif, ingin
menang
sendiri,mudah tersinggung, cepat marah, jika diganggu akan menyerang balik dengan
keras bahkan berlebihan.
6.Dominance
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan ingin menguasai atau mengatur
teman, ingin tampil menonjol, cepat mengambil inisiatif untuk membangkitkan
semangat kelompok, ingin menjadi ketua atau pengurus kelas.
7.Achievement
Tipe kepribadian peserta didik yang ditandai dengan semangat kerja yang tinggi
untuk berprestasi, ingin bisa melakukan sesuatu karya,tugas-tugas di sekolah
dikerjakan sungguh-sungguh dan cenderung tidak mau dibantu.
(Murray)
5. Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya belajar peserta didik adalah kombinasi dari bagaimana peserta didik
menyerap, lalu mengatur,dan mengolah informasi (De Porter & Hernacki,2000:110).
Menurut De Porter & Hernacki (2000:111), gaya belajar peserta didik dapat
dikelompokkan kedalam tiga gaya belajar,yaitu:
 Gaya belajar visual
Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual cenderung dan dominan
belajardengancaramelihat.
 Gaya belajar auditif
Peserta didik yang bergaya belajar auditori cenderung dan menonjol
belajar dengan cara mendengar.
 Gaya belajar kinestetik
Peserta didik yang gaya belajarnya kinestetik cenderung dan lebih suka
belajar dengan cara bergerak,bekerja,dan menyentuh.
6. Masalah Belajar Peserta Didik
1. Masalah Intern Belajar Peserta Didik
 Faktor kesehatan
 Faktor kemampuan intelektual dan kemampuan afektif (misal :perasaan dan
kepercayaan diri).
 Kebiasaan belajar dan kemampuan penginderaan (metode belajar dan system
indra normal/tidak).
 Faktor minat dan bakat.
 Kemampuan fokus (cepat bosan atau tidak)
2. Masalah Ekstern Belajar Peserta Didik
1. Factor Keluarga, meliputi :
 Bimbingan dan didikan orang tua
 Hubungan antara orang tua dan anak
 Suasana rumah atau keluarga
 Keadaan ekonomi keluarga
2. Factor Sekolah, meliputi :
 Guru (bisa mengelola komponen komponen dalam mendidik siswa atau
tidak)
 Alat pelajaran (alatlab /peraga lengkap atau tidak)
 Kondisi gedung (keramaian, luas, kebersihan)
 Kurikulum (sesuai tidak dengan tingkatan peserta didik)
 Waktu sekolah
B. Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Iman Barnadib, 1994).
Pendidik juga bisa diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994). Ada juga yang
mengartikan pendidik sebagai orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk
mencapai kedewasaan (Lavengeld).
2. Kompetensi Sebagai Persyaratan Pendidik
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru
meliputi :
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan
kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil,
berakhlak
mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik
b. Kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam memahami
peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik,
dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang
mereka miliki.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk
berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua
peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan
mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan
substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta
metodologi keilmuannya.
3. Kedudukan Pendidik di Sekolah
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994),kedudukan pendidik di sekolah
adalah sebagai manager, director, organisator, coordinator, komunikator, fasilitator,
dan stimulator. Sedangkan menurut Moh Uzer Usman (2006) menyebut sebagai
demonstrator, organisator, mediator, fasilitator, dan evaluator.
4. Hakikat, Tugas, dan Tanggung Jawab Pendidik
Menurut Raka Joni (Conny R. Semiawan dan Soedijarto, 1991), hakikat tugas guru
pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada
akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.
UU 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
d, sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; dan menjunjung tinggi peraturan
perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika,
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Profesionalisme Guru dan Prinsip-Prinsipnya
Profesionalisme berasal dari kata profesi. Menurut Mc Cully (Sunaryo Kartadinata &
Nyoman Dantes, 1997), Profesi merupakan suatu pekerjaan yang selalu menggunakan
teknik dan prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang harus dipelajari
dan secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang lain. Sedangkan
menurut Edgard H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata & Nyoman
Dantes, 1997), profesi merupakan seperangkat keterampilan yang dikembangkan
secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas
khusus di masyarakat.
Prinsip-prinsip profesionalisme guru :
a. Profesi guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme.
b. Menuntut komitemen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman taqwa
dan akhlak mulia.
c. Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relavan.
d. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah.
e. Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa.
6. Kode Etik Guru
Istilah “Kode etik” terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “Etik” beredar dari bahasa
Yunani, etis berasal dari kata“Ethos” yang berati watak, adab atau cara hidup. Dapat
diartikan bahwa etik itu menujukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia”. Dan Etik biasanya dipakai untuk pengkajian
sistem nilai-nilai. Karena itu guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode
etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru
selama dalam pengabdian.
Dalam rangka membina kemampuan dan kepribadian para guru sehingga memiliki
citra diri positif sebagai pemilik profesi yang professional di mata masyarakat, maka
sejak tahun 1974 para guru telah mengembangkan kode etik guru profesional. Kode
etik guru professional yang telah dirumuskan berbunyi (Sunaryo Kartadinata dan
Nyoman Dantes, 1997) sebagai berikut :
 Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
 Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
 Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik.
 Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaikbaiknya bagi kepentingan anak didik.
 Guru memelihara hubungan baik dengan anggota masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.
 Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesionalnya.
 Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam keseluruhan.
 Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
 Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
C. Isi Pendidikan
1. Pengertian Isi pendidikan
Isi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu materi yang akan diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar dapat dipelajari oleh peserta didik.
2. Macam-Macam Isi Pendidikan
Secara umum macam-macam isi pendidikan meliputi :
a. Nilai
Berupa nilai-nilai kemanusiaan yang berasal dari pengalaman manusia.
Nilai ini akan membentuk sikap dan kepribadian peserta didik dalam
kehidupannya.
b. Pengetahuan

