Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DANPERKEMBANGANJANIN
BERDASARKAN Q.S. AL-
MU’MINUN : 12-14

Dosen Pengampu:
Irfandi, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh:
Reski Amelia (A25122034)

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
2022
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kalamullah yang didalamnya terdapat Firman
Allah SWT., yang turun secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat
Jibril, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., penyusunannya dimulai dari
surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas, fungsinya sebagai tanda
yang kuat atas kerasulan Nabi Muhammad Saw., sampai saat ini
keberadaannya masih tetap terjaga dengan sangat baik, dan dalam proses
memasyarakatkan dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi
penerus selanjutnya secara lisan dan tulisan.1 Pemahaman tentang hubungan
al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan, tidak diukur dengan jumlah pengetahuan
yang terkandung di dalamnya atau menunjukkan kebenaran teori ilmiah, namun
pembahasan ini sesuai dengan logika al-Qur’an dan ilmu pengetahuan itu
sendiri.2 mempelajari al-Qur’an adalah kewajiban. Lebih spesifik lagi dari segi
hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan. Perbahasan ini sangat
penting, khususnya pada saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan sangat
pesat dan mencakup segala dimensi kehidupan. Sama halnya bagi umat Islam,
pemahaman mengenai hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan akan
memberi dampak yang tidak kecil terhadap perkembangan agama dan sejarah
perkembangan generasi manusia selanjutnya.3
Manusia adalah sebuah kreasi terbaik dari Allah SWT. yang diciptakan dengan
keindahan dan kesempurnaan. Kesempurnaan disini bukan hanya dalam sudut
pandang fisik saja akan tetapi manusia juga sempurna dalam masalah psikisnya.
Jika dilihat dari unsur penciptaannya, manusia lebih unggul daripada malaikat,
jin, hewan ataupun tumbuhan. Adapun salah satu ciri makhluk hidup adalah
menjalankan reproduksi. Dalam hal yang berkaitan dengan reproduksi pasti erat
kaitannya dengan kehadiran seorang anak manusia. Setiap manusia di dunia ini
pasti lahir dari kandungan seorang ibu, dan di dalam rahim ibu terdapat proses-
proses penciptaan janin yang dalam ilmu sains dikenal dengan istilah embriologi
(ilmu embrio).
Embriologi dalam al-Qur’an pada dasarnya membahas tentang proses
penciptaan manusia secara tahap demi tahap, peristiwa demi peristiwa yang
kemudian diuraikan secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami. Al-
Qur’an memanifestasikan proses penciptaan manusia dalam QS. al-Mu’minun
ayat 12-14 bermula dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian saripati itu
menjadi air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh yakni rahim.
Kemudian air mani itu menjadi segumpal darah, kemudian segumpal darah
tersebut menjadi segumpal daging, lalu dari segumpal daging menjadi tulang
belulang, dan tulang belulang tersebut dilapisi dengan daging. Kemudian jadilah
dia makhluk yang berbentuk yakni manusia.
Proses penciptaan manusia kini telah dibuktikan dengan adanya teori-
teori ilmiah. Jika sebelumnya belum ada teknologi yang mampu
menyingkap mengenai proses penciptaan manusia, saat ini sudah banyak
para peneliti menggunakan teori ilmiah yang kemudian dihubungkan
dengan al-Qur’an. Proses penciptaan tersebut sebagaimana yang ada di
dalam al-Qur’an, dimulai dari asal-usul diciptakannya manusia hingga
perkembangan manusia di dalam rahim.
Proses penciptaan manusia pada umumnya dikenal dengan istilah
reproduksi. Reproduksi pada manusia merupakan kemampuan manusia
untuk mendapatkan keturunan yang baru dengan tujuan untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan keturunannya. Untuk
menghasilkan keturunan diawali dengan proses pembuahan.4 Proses
pembuahan untuk menghasilkan keturunan tidak hanya melibatkan salah
satu unsur melainkan terdiri dari dua unsur yakni dari unsur laki-laki
dan perempuan (sperma dan ovum).
