Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani

Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin

Nofrian Imanuel Piri1, Agung Sutrisno2, Jefferson Mende3


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi 95115
Nofrianimanuel4@gmail.com

ABSTRACT

Identifiying the mode of activity which having no activity is a strategic


endeavour to inercase productivity. In this study the house of quality (HoQ) is
integrated with FMEA to prever reocurrance of work in electricity generating
company function.
The result of this study revealed three most critical waste concerning to the
motion waste with RPN 84, overproduction with RPN 72, and unused people with
RPN 60.

Kata kunci : QFD, FMEA, Waste, Waste Priority Number, Lean.

ABSTRAK

Indentifikasi modus kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah merupakan


upaya strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan untuk itu dalam
penelitian ini, dilakukan penerapan House of Quality untuk mencari usulan
pencegahan terulangnya waste dalam kegiatan pemeliharaan untuk mencapai hal
tersebut integrasi metode FMEA dan HoQ diterapkan.
Dari hasil penelitian didapatkan 3 modus kritis dalam kegiatan
pemeliharaan mesin yaitu bolak-Baliknya Staf pemeliharaan dari kantor ke
workshop dengan waste priority number sebesar 84, diikuti dengan Duplikasi
Data Maintenance dengan waste priority number sebesar 72, dan Pemeliharaan
otonomi yang terbatas dengan waste priority number 60.

Keywords : QFD, FMEA, Waste, Waste Priority Number, Lean.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 10


I. PENDAHULUAN metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menangani
1.1 LATAR BELAKANG timbulnya non value added pada
kegiatan pemeliharaan tersebut
adalah dengan menggunakan
Dalam proses pemeliharaan
metode Quality Function
mesin seringkali banyak hambatan
Deployment. Alasan yang
yang baik langsung maupun tak
mendasari penggunaan metode ini
langsung akan menurunkan
adalah karena metode QFD dapat
produktivitas operasi. Hambatan ±
menunjukkan hubungan antara
hambatan tersebut misalnya
terjadinya non value added
peristiwa yang terjadi yang
dengan aspek operasional
diakibatkan karena kurangnya
pemeliharaan.
inventory (inventaris), lamanya
menunggu pengiriman suku cadang, 1.2 Rumusan Masalah
kurangnya tenaga kerja, cacat suku
cadang dalam pengiriman dan hal-hal
Beradasarkan latar belakang
lain yang menyebabkan terjadinya
diatas yang telah diuraikan, maka
pemborosan sumber daya (waktu,
masalah yang akan dibahas pada
biaya dan tenaga kerja). Bila hal-hal
SHQHOLWLDQ NDOL LQL DGDODK ³0RGXV-
tersebut tidak ditangani dengan baik,
Modus seperti apakah yang
maka pada akhirnya akan
merupakan waste dalam kegiatan
menyebabkan penurunan kualitas
pemeliharaan dan bagaimana cara
pelayanan dan produktivitas
menerapkan QFD untuk mencegah
perusahaan yang akan menyebabkan
terulangnya kejadian waste tersebut?
kerugian. Dalam lingkup manajemen
industry, hal-hal yang menyebabkan 1.3 Batasan Penelitian
pemborosan tersebut disebut sebagai
sampah (waste), yang harus 1. Pada penelitian kali ini,
ditangani. Biaya yang timbul dari penulis hanya meneliti bagian
aktivitas ini disebut biaya tak bernilai pemeliharaan mesin di PT
tambah (non-value added cost) dan PLN (persero)
diharapkan biaya ini dapat 2. Data yang dipakai sesuai
diminimalkan melalui perbaikan dengan yang didapat
pengelolaan aktivitas yang dilapangan.
dilakukan. 3. Dalam penelitian kali ini,
wawancara permintaan data
Penelitian ini terkait dengan dilakukan pada pihak
upaya untuk menangani terjadinya Pembangkitan dan
non value added tersebut dengan pemeliharaan mesin di PT
mengambil latar tempat di industri PLN.
pembangkitan energi listrik di PLTD
Bitung. Dalam hal ini, penulis 1.4 Tujuan Penelitian
berinisiatif untuk membantu
memberikan saran penanganan x Mengidentifikasi dan
terjadinya non value added dalam mengklasifikasi berbagai
kegiatan pemeliharaan mesin jenis non-value added pada
disel di PLTD Bitung. Adapun proses pemeliharaan mesin