Menurut Abbas Hamami, pengetahuan adalah hubungan subjek-objek


yang disadari meliputi segala aspek kehidupan manusia.

c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui pelatihan dan kebiasaan yang dilakukan
secara berulang-ulang setiap hari.

Sedangkan menurut Drijarkara, isi pendidikan meliputi :


a) Pendidikan jasmani dan keterampilan
b) Pendidikan seni
c) Pendidikan intelektual
d) Pendidikan moral
e) Pendidikan religius
D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berasal dari kata metode yang memiliki arti sebagai cara
atau seperangkat cara serta teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Sehingga dapat diiartikan bahwa metode
pembelajaran adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
memiliki pengaruh besar untuk keberlangsungan proses mengajar. (Hamalik, O.
2003).
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa metode yang dapat digunakan :
a. Metode Ceramah

Metode ini adalah metode yang paling sering ditemui dan dilakukan
oleh pendidik. Metode pembelajaran ini dilakukan oleh pendidik yang
membutuhkan keaktifan pendidik dalam mengajar. Tujuan dari metode ini
adalah memberikan materi dan gabaran besar kepada peserta didik mengenai
materi yang dipelajari. (Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2010).

b. Metode Tanya Jawab


Metode pembelajaran dengan pendidik yang memberikan pertanyaan
kepada peserta didik sehingga pendidik dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik dalam memahami materi serta melatih peserta didik
untuk berfikir secara cepat dan sistematis. (Sanjaya, W. 1996).
c. Metode Diskusi
Metode pembelajaran yang berupaya untuk memecahkan masalah serta
mengajukan argumentasi sehingga dapat terjadi kegiatan bertukar informasi
dan pendapat yang dimiliki.
d. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran yang menekankan pada materi dan kehidupan nyata peserta
didik sehingga peserta didik dapat menerapkan hasil belajar di dalam
kehidupan sehari-hari.

e. Metode Resitasi
Cara penyajian pembelajaran dengan pendidik memberikan tugas pada
peserta didik dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan peserta didik
serta merangsang keaktifan peserta didik dalam pembelajaran baik kelompok
maupun individual. (Hamalik, O. 1990).
f. Metode Permainan dan Simulasi
Suatu pengajaran dimana cara belajar yang disajikan dalam bentuk
permainan dengan tujuan agar peserta didik ikut aktif dalam proses belajar.
g. Metode Menghafal
Metode ini berarti mempelajari sesuatu agar masuk dalam ingatan
sehingga dapat mengingatnya di luar kepala.

E. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran berasal dari kata media yang dalam bahasa latin berarti
perantara atau pengatar. Media juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan terjadinya proses belajar bagi siswa. (Zainal Aqib,
2013). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perpaduan
antara perangkat keras dan perangkat lunak yang berisi mengenai materi
pembelajaran yang berfungsi untuk menunjang proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. (Priyati, E. 2016).
Menurut Mc Known media pembelajaran memiliki 4 fungsi (Setiawan, 2008), yaitu :

1. Mengubah pengajaran dari instruksional akademis menjadi pengajaran yang


mementingkan kebutuhan siswa
Dengan adanya media pembelajaran pendidik diharapkan mampu
menyeimbangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswanya. Sehingga
siswa mampu meningkatkan kemampuan belajarnya.

2. Membangkitkan motivasi belajar


Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar karena
dengan adanya media pembelajaran yang bervariasi diharapkan pendidik
dapat menentukan penggunaan media pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
3. Memberikan kejelasan materi
Disini media pembelajaran digunakan sebagai alat untuk memperjelas
penyampaian informasi atau materi sehingga dapat memudahkan siswa untuk
belajar.
4. Memberikan rangsangan bagi siswa
Media pembelajaran juga diharapkan mampu mengatasi keterbatasan
siswa baik keterbatsan ruang, indra, maupun waktu. Sehingga dapat
memberikan rasa kesamaan, kenyamanan, serta rangsangan bagi siswa
terhadap lingkungan belajarnya.

Macam-macam media pembelajaran (Zahroh, 2015) :

