Anda di halaman 1dari 15

NETWORK PLANNING

JENIS-JENIS METODE PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Dosen Pengampu:

Siti Dinarti, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Hilmi Aji Setyawan (185044)


2. Cyntya Cynit Rahila R (185066)
3. Siti Nur Rahmawati D (195025)
4. Nuzulur Rahma (195033)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG

2021
A. PERENCANAAN PROYEK
 Definisi Perencanaan
Perencanaan berasal dari kata rencana,yang artinya rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan
beberapa komponen penting , yakni tujuan (apa yang ingin dicapai), kegiatan
(tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan) dan waktu (kapan bilamana
kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apapun yang direncanakan tentu saja
merupakan tindakan-tindakan dimasa depan (untuk masa depan). Dengan
demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa
depan. (Abe,2005:27) Menurut Tjokroamidjojo (dalam Syafalevi,2011:28)
perencanaan dalam arti seluas-luasnya merupakan suatu proses mempersiapkan
secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efektif dan efisien. Perencanaan
merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua asapek , yaitu formulasi
perencanaan dan pelaksanaannya. Perencanaan dapat digunakan untuk
mengontrol dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat rencana itu adalah
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan
adalah suatu rangkaian keputusan yang dibuat sebagai pedoman yang menjadi
patokan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dengan
sumberdaya yang tersedia..

 Metode Perencanaan
Jenis-Jenis Metode Perencanaan
1) Metode Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metodologi yang


digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas
kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan
keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi
konsumen. Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metodologi
untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu
rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas
tertentu. (Akao, 1990; Urban Hauser, 1993).

Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktek untuk merancang suatu


proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD
menterjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan
oleh organisasi. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan
kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan
tersebut dan memperbaiki proses hingga tercapainya efektifitas maksimum.
QFD juga merupakan praktik menuju perbaikan proses yang dapat
memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggan.

Penggunaan QFD dalam proses perancangan produk akan membantu


manajemen dalam memperoleh keunggulan kompetitif melalui proses
penciptaan karakteristik dan atribut kualitas produk atau jasa yang mampu
meningkatkan kepuasan konsumen. Mengenai kebutuhan konsumen yang
diperoleh pada tahap awal proses perencanaan diterapkan pada seluruh
tahapan siklus produk, mulai tahap konsep desain, perancanaan komponen,
perencanaan proses dan produksi, hingga produk sampai ke tangan konsumen.

Manfaat Quality Function Deployment (QFD)

Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya


saingnya melaui perbaikan kualitas dan produktifitasnya secara
berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1. Fokus pada pelanggan.


