Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Komunikasi Visual

Komunikasi yang dilakukan secara visual merupakan sebuah proses


penyampaian pesan dimana symbol-simbol yang dikirimkan komunikator
hanya ditangkap oleh komunikan semata-mata hanya melalui indra
penglihatan. Bentuk komunikasi yang seperti ini dapat bersifat secara langsung
(sebagaimana dua orang tuna rungu saling bercengkrama menggunakan bahasa
isyarat), akan tetapi sebagian besar menggunakan media perantara yang lazim
disebut media komunikasi visual(Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2017).
Komunikasi secara visual, merupakan salah satu perwujudan
komunikasi yang digunakan agar grafik-grafik, gambar-gambar, simbol-
simbol, atau lambing-lambang dapat tersampaikan(Komunikasi, 2011).
Menurut Michael kroeger, komunikasi dalam bentuk visual merupakan
latihan teori dan konsep yang dilakukan secara visual dengan menggunakan
berbagai macam warna, bentuk, garis, dan penjajaran (juxtaposition). Dalam
penyampaian komunikasi visual dapat mengkombinasikan antara warna,
ilustrasi, desain grafis, gambar, tipografi, simbol, dan seni (Hermiyanty,
Wandira Ayu Bertin, 2017).

2.2 Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam bentuk


pertukaran informasi secara dua arah, yang dimaksud secara dua arah yaitu
antara pihak atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Kegiatan
mendengarkan, bereaksi, dan berbicara hingga tercipatanya hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan merupakan kegiatan dalam proses
komunikasi pemasaran. Dalam proses tersebut pertukaran dapat berupa
informasi, penjelasan-penjelasan yang berifat membujuk, dan negosiasi (Prof.
Dr. Sifjan Assauri, 2013).

6
2.2.1 E-Commerce
Dalam persepektif Hardilawati (2020) e-commerce adalah suatu proses
menjual dan membeli suatu produk atau jasa secara elektronik atau digital
menggunakan alat digital sebagai perantara dalam kegiatan transaksi bisnis
kepada konsumen. Dampak dari e-commerce ini dapat berhubungan langsung
kepada perusahaan, pelaku usaha, pemasok, pelanggan, maupun pesaing dalam
memasarkan produk. Pada saat ini banyak E-commerce yang dapat digunakan
sebagai contoh, antara lain Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Lazada dan
banyak lainnya.
Suprapto (2016) mengutarakan pendapatnya tentang e-commerce pada
saat pandemi Covid-19 dimana masyarakat Indonesia menggunakan e-
commerce sebagai salah satu solusi bagi usaha-usaha kecil dalam
meningkatkan pendapatan usaha sehingga mampu berkembang karena
pemasaran produk yang dilakukan secara online.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-commerce
merupakan sebuah kegiatan dimana penjual dan pembeli melakukan kegiatan
jual belinya melalui media digital sehingga kedua belah pihak dapat
mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus bertemu secara tatap
muka.

2.2.2 Pemasaran Media Sosial


Media sosial sudal mulai sering digunakan oleh pemasaran, komunikasi
publik, bahkan kantor atau departemen yang berhubungan lansung dengan
konsumen dan stakeholder, ini adalah pendapat menurut Drury Veby Zilfania
(2014: 17). Media sosial saat ini tidak hanya digunakan hanya untuk sekedar
mengunggah foto pribadi saja, akan tetapi sudah mulai digunakan dalam dunia
bisnis. Hal ini dikarenakan media sosial merupakan saluran yang mendukung
komunikasi agar dapat memasarkan barang maupun jasa yang dijual secara
cepat dan menguntungkan bagi penjual dari pada hanya menjual di pasar.
Media sosial juga digunakan dalam dunia pemasaran agar mendukung kinerja
pemasaran agar tidak tertinggal perkembangan teknologi dan informasi. Dalam
proses mempromosikan website, produk, atau jasa, mereka menggunakan
media sosial itu merupakan pemasaran media sosial. Tak hanya itu, pemasaran