a. Media Visual
Media Visual merupakan media yang menggunakan indra pengelihatan
sebagai alat untuk pembelajaran
b. Media Auditif
Media Auditif merupakan media yang menggunakan suara sebagai alat
untuk mengajar
c. Media Audiovisual
Media Audiovisual merupakan perpaduan antara media suara dengan
gambar sebagai alat untuk pembelajaran.
F. Lingkungan Pendidikan
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi proses
berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan bisa berupa lingkungan fisik,
sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan
2. Lingkungan yang Berpengaruh Kuat Terhadap Pendidikan
Secara umum, lingkungan yang berpengaruh kuat terhadap pendidikan dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu:
(1) lingkungan fisik atau alam sekitar
(2) lingkungan sosio-kultural
(3) lingkungan sosio-ekonomi
(4) lingkungan teknologi dan informasi.
Lingkungan pendidikan juga dapat dibedakan menurut tempat di mana peserta didik
hidup dan menerima pengalaman pendidikan. Dilihat dari dimensi ini, lingkungan
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga pula, yaitu:
(1) lingkungan keluarga
(2) lingkungan Sekolah
(3) lingkungan masyarakat.
Ketiga hal tersebut oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai "tri pusat pendidikan".
Konsep tri pusat pendidikan istilah asal yang dicetuskan dari Ki Hajar Dewantara
adalah ”tri sentra pendidikan” yang mengacu kepada lingkungan pergaulan yang
menjadi pusat pendidikan bagi anak. Dalam konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan
pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan (sekolah), dan alam
pergerakan pemuda (masyarakat).
A. Lingkungan Keluarga
Kepentingan keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya disebabkan adanya
kesempatan yang sebaik-baiknya untuk menyelenggarakan pendidikan diri dan
sosial, akan tetapi juga karena orang tua (ibu dan ayah) dapat menanamkan segala
jenis kehidupan batiniah di dalam jiwa anak yang sesuai dengan kehidupan
batiniah dirinya. Inilah hak orang tua yang utama dan tidak boleh digantikan oleh
orang lain. Apabila sistem pendidikan dapat memasukkan alam keluarga ke
dalamnya, maka orang tua terbawa oleh segala keadaan pendidikan sehingga ia
akan berperan sebagai guru, sebagai pengajar, dan sebagai teladan (Sunaryo
Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997).
B. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan
masyarakat. Sekolah menjalankan tugas mendidik anak yang sudah tidak mampu
lagi dilakukan oleh keluarga, mengingat semakin kompleksnya praktek mendidik
anak.
Fungsi Sosial Utama Sekolah (Imran manan, 1989) :
(a) pemeliharan atau penjagaan (custodial care)
(b) melakukan sileksi peran sosial (social role selection)
(c) penanaman nilai dan ideologi atau indoktrinasi (indoctrination)
(d) pendidikan (education).
Alternatif dalam proses Pendidikan karakter
1. Menerapkan pendekatan modelling, yakni mensosialisasikan dan
membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan nilai-nilai akhlak dan
moral yang benar melalui model atau teladan.
2. Menjelaskan atau mengklarifiskasikan kepada peserta didik secara
terusmenerus tentang berbagai nilai yang baik dan buruk
3. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (Character based education)
yakni dengan menerapkan character based approach ke dalam setiap
matapelajaran yang ada di samping untuk pendidikan karakter, seperti
pelajaran agama, sejarah, Pancasila, dengan melakukan reorientasi baik dari
segi muatan dan pendekatan, sehingga tidak hanya menjadi verbalisme dan
sekedar hafalan, tetapi berhasil membantu pembentukan karakter.
C. Lingkungan Masyarakat
Kehidupan di masyarakat adalah kehidupan yang amat luas cakupannya. Aneka
karakter manusia, aneka situasi sosial, aneka wilayah, aneka informasi semuanya
hampir terbentang luas baik positif atau negatif, baik atau buruk, saleh atau jahat.
Tentu lingkungan masyarakat yang baik adalah yang dapat mendorong anak untuk
bisa maju menjadi anak yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang
para warga di dalamnya mau belajar untuk semakin menjadi lebih baik.
Masyarakat yang mau tetap terus belajar demi menjadi lebih baik adalah
masyarakat pembelajar (learning society). Learning Society adalah masyarakat
yang selalu suka belajar atau masyarakat pembelajar. Proses menjadikan
masyarakat sebagai masyarakat pembelajar bisa dicapai melalui berbagai cara
termasuk di dalamnya adalah melalui pendidikan formal (persekolahan) bagi
warganya.

