011/BM/2009
Konstruksi dan Bangunan
PENDAHULUAN
Pedoman ini adalah hasil pemutakhiran dari Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang merupakan bagian dari Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang terdiri dari 4 (empat) pedoman yaitu:
1. Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
2. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
3. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
4. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pemantauan pembangunan jalan dan jembatan di tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten dan kota, dalam mencegah dampak lingkungan yang mungkin terjadi pada
tahap pelaksanaan konstruksi jalan.
ii
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR ISI
Halaman
Prakata ....................................................................................................... i
Pendahuluan .................................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................ iv
Daftar Gambar ............................................................................................ iv
Daftar Lampiran .......................................................................................... iv
- LAMPIRAN
iii
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
alaman
Gambar 9.1. Bagan Peran Unit/Penanggung Jawab/Pemimpin Proyek
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pembangunan Jalan
yang Berkesinambungan ......................................................... 34-34
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. RUANG LINGKUP
Dari pemantauan akan diketahui kualitas lingkungan hidup sebelum dan setelah
pembangunan jalan dan tingkat keberhasilan suatu kegiatan pengelolaan lingkungan
dalam pembangunan jalan. Agar pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat
memenuhi ketentuan maka disusun Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan.
Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan bertujuan
memberikan petunjuk dan penjelasan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
pemantauan pengelolaan lingkungan hidup dalam pembangunan jalan. Lingkup
kegiatan mencakup pemantauan tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan serta evaluasi pasca pembangunan jalan.
Uraian dan penjelasan dalam pedoman ini meliputi:
a) Tata cara pemantauan pengelolaan lingkungan hidup;
b) Dokumentasi dan;
c) Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup.
2. ACUAN NORMATIF
1-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Dalam pedoman ini, digunakan definisi/istilah yang telah baku digunakan dalam
peraturan dan perundang-undangan bidang jalan dan lingkungan hidup, antara lain:
2-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Baku mutu adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
di dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yuridikasi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan
manusia.
Baku tingkat getaran mekanik adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang
diperbolehkan dari usaha dan/atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan
bangunan.
3.6 Kebisingan
Kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel (dB).
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan.
3-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan
penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3.14 Pemrakarsa
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3.15 Jalan
Adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan
kabel.
4-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Pemantauan perlu dilakukan mulai dari tahap awal, yaitu dari tahap perencanaan
untuk memeriksa apakah pertimbangan lingkungan sudah diterapkan untuk
mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi pada saat pengadaan tanah,
pelaksaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang mencakup perencanaan umum, pra studi kelayakan,
studi kelayakan dan perencanaan teknis (termasuk penyiapan dokumen lelang
dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi) bukan merupakan sumber
dampak dan tidak menimbulkan dampak penting. Namun pada setiap tahap
kegiatan tersebut perlu dipantau apakah sudah memuat dan
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup.
Berdasarkan komponen kegiatan pembangunan jalan, sebagai sumber dampak
kegiatan yang perlu dipantau adalah sebagai berikut:
2. Pengadaan Tanah
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Kegiatan pada tahap pelaksanaan konstruksi jalan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting adalah:
1) Persiapan konstruksi jalan
- Mobilisasi tenaga kerja
- Mobilisasi peralatan berat
- Pembuatan jalan masuk atau jalan akses
- Pembangunan base camp
2) Pelaksanaan konstruksi jalan
a. Di lokasi tapak proyek
- Pembersihan lahan
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan drainase
- Pekerjaan badan jalan
- Pekerjaan bangunan jembatan
- Pemasangan perlengkapan jalan
- Penghijauan dan pertamanan
- Pembuangan material sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
b. Di lokasi quarry dan jalur transportasi material
- Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di darat
- Pengambilan material bangunan di quarry (di sungai)
- Pengangkutan material bangunan
c. Di lokasi base camp
- Pengoperasian base camp
4. Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
a. Pengoperasian jalan
b. Pemeliharaan jalan
5. Evaluasi Pasca Pembangunan Jalan
5-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
6-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
7-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
8-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
2. Lokasi Pemantauan
Pemantauan yang tepat perlu ditetapkan dan dilengkapi dengan peta berskala
yang memadai dan menunjukkan lokasi pemantauan dimaksud. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan lokasi pemantauan bahwa lokasi pemantauan
sedapat mungkin konsisten dengan lokasi pengumpulan data saat studi lingkungan
(RKL-RPL atau UKL-UPL).
3. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Jangka waktu dan frekuensi pemantauan ditetapkan dengan mempertimbangkan
sifat dampak penting yang dipantau (intensitas, lama dampak berlangsung dan
sifat kumulatif dampak). Uraikan tentang jangka waktu atau lama periode
pemantauan berikut dengan frekuensinya per satuan waktu.
9-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. Tujuan pemantauan
Perencanaan jalan yang tidak mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan hidup
berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup pada saat
pelaksanaannya di lokasi kegiatan pembangunan jalan. Karena itu, untuk
menghindari dampak negatif terhadap lingkungan hidup, maka diperlukan
pemantauan perencanaan pengelolaan lingkungan apakah menerapkan
pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan umum, pra studi kelayakan,
studi kelayakan dan desain teknis serta penyiapan dokumen lelang dan dokumen
kontrak kerja sehingga terwujud rencana jaringan jalan yang layak lingkungan.
Tujuan pemantauan adalah untuk memeriksa kegiatan perencanaan (perencanaan
umum, studi kelayakan, perencanaan teknis) telah menerapkan pertimbangan
lingkungan hidup atau belum.
10-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk
memeriksa kinerja penanganan dampak sosial ekonomi budaya akibat kegiatan
pengadaan tanah termasuk pemukiman kembali dan pemindahan penduduk (bila
ada).
2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang perlu dipantau antara lain:
1) Pelaksanaan konsultasi pada masyarakat
2) Pelaksanaan musyawarah untuk menetapkan kompensasi
3) Pelaksanaan sertifikasi tanah yang telah dibebaskan
4) Proses eksekusi pembebasan tanah
3. Komponen Lingkungan Hidup yang Perlu Dipantau
Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau adalah kondisi sosial-ekonomi
budaya penduduk pemilik atau pengguna tanah yang terkena pembebasan tanah,
pemukiman kembali atau penduduk yang dipindahkan. Indikator atau parameter
lingkungan yang dipantau mencakup:
1) Keresahan masyarakat;
2) Hilangnya aset/perubahan aset;
3) Mata pencaharian masyarakat;
4) Jenis kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang berubah;
11-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan konstruksi
adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan dan kinerja penanganan dampak
lingkungan hidup akibat kegiatan konstruksi jalan.
12-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
13-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
14-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
15-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada pengoperasian dan
pemeliharaan jalan adalah untuk mengetahui kualitas lingkungan hidup dan kinerja
penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang terjadi akibat pengoperasian
dan pemeliharaan jalan yang telah selesai dibangun atau ditingkatkan.
2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap pengoperasian dan pemeliharaan
jalan harus dilaksanakan di sepanjang ruas jalan yaitu pada tempat-tempat yang
potensial terkena dampak. Pemantauan kegiatan pengelolaan mencakup:
a. Pengoperasian jalan
1) Penanggulangan atau pengurangan pencemaran udara (SO2, CO, NO2, HC,
debu dan partikulat);
2) Pengurangan tingkat kebisingan;
16-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
b. Pemeliharaan Jalan
- Mencegah atau mengurangi terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
a. Pengoperasian Jalan
1) Kualitas udara (SO2, CO, NO2, HC, debu, partikulat);
2) Tingkat kebisingan;
3) Getaran;
4) Kondisi lalu lintas (arus lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas);
5) Kondisi penggunaan lahan RUMIJA dan RUWASJA;
6) Tata guna lahan di sekitar tepi jalan;
7) Jalur perlintasan satwa;
8) Pola aliran air permukaan dan stabilitas tanah.
b. Pemeliharaan Jalan
- Kondisi lalu lintas
Hasil pemantauan pengoperasian dan pemeliharaan jalan dilaporkan dengan
menggunakan formulir seperti disajikan pada Lampiran 12. Lingkup kegiatan
Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup bahwa pemrakarsa kegiatan wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan
lingkungan hidup (RPL) atau UKL-UPL kepada instansi yang membidangi pengendalian
dampak lingkungan hidup.