7
media sosial dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan sebuah komunitas
yang jauh lebih besar yang tidak mungkin tersedia melalui media periklanan
tradisional.
Dikutip dari jurnal As’ad, H. Abu Rumman (2014) menjadi bagian dari
suatu jaringan dengan orang-orang melalui internet atau online merupakan
salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh pembisnis. Dan menurut
Dan Zarella (2010), situs media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan
lainnya yang digunakan sebagai strategi untuk memasarkan suatu produk
merupakan pemasaran media sosial. Media sosial merupakan cara yang mudah
dan sederhana tetapi memiliki efek yang luar biasa. Salah satu cara yang ampuh
yaitu melalui internet marketing, produk berupa barang maupun jasa yang kita
miliki dapat di promosikan (Untari & Fajariana, 2018).
Selain itu, suatu produk, jasa atupun produk lainnya yang dipromosikan
secara spesifik menggunakan sosial media merupakan taktik marketing dalam
pemasaran media sosial. Tak hanya itu, namun untuk membangun dan
memanfaatkan media sosial agar dapat menemukan target pasar dari bisnis
online, maka pemasaran media sosial ini digunakan. Yang pebisnis harus ingat
adalah bahwa saat proses membangun pemasaran media sosial harus
membangun juga kelompok atau target pasar dengan sikap saling menghormati
dan selalu berkomunikasi dengan target pasar (Untari & Fajariana, 2018).

2.3 Media Digital

Menurut perspektif dari J.A. Bateman, media digital merupakan media


yang isinya ‘diwakili’ dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin atau metode
produksi dan penyebarannya yang melibatkan berbagai jenis teknologi dan
informasi.
Dalam buku Digital Media for Learning Neo and Neo (2001)
memberikan pendapatnya tentang digital media sebagai “kombinasi dari
berbagai jenis media digital, seperti teks, gambar, suara, dan video menjadi
sebuah aplikasi atau mempresentasikan interaktif multi indera yang terintegrasi
untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens”.

8
Dapat dikatakan bahwa media digital ini merupakan alat atau saluran
dimana masyarakat dapat menyebarkan dan menerima informasi yang berupa
teks, gambar, suara, dan video yang disalurkan melalui saluran perangkat yang
dapat terhubung dengan internet.

2.4 Komunikasi Digital

Perubahan konsepsi yang bersangkutan dengan komunikasi pada era


media konvensional dan media baru. Bergesernya konsepsi komunikasi mulai
dari intrapersonal hingga massa ditandai dengan penggunaan media yang jauh
berbeda. Pada saat perkembangan terus melesat hingga era media baru ini,
hampir seluruh sistem informasi telah terdigitalisasi yang menyebabkan
hampir seluruh komunikasi berlangsung di dalam teknologi media
(Straubahaar dan Laruse, 2006).
Dalam situs Pagoesdigital, Fleishman-Hillards mengemukakan
pendapatnya tentang komunikasi digital yang berarti berbagai taktik
komunikasi yang menggunakan atau memanfaatkan media digital, teknologi
atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan seperti email, pesan
teks, video, iklan online, pencarian berbayar, dan siaran pers yang
dioptimalkan seperti podcast.
Dari dua pernyataan yang telah disebutkan dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi digital merupakan komunikasi yang menggunakan
teknologi media digital untuk menyampaikan pesan seperti email, pesan teks,
audio, video, iklan online, pencarian berbayar, siaran pers dan lainnya.

2.5 Media Sosial

Kaplan dan Haenlin (2010) berpendapat bahwa media sosial adalah


suatu konsep dan teknologi web 2.0 yang berbentuk media aplikasi berbasis
internet, dimana pengguna dapat menciptakan dan bertukar informasi di dalam
aplikasi tersebut. Sebagian media sosial yang sangat dicintai dan mempunyai
jutaan pengguna di Indonesia adalah Facebook, Twitter, Youtube, Blog, dan
lainnya. Media sosial mengizinkan pengguna untuk menjalankan komunikasi
dengan jutaan pengguna lainnya (Williams dkk. 2012). Bagi pelaku usaha, hal

9
ini merupakan sebuah peluang dan potensi yang sanat besar agar bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu sarana komunikasi pemasaran media sosial.
Hal ini juga memungkinkan dalam penyebaran informasi antar pengguna bisa
menjadi lebih mudah (Akrimi dan Khemakem. 2012).
Dengan peluang dan potensi yang besar ini dimanfaatkan oleh
perusahan besar akan muncul beberapa pertanyaan pada topik kajian ini, yaitu
apa saja konsekuensi dan pendahuluan para pelaku usaha dalam menggunakan
media sosial sebagai sarana komunikasi pemasaran. Terdapat beberpa
perbedaan antara komunikasi pemasaran media sosial dengan komunikasi
pemasaran lainnya, perbedaannya adalah komunikasi pemasaran media sosial
ini bersifat selalu aktif dan dapat diakses dimana saja (Powers dkk. 2012).
Para pengguna media sosial dapat terhubung kapan saja dan dimana
saja asalkan memiliki jaringan internet pada perangkat mereka masing-masing,
tidak hanyak komputer saja, saat ini mereka juga dapat terhubung melalui
telepon genggam masing-masing. Hal itulah yang berdampak pada tingginya
peluang dan potensi bagi pelaku usaha untuk dapat melakukan kegiatan
komunikasi pemasaran kapan saja dan dimana saja (Untari & Fajariana, 2018).