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 11


x Mengkuantifikasi dampak produksi / jasa. QFD adalah sebuah
kejadian waste untuk tool manajemen yang sangat efektif,
membuat prioritisasi waste berdasarkan ekspektasi konsumen,
yang akan ditangani dalam yang umum digunakan untuk
bentuk Risk priority number mengendalikan proses
(RPN). pengembangan produk atau
x Menggunakan metode QFD mengembangkan jasa dalam sebuh
(quality function industri.
deployment) atau yang juga
dikenal sebagai House of Pendekatan QFD adalah
quality untuk mencari solusi dengan matriks yang biasa disebut
menangani waste terjadinya House of quality(HoQ). Matriks ini
non value added pada dirancang untuk mengetahui
kegiatan pemeliharaan hubungan antara kebutuhan
mesin. pelanggan dan respon teknis. Secara
garis besar matriks ini adalah upaya
II. LANDASAN TEORI untuk mengkonversi voice of
QFD (Quality Function costumer secara langsung terhadap
Deployment) adalah terjemahan dari Karakteristik teknis atau spesifikasi
satu set prioritas kebutuhan teknis dari sebuah produk (barang
pelanggan secara subyektif kedalam atau jasa) yang dihasilkan.
satu set tingkat system selama proses Perusahaan akan berusaha mencapai
konseptual system desain. Metode ini karakteristik teknis yang sesuai
telah berkembang di Galangan Kapal dengan target yang telah ditetapkan,
Mitsubishi Heavy Industries, Ltd di dengan sebelumnya melakukan
Kobe, Jepang dan telah berkembang observasi terhadap masalah.
jauh sejak 1972. Pendekatan serupa 2.1 House of quality
dapat digunakan untuk kemudian Menurut Cohen (1995),
menerjemahkan persyaratan tingkat House of quality (HOQ) adalah suatu
system menjadi lebih rinci yang kerangka kerja atas pendekatan
mengatur setiap tahap proses desain dalam mendesain manajemen yang
dan pengembangan. Metode QFD dikenal sebagai Quality function
tidak hanya memepertimbangkan deployment (QFD). HOQ
unsur unsur baik terwujud dan tidak memperlihatkan struktur untuk
terwujud tetapi juga mengidentifikasi mendesain dan membentuk suatu
pentingnya masing masing elemen siklus dan bentuknya menyerupai
dalam keputusan, sebuah rumah kunci. Dalam
Konsep QFD pertama kali membangun HOQ adalah
dikemukaan oleh Dr.Yoji Akao di difokuskan pada kebutuhan
Jepang pada 1972. Akao konsumen sehingga proses desain
mendefinisikan QFD sebagai sebuah dan pengembangannya lebih sesuai
metode untuk mendefinisikan desain dengan apa yang di inginkan oleh
kualitas dengan ekspektasi konsumen dari pada dengan
konsumen, kemudian teknologi inovasi. Hal ini
menejemahkannya ke desain target dimaksudkan untuk mendapatkan
dan point kritial kualitas, sehingga informasi yang penting dari
dapat digunakan face pengembangan