Kegiatan pemantauan dalam rangka keperluan yang terkait dengan instansi
penanggung jawab bidang pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat pusat (KLH)
17-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
18-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
2. Pra Studi - Kajian awal lingkungan Pra studi kelayakan - Unit Penanggung
Kelayakan dalam penyusunan pra yang memasukkan jawab /Pemimpin
studi kelayakan hasil kajian awal Proyek/Satker/
lingkungan PPK
Perencanaan
19-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
C. Tahap
Konstruksi
C1. Persiapan
Pekerjaan
Konstruksi a. Kecemburuan a. Pemberian peluang a. Tenaga kerja - Unit/Penanggung
1. Mobilisasi tenaga sosial tenaga kerja setempat yang jawab /Pemimpin
kerja setempat yang terserap Proyek/Satker/PP
sama dan K Konstruksi dan
pelaksanaan Institusi Pengelola
konsultasi Lingkungan Hidup
masyarakat (secara periodik
b. Peningkatan b. Pemberian informasi b. Jumlah jika ada AMDAL)
kesempatan tentang tenaga kerja masyarakat
kerja dan yang diperlukan dan yang
peluang usaha pemberdayaan mengetahui
(dampak positif) masyarakat informasi
setempat adanya peluang
c. Potensi c. Persyaratan tenaga kerja
penyebaran kesehatan calon dan jumlah
penyakit tenaga kerja masyarakat
menular antara yang diterima
lain HIV/AID, menjadi tenaga
hepatitis dan kerja konstruksi
lain-lain jalan
c. Tenaga kerja
yang memenuhi
syarat kesehatan
dan diterima
2. Mobilisasi a. Kerusakan jalan a. Perbaikan jalan a. Kondisi fisik Kondisi jalan Unit/Penanggung
peralatan berat dan jembatan yang rusak dan jalan dan dan jembatan jawab /Pemimpin
membatasi tonase jembatan sebelum Proyek/Satker/
peralatan atau pelaksanaan PPK Konstruksi
membatasi tekanan konstruksi dan Institusi
gandar Pengelola
b. Terganggunya b. Pengaturan lalu b. Kondisi lalu Lingkungan Hidup
lalu lintas lintas dan lintas (arus lalu (secara periodik
pemasangan lintas dan jika ada AMDAL)
rambu lalu lintas kecelakaan lalu
sementara lintas)
3. Pembuatan jalan a. Pencemaran udara a. Penyiraman jalan a. Kualitas udara a. PP. No.41 Unit/Penanggung
masuk/akses (debu) secara berkala (partikulat/debu) tahun 1999 jawab /Pemimpin
tentang Proyek/Satker/
Pengendali- PPK Konstruksi
b. Meningkatnya b. Perawatan b. Tingkat an dan Institusi
kebisingan kendaraan/peralatan kebisingan Pencemaran Pengelola
dan pengaturan jam dB(A) Udara Lingkungan Hidup
kerja b. Kep.Men. (secara periodik
c. Terganggunya lalu c. Pengaturan lalu lintas c. Kondisi lalu Lingkungan jika ada AMDAL)
lintas lintas (arus lalu Hidup No.48
lintas dan tahun 1996
kecelakaan lalu tentang
lintas) Baku
Tingkat
Kebisingan
20-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
21-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
22-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4. Pekerjaan badan a. Pencemaran a. Penyiraman secara a. Kualitas udara a. PP. No.41 Unit/Penanggung
jalan udara (debu) berkala pada musim (debu, partikulat, tahun 1999 jawab/Pemimpin
kering CO, NO2, SO2, tentang Proyek/Satker/
HC) Pengendali- PPK Konstruksi
b. Meningkatnya b. Perawatan peralatan b. Tingkat an dan Institusi
kebisingan dan kendaraan kebisingan (dBA) Pencemaran Pengelola
proyek serta Udara Lingkungan Hidup
pengaturan jam b. KepMen LH (secara periodik
kerja No.48 tahun jika ada AMDAL)
c. Terganggunya c. Pengaturan lalu lintas c. Kondisi lalu lintas 1996
lalu lintas dan pemasangan (arus lalu lintas tentang
rambu lalu lintas dan kecelakaan Baku
sementara lalu lintas) Tingkat
Kebisingan
5. Pekerjaan a. Meningkatnya a. Pemberitahuan pada a. Tingkat a. KepMen Unit/Penanggung
jembatan kebisingan masyarakat sekitar; kebisingan Lingkungan jawab /Pemimpin
dan pengaturan dB(A) Hidup No.48 Proyek/Satker/
jadwal kerja tahun 1996 PPK Konstruksi
tentang dan Institusi
b. Meningkatnya b. Penggunaan bor pile b. Tingkat getaran Baku Pengelola
getaran (apabila lokasi Tingkat Lingkungan Hidup
kegiatan dekat Kebisingan (secara periodik
pemukiman atau b. KepMen jika ada AMDAL)
fasilitas umum) Lingkungan
c. Pencemaran c. Pengalihan aliran air c. Parameter Hidup No.49
kualitas air dan sementara sekitar kualitas air (pH, tahun 1996
gangguan biota pondasi jembatan kekeruhan, TS, tentang
