Disusun oleh :
Muhammad Safwan
(140215432/TS)
Pendahuluan
Perkembangan konstruksi Indonesia yang semakin maju, membuat daya saing antar jasa
kontraktor menjadi ketat. Dalam persaingan jasa kontraktor terjadi dalam pelelangan dimana
faktor rendahnya harga penawaran jasa menjadi penentu kemenangan tender. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah inovasi dalam mengelola proses kontruksi menjadi lebih efisien sehingga
biaya penawaran menjadi rendah. Salah satu inovasi tersebut adalah penerapan konsep lean
construction. Konsep Lean Construction diadopsi dari prinsip Lean Manufacturing yang
bertujuan mengurangi waste dan meningkatkan value. Untuk membuat sebuah proyek
memiliki prinsip Lean Construction, proyek tersebut harus menerapkan 3 konsep yaitu work
structuring (WS), Supply Chain Management, dan production control. Salah satu aplikasi
dalam Lean Construction yang digunakan adalah work structuring.
Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang direncanakan sebelumnya yang
memerlukan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan. Dilakukan secara
detail dan tidak dilakukan berulang. Proyek pada umumnya memiliki batas waktu, artinya
proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan
dengan masalah proyek ini, maka keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat pada
waktunya merupakan tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun kontraktor.
Demi kelancaran jalannya sebuah proyek dibutuhkan manajemen yang akan mengelola
proyek dari awal hingga proyek berakhir, yakni manajemen proyek. Suatu proyek dikatakan
baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien ditinjau dari segi waktu dan biaya serta
mencapai efisiensi kerja, baik manusia maupun alat. Segala sesuatu di dalam suatu proyek
yang tidak menambah nilai, sebaliknya menambah biaya disebut dengan pemborosan.
Ketidakproduktifan ini pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada produk
akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di dalam dunia
konstruksi disebut sebagai waste. Faktor yang menyebabkan adanya Non Value- Adding
Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek (man, method, machine, material, environment), sehingga dapat memicu
keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Kurangnya perencanaan yang baik merupakan faktor yang berpengaruh pada
terlambatnya proses konstruksi. Untuk mengatasi hal ini ada metode yang dapat digunakan,
yaitu metode Lean Project Management. Lean Project Management merupakan pendekatan
dalam perencanaan proyek,
dengan fokus untuk meminimasi waste, mengidentifikasi
permasalahan risiko, serta mengestimasi segala kebutuhan yang berkaitan dengan proyek.
Lean production memiliki tujuan meminimisasi biaya produksi agar dapat bersaing
dengan harga pasar. Perbedaan yang ada adalah fokus utama dari lean production yaitu
upaya-upaya penghilangan pemborosan (waste) secara terus menerus untuk peningkatan
performansi system manufaktur sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan pelanggan.
Sehingga, lean production dapat dikatakan sebagai paradigma yang berfokus pada upaya
peningkatan efisiensi dengan pendekatan baru, yaitu menggabungkan dua aspek penting
teknologi dan manusia sekaligus dalam mengelola sistem manufaktur (Samadhi, 2005).
5.
6.
7.
Unnecessary Motion, Komponen dan kontrol yang terlalu jauh dari jangkauan, double
handling, layout yang tidak standar, operator membungkuk.
Excessive Transportation, Pemindahan bahan baku dari tempat penyimpanan menuju
tempat kerja (jobsite) dan ke jobsite yang lain.
Overproduction, Pengunaan bahan baku yang melebihi kebutuhan seperti semen, kayu,
maupun bahan lainnya sehingga terjadi ketidaksesuaian antara yang dibutuhkan dengan
yang dikerjakan.
Selanjutnya menentukan critical waste pada pengerjaan proyek yang dilakukan dengan
metode BORDA. Metode ini dilakukan dengan memberikan peringkat untuk masing-masing
jenis waste. Langkah selanjutnya ialah identifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya waste
tersebut. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya waste, metode yang
digunakan adalah metode Root Cause Analysis (RCA).
Rekomendasi/Kesimpulan
1. Harus lebih meningkatkan penerapan prinsip Lean Construction untuk proyek
konstruksi, pemahaman perusahaan responden terhadap konsep lean construction, dan
pelatihan yang berhubungan dengan konstruksi ramping (Lean Construction).
2. Dapat mengimplementasikan Lean Construction pada proyek konstruksi.
3. Menambah SDM dan peralatan yang mendukung dalam menerapkan Lean Construction.
4. Mendidik tenaga kerja agar terlatih dalam melaksanakan proyek dan mendesain secara
komprehensif agar desain tidak berubah-ubah untuk menerapkan Lean Construction.
5. Menciptakan keselarasan koordinasi pihak penyedia jasa beserta staff maupun dengan
pengguna jasa.
6. Lean construction sangat berperan penting pada control produksi dengan memperhatikan
ketidakefisienan waktu. Sehingga dapat mengurangi kegiatan yang tidak menghasilkan
nilai pada produk akhir, mengurangi variasi produk dengan mengontrol ketidak pastian
selama proses.