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 12


konsumen. Di dalam HOQ terdiri terhadap hubungan tiap tiap
dari beberapa bagian yaitu : elemen dari tanggapan teknis
perusahaan
2.1.1 Bagian A berisi daftar 2.1.6 Bagian F berisi Matrix
mengenai kebutuhan Teknis (Technical
konsumen (Customer Needs) Matrix) pada bagian ini
2.1.2 Bagian B berisi Matrix terdapat 3 tipe informasi yang
perencanaan (Planning dapat diperoleh, yaitu
matrix) yaitu, berisi informasi x Prioritas tanggapan tehnikal
mengenai data kuantitatif (technical response)
pasar, menunjukkan x Perbandingan persaingan
kepenntingan relatif dari tehnikal (benchmark)
kebutuhan konsumen, strategi x Target teknikal (technical
pencapaian tujuan untuk target)
produk atau jasa baru,
perhitungan ranking kebutuhan
konsumen.
2.1.3 Bagian C berisi Tanggapan
Teknis (Technical response)
yaitu berisi informasi mengenai
tanggapan teknis perusahaan,
merupakan gagasan produk
atau jasa yang akan
dikembangkan biasanya
gambaran tersebut diturunkan
dari customer needs pada
bagian pertama HOQ
2.1.4 Bagian D berisi Hubungan
(Relationship) (dampak
tanggapan teknis perusahaan
dengan kebutuhan
pelanggan), pada bagian ini
menggunakan metode matrix
prioritas (the prioritation
matrix), berisi mengenai
keputusan tim kerja terhadap
Gambar 2.1 : House of Quality
tingkat kekuatan hubungan
masing-masing elemen antara
2.2. Konsep Dasar Lean
tanggapan teknik perusahaan
Manufacturing
dengan kebutuhan konsumen.
Prinsip lean berasal dari
2.1.5 Bagian E berisi Korelasi
industri manufaktur Jepang. Lean
Teknis (Technical
sering diartikan adalah suatu
Correlations), berupa setengah
peralatan yang dapat membantu
matrik persegi ,terbagi
mengurangi pemborosan produk,
sepanjang garis diagonal dan
pemborosan biaya, pemborosan
berisi 45 derajat .membentuk
waktu dan sebagainya. Lean
seperti atap rumah berisi
menjelaskan bahwa mengurangi
mengenai taksiran tim kerja

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 13


pemborosan dapat menggunakan yang potensial terjadi pada suatu
metode Value Stream Mapping sistem.
(VSM), 5S, Kanban, serta Poka- 2. Efek-efek dari kegagalan ini
yoke. Menurut Toyota bahwa lean yang terjadi pada sistem dan
bukan hanya peralatan tetapi dapat bagaimana cara untuk
mengurangi 3 (tiga) jenis memperbaiki atau meminimalis
pemborosan yang dikenal dengan kegagalan-kegagalan atau efek-
intilah bahasa Jepang yang antara efek nya pada sistem (
lain adalah Muda (pekerjaan yang Perbaikan dan minimalis yang
tidak memberi nilai tambah), Muri dilakukan biasanya berdasarkan
(pekerjaan yang berlebihan) dan pada sebuah ranking dari severity
Mura (ketidakseimbangan) dengan dan probability dari kegagalan )
menemukan masalah secara FMEA biasanya dilakukan selama
sistimatik. tahap konseptual dan tahap awal
design dari sistem dengan tujuan
2.3. TIPE-TIPE PEMBOROSAN untuk meyakinkan bahwa semua
(WASTE) kemungkinan kegagalan telah
Merujuk pada system produksi dipertimbangkan dan usaha yang
Toyota, berbagai tipe pemborosan tepat untuk mengatasinya telah
(waste) adalah sebagai berikut: dibuat untuk meminimasi semua
kegagalan ± kegagalan yang
potensial.
FMEA dapat bervariasi pada level
detail dilaporkan, tergantung pada
detail yang dibutuhkan dan
ketersediaan dari informasi.
Sebagaimana pengembangan terus
berlanjut, memperkiraan secara
kritis ditambahkan dan menjadi
Failure, Mode, Effects and
Critically Analysis dan FMECA.
2.4.1 Keuntungan FMEA
Keuntungan
2.4. Metode Failure Mode and ‡ Produk akhir harus
Effect Analysis ³DmDQ´ FMEA membantu
FMEA adalah suatu cara desainer untuk
atau suatu proses yang mungkin mengidentifikasikan dan
gagal memenuhi suatu spesifikasi, mengeliminasi atau
menciptakan cacat atau mengendalikan cara kegagalan
ketidaksesuaian dan dampaknya yang berbahaya,
pada pelanggan bila mode kegagalan meminimasi dari perkiraan
itu tidak dicegah atau dikoreksi. terhadap sistem dan
(Kenneth Crow,2002 ) penggunanya.
FMEA merupakan sebuah ‡ Meningkatnya keakuratan dari
metodologi yang digunakan untuk perkiraan terhadap peluang dari
menganalisa dan menemukan : kegagalan yang akan
1. Semua kegagalan ± kegagalan dikembangkan, khususnya juga

