Dosen Pengampu:
Irfandi, S.Pd.I., M.Pd.I
Disusun Oleh:
Reski Amelia (A25122034)
PEMBAHSAN
1.Konsep Embrio
Embrilogi manusia telah dipelajari sejak beberapa abad Sebelum
Masehi. Abad ke-14 yang lalu al-Qur ’ an telah menjelaskan tentang
proses terbentuknya embrio serta tahap-tahap perkembangan embrio
secara rinci dan cermat sehingga bisa membuktikan kebenaran mengenai
konsep embrio dalam al-Qur’an, sedangkan embriologi baru berkembang
pada abad ke-19. Al-Qur’an menjelaskan tentang perkembangan manusia,
dengan demikian membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw adalah
utusan Allah swt dengan mukjizatnya yang melandasi penelitian para
ilmuwan modern.
Proses penciptaan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia, ada
beberapa ayat yang menjelaskan besarnya kontribusi tanah liat di
samping peranan air. Ilmu pengetahuan memberitahukan bahwa
kehidupan di bumi berawal dari air. Banyak ayat al-Qur ’ an yang
menjelaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakan dari air. Faktanya,
60-70% tubuh manusia terdiri dari air. Namun banyak pula ayat al-Qur’an
menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan turunannya.8
Allah swt berfirman di dalam al-Qur ’ an tentang proses penciptaan
manusia dalam QS. al- Mu ’ minun ayat 12-14 yang menjelaskan tahapan
demi tahapan penciptaan manusia mulai dari saripati tanah, nutfah,
‘alaqah, mudhgah, hingga terbentuk makhluk lain yakni manusia.
Kata nutfah dalam bahasa Arab memiliki arti setetes yang dapat
membasahi. Ada pula yang mengartikan kata nutfah dalam arti hasil
peleburan antara sperma dan sel telur. Penggunaan istilah ini
melibatkan proses penciptaan manusia sesuai dengan penemuan ilmiah
yang menerangkan bahwa pancaran benih yang keluar dari alat kelamin
pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang
berhasil membuahi sel telur hanya satu sperma saja.9 Menurut para ahli,
sperma yang keluar dalam sekali pancaran berjumlah jutaan ekor, akan
tetapi dari jumlah sebanyak itu hanya satu yang berhasil melakukan
pembuahan. Kata nutfah yang bermakna sedikit air, jelas
mennggambarkan sedikitnya air yang dikeluarkan laki-laki saat
berhubungan.10
Dalam fase perpindahan dari setetes air mani (nuthfah) menjadi
segumpal darah ( ‘ alaqah), ada jarak waktu yang ditempuh sperma
setelah memasuki rahim, keadaannya mengapung dan tidak
menggantungkan diri, namun setelah itu ia mulai menggantungkan diri.
Lafal ‘alaqah diterjemahkan secara ringkas dengan kualitas sperma yang
paling unggul pada minggu kedua. Pada minggu ini biasanya terjadi
pertumbuhan sel telur yang subur dan pembuatan trofoplas yang
nantinya akan menjadi ari-ari dan tali pusar yang menghubungkan janin
dan plasenta.11
Menurut Quraish Shihab, dalam QS. al-Mu’minun ayat 12-14 menjelaskan
mengenai proses penciptaan manusia. Pemaparan mengenai proses
penciptaan manusia yang begitu mengagumkan membuktikan bagaimana
perlunya beriman dan patuh kepada Allah SWT. Ia mengutip dari al-
Biqa ’ i yang menjabarkan munasabah ayat-ayat tersebut dengan
menyatakan bahwa akhir ayat yang lalu membahas mengenai pewarisan
surga di hari akhir. Beberapa kelompok mengarah ke surga, sementara
yang lain mengarah ke neraka. Kami mampu menghidupkan kamu
kembali, walaupun tubuh kamu sudah terkoyak dan sudah menjadi tanah,
karena tanah pernah menjadi sumber kehidupan. Sama seperti Kami
menciptakan orangtua kamu, Nabi Adam dari tanah yang pada saat itu
belum menjadi sumber kehidupan, maka kini Kami mampu
menghidupkan kamu kembali selepas kamu menjadi tanah yang sudah
pernah hidup.12 Penciptaan manusia dalam ayat ini menggunakan kata
al-insan, namun lebih cenderung mengarah kepada bani Adam, dan
penciptaannya menggunakan saripati yang berasal dari tanah, dalam
artian sesuatu yang diproduksi oleh alat pencernaan dari bahan makanan
yang selanjutnya menjadi darah, lalu berproses hingga akhirnya menjadi
sperma. Dalam QS. al-Mu ’ minun ayat 12-14 dapat diketahui bahwa
perkembangan embrio terjadi secara bertahap, kemudian tahapan-
tahapan yang dipaparkan pada ayat ini serupa dengan penemuan yang
ada dalam ilmu sains.