air dan mencegah BOD, DO, Baku
terjadinya trasparansi), Tingkat
tumpahan/ceceran plankton, Getaran
material ke perairan benthos, nekton c. PP No.82
d. Pengaturan lalu lintas tahun 2001
d. Terganggunya dan pemasangan d. Kondisi lalu tentang
lalu lintas rambu lalu lintas lintas (arus lalu Pengelolaan
lintas dan dan
kecelakaan lalu Pengendali-
lintas an
Pencemaran
Air
23-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
b. Di lokasi Quarry
dan jalur
transportasi
material a. Pencemaran a. Penyiraman secara a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung
1. Pengambilan udara (debu) berkala pada musim (debu dan tahun 1999 jawab /Pemimpin
material kering partikulat) tentang Proyek/Satker/
bangunan di b. Meningkatnya b. Pengaturan b. Tingkat Pengendali- PPK Konstruksi
quarry dan kebisingan peralatan dan kebisingan an dan Institusi
borrow area di pengaturan jam dB(A) Pencemaran Pengelola
darat kerja Udara Lingkungan Hidup
c. Perubahan c. Reklamasi dan c. Penggunaan b. KepMen LH (secara periodik
fungsi lahan pemulihan kembali lahan/kerusakan No.48 jika ada AMDAL)
(terjadinya lahan bekas galian lahan bekas tentang
lubang dan lokasi Baku
genangan) pengambilan Tingkat
material setelah Kebisingan
direklamasi/dipul
ihkan
d. Terganggunya d. Pembuatan saluran d. Pola aliran air
aliran air drainase permukaan,
permukaan kondisi dan
e. Terganggunya e. Pengaturan fungsi saluran
stabilitas lereng kemiringan lereng drainase
(erosi/longsor) sesuai dengan e. Kondisi stabilitas
kondisi tanah, lereng, longsor
pengendalian air dan erosi
larian dan tebing
dibuat berteras
24-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
25-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
D. Tahap
Pengoperasian
dan
Pemeliharaan a. Pencemaran a. Pemeliharaan a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung
Jalan udara (debu, tanaman di jalur (debu, partikulat, tahun 1999 Jawab /Pemimpin
1. Pengoperasian partikel, SO2, tanaman SO2, NO2, CO, tentang Proyek/Satker/
jalan NO2, CO, HC) (penghijauan di HC) Pengendali- PPK
median, pulau jalan an Pemeliharaan dan
dan teoi jalan) Pencemaran Rehabilitasi atau
b. Meningkatnya b. Pemeliharaan b. Tingkat Udara Manajer/Sub
kebisingan tanaman di jalur kebisingan dB b. KepMen Manajer Ruas
tanaman dan (A) Lingkungan
pembuatan noise Hidup No.48
barrier (pada lokasi tahun 1996
tertentu/ fasilitas tentang
umum, tempat Baku
ibadah, rumah sakit, Tingkat
sekolah) Kebisingan
c. Meningkatnya c. Pembuatan dan c. Tingkat getaran c. KepMen
getaran perawatan Lingkungan
26-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
27-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
a. Lingkup Evaluasi
Evaluasi kualitas lingkungan hidup adalah kegiatan untuk mengkaji dan menilai
kondisi lingkungan sepanjang koridor jalan terkait dengan pengoperasian jalan.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengevaluasi kualitas lingkungan hidup dan kinerja
kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pasca pembangunan jalan
dalam rangka perbaikan kinerja pemrakarsa dalam pembangunan jalan secara
menerus (continual improvement).
Evaluasi mencakup:
1). Evaluasi kecenderungan (trend evaluation)
Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend)
perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu. Untuk
melakukan evaluasi ini memerlukan data seri hasil pemantauan.
2). Evaluasi tingkat kritis (critical evaluation)
Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi untuk menilai tingkat kritis (critical level)
dari suatu dampak pada suatu ruang dan waktu yang melampaui baku mutu
atau standar lainnya.
3). Evaluasi pentaatan (compliance evaluation)
Evaluasi pentaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa
kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan hidup.
4). Evaluasi pencapaian manfaat jalan
Pembangunan jalan dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat,
antara lain dalam hal:
- Membuka keterisolasian wilayah;
- Meningkatkan kegiatan sosial ekonomi wilayah;
- Mempermudah aksesibilitas dan pemanfaatan fasilitas sosial yaitu
pendidikan, kesehatan, pariwisata, pemerintahan dan lain-lain;
- Meningkatkan mobilitas dan hubungan sosial antar penduduk.