2.2 Hasil Observasi

A. Tempat dan Waktu Observasi


Tempat : SMP Negeri 7 Yogyakarta
Waktu : 30 November 2022 pukul 13.00-14.09 WIB
B. Peserta didik
Siswa lebih sering ditemukan bermain HP saat pembelajaran di kelas
Untuk pembelajaran IPA sendiri, siswa lebih suka dan antusias saat diberi tugas
percobaan praktikum secara mandiri
C. Pendidik
Wawancara dengan Bapak Budi (Guru IPA SMP Negeri 7 Yogyakarta)
Lebih nyaman dengan kurikulum merdeka, karena terdapat referensi untuk pembelajaran
baik bagi guru maupun siswa
Guru IPA di SMP Negeri 7 Yogyakarta kebanyakan dari guru lama yang sebentar lagi
akan pension
Pembagian guru setiap kelas sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh Bapak Pipit
(Waka Kesiswaan dan guru IPA SMP Negeri 7 Yogyakarta) pembagian dengan minimal
25 jam dan dari kurikulum 12 jam per guru (1 jam = 40 menit pelajaran. Jadi, perkelas
mendapat 5 jam mata pelajaran IPA
D. Materi/isi Pembelajaran
Penyususnan silabus : sudah standar (di setiap guru sama, hanya penerapannya yang
berbeda, mengikuti kondisi dan situasi kelas dan guru)
Jika ada jam/materi yang tidak terpenuhi dilakukan dengan mempercepat pembelajaran,
agar materi dapat terkejar dan dapat sesuai dengan waktunya serta dapat dilakukan
dengan metode pembeajran melalui WA Grup ataupun Google Classroom
E. Metode Pembelajaran
 Metode Pembelajaran IPA yang dilakukan Bapak Budi menyesuaikan situasi
yaitu dengan mengamati dan mencari metode agar siswa cepat paham. Contoh :
Jika siswa lebih mudah memahami dengan metode visual, maka akan
menggunakan metode tersebut.
 Pembelajaran menggunakan labolatorium untuk praktikum diakukan dengan
memberikan materi terlebih dahulu baru melakukan praktikum. Media yang
digunakan untuk praktikum menggunakan media yang mudah dicari, contoh : saat
praktikum fotosintesis menggunakan media gelas aqua dan hydrila yang mana
keduanya mudah dicari
 Saat terjadi pandemic dan mengharuskan siswa belajar di rumah pembelajaran
dilakukan dengan daring menggunakan WA Grup, Google Classroom, dan zoom.
Dimana siswa aktif jika menggunakan WA Grup namun lebih pasif saat
menggunakan zoom. Hambatan saat pembelajaran daring yaitu materi
pembelajaran dan siswa yang sulit terkontrol sehingga kurang efektif
 Saat pembelajaran luring atau tatap muka menggunakan metode tatap muka dan
juga diskusi diaman materi dan siswa dapat lebih mudah terkontrol sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif
 Metode paling efektif menurut Bapak Budi saat mengajar IPA yaitu dengan
dibagi kelompok kemudian membuat sebuha karya (metode diskusi)
 Metode ceramah dalam pembelajaran IPA sendiri dinilai kurang disukai siswa
karena monoton dan tidak menarik, siswa sendiri juga tidak terlalu suka mencatat.
Namun, sekolah tetap melakukan metode ceramah dan diskusi dengan presentase
yang sama (menyesuaikan kondisi)
 Ketika siswa sulit memahami materi/tertinggal pembelajaran guru akan meminta
siswa belajar dari internet
 Jika terdapat siswa yang pasif dan terlihat tidak siap mengikuti pembelajaran,
maka guru akan mempersilahkan siswa tersebut untuk ke ruang BK (Bimbingan
Konseling) terlebih dahulu untuk mengetahui alasan ketidaksiapan belajar.
Namun, hingga saat ini belum ditemukan situasi demikian pada kelas yang diajar
Bapak Budi
 Siswa tidak ad akelas tambahan kecuali siswa kelas 9 sebagai bekal menghadapi
Ujian Sekolah
F. Sumber Belajar
Buku paket dan LKS bukan sumber utama untuk pembelajaran, melainkan juga
bersumber dari internet (Youtube, Google, dsb) dan materi dari luar juga dapat digunakan
namun harus disesuaikan terlebih dahulu (fokus pada konteks, tidak hanya berfokus pada
buku)
G. Alat Pembelajaran
 Dalam ruang kelas terdapat papan tulis putih, spidol, meja, kursi, LCD yang
dirasa cukup layak untuk kenyamanan kegiatan pembelajaran.
 Laboratorium : kurang perawatan, alat alatnya sendiri ada beberapa yang rusak
namun hanya didiamkan saja, tidak ada perbaikan, alat praktikum kurang lengkap,
tidak semua siswa dapat mengguankan lab karena digunakan oleh beberapa kelas
(digunakan secara bergantian).
H. Lingkungan Pendidikan
SMP Negeri 7 Yogyakarta beralamat di Jalan Wiratama 38 Yogyakarta KP. 55244
Tegalrejo, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan letak yang strategis. Lingkungan sekolah
SMP Negeri 7 Yogyakarta tergolong cukup kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Di
sudut sudut sekolah sendiri terdapat beberapa tanaman dan lingkungannya pun cukup
bersih dan terawatt.

Anda mungkin juga menyukai