Proses reproduksi manusia dimulai dari sel sperma dan sel telur
kemudian berkembang dalam beberapa tahap hingga melahirkan.
Pembahasan tentang reproduksi manusia seperti ini lebih banyak
dibahas dan digali untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam sains,
pertemuan antara sel sperma dan sel telur disebut pembuahan, dan sel
membelah menjadi zigot yang kemudian menempel pada rahim. Sel
telur yang telah dibuahi akan berkembang setelah menempel pada
rahim dan mempersiapkan organ tubuh hingga siap untuk dilahirkan.5
Terdapat empat penciptaan manusia yang disebutkan dalam al-Qur ’ an,
yaitu penciptaan Nabi Adam, Hawa, Nabi Isa, dan bani Adam. Adapun
dalam penelitian ini penulis fokus pada penciptaan Bani Adam (proses
penciptaan manusia pada umumnya) yang terdapat dalam QS. al-Mu ’
minun ayat 12-14. Mayoritas ulama tafsir berpendapat bahwa penciptaan
Nabi Adam berasal dari tanah sedangkan Bani Adam dari saripati tanah
yang berupa air mani atau nutfah. Manfaat mengetahui proses
penciptaan manusia adalah menambah keyakinan terhadap al-Qur ’ an
dan menambah khazanah keilmuan di bidang tafsir dan ilmu sains. Hal
ini penting karena manusia adalah bagian dari kehidupan di bumi dan
agar manusia selalu mengingat bahwa Dialah sebaik- baik pencipta dan
sudah seharusnya memahami darimana manusia diciptakan dan untuk
apa manusia diciptakan.
Reproduksi merupakan kajian dalam ilmu sains. Reproduksi selalu
dilakukan manusia untuk mendapatkan keturunan. Maka seiring
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan modern sudah saatnya
tidak hanya memahami proses reproduksi di dalam sains, tetapi juga
memahaminya sudut pandang al- Qur’an. Dalam hal ini penulis tertarik
untuk mengkaji mengenai proses penciptaan manusia dalam dua
perspektif yang berbeda, yakni dalam al-Qur ’ an dan ilmu sains, lebih
spesifik lagi dalam penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah.
Quraish Shihab merupakan seorang mufassir yang terkenal dalam bidang
bahasa, ia tengah berupaya mengetengahkan isyarat ilmiah dalam al-
Qur’an tentang proses penciptaan manusia. Quraish Shihab adalah sosok
ulama ’ tafsir yang berhasil menjelaskan beberapa ayat yang memberi
isyarat- isyarat melalui pandangan ilmu pengetahuan tanpa
meninggalkan kaidah- kaidah penafsiran, seperti kajian terhadap
tekstualitas dan kontekstualitas ayat. Berdasarkan paparan latar
belakang diatas, penulis mengangkat penelitian ini dengan judul
“ Konsep Embrio dalam Perspektif Al-Qur ’ an dan Sains Berdasarkan QS.
al-Mu ’ minun Ayat 12-14 (Kajian Tafsir Al-Misbah dan Relevansinya
dengan Ilmu Sains).

PEMBAHSAN
1.Konsep Embrio
Embrilogi manusia telah dipelajari sejak beberapa abad Sebelum
Masehi. Abad ke-14 yang lalu al-Qur ’ an telah menjelaskan tentang
proses terbentuknya embrio serta tahap-tahap perkembangan embrio
secara rinci dan cermat sehingga bisa membuktikan kebenaran mengenai
konsep embrio dalam al-Qur’an, sedangkan embriologi baru berkembang
pada abad ke-19. Al-Qur’an menjelaskan tentang perkembangan manusia,
dengan demikian membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw adalah
utusan Allah swt dengan mukjizatnya yang melandasi penelitian para
ilmuwan modern.