2.5.1 Instagram
Instagram adalah aplikasi media sosial dimana pengguna berbagi foto
maupun video yang terdapat sebuah caption dibawah foto yang yang pengguna
upload. Menurut Bambang (Atmoko, 2012:10) Instagram merupakan salah
satu perwujudan dari media sosial dalam bentuk aplikasi, dimana aplikasi ini
dapat dikatakan berbeda dengan twitter yang perbedaannya adalah Instagram
lebih kepada aplikasi berbagi informasi melalui foto dan video antar
penggunanya. Aplikasi ini juga banyak memberikan ide-ide yang kreatif bagi
penggunanya, karena aplikasi ini memiliki fitur yang dapat di kreasikan hingga
menjadi lebih indah, artistik, dan lebih bagus (Untari & Fajariana, 2018).
Instagram merupakan aplikasi yang berbeda dengan aplikasi yang
lainnya, perbedaanya adalah aplikasi ini selalu memiliki pembaruan fitur dan
mengembangkan fitur yang sudah dimilikinya. Hal ini dilakukan agar
pengguna tidak bosan selalu melihat dan menggunakan fitu yang sama terus
menerus, contohnya saja fitur yang ditambahkan ada berupa IGTV atau bisa

10
disebut juga dengan Instagram Television dimana pengguna dapat
mengunggah video yang memiliki durasi lebih dari 1 menit. Tak hanya itu,
pada tahun 2021 ini fitur baru yang dimiliki aplikasi tersebut adalah fitur
Instagram Reels, dimana fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah
video pendek yang dapat disimpan pada beranda utama penggunanya. Fitur ini
dapat dikatan hampir sama dengan aplikasi TikTok.

2.6 Konten Kreatif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti konten merupakan


informasi yang disebarkan melalui beberapa media atau produk elektronik.
Banyak jenis yang dimiliki oleh konten, apabila disimpulkan secara garis besar
konten yang disebarkan menggunakan media online memiliki beberapa unsur
yaitu terdiri dari teks (caption), gambar (visual), dan suara (audio).
Mumandar (2009:12) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan
hasil dari hubungan antar perseorangan dan lingkungannya, keterampilan
untuk membuat kombinasi yang baru berdasarkan informasi, data, atau faktor-
faktor yang sudah ada sebelumnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan
bisa juga dari pengalaman dan pengetahuan yang sudah diperoleh dari
seseorang selama hidupnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Kreativitas merupakan perubahan konsep lama yang sudah ada
menjadi konsep yang baru, dengan kata lain terdapat dua konsep lama yang
sudah ada lalu ditranformasikan menjadi konsep baru (Semiawan, 2009). Sama
halnya dengan Barron, yang berpendapat bahwa kreativitas adalah
keterampilan seseorang untuk dapat membuat sesuatu yang berbeda dari yang
lainnya (Fakhriyani, 2016).
Sedangkan Torrance (1984) memiliki pendapat yang berbeda tentang
kreativitas dimana kreativitas merupakan suatu jalan agar dapat peka dalam
suatu persoalan, dan dapat mengenali maupun menganalisis empat komponen
kreativitas yaitu :
1. Kelancaran (Fluency), yang berarti keterampilan agar dapat
menghasilkan banyak gagasan (large number of ideas).

11
2. Fleksibilitas (Flexibility), yang dapat diartikan sebagai kemampuan
gagasan yang beragam (variety of ideas).
3. Elaborasi (Elaboration), yang bermakna keterampilan untuk
mengembangkan gagasan.
4. Orisinalitas (Originality), yang memiliki makna kemampuan agar dapat
menghasilkan gagasan yang tidak biasa (Suratno, 2012).
Dari pengertian konten dan pengertian kreatif yang telah disebutkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konten kreatif adalah kemampuan
untuk menyebarkan informasi dengan gagasan yang tidak biasa atau dengan
kombinasi baru yang diciptakan berdasarkan oleh data.