2. Efisiensi waktu.
3. Orientasi kerja sama tim (Teamwork Oriented).
4. Orientasi pada dokumentasi.

Dari ke empat point diatas, dapat kita ketahui bahwa secara spesifik
manfaat penerapan QFD yaitu meningkatkan Keandalan Produk;
Meningkatkan Kualitas Produk; Meningkatkan Kepuasan Konsumen;
Memperpendek Time to market; Mereduksi Biaya Perancangan;
Meningkatkan Komunikasi; Meningkatkan Produktivitas; Meningkatkan
Keuntungan Perusahaan.
2) Metode Value Engineering
Value Engineering secara umum adalah suatu teknik manajemen yang
menggunakan pendekatan sistematis, kreatif dan usaha yang terorgamsir yang
diarahkan untuk menganalisa fungsi dari suatu sistem dengan tujuan untuk
mencapai fungsi yang diperlukan dengan biaya yang serendahrendahnya. akan
tetapi masih sesuai dengan batasan fungsional dan teknik yang berlaku sehingga
hasilnya tetap menjamin keandalan suatu proyek atau produk tersebut. Dasar
pemikiran yang mendasari perlunya Value Engineering adalah bahwa disetiap
kegiatan konstruksi selalu terdapat biaya-biaya yang tidak diperlukan. Biaya
tersebut tidak terlihat atau disadari oleh pemilik, perencana maupun pelaksana
kegiatan tersebut.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya biaya-biaya tersebut adalah :
1. Terbatasnya waktu yang disediakan untuk proses perencanaan.
2. Kurangnya informasi dalam perencanaan
3. Kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan ide-ide baru.
4. Kurang tepatnya konsepsi.
5. Keadaan sementara yang menjadi permanen.
6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan dari para pelaku birokrasi dan
keadaan politik. Melihat permasalahan tersebut maka metode Value
k'ngineering sangat diperlukan dalam setiap kegiatan proyek konstruksi. hal
mi disebabkan oleh :
1. Biaya kontruksi yang menmgkai.
2. Kurangnya sumber dana dalam pembangunan.
3. Suku bunga yang linggi.
4. lnflansi yang meningkat setiap tahun.
5. Kemajuan leknologi yang semakin pesat.
6. Terjadinya persaingan ketat hampir di semua bidang kegiatan.
Tujuan Value Engineering
Tujuan dari Value Engineering adalah untuk memperoleh suatu produk atau
bangunan yang seimbang antara fungsi-fungsi yang dimiliki dengan biaya yang
dikeluarkan dengan menghilangkan biaya-biaya yang tidak perlu, tanpa hams
mengorbankan mutu, keandalan. performance dari suatu produk atau bangunan
tersebut (Tadjuddm BMAJ997).
PMBOK (Project Management Body Of Knowledge) membuat area ilmu
menejement bagi perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan Lingkup Proyek
Merupakan suatu proses penggambaran proyek dan batas – batasnya secara
tertulis.
2. Perencanaan Mutu
Merupakan proses penentuan standar dan kriteria mutu yang akan dipakai oleh
proyek, serta usaha untuk dapat memenuhinya.
3. Perencanaan Waktu Dan Penyusunan
Proses memberikan masukan kepada perencanaan sumberdaya agar sumber
daya tersebut siap pada waktu yang diperlukan
4. Perencanaan Biaya
Merupakan rangkaian langkah untuk memperkirakan besarnya biaya dari
sumber daya yang diperlukan oleh proyek.
5. Perencanaan Sumber Daya
Dikelompokkan menjadi 2 bagian:
a) Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Meliputi: rancangan organisasi, pengisian personil untuk kantor pusat,
mobilisasi dan pelatihan tenaga kerja untuk lapangan.
b) Perencanaan Sumber Daya non manusia
Meliputi: pengadaan material, peralatan yang akan menjadi bagian
permanen proyek serta peralatan kontruksi.
 Perencanaan tahapan konseptual proyek
a. Kerangka acuan kerja (term of reference)
Kerangka acuan kerja (KAK) adalah produk yang dibuat oleh owner atau
pemilik proyek untuk penyelesaian proyek yang akan diajukan kepada
konsultan perencana baik berupa tender terbuka maupun penunjukkan
langsung.
Isi dari KAK adalah
 Pendahuluan
 Deskripsi proyek
 Jasa yang disediakan oleh konsultan
 Lingkup pekerjaan konsultan
 Pelayanan manajemen
 Pendanaan proyek dan pelaksanaan jadwal proyek
 Kebutuhan tenaga ahli
 Diagaram organisasi konsultan
 Logisitk, fasilitas, dan peralatan konsultan
b. Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek menganalisa manfaat-manfaat proyek dengan
menganalisa aspek-aspek:
 Tinjauan aspek pasar dan permintaan
 Tinjauan aspek teknis
 Tinjauan aspek manajemen dan koordinasi pelaksanaan proyek
 Tinjauan aspek finansial
 Tinjauan aspek hokum
c. Detail engineering desain
Setelah hasil studi kelayakan proyek memenuhi kriteria pemilik proyek,
selanjutnya dilakukan penyusunan perencanaan proyek yang lebih terinci
dalam bentuk paket pekerjaan (WBS), susunan organisasi proyek, rencana
anggaran biaya, jadwal induk (master schedule), perhitungan dan rancangan
teknis, spesifikasi umum dan teknis, gambar kerja serta kelengkapan
administrasi lainnya
Pada fase ini biasanya pemilik proyek menugaskan konsultan perencana
melakukan perencanaan teknis terhadap seluruh kebutuhan proyek.
 Konsep perencanaan tahapan pelaksanaan
Langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
 Melakukan kajian terhadap gambar rencana dan spesifikasi teknis proyek yang
ada, agar bila tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan dapat disempurnakan
dengan melakukan konfirmasi ke konsultan perencana.
 Melakukan perhitungan yang teliti terhadap volume pekerjaan, kebutuhan
material, peralatan serta tenaga kerja yang digunakan
 Menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan dengan
alokasi sumber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia
 Memilih jenis teknologi dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan
 Perumusan kegiatan dengan jadwal yang akurat dan terpadu
 Persiapan aspek administratif, pengadaan serta pengorganisasian pihak-pihak
yang terlibat, penyusunan program kerja, perencanaan pengelolaan resiko,
perencanaan kesehatan dan keselamatan kerja serta perencanaan sistem
informasi manajemen