Proses penciptaan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia, ada
beberapa ayat yang menjelaskan besarnya kontribusi tanah liat di
samping peranan air. Ilmu pengetahuan memberitahukan bahwa
kehidupan di bumi berawal dari air. Banyak ayat al-Qur ’ an yang
menjelaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakan dari air. Faktanya,
60-70% tubuh manusia terdiri dari air. Namun banyak pula ayat al-Qur’an
menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan turunannya.8
Allah swt berfirman di dalam al-Qur ’ an tentang proses penciptaan
manusia dalam QS. al- Mu ’ minun ayat 12-14 yang menjelaskan tahapan
demi tahapan penciptaan manusia mulai dari saripati tanah, nutfah,
‘alaqah, mudhgah, hingga terbentuk makhluk lain yakni manusia.
Kata nutfah dalam bahasa Arab memiliki arti setetes yang dapat
membasahi. Ada pula yang mengartikan kata nutfah dalam arti hasil
peleburan antara sperma dan sel telur. Penggunaan istilah ini
melibatkan proses penciptaan manusia sesuai dengan penemuan ilmiah
yang menerangkan bahwa pancaran benih yang keluar dari alat kelamin
pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang
berhasil membuahi sel telur hanya satu sperma saja.9 Menurut para ahli,
sperma yang keluar dalam sekali pancaran berjumlah jutaan ekor, akan
tetapi dari jumlah sebanyak itu hanya satu yang berhasil melakukan
pembuahan. Kata nutfah yang bermakna sedikit air, jelas
mennggambarkan sedikitnya air yang dikeluarkan laki-laki saat
berhubungan.10
Dalam fase perpindahan dari setetes air mani (nuthfah) menjadi
segumpal darah ( ‘ alaqah), ada jarak waktu yang ditempuh sperma
setelah memasuki rahim, keadaannya mengapung dan tidak
menggantungkan diri, namun setelah itu ia mulai menggantungkan diri.
Lafal ‘alaqah diterjemahkan secara ringkas dengan kualitas sperma yang
paling unggul pada minggu kedua. Pada minggu ini biasanya terjadi
pertumbuhan sel telur yang subur dan pembuatan trofoplas yang
nantinya akan menjadi ari-ari dan tali pusar yang menghubungkan janin
dan plasenta.11
Menurut Quraish Shihab, dalam QS. al-Mu’minun ayat 12-14 menjelaskan
mengenai proses penciptaan manusia. Pemaparan mengenai proses
penciptaan manusia yang begitu mengagumkan membuktikan bagaimana
perlunya beriman dan patuh kepada Allah SWT. Ia mengutip dari al-
Biqa ’ i yang menjabarkan munasabah ayat-ayat tersebut dengan
menyatakan bahwa akhir ayat yang lalu membahas mengenai pewarisan
surga di hari akhir. Beberapa kelompok mengarah ke surga, sementara
yang lain mengarah ke neraka. Kami mampu menghidupkan kamu
kembali, walaupun tubuh kamu sudah terkoyak dan sudah menjadi tanah,
karena tanah pernah menjadi sumber kehidupan. Sama seperti Kami
menciptakan orangtua kamu, Nabi Adam dari tanah yang pada saat itu
belum menjadi sumber kehidupan, maka kini Kami mampu
menghidupkan kamu kembali selepas kamu menjadi tanah yang sudah
pernah hidup.12 Penciptaan manusia dalam ayat ini menggunakan kata
al-insan, namun lebih cenderung mengarah kepada bani Adam, dan
penciptaannya menggunakan saripati yang berasal dari tanah, dalam
artian sesuatu yang diproduksi oleh alat pencernaan dari bahan makanan
yang selanjutnya menjadi darah, lalu berproses hingga akhirnya menjadi
sperma. Dalam QS. al-Mu ’ minun ayat 12-14 dapat diketahui bahwa
perkembangan embrio terjadi secara bertahap, kemudian tahapan-
tahapan yang dipaparkan pada ayat ini serupa dengan penemuan yang
ada dalam ilmu sains.