2.7 Perilaku Konsumen Generasi Millenial

Generasi millennial atau yang diebut juga dengan generasi Y ini


merupakan generasi yang hidup di pergantian millennium dan lahir sekitar
tahun 1980-2000, dimana pendapat ini merupakan pendapat menurut
Yuswohandy dalam artikel Millenial Trends (2016). Berdasarkan literatur yang
ada pada Hitss.com terdapat berbagai macam karakteristik yang melekat pada
generasi Y atau generasi millennial ini yaitu :
1. User Generated Content atau yang biasa disebut dengan “UGC” dapat
membuat generasi ini lebih percaya apabila UGC menyampaikan
informasi dari pada informasi yang searah
2. Menurut millennial TV itu membosankan dan mereka lebih tertarik
kepada ponsel mereka.
3. Millennial cenderung memiliki sifat FOMO (Fear Of Missing Out)
sehingga mereka merasa wajib untuk memiliki media sosial.
4. Membaca secara konvensional atau secara umumnya tidak disukai oleh
generasi ini.
5. Tidak loyal, akan tetapi generasi ini memiliki kerja yang efektif.
6. Millennial lebih pintar dalam hal menggunakan teknologi digital.
7. Generasi ini terkenal dengan keefektifannya dimana pada saat mereka
melakukan transaksi, mereka lebih menyukai cashless

12
8. Generasi yang hidup pada era saat ini sangat suka untuk mengetahui
suatu informasi melalui teknologi digital
9. Gaya hidup pada generasi millenia inisangat erat dengan konsumtif,
malas, dan lain sebagainya.
Perilaku generasi millennial selalu tak jauh dari perkembangan
teknologi yang ada, hal ini menyebabkan generasi millennial mengandalkan
media sosial sebagai tempat untuk mencari informasi dan aktivitas jual beli
online. The Nielsen Global Survey of E-Commerce juga melakukan penelitian
terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi internet atau generasi
millennial. Penelitian dilakukan berdasarkan oleh penetrasi yang ada di
beberapa negara (Republika, 2016). Studi tersebut memberikan penjelasan
dimana perilaku generasi millennial ini sangatlah akrab dengan jalur atau
media internet demi memenuhi kebutuhan mereka.

2.8 Konsep Minat Beli

Konsep minat beli adalah sebagian karakter dalam perilaku


mengkonsumsi. Tahap dimana pelanggan membentuk pilihan dari beberapa
merek, kemudian melakukan suatu pembelian pada suatu opsi yang palig
disukainya, atau reaksi yang dilewati pelanggan untuk membeli suatu barang
maupun jasa yang telah dipilih berdasarkan berbagai macam pertimbangan
(Sukmawati dan Suyono dalam Pramono, 2012:143).
Sedangkan Howard mengemukakan arti dari minat beli yang dikutip
dalam Durianto dan Liana (2004:44) yang berarti suatu hubungan yang
berkaitan dengan rencana konsumen agar membeli produk tertentu dan berapa
banyak poduk yang dibutuhkan dalam periode yang telah ditentukan. Dapat
berarti juga bahwa minat beli adalah pernyataan suatu mental dari pelanggan
yang mencerminkan agenda pembelian beberapa produk dengan merek tertentu
(Suharto et al., 2016).
Dalam menciptakan suatu niat pembelian, pelanggan tersebut dapat
membuat lima keputusan pembelian dari keputusan merk, pemasok, kuantitas,
waktu, dan metode pembayaran. Sedangkan menurut Ferdinand (2006) definisi

13
dari minat beli dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu dari minat
transaksional, referensial, preferensial dan eksploratif (Arista & Astuti, 2011).