Manusia digolongkan ke dalam makhluk dioseus (berumah dua), yang
artinya setiap orang hanya mempunyai satu jenis alat reproduksi, laki-
laki dan perempuan. Laki-laki dewasa menghasilkan sel gamet yang
disebut sperma, sedangkan wanita dewasa bisa menghasilkan sel gamet
yang disebut sel telur. Jika kedua sel gamet ini menyatu terjadi
peleburan yang akan terbentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi
embrio dan menjadi bayi dalam waktu 9 bulan.13 Pada manusia, proses
pertumbuhan janin dalam kandungan dibagi menjadi tiga trimester
yakni trimester pertama, kedua, dan ketiga. Masing-masing trimester
berlangsung selama 13 minggu (sekitar 3 bulan).14
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang embriologi, ada
beberapa teori mengenai perkembangan embrio manusia yang
ditemukan sebelum al-Qur'an diturunkan:
a. Teori yang menyatakan bahwa penciptaan manusia berasal dari air
mani
laki-laki dan perempuan yang kemudian berkembang membentuk
makhluk kecil yang serupa dengan manusia, teori ini dikemukakan oleh
Aristoteles (322-384 SM). Teori ini bertahan selama 2000 tahun, teori ini
ditinggalkan lantaran muncul penemuan baru dari Fransisco Redi dan
Louis Pastur.
b. Teori yang menyatakan terbentuknya janin melalui embriologi
modern. Teori ini dikemukakan oleh Fransisko Redi (1668 M) dan Luis
Pastur (1864 M). Penemuan abad ke-19 ini telah mendukung konsep
embri dalam al-Qur'an yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi
Muhammmad
saw pada abad ke-7 M.15
2. Hubungan Antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Sebagian orang berpendapat bahwa dikotomi antara agama dan ilmu
pengetahuan merupakan dikotomi yang nyata. Oleh karena itu, butuh
penjelasan lebih mendalam mengenai hubungan antara keduanya serta
hubungan antara isyarat yang ada di dalam al-Qur ’ an dan penemuan-
penemuan ilmiah serta bagaimana pula ilmu pengetahuan mampu
memperjelas makna-makna isyarat dalam al-Qur’an.16 Penggunaan ilmu
pengetahuan bukan merupakan kejadian baru dalam bidang tafsir,
namun hal ini sudah dilakukan oleh para mufassir terdahulu jika
dianggap penting untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Sebagian Ada
yang mengutip dan ada pula yang mengambil literatur dari buku-buku
yang berkaitan dengannya.17
Menurut Quraish Shihab, hubungan antara al-Qur ’ an dan ilmu
pengetahuan tidak dinilai dari banyaknya cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang disusun di dalamnya, tidak pula dengan menunjukkan
kebenaran dari teori-teori ilmiah. Akan tetapi, hendaknya pembahasan
diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan
kesucian al-Qur ’ an serta sejalan dengan logika ilmu pengetahuan.
Pembahasan antara hubungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan
hanya dengan cara melihatnya saja, tetapi yang lebih utama adalah
dengan cara melihat adakah ayat-ayat al-Qur ’ an yang melintangi
kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah suatu ayat
al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah tersebut.18
Sebagian orang beranggapan bahwa al-Qur’an merupakan kitab petunjuk
bukan kitab ilmu. Mereka menganggap tidak ada hubungan diantara
keduanya, bahkan bidang penanganan masing-masing berbeda dengan
yang lainnya. Al-Qur ’ an memang bukan bukan kitab ilmu pengetahuan,
tetapi ilmu pengetahuan dengan berbagai riset dan studinya bisa
membantu mewujudkan tujuan-tujuannya. Jembatan yang
menghubungkan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan sangat beragam,
ilmu pengetahuan mendukung al-Qur’an dengan cara memperjelas ayat-
ayat dan isyarat-isyarat yang berkaitan dengan alam semesta dan isinya.