Manusia digolongkan ke dalam makhluk dioseus (berumah dua), yang
artinya setiap orang hanya mempunyai satu jenis alat reproduksi, laki-
laki dan perempuan. Laki-laki dewasa menghasilkan sel gamet yang
disebut sperma, sedangkan wanita dewasa bisa menghasilkan sel gamet
yang disebut sel telur. Jika kedua sel gamet ini menyatu terjadi
peleburan yang akan terbentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi
embrio dan menjadi bayi dalam waktu 9 bulan.13 Pada manusia, proses
pertumbuhan janin dalam kandungan dibagi menjadi tiga trimester
yakni trimester pertama, kedua, dan ketiga. Masing-masing trimester
berlangsung selama 13 minggu (sekitar 3 bulan).14
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang embriologi, ada
beberapa teori mengenai perkembangan embrio manusia yang
ditemukan sebelum al-Qur'an diturunkan:
a. Teori yang menyatakan bahwa penciptaan manusia berasal dari air
mani
laki-laki dan perempuan yang kemudian berkembang membentuk
makhluk kecil yang serupa dengan manusia, teori ini dikemukakan oleh
Aristoteles (322-384 SM). Teori ini bertahan selama 2000 tahun, teori ini
ditinggalkan lantaran muncul penemuan baru dari Fransisco Redi dan
Louis Pastur.
b. Teori yang menyatakan terbentuknya janin melalui embriologi
modern. Teori ini dikemukakan oleh Fransisko Redi (1668 M) dan Luis
Pastur (1864 M). Penemuan abad ke-19 ini telah mendukung konsep
embri dalam al-Qur'an yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi
Muhammmad
saw pada abad ke-7 M.15
2. Hubungan Antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Sebagian orang berpendapat bahwa dikotomi antara agama dan ilmu
pengetahuan merupakan dikotomi yang nyata. Oleh karena itu, butuh
penjelasan lebih mendalam mengenai hubungan antara keduanya serta
hubungan antara isyarat yang ada di dalam al-Qur ’ an dan penemuan-
penemuan ilmiah serta bagaimana pula ilmu pengetahuan mampu
memperjelas makna-makna isyarat dalam al-Qur’an.16 Penggunaan ilmu
pengetahuan bukan merupakan kejadian baru dalam bidang tafsir,
namun hal ini sudah dilakukan oleh para mufassir terdahulu jika
dianggap penting untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Sebagian Ada
yang mengutip dan ada pula yang mengambil literatur dari buku-buku
yang berkaitan dengannya.17
Menurut Quraish Shihab, hubungan antara al-Qur ’ an dan ilmu
pengetahuan tidak dinilai dari banyaknya cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang disusun di dalamnya, tidak pula dengan menunjukkan
kebenaran dari teori-teori ilmiah. Akan tetapi, hendaknya pembahasan
diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan
kesucian al-Qur ’ an serta sejalan dengan logika ilmu pengetahuan.
Pembahasan antara hubungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan
hanya dengan cara melihatnya saja, tetapi yang lebih utama adalah
dengan cara melihat adakah ayat-ayat al-Qur ’ an yang melintangi
kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah suatu ayat
al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah tersebut.18
Sebagian orang beranggapan bahwa al-Qur’an merupakan kitab petunjuk
bukan kitab ilmu. Mereka menganggap tidak ada hubungan diantara
keduanya, bahkan bidang penanganan masing-masing berbeda dengan
yang lainnya. Al-Qur ’ an memang bukan bukan kitab ilmu pengetahuan,
tetapi ilmu pengetahuan dengan berbagai riset dan studinya bisa
membantu mewujudkan tujuan-tujuannya. Jembatan yang
menghubungkan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan sangat beragam,
ilmu pengetahuan mendukung al-Qur’an dengan cara memperjelas ayat-
ayat dan isyarat-isyarat yang berkaitan dengan alam semesta dan isinya.

Anda mungkin juga menyukai