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 14


data dari peluang kehandalan Setelah pemberian rating
didapat dengan menggunakan dilakukan, nilai RPN dari
FMEA. setiap penyebab kegagalan
‡ Mengkalkulasi indeks resiko dihitung dengan rumus :
akibat kejadian kegagalan RPN = Severity x Occurence x
Dengan menggunakan indeks Detection ««««
RPN, dapat diketahui modus
kejadian kegagalan yang III. METODOLOGI
memiliki tingkat kritisan tinggi PENELITIAN
yang perlu dijadikan perhatian. 3.1 Diagram Alir Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini,
tahapan-tahapan yang penulis
2.4.2 Risk priority numbers in lakukan dalam melakukan penelitian
FMEA adalah sebagaimana tertuang dalam
Metodologi Risk priority Diagram Alir. berikut.
number (RPN) me rupakan Diagram Alir Penelitian
sebuah teknik untuk menganalisa
resiko yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang potensial
yang telah diindentifikasikan selama
pembuatan FMEA (Stamatis,1995)
Sebuah FMEAS dapat
digunakan untuk
mengidentifikasikan cara-cara
kegagalan yang potensial untuk
sebuah produk atau proses. Metode
RPN kemudian memerlukan analisa
dari tim untuk mengunakan
pengalaman masa lalu dan
keputusan engineering untuk
memberikan peringkat pada setiap
potensial masalah menurut rating
skala berikut :
‡ Severity, merupakan skala
yang memeringkatkan severity Gambar 3.1 : Diagram Alir
dari efek-efek yang potensial Penelitian
dari kegagalan. 3.2. Perumusan Masalah.
Perumusan masalah yang
‡ Occurance, merupakan skala
diambil dalam penelitian ini adalah
yang memeringkatkan
sebagaimana yang tertera dalam bab
kemungkinan dari kegagalan
1 yaitu terkait dengan apa saja modus
akan muncul.
pemborosan dalam kegiatan
‡ Detection, merupakan skala pemeliharaan mesin dan bagaimana
yang memeringkatkan caranya metode Quality function
kemungkinan dari masalah deployment (QFD) digunakan untuk
akan di deteksi sebelum sampai mengatasi pemborosan tersebut.
ketangan pengguna akhir atau Adapun untuk memperoleh
konsumen. gambaran tentang berbagai modus

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 15


pemborosan dalam pemeliharaan, quality dari waste dalam
tipe dan klasifikasi modus pemeliharaan.
pemborosan dalam system produksi 3.6. Analisis House of quality
Toyota digunakan untuk memperoleh Dari data yang diakan
gambaran tentang modus diambil di lapangan, selanjutnya
pemborosan tersebut. akan dilakukan pembuatan model
QFD (quality function deployment).
3.3. Batasan Masalah Selanjutnya dari hasil pembuatan
Untuk menjadikan kajian House of quality akan ditentukan
dalam penelitian ini lebih mendalam berbagai modus pemborosan kritis
dan tidak melebar, maka dilakukan yang nantinya akan ditentukan solusi
batasan masalah. Adapun yang pencegahannya untuk mencegah
menjadi batasan masalah adalah terulangnya kembali modus
terkait dengan lokasi penelitian dan pemborosan kritis tersebut.
jenis pemborosan(waste) yang akan
dikaji. Sebagi batasan lokasi, lokasi Selanjutnya diagram alir yang
yang dipilih dalam penelitian ini menggambarkan penggunaan metode
adalah di PLTD Bitung dan dari 7 FMEA dan QFD dalam upaya
jenis dan klasifikasi pemborosan menangani kejadian waste dalam
(waste) hanya 3 jenis waste yang kegiatan pemeliharaan dalam studi
akan diambil dan dijadikan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang lebih mendalam.