2.9 Faktor Pengaruh Minat Beli Konsumen

Keller (1998) mengemukakan pendapatnya tentang faktor yang


mempengaruhi minat beli dari konsumen, yaitu seberapa besar probabilitas
konsumen membelanjakan suatu brand atau seberapa besar probailitas
konsumen agar berganti dari satu merek ke merek lainnya. Beberapa faktor
yang menciptakan minat beli konsumen adalah (Kotler,2005) :
1. Perilaku orang lain, bagaimana perilaku orang lain untuk menseleksi
sesuatu yang disukai akan bergantung pada dua hal, yaitu seberapa
dalam sifat negatif orang lain terhadap pilihan yang dicintai konsumen
dan dorongan konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
2. Faktor keadaan yang tidak direncanakan, faktor ini akan dapat merubah
keteguhan konsumen dalam melakukan transaksi pembelian. Dalam
memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak, semua tergantung
dari pemikiran konsumen itu sendiri (Arista & Astuti, 2011).
Menurut peneliti, teori atau model yang cukup similar agar dapat
mengukur minat beli adalah teori atau model AIDA yang dikemukakan oleh
Effendi, dimana teori ini akronim dari Awareness, Interest, Desire, dan Action.
Berikut merupakan penjelasan dari teori atau model AIDA, yaitu :
1. Awareness
Tahapan pertama yaitu awareness dimana target audiens bisa
sadar atau mengetahui keberadaan produk kita. Banyak media yang
dapat digunakan untuk mengenalkan produk kepada target audience
seperti TV, radio, majalah, atau media sosial. Pada saat ini banyak
pengusaha yang menggunakan promosi pada media sosial sehingga
target yang ingin disasar dapat melihat dan mengetahui keberadaan
produk kita. Agar target audiens yang kita sasar mau melihat produk
kita tidaklah mudah, sehingga haruslah kreatif dalam membuat
konten agar target dapat tertarik untuk melihat produk atau brand yang
kita promosikan. Contohnya saja banyak yang menggunakan

14
Instagram ads untuk meningkatkan kesadaran target akan keberadaan
produk kita, akan tetapi tidak semua target mau melihat konten yang
dipromosikan apabila konten yang digunakan tidaklah kreatif.
Bahkan saat ini terdapat platform baru dalam aplikasi tiktok
yaitu tiktok business dimana platform ini ditujukan untuk
menghubungkan brand dengan pengguna tiktok dengan cara yang
kreatif sehingga target audience tertarik untuk mengetahui produk atau
brand kita.
2. Interest
Tahap selanjutnya adalah Interest, setelah audiens melihat
pesan yang telah disebarkan adalah audiens tertarik dengan cara pesan
tersebut disampaikan karena disampaikan dengan cara yang kreatif,
sehingga audiens mau membaca tentang informasi produk yang kita
tawarkan.
Jadi dalam menyampaikan informasi produk haruslah kreatif,
dikarenakan apabila konten yang dibuat tidak kreatif, akan sulit untuk
menarik audiens agar mau membaca atau melihat konten seputar
informasi produk kita.
3. Desire
Tahapan ketiga adalah Desire atau keinginan adalah tahapan
dimana setelah tertarik, timbul rasa keinginan untuk membeli produk
yang ditawarkan. Banyak media yang dapat digunakan untuk
memunculkan rasa ingin membeli konsumen, akan tetapi saat ini yang
banyak digunakan adalah melalui media sosial. Hampir seluruh bisnis
saat ini memiliki media sosialnya masing-masing, sehingga diharuskan
untuk kreatif dalam membuat konten sehingga muncul rasa keinginan
untuk membeli pada target audiens.
Selanjutnya untuk memunculkan rasa keinginan terkadang
beberapa orang menggunakan visual yang kreatif sehingga
memunculkan keinginan calon konsumer. Ada juga beberapa yang
menggunakan testimoni dari orang-orang yang telah mengkonsumsi
produk kita, agar calon konsumen lainnya selain semakin

15
memunculkan keinginan juga meningkatkan kepercayaan bahwa
kualitas produk yang dijual lebih unggul dari produk lainnya.
4. Action
Tahapan terakhir ini adalah tahapan Action atau disebut juga
dengan tindakan. Tahapan inilah konsumen mengambil tindakan untuk
mulai membeli produk yang di tawarkan. Setelah target audiens
membeli produk proses pemasaran sudah dapat dikatakan sukses.
Akan tetapi sebenarnya masih ada kelanjutannya setelah
konsumen membeli produk, yaitu adalah evaluasi pasca pembelian.
Apabila konsumen menyukai produk yang ditawarkan makan akan ada
kemungkinan untuk konsumen melakukan pembelian lagi atau
konsumen merekomendasikan produk yang telah dibeli kepada teman-
temannya. (Johar, 2015).
Ajzen (1985) menyatakan bahwa minat beli adalah hasil dari
beberapa pengaruh atau beberapa faktor, norma subjektif yang
didominasi oleh (kepercayaan tentang orang lain) berpikir, mengenai
apa yang benar atau salah dalam masyarakat, perilaku pola (keyakinan
individu tentang hasil yang bertaut dengan perilaku), kontrol perilaku
yang dirasakan (keyakunan individu tentang control mereka), dan
lebih mengaopsi perilaku tertentu. Dengan demikian niat pembelian
bergantung terhadaa keyakinan konsumen, yang mempengaruhi
persepsi mereka dan dapat mengarahkan mereka menuju pihlihan
tertentu (Hensen et al, 2004)

2.10 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen memiliki kemungkinan yang dapat berefek


terhadap keputusan pembelian yang juga berpengaruh terhadap tahapan-
tahapan keputusan pembelian dan respon konsumen terhadap iklan. Tahap-
tahap dari perilaku konsumen yaitu :
1. Konsumen merasakan adanya keinginan dan juga kebutuhan.
2. Adanya usaha untuk mendapatkan informasi tentang produk, harga, dan
saluran distribusi.