Pada evaluasi kualitas lingkungan ini perlu membuat suatu kesimpulan yang
memuat hal-hal penting yang dihasilkan dari pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Selain itu juga perlu menguraikan temuan dan
usulan untuk perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selanjutnya
dan perbaikan kinerja pemrakarsa dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan jalan.
28-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
b. Langkah-Langkah Evaluasi
Evaluasi kualitas lingkungan memberikan kesimpulan kondisi lingkungan yang
dipengaruhi saat pengoperasian jalan. Untuk mendapatkan informasi kualitas
lingkungan di lokasi pengoperasian jalan dan sekitarnya, maka perlu dilakukan
pengukuran atau pemantauan sebagai berikut:
1) Menghitung volume lalu lintas harian.
2) Menghitung kepadatan lalu lintas.
3) Menentukan jam sibuk.
4) Menghitung rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan (VCR).
5) Mengukur kecepatan lalu lintas rata-rata.
6) Mengukur tingkat kebisingan rata-rata dB(A).
7) Mengukur kualitas udara (SO2, CO, NO2, HC, debu/partikulat dan Pb).
8) Memantau kemacetan lalu lintas.
9) Memantau kecelakaan lalu lintas.
10) Memantau gangguan mobilitas penduduk setempat.
11) Memantau adanya gangguan pada jalur lintasan satwa liar atau mobilitas
satwa liar (jika ada).
12) Memantau adanya perambahan hutan pada kawasan lindung sekitar lokasi
jalan (jika ada).
13) Memantau dampak pada kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya komunitas
rentan
14) Pemeriksaan di lokasi RUMIJA dan RUWASJA untuk mengetahui kegiatan-
kegiatan sektor lain yang menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan, antara
lain pasar, pertokoan, pedagang kaki lima, dan kegiatan lainnya.
15) Memantau dampak lingkungan terhadap jalan.
Dari informasi/data kualitas lingkungan yang telah didapat sesuai hasil pelaksanaan
pengukuran/pemeliharaan/pemantauan kondisi lingkungan, maka perlu dibuat suatu
kesimpulan kondisi kualitas lingkungan. Dari kesimpulan tersebut, maka dapat
diusulkan rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka cara mengevaluasi kualitas
lingkungan perlu memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Evaluasi Kecenderungan
Perubahan kualitas lingkungan pada suatu lokasi dan waktu tertentu dapat
diketahui melalui hasil pemantauan dari waktu ke waktu. Penilaian perubahan
kecenderungan (trend) hanya dapat dilakukan dengan data hasil pemantauan
dalam waktu yang berbeda. Data perubahan dari waktu ke waktu (time series
data) dapat menggambarkan secara lebih jelas mengenai kecenderungan suatu
proses perubahan kegiatan atau perubahan kualitas lingkungan yang diakibatkan
oleh kegiatan.
2. Evaluasi Tingkat Kritis
Kondisi kualitas lingkungan suatu lokasi pada waktu tertentu dan akan melebihi
baku mutu atau standar lainnya dapat diketahui dengan cara mengevaluasi tingkat
kritis. Caranya adalah mengevaluasi data hasil pemantauan dari waktu ke waktu
29-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
7. DOKUMENTASI
30-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
pusat (KLH), provinsi, kabupaten/kota yaitu BAPEDALDA, BPLHD, DLH, Dinas ANDAL
dan lain-lain.