3.4. Melakukan Pengamatan


Untuk mendapatkan
gambaran tentang jenis dan tipe
pemborosan, dilakukan wawancara
dan pengamatan dilokasi penelitian.
Tujuan dari tahapan 3.4 ini adalah
untuk mendapatkan gambaran secara
nyata dari lapangan dari 7 jenis waste
yang didapatkan dari teori
sebagaimana diuraikan dibab 2.

3.5. Membuat House of quality


House of quality yang
dimaksud dalam penelitian ini
merupakan model QFD yang
disesuaikan dengan konteks
klasifikasi waste dan merupakan
model penyesuaian dari model House
of quality yang biasanya ditemui di
dalam lingkup manufaktur. Dengan
demikian, nantinya beberapa bagian
model asli dari House of quality dari
manufaktur ataupun jasa tidak akan Gambar 3.2. Diagram Alir Integrasi
digunakan dalam membuat House of FMEA dan QFD dalam Penelitian

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 16


IV. Pembahasaan Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat
4.1. Pengambilan Data hubungan antara tipe waste-modus
Untuk memperoleh data waste dan kemungkinan penyebab
mengenai waste dalam penelitian ini, kejadian waste. Sebagai misal, untuk
dilakukan pengamatan dan kategor waste Defect (cacat) dengan
wawancara terkait dengan manajer modus ketidaksempurnaan dalam
pemeliharaan. Dengan menggunakan melakukan pemeliharaan,
metode observasi dan pengamatan kemungkinan penyebabnya adalah
empiris pada industri mitra kesenjangan pengetahuan/skill antar
penelitian, tipologi factor staf pemeliharaan ataupun karena
pemborosan yang ditemukan dalam perintah pekerjaan yang tidak jelas
penelitian yang diturunkan dari 7 yang menyebabkan terjadinya
tipologi waste sebagai berikut: ketidaksempurnaan pemeliharaan
ataupun terjadi karena Disiplin
pegawai yang rendah. Ketiga
penyebab kejadian modus
pemborosan memiliki kemungkinan
yang sama sebagai penyebab waste
PRGXV NHMDGLDQ ³Defect´ GDODP
pemeliharaan.

4.2. Kuantifikasi Nilai Resiko


Pemborosan Kritis
Tentang modus ±modus
pemborosan dan kemungkinan
penyebab waste dapat dilihat bahwa
setiap modus kejadian waste
memiliki akar penyebab dan akibat
yang memiliki dampak yang
berbeda. sebagai misal, modus
kejadian pemborosan
³Waiting/Delay´ PXQJNLQ
menyebabkan penundaan kegiatan
pemeliharaan, namun untuk modus
kejadian pemborosan Penggunaan
mesin yang menua dapat
menyebabkan akibat ganda misalnya
pemborosan penggunaan solar,
mengurangi produktivitas dan sangat
mungkin membahayakan operator
pemeliharaan dengan kejadian
kerusakan mesin yang dapat
mengancam keselamatan jiwa
operator. Untuk itu, diperlukan
metode untuk mengkuantifikasi
akibat kejadian modus pemborosan.
terkait dengan hal ini, metode
Failure Mode and Effect Analysis

