0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan10 halaman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penerapan metode Quality Function Deployment untuk mengidentifikasi dan menangani aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pemeliharaan mesin di suatu perusahaan listrik.
2. Metode ini digunakan untuk menentukan tiga jenis waste kritis yaitu perpindahan staf antara kantor dan bengkel, duplikasi data pemeliharaan, dan keterbatasan pemeli
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penerapan metode Quality Function Deployment untuk mengidentifikasi dan menangani aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pemeliharaan mesin di suatu perusahaan listrik.
2. Metode ini digunakan untuk menentukan tiga jenis waste kritis yaitu perpindahan staf antara kantor dan bengkel, duplikasi data pemeliharaan, dan keterbatasan pemeli
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penerapan metode Quality Function Deployment untuk mengidentifikasi dan menangani aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pemeliharaan mesin di suatu perusahaan listrik.
2. Metode ini digunakan untuk menentukan tiga jenis waste kritis yaitu perpindahan staf antara kantor dan bengkel, duplikasi data pemeliharaan, dan keterbatasan pemeli
Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani
Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin
Nofrian Imanuel Piri1, Agung Sutrisno2, Jefferson Mende3
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi 95115 Nofrianimanuel4@gmail.com
ABSTRACT
Identifiying the mode of activity which having no activity is a strategic
endeavour to inercase productivity. In this study the house of quality (HoQ) is integrated with FMEA to prever reocurrance of work in electricity generating company function. The result of this study revealed three most critical waste concerning to the motion waste with RPN 84, overproduction with RPN 72, and unused people with RPN 60.
Kata kunci : QFD, FMEA, Waste, Waste Priority Number, Lean.
ABSTRAK
Indentifikasi modus kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah merupakan
upaya strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan untuk itu dalam penelitian ini, dilakukan penerapan House of Quality untuk mencari usulan pencegahan terulangnya waste dalam kegiatan pemeliharaan untuk mencapai hal tersebut integrasi metode FMEA dan HoQ diterapkan. Dari hasil penelitian didapatkan 3 modus kritis dalam kegiatan pemeliharaan mesin yaitu bolak-Baliknya Staf pemeliharaan dari kantor ke workshop dengan waste priority number sebesar 84, diikuti dengan Duplikasi Data Maintenance dengan waste priority number sebesar 72, dan Pemeliharaan otonomi yang terbatas dengan waste priority number 60.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 10
I. PENDAHULUAN metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menangani 1.1 LATAR BELAKANG timbulnya non value added pada kegiatan pemeliharaan tersebut adalah dengan menggunakan Dalam proses pemeliharaan metode Quality Function mesin seringkali banyak hambatan Deployment. Alasan yang yang baik langsung maupun tak mendasari penggunaan metode ini langsung akan menurunkan adalah karena metode QFD dapat produktivitas operasi. Hambatan ± menunjukkan hubungan antara hambatan tersebut misalnya terjadinya non value added peristiwa yang terjadi yang dengan aspek operasional diakibatkan karena kurangnya pemeliharaan. inventory (inventaris), lamanya menunggu pengiriman suku cadang, 1.2 Rumusan Masalah kurangnya tenaga kerja, cacat suku cadang dalam pengiriman dan hal-hal Beradasarkan latar belakang lain yang menyebabkan terjadinya diatas yang telah diuraikan, maka pemborosan sumber daya (waktu, masalah yang akan dibahas pada biaya dan tenaga kerja). Bila hal-hal SHQHOLWLDQ NDOL LQL DGDODK ³0RGXV- tersebut tidak ditangani dengan