16
3. Bagaimana reaksi konsumen setelah menggunakan, mengonsumsi, dan
mengevaluasi produk.
4. Tindakan apa yang dilakukan konsumen pasca pembelian yang berupa
perasaan puas atau tidak puas.
Dari konsep AIDA yang telah disebutkan, dapat diasumsikan bahwa
faktor penentu keberhasilan suatu iklan online akan meningkatkan minat dan
perhatian target audience yang dapat dilalui dari promosi (Johar, 2015).
Kotler dan Keller (20011) berpendapat bahwa perilaku konsumen
adalah sebuah kegiatan yang mempelajari tentang bagaimanakah seseorang
memuaskan akan kebutuhan dan keinginan mereka entah itu individu,
kelompok, organisasi, dan juga bagaiamana mereka memilih, membeli, dan
menggunakan barang, jasa, ide, maupun pengalaman. Perilaku pembelian yang
dilakukan oleh konsumen ini dapat dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, dan
budaya (Tjiptodjojo, 2012).

2.11 Definisi Konseptual

Definisi konseptual menurut Bulaeng (2004:67) merupakan sebuah


penarikan batasan dari konsep yang hendak ukur dan teliti, dimana
pendefinisian suatu konstruk dengan cara menghubungkan satu konstruk
dengan konstruk lainnya (Bulaeng, 2004 : 67). Selain itu, definisi konseptual
juga dapat berfungsi sebagai pemberian kerangka rujukan pada peneliti terkait
kata kunci yang akan dipakai dalam pembuatan instrument penelitian.
Sehingga, definisi konseptual dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada
berikut :
1. Konten Kreatif : kemampuan untuk menyebarkan informasi dengan
gagasan yang tidak biasa atau dengan kombinasi baru yang
diciptakan berdasarkan oleh data.
2. Instagram : Instagram adalah aplikasi media sosial dimana pengguna
berbagi foto maupun video yang terdapat sebuah caption dibawah
foto yang yang pengguna unggah.

17
3. Minat Beli : Sebuah fase dimana audience telah menentukan suatu
pilihan yang akan dipilih setelah menyukai barang / jasa yang sudah
melewati beberapa pertimbangan.

2.12 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan beberapa petunjuk bagaimana suatu


variabel diukur. Dengan adanya definisi operasional variabel suatu penelitian, maka
peneliti dapat mengetahui variabel yang akan diteliti (Singarimbun, 2001: 23).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) yaitu konten kreatif
Instagram @dialoogi.today dan variabel terikat (Y) yaitu minat beli produk
Dialoogi Space and Coffee.

No. Variabel Definisi Operasional Indikator


1. Pesan yang disebarkan 1) Foto dan Video
Konten kreatif
Instagram • Kualitas dan
oleh akun Instagram
@dialoogi.today kejernihan
@dialoogi.today yang gambar
(X)
meliputi dari konten foto, • Angle
pengambilan
video, desain, dan caption gambar
dalam berbagai macam • Backsound
yang dipakai
bentuk konten. 2) Desain
• Warna yang
dipakai
• Font
• Tata letak
3) Caption
• Copywriting
• Tagar yang
dipakai
4) Macam konten
• Feed
• Story
• IGTV
• Reels
5) Fitur pada
Instagram
• Bio pada
profile
• Suka
• Komentar
• Berbagi
• Simpan

18
2. Minat Beli Produk Sebuah fase dimana 1) Akan memilih
Dialoogi Space
audience telah tertarik produk dari
and Coffee
terhadap produk dari @dialoogi.today
setelah melalui
Dialoogi Space and pertimbangan dan
Coffee setelah melalui perbandingan
dengan produk lain.
beberapa pertimbangan.
2) Tertarik dengan
produk yang sudah
di unggah di konten
Instagram
@dialoogi.today
3) Berminat untuk
membeli produk
setelah melihat
promo yang
diunggah pada
konten Instgram
@dialoogi.today

19

Anda mungkin juga menyukai