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 17


dapat digunakan untuk membantu mengetahui berbagai response
mengkuantifiaksi konsekuensi akibat manajemen yang sesuai. Pada
kejadian pemborosan tersebut. Untuk penelitian ini, untuk mempersempit
menentukan rating O,S, dan D dalam lingkup response manajemen yang
FMEA atas studi kasus penelitian in, akan dikaji, response manajemen
kriteria rating O,S, dan D yang sesuai hanya dibatasi pada 3
menggunakan kriteria sebagaimana response saja yaitu response
telah dijelaskan dalam bab 3. management terkait dengan
Dengan menggunakan Acuan pengelolaan anggaran, sumber daya
Waste Priority Number (WPN), akan manusia dan logistic. Dengan
modus kejadian pemborosan yang demikian, secara simbolis, MR1 =
paling kritis yakni dengan indeks pengelolaan anggaran, MR2 =
terbesar adalah Bolak-Balik staff Sumber Daya Manusia, MR3 =
pemeliharaan dan pemeliharaan logistik.
otonomi yang terbatas. Pemeliharaan Dalam studi kasus ini, tiga
otonomi disini diartikan sebagai modus waste kritis akan diambil
inisiatif untuk melakukan sebagai contoh yakni modus Bolak-
pemeliharaan saat bekerja. Selain Balik staff (W1), Pemeliharaan
itu, dari studi kasus penelitian ini, Otonomi yang terbatas (W2), dan
modus pemborosan penggunaan air Duplikasi Data-Data pemeliharaan
dengan indeks WPN sebesar 9 (W3) dengan pertimbangan ketiga
merupakan indeks pemborosan yang waste memiliki indeks RPN yang
dianggap paling kecil dampaknya. tertinggi diantara modus waste
lainnya sehingga dianggap paling
4.3. Model Partial House of quality kritis.
dari Studi Kasus Penelitian Selanjutnya model House of quality
Untuk menentukan model yang mengaitkan antara critical
House of quality, sebagaimana waste dengan management response
dijelaskan dalam bab 3, perlu dalam studi kasus ini.
diketahui berbagai jenis respon Sebagai sebuah studi awal
manajement yang terkait. Dalam hal yang menerapkan metode QFD untuk
ini, respon manajemen terkait mengatasi terjadinya waste, tentu
tentunya adalah respon manajemen saja penelitian ini memiliki tingkat
yang berhubungan dengan validitas yang masih harus
pengelolaan manajemen ditingkatkan dengan penerapan pada
pemeliharaan, seperti pengelolaan studi kasus yang lain. Namun
SDM, pengelolaan suku cadang, demikian, studi ini memberikan
pembelian peralatan dan sebagainya. gambaran tentang bagaimana cara
dengan demikian, untuk mengetahui menerapkan QFD dan integrasinya
response manajemen terkait perlu dengan FMEA untuk mengkaji
dilakukan wawancara dengan staf pemborosan dalam pemeliharaan
industry lokasi penelitian untuk mesin.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 18


disusul oleh Dulikasi Data
Perawatan dengan WPN
sebesar 72 dan Pemeliharaan
otonomi yang terbatas dengan
WPN sebesar 60.
3. Dengan mengkorelasikan
antara pemborosan kritis dan
management response
didapatkan bahwa prioritas
target untuk perbaikan adalah
pada aspek sumber daya
manusia dengan skor
improvement target sebesar
48.
DAFTAR PUSTAKA

Singh. N (1995) Introduction to


Manufacturing System, John
Gambar 4.1: Model Partial House of Wiley and Sons.
Quality Hasil penelitian Cohen. L (1995) How to Make QFD
Work for You, Productsy Press.
Stamatis, N. (2000). FMEA
V. PENUTUP from Theory to Execution,
5.1 KESIMPULAN ASQC Press.
Beberapa kesimpulan yang dapat
Garpert, V (2002). Six Sigma Untuk
ditarik dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: Peningkatan Kualitas Proses,
1. Dalam studi kasus ini, tiga Gramedia Pustaka Utama.
modus waste kritis diambil Sutrisno, A, Kwon, H.M, Gunawan,
\DNQL PRGXV ³ %RODN-Balik I, Eldrige, S, and lee, T, R
VWDII : ´ ³ 3HPHOLKDUDDQ (2016). Intergrating SWOT
Otonomi yang terbatas analysis into the FMEA
: ´ GDQ ³'XSOLNDVL 'DWD-
methodology to improve
'DWD SHPHOLKDUDDQ : ´
dengan pertimbangan ketiga Corrective Action Decision
waste memiliki indeks RPN Making. International J of
yang tertinggi diantara modus Productifity and Quality
waste lainnya sehingga Management vol. 17.No
dianggap paling kritis. 1,Paper page: 1-23.
2. Berdasarkan studi kasus
penelitian, diketahui bahwa
waste paling kritis dengan
mengacu kepada skor Waste
Priority Number (WPN)
adalah Bolak-Balik staff
pemeliharaan dari workshop
ke kantor dengan WPN 84

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1 19

Anda mungkin juga menyukai