baik, Modus seperti apakah yang maka pada akhirnya akan merupakan waste dalam kegiatan menyebabkan penurunan kualitas pemeliharaan dan bagaimana cara pelayanan dan produktivitas menerapkan QFD untuk mencegah perusahaan yang akan menyebabkan terulangnya kejadian waste tersebut? kerugian. Dalam lingkup manajemen industry, hal-hal yang menyebabkan 1.3 Batasan Penelitian pemborosan tersebut disebut sebagai sampah (waste), yang harus 1. Pada penelitian kali ini, ditangani. Biaya yang timbul dari penulis hanya meneliti bagian aktivitas ini disebut biaya tak bernilai pemeliharaan mesin di PT tambah (non-value added cost) dan PLN (persero) diharapkan biaya ini dapat 2. Data yang dipakai sesuai diminimalkan melalui perbaikan dengan yang didapat pengelolaan aktivitas yang dilapangan. dilakukan. 3. Dalam penelitian kali ini, wawancara permintaan data Penelitian ini terkait dengan dilakukan pada pihak upaya untuk menangani terjadinya Pembangkitan dan non value added tersebut dengan pemeliharaan mesin di PT mengambil latar tempat di industri PLN. pembangkitan energi listrik di PLTD Bitung. Dalam hal ini, penulis 1.4 Tujuan Penelitian berinisiatif untuk membantu memberikan saran penanganan x Mengidentifikasi dan terjadinya non value added dalam mengklasifikasi berbagai kegiatan pemeliharaan mesin jenis non-value added pada disel di PLTD Bitung. Adapun proses pemeliharaan mesin
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 11
x Mengkuantifikasi dampak produksi / jasa. QFD adalah sebuah kejadian waste untuk tool manajemen yang sangat efektif, membuat prioritisasi waste berdasarkan ekspektasi konsumen, yang akan ditangani dalam yang umum digunakan untuk bentuk Risk priority number mengendalikan proses (RPN). pengembangan produk atau x Menggunakan metode QFD mengembangkan jasa dalam sebuh (quality function industri. deployment) atau yang juga dikenal sebagai House of Pendekatan QFD adalah quality untuk mencari solusi dengan matriks yang biasa disebut menangani waste terjadinya House of quality(HoQ). Matriks ini non value added pada dirancang untuk mengetahui kegiatan pemeliharaan hubungan antara kebutuhan mesin. pelanggan dan respon teknis. Secara garis besar matriks ini adalah upaya II. LANDASAN TEORI untuk mengkonversi voice of QFD (Quality Function costumer secara langsung terhadap Deployment) adalah terjemahan dari Karakteristik teknis atau spesifikasi satu set prioritas kebutuhan teknis dari sebuah produk (barang pelanggan secara subyektif kedalam atau jasa) yang dihasilkan. satu set tingkat system selama proses Perusahaan akan berusaha mencapai konseptual system desain. Metode ini karakteristik teknis yang sesuai telah berkembang di Galangan Kapal dengan target yang telah ditetapkan, Mitsubishi Heavy Industries, Ltd di dengan sebelumnya melakukan Kobe, Jepang dan telah berkembang observasi terhadap masalah. jauh sejak 1972. Pendekatan serupa 2.1 House of quality dapat digunakan untuk kemudian Menurut Cohen (1995), menerjemahkan persyaratan tingkat House of quality (HOQ) adalah suatu system menjadi lebih rinci yang kerangka kerja atas pendekatan mengatur setiap tahap proses desain dalam mendesain manajemen yang dan pengembangan. Metode QFD dikenal sebagai Quality function tidak hanya memepertimbangkan deployment (QFD). HOQ unsur unsur baik terwujud dan tidak memperlihatkan struktur untuk terwujud tetapi juga mengidentifikasi mendesain dan membentuk suatu pentingnya masing masing elemen siklus dan bentuknya menyerupai dalam keputusan, sebuah rumah kunci. Dalam Konsep QFD pertama kali membangun HOQ adalah dikemukaan oleh Dr.Yoji Akao di difokuskan pada kebutuhan Jepang pada 1972. Akao konsumen sehingga proses desain mendefinisikan QFD sebagai sebuah dan pengembangannya lebih sesuai metode untuk mendefinisikan desain dengan apa yang di inginkan oleh kualitas dengan ekspektasi konsumen dari pada dengan konsumen, kemudian teknologi inovasi. Hal ini menejemahkannya ke desain target dimaksudkan untuk mendapatkan dan point kritial kualitas, sehingga informasi yang penting dari dapat digunakan face pengembangan