3. PENGENDALIAN PROYEK
 Definisi Pengendalian
Pengendalian didefinisikan sebagai usaha untuk menentukan standar
yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi, memganalisis kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan
tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan (Monica, 2013).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian membutuhkan
standar atau tolak ukur sebagai pembanding, alat ukur kinerja dan tindakan
koreksi yang akan dilakukan bila terjadi penyimpangan. Kegiatan yang
dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan
serta tindakan koreksi, yang dilakukan selama proses implementasi.

Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua kegiatan


dalam proyek dengan tujuan agar semua terlihat berfungsi secara optimal,
sehingga pelaksanaan tepat waku sesuai dengan jadwal proyek, serta membuat
terkoordinasi dengan baik agar dapat menghasilkan pekerjaan dengan kualitas
yang sesuai dengan yang direncanakan.

 Proses Pengendalian

Menurut (Ervianto, 2004), proses pengendalian berjalan sepanjang


daur hidup proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap
tahap. Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan.
Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada
proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran.
Pemantauan harus dilakukan selama masa pelaksanaan proyek untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan yang telah dicapai. Informasi hasil
pemantauan ini berguna sebagai menjadi bahan evaluasi performa yang telah
dicapai pada saat pelaporan. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan
kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang
telah dibuat berdasarkan perencanaan.
Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan tindakan yang akurat terhadap
permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa pelaksanaan.
Berdasarkan hasil evaluasi ini pula tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan dapat
diputuskan dengan tepat dengan melakukan koreksi terhadap performa yang
telah dicapai. Proses di atas diperlihatkan secara skematis pada gambar
berikut.

Pengendalian Proyek

1. Pendefinisian 2. Insialisasi 3. Perencanaan

6. Penutupan 5. Pemantauan 4. Pelaksanaan

Siklus pengendalian proyek :

1.Pendefinisian Proyek
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan tujuan dari
proyek tersebut. Selain itu, juga harus mendefinisikan apa saja faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan proyek tersebut agar berhasil
dan bisa mencapai kualitas yang diharapkan.

2.Insialisasi Proyek
Insialisasi proyek merupakan bentuk perencanaan awal terhadap umber daya
nantinya. Seluruh inisialisasi harus diselesaikan sebelum proyek dimulai.
3.Perencanaan Proyek
Perlu dilakukan penguraian dengan jelas bagaimana sebuah proyek harus
dijalankan nantinya. Seluruh informasi dari project planning akan terlihat juga
bagaimana waktu, biaya, dan ruang lingkup suaru proyek.
4.Pelaksanaan Proyek
Tahap selanjutnya yaitu melakukan pekerjaan agar proyek bisa mencapai
tujuannya. Semua perencanaan pada tahap sebelumnya akan direalisasikan
sebaik mungkin untuk dapat mencapai keinginan yang ditargetkan.
5.Pemantauan dan Pengendalian Proyek
Selama melakukan pemantauan dan pengendalian harus dipastikan bahwa
seluruh tahapan sudah sesuai dengan rencana. Jika belum sesuai maka, bisa
dilakukan pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
proyek berjalan sesuai rencana. Pemantauan dilakukan untuk perbaikan
motivasi pelaku kegiatan.
6.Penutupan Proyek
Untuk memastikan proyek telah terlaksana adalah dengan melakukan
penutupan proyek. Penutupan proyek dilakukan setelah ada hasil akhir dari
proyek.