Laporan pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL atau UKL-UPL kegiatan pembangunan
jalan disampaikan oleh pemrakarsa/pengelola kegiatan kepada instansi pengawas
pelaksanaan pemantauan dan instansi pembina teknis bidang jalan serta instansi lain
yang terkait, yaitu:
a) Menteri Negara Lingkungan Hidup (Men KLH)
b) Gubernur Propinsi c.q. Bapedalda/BPLHD/Dinas Lingkungan Hidup Provinsi yang
bersangkutan;
c) Bupati/Walikota c.q. Bapedalda/BPLHD/Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
yang bersangkutan;
d) Instansi pembina teknis (Dinas PU/Bina Marga/Praswil);
e) Instansi lain yang terkait
31-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
9. PENUTUP
32-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
33-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Gambar 9.1
Bagan Peran Unit/Penanggung Jawab/Pemimpin Proyek Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Pembangunan Jalan yang Berkesinambungan
Unit/Penanggung
Unit/Penanggung Unit/Penanggung Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Jawab/Pemimpin Jawab/Pemimpin Jawab/Pemimpin
Proyek
Proyek Proyek Proyek
Pemeliharaan dan
Perencanaan Pengadaan Tanah Konstruksi
Rehabilitasi
Penyusunan
dokumen
AMDAL atau
UKL dan UPL,
Desain,
Spesifikasi
Teknis,
Pengadaan
LARAP
Tanah
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan Pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan
Pengadaan Konstruksi
Tanah, termasuk
termasuk Pengelolaan
Laporan Lingkungan
Pemantauan Hidup
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Pemanfaatan,
Laporan
Pemeliharaan,
Pelaksanaan
Rehabilitasi
Pekerjaan
termasuk
Konstruksi
Pengelolaan
termasuk
Lingkungan
Laporan
Hidup
Pemantauan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan
Pelaksanaan
Pemeliharaan
Evaluasi dan Rehabilitasi
Kualitas termasuk
Lingkungan Laporan
Hidup Pemantauan
Pasca Proyek Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
34-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 1
Waktu Metode
No Parameter Baku Mutu Peralatan
Pengukuran Analisis
1. SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
(Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3
1 Tahun 60 ug/Nm3
2. CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analizer
(Karbon 24 Jam 10.000 ug/Nm3
Monoksida) 1 Tahun
3. NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
(Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3
1 Tahun 100 ug/Nm3
4. O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemilumines Spektrofotometer
(Oksidan) 1 Tahun 50 ug/Nm3 cent
1
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 2
Sumber: Kepmen LH. No: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor
2
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 3
Batas Maksimum
No. Parameter
(mg/m3)
A. Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Flourida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opasitas 35 %
7. Ppartikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced Sulphur)
B. Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. Arsen (As) 8
12. Antimon (Sb) 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (Pb) 12
Catatan: Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan Tekanan 1 atm).
3
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 4
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar Udara -
- Stasiun Kereta Api -
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
4
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 5
Konversi :
Percepatan = (2πf)2 x simpangan
Kecepatan = 2πf x simpangan
π = 3,14
5
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 6
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
(Contoh beberapa parameter yang mungkin terkena dampak pembangunan jalan)
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Fisika
o
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu
tersuspensi < 5000 mg/l
Kimia Anorganik
pH 6–9 6–9 6–9 5–9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0 Angka batas minimum
NH3 - N mg/l 0,5 *) *) *) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka
< 0,02 mg/l sebagai NH3
Kimia Organik
Minyak dan Lemak mg/l 1000 1000 1000 *)
Detergen mg/l 200 200 200 *)
Mikrobiologi
Fecal Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform <
Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10.000 10.000 2000 jml/100 ml dan Total coliform < 10.000/100 ml
Sumber : Cuplikan dari Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 7
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
Peruntukan
Aspek / Sifat Fisik dan Hayati
Pemukiman dan Daerah Tanaman Pangan Tanaman Pangan Lahan
Lingkungan Tanaman Tahunan
Industri Lahan Basah Kering dan Peternakan
1. Topografi
1.1 Lubang galian
a. Kedalaman > 1 m di atas muka air tanah Melebihi muka air tanah pada > 10 cm di bawah muka air Melebihi muka air tanah pada
pada musim hujan musim hujan tanah pada musim hujan musim hujan
3. Vegetasi
3.1 Tutupan tanaman < 20 % tanaman tumbuh di
budidaya seluruh lahan penambangan
3.2 Tutupan tanaman tahunan < 50 % tanaman tumbuh di
3.3 Tutupan tanaman lahan seluruh lahan penambangan
basah < 50 % tanaman tumbuh di
3.4 Tutupan tanaman lahan seluruh lahan penambangan
kering / rumput < 50 % tanaman tumbuh di
seluruh lahan penambangan
Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-43/MENLH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 8
PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM
1. BAKTERIOLOGIS
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
b. Air yang masuk sistem
distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sample
c. Air pada sistem
distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sample
2. KIMIA
A. Bahan-bahan anorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Antimony (mg/liter) 0.005
Air Raksa (mg/liter) 0,001
Arsenic (mg/liter) 0.01
Barium (mg/liter) 0.7
Boron (mg/liter) 0.3
Cadmium (mg/liter) 0.003
Kromium (mg/liter) 0.05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0,07
Fluoride (mg/liter) 1.5
Timah (mg/liter) 0.01
Molybdenum (mg/liter) 0.07
Nikel (mg/liter) 0.02
Nitrat (sebagai NO3) (mg/liter) 50
Nitrit (sebagai NO2) (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0.01
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Ammonia mg/l 1.5
Alumunium mg/l 0,2
Chloride mg/l 250
Copper mg/l 1
Kesadahan mg/l 500
Hydrogen sulfide mg/l 0.05
Besi mg/l 0.3
Mangan mg/l 0.1
PH - 6,5-8,5
Sodium mg/l 200
Sulfate mg/l 250
Padatan terlarut mg/l 1000
Seng mg/l 3
Chlorinated alkane
Carbon tetrachloride (µg/liter) 2
Dichloromethane (µg/liter) 20
1,2-dichloroethane (µg/liter) 30
1,1,1-trichloroethane (µg/liter) 2000
Chlorinated ethene (µg/liter)
Vinyl chloride (µg/liter) 5
1,1-dichloroethene (µg/liter) 30
1,2-dichloroethene (µg/liter) 50
Trichloroethene (µg/liter) 70
Tetrachloroethene (µg/liter) 40
Benzene (µg/liter) 10
Toluene (µg/liter) 700
Xylenes (µg/liter) 500
Benzo[a}pyrene (µg/liter) 0.7
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene (µg/liter) 300
1,2-dichlorobenzene (µg/liter) 1000
1,4-dichlorobenzene (µg/liter) 300
Trichlorobenzene (µg/liter) 20
(total)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Lain-lain
Di (2-ethylhexyl) (µg/liter) 80
adipate)
Di (2-ethylhexyl) (µg/liter) 8
phthalate
Acrylamide (µg/liter) 0.5
Epichlorohydrin (µg/liter) 0.4
Hexachlorobutadiene (µg/liter) 0.6
Edetic acid (EDTA) (µg/liter) 200
Nitriloacetic acid (µg/liter) 200
Tributyltin oxide (µg/liter) 2
E. Pestisida
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Alachlor µg/l 20
Aldicarb µg/l 10
Aldrin/dieldrin µg/l 0.03
Atrazine µg/l 2
Bentazone µg/l 30
Carbofuran µg/l 5
Chlordane µg/l 0.2
Chlorotoluron µg/l 30
DDT µg/l 2
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
1,2-dibromo-3 µg/l 1
chloropropane
2,4-D µg/l 30
1,2-dichloropropene µg/l 20
1,3-dichloropropene µg/l 20
Heptachlor and µg/l 0.03
Heptachlor epoxide
Hexachlorbenzene µg/l 1
Isoproturon µg/l 9
Lindane µg/l 2
MCPA µg/l 2
Molinate µg/l 6
Pendimethalin µg/l 20
Pentachlorophenol µg/l 9
Permethrin µg/l 20
Propanil µg/l 20
Pyridate µg/l 100
Simazine µg/l 2
Trifluralin µg/l 20
Chlorophenoxy
herbicides selain 2,4-D
dan MCPA
2,4-DB µg/l 90
Dichlorprop µg/l 100
Fenoprop µg/l 9
Mecoprop µg/l 10
2,4,5-T µg/l 9
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Monochloramine Mg/liter 3
di-and tricloramine
Chlorine Mg/liter 5
Bromate µg/l 25
Chlorite µg/l 200
2,4,6-triclorophenol µg/l 200
Formaldehyde µg/l 900
Bromoform µg/l 100
Dibromochloromethane µg/l 100
Bromodichloro-methane µg/l 60
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Chloroform µg/l 200
Chlorinated acetic acids
Diclorinated acid µg/l 50
Trichloroacetic acid µg/l 100
Chloral hydrate
(Trichlorocetal-dehyde) µg/l 10
Dichloroacetonitrile µg/l 90
Dibromoacetonitrile µg/l 100
Trichloracetonitrile µg/l 1
Cyanogen chloride µg/l 70
(sebagai CN)
3. RADIOAKTIVITAS
4. FISIK
LAMPIRAN 9
Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Perencanaan
1. Nama Proyek
8. Progres pekerjaan
B. Hasil Pemantauan
6. Konsultasi masyarakat untuk penyusunan Telah / sedang / belum/ tidak perlu / tidak
KA - ANDAL dilaksanakan *)
10. Penyusunan dokumen UKL dan UPL Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak
dilaksanakan *)
12. Penyusunan ANDAS dan LARAP Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan
*)
13. Penjabaran RKL / UKL dalam desain dan Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi *)
Pelaksana Pemantauan
( ………………….….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 10
Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Kegiatan Pengadaan Tanah
1. Nama Proyek
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
B. Hasil Pemantauan
10. Jenis kompensasi yang telah disepakati Uang / tanah / kapling siap bangun / lain-lain
(…………………………..)*)
12. Kesepakatan jenis dan besarnya Semua sepakat / sebagian sepakat / belum
kompensasi ada kesepakatan *)
19. Kelancaran proses pembebasan tanah Lancar / kurang lancar / tidak lancar *)
( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 12
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
B. Hasil Pemantauan
1.5 Gangguan mobilitas penduduk setempat Tidak terjadi / terjadi di ……. lokasi *)
1.6. Gangguan pada mobilitas satwa liar Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
1.7 Dampak pada kawasan lindung misalnya Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
perambahan hutan
Pelaksana Pemantauan
( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 13
Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Evaluasi Pembangunan Jalan
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
B. Hasil Evaluasi
10. Gangguan mobilitas penduduk setempat Tidak terjadi / terjadi di ……. lokasi *)
11. Gangguan pada mobilitas satwa liar Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
12. Dampak pada kawasan lindung misalnya Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
perambahan hutan
13. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi dan Tidak terjadi / terjadi di …………………….. *)
sosial budaya masyarakat adat
Pelaksana Pemantauan
( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LAMPIRAN 14
SISTEMATIKA PELAPORAN
Pemrakarsa dalam menyusun laporan pelaksanaan RKL dan RPL mengikuti sistematika sebagai
berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
2.1 PELAKSANAAN
Uraikan secara rinci hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Apabila terdapat rekomendasi terhadap laporan hasil pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan sebelumnya, maka hasil pelaksanaan terhadap rekomendasi tersebut turut
dilaporkan.