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 12
konsumen. Di dalam HOQ terdiri terhadap hubungan tiap tiap dari beberapa bagian yaitu : elemen dari tanggapan teknis perusahaan 2.1.1 Bagian A berisi daftar 2.1.6 Bagian F berisi Matrix mengenai kebutuhan Teknis (Technical konsumen (Customer Needs) Matrix) pada bagian ini 2.1.2 Bagian B berisi Matrix terdapat 3 tipe informasi yang perencanaan (Planning dapat diperoleh, yaitu matrix) yaitu, berisi informasi x Prioritas tanggapan tehnikal mengenai data kuantitatif (technical response) pasar, menunjukkan x Perbandingan persaingan kepenntingan relatif dari tehnikal (benchmark) kebutuhan konsumen, strategi x Target teknikal (technical pencapaian tujuan untuk target) produk atau jasa baru, perhitungan ranking kebutuhan konsumen. 2.1.3 Bagian C berisi Tanggapan Teknis (Technical response) yaitu berisi informasi mengenai tanggapan teknis perusahaan, merupakan gagasan produk atau jasa yang akan dikembangkan biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer needs pada bagian pertama HOQ 2.1.4 Bagian D berisi Hubungan (Relationship) (dampak tanggapan teknis perusahaan dengan kebutuhan pelanggan), pada bagian ini menggunakan metode matrix prioritas (the prioritation matrix), berisi mengenai keputusan tim kerja terhadap Gambar 2.1 : House of Quality tingkat kekuatan hubungan masing-masing elemen antara 2.2. Konsep Dasar Lean tanggapan teknik perusahaan Manufacturing dengan kebutuhan konsumen. Prinsip lean berasal dari 2.1.5 Bagian E berisi Korelasi industri manufaktur Jepang. Lean Teknis (Technical sering diartikan adalah suatu Correlations), berupa setengah peralatan yang dapat membantu matrik persegi ,terbagi mengurangi pemborosan produk, sepanjang garis diagonal dan pemborosan biaya, pemborosan berisi 45 derajat .membentuk waktu dan sebagainya. Lean seperti atap rumah berisi menjelaskan bahwa mengurangi mengenai taksiran tim kerja
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 13
pemborosan dapat menggunakan yang potensial terjadi pada suatu metode Value Stream Mapping sistem. (VSM), 5S, Kanban, serta Poka- 2. Efek-efek dari kegagalan ini yoke. Menurut Toyota bahwa lean yang terjadi pada sistem dan bukan hanya peralatan tetapi dapat bagaimana cara untuk mengurangi 3 (tiga) jenis memperbaiki atau meminimalis pemborosan yang dikenal dengan kegagalan-kegagalan atau efek- intilah bahasa Jepang yang antara efek nya pada sistem ( lain adalah Muda (pekerjaan yang Perbaikan dan minimalis yang tidak memberi nilai tambah), Muri dilakukan biasanya berdasarkan (pekerjaan yang berlebihan) dan pada sebuah ranking dari severity Mura (ketidakseimbangan) dengan dan probability dari kegagalan ) menemukan masalah secara FMEA biasanya dilakukan selama sistimatik. tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan 2.3. TIPE-TIPE PEMBOROSAN untuk meyakinkan bahwa semua (WASTE) kemungkinan kegagalan telah Merujuk pada system produksi dipertimbangkan dan usaha yang Toyota, berbagai tipe pemborosan tepat untuk mengatasinya telah (waste) adalah sebagai berikut: dibuat untuk meminimasi semua kegagalan ± kegagalan yang potensial. FMEA dapat bervariasi pada level detail dilaporkan, tergantung pada detail yang dibutuhkan dan ketersediaan dari informasi. Sebagaimana pengembangan terus berlanjut, memperkiraan secara kritis ditambahkan dan menjadi Failure, Mode, Effects and Critically Analysis dan FMECA. 2.4.1 Keuntungan FMEA Keuntungan 2.4. Metode Failure Mode and ‡ Produk akhir harus Effect Analysis ³DmDQ´ FMEA membantu FMEA adalah suatu cara desainer untuk atau suatu proses yang mungkin mengidentifikasikan dan gagal memenuhi suatu spesifikasi, mengeliminasi atau menciptakan cacat atau mengendalikan cara kegagalan ketidaksesuaian dan dampaknya yang berbahaya, pada pelanggan bila mode kegagalan meminimasi dari perkiraan itu tidak dicegah atau dikoreksi. terhadap sistem dan (Kenneth Crow,2002 ) penggunanya. FMEA merupakan sebuah ‡ Meningkatnya keakuratan dari metodologi yang digunakan untuk perkiraan terhadap peluang dari menganalisa dan menemukan : kegagalan yang akan 1. Semua kegagalan ± kegagalan dikembangkan, khususnya juga