Sepanjang daur hidup proyek hanya sekitar 20% kegiatan manajemen proyek
berupa perencanaan, selebihnya adalah kegiatan pengendalian. Perencanaan
sebagian besar dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai,
fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan pengendalian.

Menurut (Santosa, 2008) , menyatakan bahwa ada proses-proses tertentu yang


perlu dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam manajemen proyek.
Proses tersebut terdiri dari:
1.Orientasi Pekerjaan
Suatu pekerjaan akan muncul dari pihak manajemen tingkat atas. Untuk
sampai di tingkat bawah agar dilaksanakan perlu adanya otorisasi, yakni
pemberian wewenang ke tingkat manajemen di bawahnya hingga ke tim
pekerja untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya seperti
apa yang ditetapkan dalam rencana, jadwal dan anggaran. Otoritas berlangsung
hingga selesainya pekerjaan dan manajemen yang memberi wewenang sudah
menyatakan menerima hasilnya. Jika wewenang sudah diberikan maka seorang
proyek manajer atau manajer fungsional, atau supervisor sudah bias mulai
untuk mempergunakan dana proyek untuk membeli material ataupun
membayar tenaga kerja. Untuk proyek-proyek berskala besar otorisasi ini akan
melalui tahap-tahap pengeluaran kontrak (contract release), project release,
dan work order release. Suatu perintah kerja merupakan hal yang penting
dalam rangka pengendalian proyek.
Perintah kerja (work order) memuat:
 Pernyataan pekerjaan
 Anggaran berjalan untuk jam kerja langsung, material, dan biaya langsung
yang lain

 Jadwal, kejadian penting, hubungan dengan paket kerja yang lain

 Posisi pekerjaan yang bersangkutan dalam WBS (Work Breakdown


Structure)

 Spesifikasi dan kebutuhan-kebutuhan

 Tanda tangan pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.

2. Pengumpulan data

Perintah kerja dan rekening biaya yang bersangkutan adalah bagian penting
dalam rangka proses pengendalian. Perkembangan pekerjaan dan biayanya
untuk setiap paket kerja secara periodik dimasukkan ke dalam PCAS untuk
kemudian diringkas dan dihitung untuk keseluruhan paket kerja dan
departemen. Dari sini akan didapat rangkuman informasi mengenai biaya
untuk departemen tertentu sampai saat tertentu, atau biaya untuk sekumpulan
paket kerja tertentu.

 Fungsi Pengendalian Proyek


Menurut (Ervianto, 2004), pengendalian memiliki dua fungsi yang sangat
penting:
1. Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan
memaksa unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap dan jujur.
2. Fungsi Manajerial
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi perubahan
(dinamis) pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang baik akan
memudahkan manajer untuk segera mengetahui bagian-bagian pekerjaan
yang mengalami kejanggalan atau memiliki performa yang kurang baik.
Dengan demikian dapat segera dilakukan usaha untuk mengatasi atau
meminimalkan kejanggalan tersebut.

 Faktor Penghambat Proses Pengendalian


Menurut (Ervianto, 2004), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan suatu
hambatan pada saat proses pengendalian proyek, diantaranya adalah:
1. Definisi Proyek
Merupakan ukuran dan kompleksitas suatu proyek. Kesulitan yang
muncul pada proyek dengan skala besar antara lain: kesulitan
komunikasi dan koordinasi yang berhubungan dengan struktur organisasi
proyek
2. Faktor Tenaga Kerja
Kurang ahlinya pengawas proyek menyebabkan proyek menjadi kurang
efektif dan akurat
3. Faktor Sistem Pengendalian
Penerapan sistem informasi dan pengawasan yang terlalu formal.