Teknik dan metodologi pengelolaan dan pemantauan yang digunakan dalam pelaksanaan
rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup
(RPL) harus dilakukan sesuai dengan teknik dan metodologi standar atau yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam penulisan laporan, harus ada kesesuaian uraian antara dampak yang dikelola
dengan komponen lingkungan yang dipantau. Uraian pelaksanaan pengelolaan dapat
dilakukan per komponen kegiatan dan pelaksanaan pemantauan per komponen
lingkungan.
2.1.1 RKL
• Uraikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai
meliputi: jenis dampak, sumber dampak, tindakan pengelolaan lingkungan
hidup, tolok ukur pengelolaan, lokasi pengelolaan dan periode/ waktu
pengelolaan.
• Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup perlu diuraikan tentang besaran dampak dari masing-masing sumber
dampak. Misalnya untuk menjelaskan pengelolaan dampak penurunan kualitas
udara akibat emisi dari kendaraan perlu diuraikan tentang besaran sumber
dampak (dalam hal ini adalah uraian tentang berapa emisi yang dikeluarkan
dari cerobong) dan uraian tentang besaran dampak yang terjadi di lingkungan
(dalam hal ini informasi hasil pemantauan kualitas udara ambien).
• Lampirkan visualisasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan (misalnya foto-foto,
grafik, tabel, peta lokasi pengelolaan, dsb).
2.1.2 RPL
• Uraikan pelaksanaan pemantauan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai
meliputi: jenis dampak, sumber dampak, lokasi pemantauan, parameter
lingkungan yang dipantau, metode pemantauan, jangka waktu dan frekuensi
pemantauan.
• Lampirkan berbagai hasil pelaksanaan pengukuran, antara lain hasil analisis
dari laboratorium yang terakreditasi atau diakui oleh pemerintah, catatan
tingkat kesehatan masyarakat dan data pelaporan aspek sosial. Lampirkan
juga visualisasi pelaksanaan pemantauan lingkungan (misalnya foto-foto,
grafik, tabel, peta lokasi pemantauan, dsb).
2.2 EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk:
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
BAB III
KESIMPULAN
Uraikan dalam bab ini hal-hal penting yang dihasilkan dari pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Dalam bab ini dapat diuraikan pula temuan dan usulan untuk
perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selanjutnya, yaitu:
1. Kesimpulan mengenai efektivitas pengelolaan lingkungan hidup dan kendala-kendala yang
dihadapi;
2. Kesimpulan mengenai kesesuaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan dengan rencana pengelolaan dan pemantauan dalam dokumen
RKL dan RPL.
Dalam hal terdapat usulan perubahan untuk rencana perbaikan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup, maka usulan tersebut harus didasarkan atas data hasil
pemantauan. Usulan tersebut wajib dikomunikasikan untuk mendapatkan persetujuan dari
instansi yang ditugasi mengelola lingkungan hidup.
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
LANJUTAN LAMPIRAN 14
HASIL PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
PARAMETER TINDAK LANJUT/
JENIS FREKWENSI/ REKOMENDASI
N0. SUMBER YANG HASIL KENDALA/
DAMPAK LOKASI METODA WAKTU
DAMPAK DIPANTAU DAN PEMANTAUAN MASALAH
PENTING PEMANTAUAN
TOLOK UKUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9