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 14
data dari peluang kehandalan Setelah pemberian rating didapat dengan menggunakan dilakukan, nilai RPN dari FMEA. setiap penyebab kegagalan ‡ Mengkalkulasi indeks resiko dihitung dengan rumus : akibat kejadian kegagalan RPN = Severity x Occurence x Dengan menggunakan indeks Detection «««« RPN, dapat diketahui modus kejadian kegagalan yang III. METODOLOGI memiliki tingkat kritisan tinggi PENELITIAN yang perlu dijadikan perhatian. 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, tahapan-tahapan yang penulis 2.4.2 Risk priority numbers in lakukan dalam melakukan penelitian FMEA adalah sebagaimana tertuang dalam Metodologi Risk priority Diagram Alir. berikut. number (RPN) me rupakan Diagram Alir Penelitian sebuah teknik untuk menganalisa resiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang potensial yang telah diindentifikasikan selama pembuatan FMEA (Stamatis,1995) Sebuah FMEAS dapat digunakan untuk mengidentifikasikan cara-cara kegagalan yang potensial untuk sebuah produk atau proses. Metode RPN kemudian memerlukan analisa dari tim untuk mengunakan pengalaman masa lalu dan keputusan engineering untuk memberikan peringkat pada setiap potensial masalah menurut rating skala berikut : ‡ Severity, merupakan skala yang memeringkatkan severity Gambar 3.1 : Diagram Alir dari efek-efek yang potensial Penelitian dari kegagalan. 3.2. Perumusan Masalah. Perumusan masalah yang ‡ Occurance, merupakan skala diambil dalam penelitian ini adalah yang memeringkatkan sebagaimana yang tertera dalam bab kemungkinan dari kegagalan 1 yaitu terkait dengan apa saja modus akan muncul. pemborosan dalam kegiatan ‡ Detection, merupakan skala pemeliharaan mesin dan bagaimana yang memeringkatkan caranya metode Quality function kemungkinan dari masalah deployment (QFD) digunakan untuk akan di deteksi sebelum sampai mengatasi pemborosan tersebut. ketangan pengguna akhir atau Adapun untuk memperoleh konsumen. gambaran tentang berbagai modus
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 15
pemborosan dalam pemeliharaan, quality dari waste dalam tipe dan klasifikasi modus pemeliharaan. pemborosan dalam system produksi 3.6. Analisis House of quality Toyota digunakan untuk memperoleh Dari data yang diakan gambaran tentang modus diambil di lapangan, selanjutnya pemborosan tersebut. akan dilakukan pembuatan model QFD (quality function deployment). 3.3. Batasan Masalah Selanjutnya dari hasil pembuatan Untuk menjadikan kajian House of quality akan ditentukan dalam penelitian ini lebih mendalam berbagai modus pemborosan kritis dan tidak melebar, maka dilakukan yang nantinya akan ditentukan solusi batasan masalah. Adapun yang pencegahannya untuk mencegah menjadi batasan masalah adalah terulangnya kembali modus terkait dengan lokasi penelitian dan pemborosan kritis tersebut. jenis pemborosan(waste) yang akan dikaji. Sebagi batasan lokasi, lokasi Selanjutnya diagram alir yang yang dipilih dalam penelitian ini menggambarkan penggunaan metode adalah di PLTD Bitung dan dari 7 FMEA dan QFD dalam upaya jenis dan klasifikasi pemborosan menangani kejadian waste dalam (waste) hanya 3 jenis waste yang kegiatan pemeliharaan dalam studi akan diambil dan dijadikan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut: yang lebih mendalam.
3.4. Melakukan Pengamatan
Untuk mendapatkan gambaran tentang jenis dan tipe pemborosan, dilakukan wawancara dan pengamatan dilokasi penelitian. Tujuan dari tahapan 3.4 ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara nyata dari lapangan dari 7 jenis waste yang didapatkan dari teori sebagaimana diuraikan dibab 2.
3.5. Membuat House of quality
House of quality yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan model QFD yang disesuaikan dengan konteks klasifikasi waste dan merupakan model penyesuaian dari model House of quality yang biasanya ditemui di dalam lingkup manufaktur. Dengan demikian, nantinya beberapa bagian model asli dari House of quality dari manufaktur ataupun jasa tidak akan Gambar 3.2. Diagram Alir Integrasi digunakan dalam membuat House of FMEA dan QFD dalam Penelitian
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 16
IV. Pembahasaan Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat 4.1. Pengambilan Data hubungan antara tipe waste-modus Untuk memperoleh data waste dan kemungkinan penyebab mengenai waste dalam penelitian ini, kejadian waste. Sebagai misal, untuk dilakukan pengamatan dan kategor waste Defect (cacat) dengan wawancara terkait dengan manajer modus ketidaksempurnaan dalam pemeliharaan. Dengan menggunakan melakukan pemeliharaan, metode observasi dan pengamatan kemungkinan penyebabnya adalah empiris pada industri mitra kesenjangan pengetahuan/skill antar penelitian, tipologi factor staf pemeliharaan ataupun karena pemborosan yang ditemukan dalam perintah pekerjaan yang tidak jelas penelitian yang diturunkan dari 7 yang menyebabkan terjadinya tipologi waste sebagai berikut: ketidaksempurnaan pemeliharaan ataupun terjadi karena Disiplin pegawai yang rendah. Ketiga penyebab kejadian modus pemborosan memiliki kemungkinan yang sama sebagai penyebab waste PRGXV NHMDGLDQ ³Defect´ GDODP pemeliharaan.
4.2. Kuantifikasi Nilai Resiko
Pemborosan Kritis Tentang modus ±modus pemborosan dan kemungkinan penyebab waste dapat dilihat bahwa setiap modus kejadian waste memiliki akar penyebab dan akibat yang memiliki dampak yang berbeda. sebagai misal, modus kejadian pemborosan ³Waiting/Delay´ PXQJNLQ menyebabkan penundaan kegiatan pemeliharaan, namun untuk modus kejadian pemborosan Penggunaan mesin yang menua dapat menyebabkan akibat ganda misalnya pemborosan penggunaan solar, mengurangi produktivitas dan sangat mungkin membahayakan operator pemeliharaan dengan kejadian kerusakan mesin yang dapat mengancam keselamatan jiwa operator. Untuk itu, diperlukan metode untuk mengkuantifikasi akibat kejadian modus pemborosan. terkait dengan hal ini, metode Failure Mode and Effect Analysis
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 17
dapat digunakan untuk membantu mengetahui berbagai response mengkuantifiaksi konsekuensi akibat manajemen yang sesuai. Pada kejadian pemborosan tersebut. Untuk penelitian ini, untuk mempersempit menentukan rating O,S, dan D dalam lingkup response manajemen yang FMEA atas studi kasus penelitian in, akan dikaji, response manajemen kriteria rating O,S, dan D yang sesuai hanya dibatasi pada 3 menggunakan kriteria sebagaimana response saja yaitu response telah dijelaskan dalam bab 3. management terkait dengan Dengan menggunakan Acuan pengelolaan anggaran, sumber daya Waste Priority Number (WPN), akan manusia dan logistic. Dengan modus kejadian pemborosan yang demikian, secara simbolis, MR1 = paling kritis yakni dengan indeks pengelolaan anggaran, MR2 = terbesar adalah Bolak-Balik staff Sumber Daya Manusia, MR3 = pemeliharaan dan pemeliharaan logistik. otonomi yang terbatas. Pemeliharaan Dalam studi kasus ini, tiga otonomi disini diartikan sebagai modus waste kritis akan diambil inisiatif untuk melakukan sebagai contoh yakni modus Bolak- pemeliharaan saat bekerja. Selain Balik staff (W1), Pemeliharaan itu, dari studi kasus penelitian ini, Otonomi yang terbatas (W2), dan modus pemborosan penggunaan air Duplikasi Data-Data pemeliharaan dengan indeks WPN sebesar 9 (W3) dengan pertimbangan ketiga merupakan indeks pemborosan yang waste memiliki indeks RPN yang dianggap paling kecil dampaknya. tertinggi diantara modus waste lainnya sehingga dianggap paling 4.3. Model Partial House of quality kritis. dari Studi Kasus Penelitian Selanjutnya model House of quality Untuk menentukan model yang mengaitkan antara critical House of quality, sebagaimana waste dengan management response dijelaskan dalam bab 3, perlu dalam studi kasus ini. diketahui berbagai jenis respon Sebagai sebuah studi awal manajement yang terkait. Dalam hal yang menerapkan metode QFD untuk ini, respon manajemen terkait mengatasi terjadinya waste, tentu tentunya adalah respon manajemen saja penelitian ini memiliki tingkat yang berhubungan dengan validitas yang masih harus pengelolaan manajemen ditingkatkan dengan penerapan pada pemeliharaan, seperti pengelolaan studi kasus yang lain. Namun SDM, pengelolaan suku cadang, demikian, studi ini memberikan pembelian peralatan dan sebagainya. gambaran tentang bagaimana cara dengan demikian, untuk mengetahui menerapkan QFD dan integrasinya response manajemen terkait perlu dengan FMEA untuk mengkaji dilakukan wawancara dengan staf pemborosan dalam pemeliharaan industry lokasi penelitian untuk mesin.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 18
disusul oleh Dulikasi Data Perawatan dengan WPN sebesar 72 dan Pemeliharaan otonomi yang terbatas dengan WPN sebesar 60. 3. Dengan mengkorelasikan antara pemborosan kritis dan management response didapatkan bahwa prioritas target untuk perbaikan adalah pada aspek sumber daya manusia dengan skor improvement target sebesar 48. DAFTAR PUSTAKA
Singh. N (1995) Introduction to
Manufacturing System, John Gambar 4.1: Model Partial House of Wiley and Sons. Quality Hasil penelitian Cohen. L (1995) How to Make QFD Work for You, Productsy Press. Stamatis, N. (2000). FMEA V. PENUTUP from Theory to Execution, 5.1 KESIMPULAN ASQC Press. Beberapa kesimpulan yang dapat Garpert, V (2002). Six Sigma Untuk ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Peningkatan Kualitas Proses, 1. Dalam studi kasus ini, tiga Gramedia Pustaka Utama. modus waste kritis diambil Sutrisno, A, Kwon, H.M, Gunawan, \DNQL PRGXV ³ %RODN-Balik I, Eldrige, S, and lee, T, R VWDII : ´ ³ 3HPHOLKDUDDQ (2016). Intergrating SWOT Otonomi yang terbatas analysis into the FMEA : ´ GDQ ³'XSOLNDVL 'DWD- methodology to improve 'DWD SHPHOLKDUDDQ : ´ dengan pertimbangan ketiga Corrective Action Decision waste memiliki indeks RPN Making. International J of yang tertinggi diantara modus Productifity and Quality waste lainnya sehingga Management vol. 17.No dianggap paling kritis. 1,Paper page: 1-23. 2. Berdasarkan studi kasus penelitian, diketahui bahwa waste paling kritis dengan mengacu kepada skor Waste Priority Number (WPN) adalah Bolak-Balik staff pemeliharaan dari workshop ke kantor dengan WPN 84
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 19