 Faktor Pendukung Proses Pengendalian


Menurut (Ervianto, 2004), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar
pengendalian dan system informasi berlangsung dengan baik yaitu:

1. Ketepatan Waktu
Keterlambatan pemantauan hanya akan menghasilkan informasi yang sudah
tidak sesuai lagi dengan kondisi.
2. Akses Antar Tingkat
Derajat kemudahan untuk akses dalam jalur pelaporan performa angat
berpengaruh untuk menjaga efektifitas sistem pengendalian
3. Perbandingan Data terhadap Informasi
Data yang diperoleh dari pengamatan harus mampu memberikan informasi
secara proporsional. Jangan sampai terjadi jumlah data yang didapat
berjumlah ribuan bahkan ratusan ribu namun hanya memberkan satu dua
informasi. Data dan Informasi yang dapat Dipercaya
Menyangkut kejujuran dan kedisplinan pihak yang terlibat dalam proyek
4. Data Informasi yang dapat dipercaya
Masalah ini menyagkut kejujuran dan kedisiplinan semua pihak yang terlibat
dalam proyek. Semua perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat seperti
waktu pengiriman peralatan dan bahan, waktu pembayaran harus benar-benar
ditepati
5. Obyektifitas Data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
Pemakaian asumsi, kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh dimasukkan
sebagai data hasil pengamatan

 Langkah-langkah dalam Pengendalian

Menurut (Santosa, 2008), secara umum ada tiga langkah pokok dalam proses
pengendalian, yaitu:
1. Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan.
Standar ini bisa berupa spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal
dan kebutuhan sumberdaya.
2. Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar
hasil pekerjaan dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan
jadwal, biaya dan spesifikasi performansi yang direncanakan.
3. Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan
menyimpang dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan.
Tindakan koreksi bisa berupa perubahan pekerjaan, standar dan rencana
diubah atau penambahan sumberdaya.

 Monitoring dan Updating


Jarang ditemui suatu keadaan dimana suatu rencana schedule (jadwal) dapat
tepat dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai kondisi demikian
dibutuhkan suatu perencanaan yang amat cermat dan didukung oleh faktor luar
(alam), supaya hal tersebut dapat dicapai. Penandaan prestasi perkerjaan dalam
alat pengendalian (schedule) dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan
disebut dengan updating. Proses updating diperlukan terutama untuk
mengetahui pengaruh yang terjadi akibat pelaksanaan di lapangan terhadap
rencana schedule penyelesaian proyek.
Menurut (Ervianto, 2004) , kontraktor melakukan updating schedule dengan
mempertimbangkan berbagai faktor . Permasalahan yang tidak tampak atau
tidak dapat diprediksi menjadi kendala utama dalam penyusunan rencana
kegiatan, seperti perubahan cuaca, perubahan lingkup pekerjaan, dan kesalahan
yang diketahui setelah dilaksanakan di lapangan. Dengan demikian
mengaplikasikan schedule yang telah disusun guna penyelesaian proyek, maka
sudah seharusnya selalu dilakukan evaluasi schedule. Schedule dievaluasi pada
waktu proyek sedang berlangsung untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
dapat diprediksi. Sedangkan proyek yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi
schedule untuk identifikasi keterlambatan proyek yang sudah terjadi, sehingga
lebih jelas mengetahui pihak-pihak yang bertanggung jawab.

 Langkah-langkah Mengevaluasi Schedule Pekerjaan


Langkah-langkah dalam mengevaluasi schedule adalah:

1. Data berupa analisis harga satuan dari kontraktor dipakai acuan dalam
menentukan biaya upah, material, jumlah pekerja serta durasi yang
disesuaikan dengan volume pekerjaan.
2. Time schedule pekerjaan untuk acuan menentukan durasi dan bobot
pelaksanaan pekerjaan struktur baja kolom, balok dan atap, juga
mengetahui jadwal kegiatan dari masing-masing item pekerjaan.
3. RAB proyek digunakan untuk mengetahui volume item pekerjaan, harga
satuan pekerjaan dan biaya total proyek sebagai acuan dalam pembuatan
time schedule.
4. Mengevaluasi time schedule serta membuat Gantt Chart dari pekerjaan
proyek struktur baja balok, kolom dan atap. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengetahui durasi keterlambatan dan penyebab keterlambatan
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, W. I. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: ANDI


OFFSET.
Santosa, B. 2008. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai