Anda di halaman 1dari 64

PEDOMAN No.

011/BM/2009
Konstruksi dan Bangunan

Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Bidang Jalan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PENDAHULUAN

Dalam mengupayakan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan agar dapat


dilaksanakan dengan baik dan memenuhi azas pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, perlu disusun Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan

Pedoman ini adalah hasil pemutakhiran dari Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang merupakan bagian dari Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang terdiri dari 4 (empat) pedoman yaitu:
1. Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
2. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
3. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
4. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Tujuan Penyusunan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan adalah


untuk memberikan petunjuk bagi pemrakarsa atau penyelenggara jalan dan semua
pihak yang bertanggung jawab atau pihak terkait penyelenggaraan jalan dalam
memenuhi azas pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.

Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pemantauan pembangunan jalan dan jembatan di tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten dan kota, dalam mencegah dampak lingkungan yang mungkin terjadi pada
tahap pelaksanaan konstruksi jalan.

Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan berisi tentang


petunjuk dan penjelasan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan pemantauan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pembangunan jalan. Lingkup kegiatan mencakup
pemantauan tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan jalan serta evaluasi pasca pembangunan jalan.

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan mencakup penerapan


pertimbangan lingkungan pada tahap pemantauan pembangunan jalan, sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

ii
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata ....................................................................................................... i
Pendahuluan .................................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................ iv
Daftar Gambar ............................................................................................ iv
Daftar Lampiran .......................................................................................... iv

1. RUANG LINGKUP ............................................................................. 1-34

2. ACUAN NORMATIF ........................................................................... 1-34

3. ISTILAH DAN DEFINISI ................................................................... 2-34

4. TATA CARA PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP..... 4-34


4.1 Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup ......................... 4-34
4.2 Metode Pemantauan Lingkungan Hidup ............................................ 6-34
4.3 Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup ........................................... 9-34

5. PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ....................... 10-34


5.1 Pemantauan pada Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jalan ........... 10-34
5.2 Pemantauan pada Kegiatan Pengadaan tanah ................................... 11-34
5.3 Pemantauan pada Kegiatan Konstruksi Jalan ..................................... 12-34
5.4 Pemantauan pada Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan ................. 16-34

6. EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP .................................... 28-34

7. DOKUMENTASI ................................................................................. 30-34

8. PELAKSANA DAN PEMBIAYAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN


HIDUP ............................................................................................. 31-34
8.1 Pelaksana Pemantauan .................................................................. 31-34
8.2 Pengawas Pemantauan .................................................................. 31-34
8.3 Penerima Laporan Hasil Pemantauan .............................................. 31-34
8.4 Biaya Pemantauan ......................................................................... 31-34

9. PENUTUP ......................................................................................... 32-34

- LAMPIRAN

iii
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang


Jalan ...................................................................................... 19-34

DAFTAR GAMBAR

alaman
Gambar 9.1. Bagan Peran Unit/Penanggung Jawab/Pemimpin Proyek
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pembangunan Jalan
yang Berkesinambungan ......................................................... 34-34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional


Lampiran 2 Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Lampiran 3 Baku Mutu Emisi untuk Jenis Kegiatan Lain
Lampiran 4 Baku Tingkat Kebisingan
Lampiran 5 Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan dan
Pengaruh Tingkat Getaran Terhadap Kenyamanan dan
Kesehatan
Lampiran 6 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
Lampiran 7 Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan
Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan
Lampiran 8 Persyaratan Kualitas Air Bersih dan Air Minum
Lampiran 9 Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan pada Tahap Perencanaan
Lampiran 10 Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan pada Tahap Kegiatan Pengadaan Tanah
Lampiran 11 Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan pada Tahap Konstruksi
Lampiran 12 Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan pada Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
Lampiran 13 Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup Bidang Jalan pada
Tahap Evaluasi Pembangunan Jalan
Lampiran 14 Matriks Pelaksanaan Pemantauan RKL dan Matriks Pelaksanaan
Pemantauan RPL

iv
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1. RUANG LINGKUP

Dari pemantauan akan diketahui kualitas lingkungan hidup sebelum dan setelah
pembangunan jalan dan tingkat keberhasilan suatu kegiatan pengelolaan lingkungan
dalam pembangunan jalan. Agar pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat
memenuhi ketentuan maka disusun Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan.
Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan bertujuan
memberikan petunjuk dan penjelasan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
pemantauan pengelolaan lingkungan hidup dalam pembangunan jalan. Lingkup
kegiatan mencakup pemantauan tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan serta evaluasi pasca pembangunan jalan.
Uraian dan penjelasan dalam pedoman ini meliputi:
a) Tata cara pemantauan pengelolaan lingkungan hidup;
b) Dokumentasi dan;
c) Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup.

2. ACUAN NORMATIF

Pedoman ini menggunakan acuan peraturan dan perundang-undangan tentang


lingkungan hidup, khususnya yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan hidup
dan peraturan-peraturan lain yang terkait, antara lain:
• Undang-Undang
- Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan
- Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Peraturan Pemerintah
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
- Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
• Peraturan Presiden
- Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Keperluan Umum
- Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 65 tahun 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

1-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

• Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri


- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-35.MENLH/10/1993
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH/3/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-49/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Getaran;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43/MENKH/10/1996 tentang
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan;
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 45 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 08 tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2007 tentang
Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
• Keputusan Kepala Bapedal
- Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara;
- Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-105 Tahun 1997 tentang Panduan
Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL;
• Pedoman
- Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan (08/BM/05)
- Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
(011/PW/04)
- Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
(012/PW/04)
- Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
(013/PW/04)

3. ISTILAH DAN DEFINISI

Dalam pedoman ini, digunakan definisi/istilah yang telah baku digunakan dalam
peraturan dan perundang-undangan bidang jalan dan lingkungan hidup, antara lain:

2-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3.1 Baku Mutu

Baku mutu adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
di dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

3.2 Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yuridikasi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya.

3.3 Baku Mutu Udara Ambien

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

3.4 Getaran Mekanik

Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan
manusia.

3.5 Baku Tingkat Getaran Mekanik

Baku tingkat getaran mekanik adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang
diperbolehkan dari usaha dan/atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan
bangunan.

3.6 Kebisingan

Kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel (dB).

3.7 Baku Tingkat Kebisingan

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

3.8 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

3.9 Dampak Penting

Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan.

3-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3.10 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.11 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.12 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan
penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.13 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup

Berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib


dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai
dengan standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

3.14 Pemrakarsa

Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

3.15 Jalan

Adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan
kabel.

4. TATA CARA PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1 Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkup pemantauan pengelolaan lingkungan hidup mencakup kegiatan pembangunan


jalan sebagai sumber dampak, komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
a. Kegiatan Pembangunan Jalan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak
Komponen kegiatan pembangunan jalan yang berpotensi menjadi sumber dampak
terhadap lingkungan hidup yang perlu dipantau adalah berdasarkan rencana
kegiatan yang diuraikan dalam rencana pemantauan lingkungan (RPL) atau upaya
pemantauan lingkungan (UPL). Apabila terdapat ketidak sesuaian atau perubahan
antara RPL atau UPL dengan pelaksanaan/pemantauan maka perlu dijelaskan
alasannya.

4-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Pemantauan perlu dilakukan mulai dari tahap awal, yaitu dari tahap perencanaan
untuk memeriksa apakah pertimbangan lingkungan sudah diterapkan untuk
mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi pada saat pengadaan tanah,
pelaksaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang mencakup perencanaan umum, pra studi kelayakan,
studi kelayakan dan perencanaan teknis (termasuk penyiapan dokumen lelang
dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi) bukan merupakan sumber
dampak dan tidak menimbulkan dampak penting. Namun pada setiap tahap
kegiatan tersebut perlu dipantau apakah sudah memuat dan
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup.
Berdasarkan komponen kegiatan pembangunan jalan, sebagai sumber dampak
kegiatan yang perlu dipantau adalah sebagai berikut:
2. Pengadaan Tanah
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Kegiatan pada tahap pelaksanaan konstruksi jalan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting adalah:
1) Persiapan konstruksi jalan
- Mobilisasi tenaga kerja
- Mobilisasi peralatan berat
- Pembuatan jalan masuk atau jalan akses
- Pembangunan base camp
2) Pelaksanaan konstruksi jalan
a. Di lokasi tapak proyek
- Pembersihan lahan
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan drainase
- Pekerjaan badan jalan
- Pekerjaan bangunan jembatan
- Pemasangan perlengkapan jalan
- Penghijauan dan pertamanan
- Pembuangan material sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
b. Di lokasi quarry dan jalur transportasi material
- Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di darat
- Pengambilan material bangunan di quarry (di sungai)
- Pengangkutan material bangunan
c. Di lokasi base camp
- Pengoperasian base camp
4. Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
a. Pengoperasian jalan
b. Pemeliharaan jalan
5. Evaluasi Pasca Pembangunan Jalan

5-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

b. Komponen Lingkungan Hidup yang Berpotensi Terkena Dampak


Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak lingkungan akibat
kegiatan pembangunan jalan yang perlu dipantau mencakup komponen
lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.
1) Komponen Fisik-Kimia, antara lain parameter:
- Kualitas udara (SO2, NO2, CO, HC, partikulat dan debu)
- Kebisingan
- Getaran
- Hidrologi (kualitas air permukaan, pola aliran dan kualitas air tanah)
- Bentang alam/lansekap
- Tanah (longsor dan erosi)
2) Komponen Biologi, antara lain parameter:
- Flora (keberadaan jenis, fungsi, status dan habitat)
- Fauna (keberadaan jenis, fungsi, status dan habitat)
- Biota air (plankton, benthos, nekton)
3) Komponen Sosial Ekonomi Budaya, antara lain parameter:
- Keresahan masyarakat
- Kecemburuan sosial
- Utilitas umum
- Mata Pencaharian
- Aset
- Kegiatan sosial ekonomi budaya
- Lalu Lintas
- Mobilitas
4) Kesehatan Masyarakat:
- Kesehatan masyarakat
- Kenyamanan masyarakat

c. Pemeriksaan Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang Dilakukan


Pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan mencegah,
mengurangi atau menanggulangi (mitigasi) dampak lingkungan dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan jalan hingga tahap evaluasi pasca pembangunan jalan, perlu
dipantau apakah dilakukan atau tidak, sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen RPL atau UPL.
Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup mungkin saja akan mengalami
perubahan dari yang direncanakan dalam RPL atau UPL, namun dalam setiap
perubahan tersebut perlu dijelaskan alasan atau penyebabnya dalam laporan
pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup.

4.2 Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode pemantauan lingkungan yang digunakan dalam kegiatan pembangunan jalan


harus mengikuti tata cara yang direkomendasikan dalam dokumen Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) atau Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL).

6-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Dalam metode pemantauan lingkungan dijelaskan cara pemantauan untuk


mendapatkan data atau informasi kegiatan yang menjadi sumber dampak, komponen
lingkungan yang terkena dampak dan kegiatan pengelolaan, analisis data, lokasi,
jangka waktu dan frekuensi pemantauan.

1. Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
a) Pemantauan Langsung
Pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan secara langsung ke
lokasi kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan pembangunan
jalan sebagai sumber dampak, komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak dan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
1) Pemantauan langsung pada kegiatan yang menjadi sumber dampak
Pemantauan kegiatan pembangunan jalan dapat dilakukan secara langsung
pada lokasi kegiatan dan wawancara dengan pelaksana kegiatan yaitu di
lokasi tapak proyek, lokasi sumber material quarry, jalur transportasi
material dan lokasi base camp.
2) Pemantauan langsung pada komponen lingkungan terkena dampak
Pemantauan komponen atau parameter lingkungan yang terkena dampak
secara langsung dengan cara observasi, survai, wawancara dan
pengukuran parameter-parameter lingkungan sebagai indikator kualitas
lingkungan hidup (komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya
dan kesehatan masyarakat).
Pemantauan langsung terhadap komponen/parameter lingkungan antara
lain kualitas udara, kebisingan, getaran, kualitas air, kualitas tanah dan
biota air (plankton, benthos, nekton) dapat dilakukan dengan pengukuran
langsung dan pengambilan contoh (sampel) untuk diuji/dianalisis di
laboratorium lingkungan.
3) Pemantauan langsung pada kegiatan pengelolaan lingkungan hidup
Pemantauan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam rangka mencegah,
mengurangi dan menanggulangi dampak lingkungan dapat dipantau
langsung ke lokasi tapak proyek pembangunan jalan, lokasi sumber
material dan jalur transportasi material serta base camp.
b) Pemantauan Tidak Langsung
Pemantauan secara tidak langsung dapat dilakukan apabila data/informasi
yang diperlukan sudah ada dan relevan dengan kegiatan pembangunan jalan,
kegiatan pengelolaan lingkungan yang sedang dilakukan/telah dilakukan dan
komponen/parameter lingkungan hidup sekitar lokasi pembangunan jalan.
Pemantauan tidak langsung juga dapat dilakukan dengan memantau adanya
keluhan masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang mereka rasakan/terima.
Namun perlu kehati-hatian dalam menganalisis dan mengevaluasi
informasi/data untuk mencegah hal yang bersifat subyektif.
Data atau informasi yang dikumpulkan berdasarkan hasil pemantauan dapat
disajikan dalam bentuk tabel, daftar dan penjelasan (deskripsi) mengenai kegiatan
pembangunan jalan, pengelolaan lingkungan hidup dan kondisi lingkungan. Data
atau informasi kondisi lingkungan yang didapat secara langsung maupun tidak

7-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

langsung selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu, dianalisis dan dievaluasi


untuk diambil suatu kesimpulan. Pada umumnya data yang diambil secara periodik
dan teratur dalam periode waktu tertentu akan memberikan informasi yang lebih
baik bila dibandingkan dengan pengambilan/pengukuran data yang tidak periodik
atau sesaat. Data periodik dapat memberikan gambaran pola (trend) perubahan
suatu kondisi lingkungan tertentu yang lebih akurat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan antara lain:
1) Pemantauan harus sesuai dengan yang diuraikan dalam dokumen RPL atau
UPL. Perubahan dalam tata cara pemantauan mungkin dapat terjadi sesuai
dengan kondisi lingkungan, teknologi dan baku mutu atau standar serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Pemantauan harus dapat menggambarkan kegiatan maupun kondisi
lingkungan hidup yang terukur baik kualitas maupun kuantitasnya;
3) Dalam menganalisis hasil pengukuran atau pemantauan lingkungan, sebaiknya
dilakukan oleh tenaga ahli lingkungan yang berpengalaman dalam bidang
lingkungan hidup.
Salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai acuan kondisi lingkungan hidup
adalah baku mutu lingkungan hidup berdasar peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila belum ada baku
mutu lingkungan untuk parameter lingkungan tertentu, maka dapat menggunakan
baku mutu/standar berdasarkan pustaka/literatur yang lazim digunakan.
Baku mutu lingkungan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengukur atau
menilai kondisi lingkungan adalah:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara;
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor Kep.35/MENLH/10/1993 tentang
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor;
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor Kep.13/MENLH/3/1993 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48/MENLH/II/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan;
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 49/MENLH/II/1996 tentang Baku
Tingkat Getaran;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air;
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor Kep 43/MENLH/10/1996 tentang
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Galian
C Jenis Lepas di Daratan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-
Syarat Air Bersih dan Kualitas Air Minum.
Baku mutu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 8.
Dalam pemantauan dampak lingkungan akibat pembangunan jalan tidak harus
mengukur semua parameter yang tercantum dalam baku mutu. Sebagai contoh
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara tercantum nilai baku mutu dari 13 parameter
pencemar udara. Untuk kegiatan pemantauan dampak pencemaran udara akibat
pembangunan jalan yang perlu diukur hanya SO2, CO,HC, partikulat dan debu),

8-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

karena paremeter tersebut yang akan terkena dampak kegiatan pembangunan


jalan.
Jenis parameter yang diukur dalam pemantauan pencemaran kualitas air akibat
pembangunan jalan juga tergantung pada jenis kegiatan konstruksi yang
menyebabkan terjadinya pencemaran dan tergantung juga jenis peruntukkan air di
sekitar lokasi kegiatan.
Dalam rangka pengukuran atau pengambilan cuplikan (sampel) untuk mengetahui
kualitas lingkungan fisik kimia maupun biologi perlu menggunakan jasa
laboratorium lingkungan diutamakan yang sudah berpengalaman di bidang
lingkungan dan terakreditasi (bersertifikat Badan Standarisasi Nasional/BSN atau
Komite Akreditasi Nasional/KAN).

2. Lokasi Pemantauan
Pemantauan yang tepat perlu ditetapkan dan dilengkapi dengan peta berskala
yang memadai dan menunjukkan lokasi pemantauan dimaksud. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan lokasi pemantauan bahwa lokasi pemantauan
sedapat mungkin konsisten dengan lokasi pengumpulan data saat studi lingkungan
(RKL-RPL atau UKL-UPL).
3. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Jangka waktu dan frekuensi pemantauan ditetapkan dengan mempertimbangkan
sifat dampak penting yang dipantau (intensitas, lama dampak berlangsung dan
sifat kumulatif dampak). Uraikan tentang jangka waktu atau lama periode
pemantauan berikut dengan frekuensinya per satuan waktu.

4.3 Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Institusi dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup perlu dicantumkan dan


dijelaskan sesuai dengan kaitan dan kepentingannya dengan pemantauan lingkungan
hidup.
Bagi pelaksanaan pemantauan lingkungan untuk keperluan eksternal terkait dengan
pengendalian lingkungan hidup, maka perlu mencantumkan instansi pemantau
lingkungan hidup yang meliputi:
1) Pelaksana Pemantauan Lingkungkungan Hidup
Menjelaskan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemantauan
lingkungan.
2) Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup
Menjelaskan instansi yang berperan sebagai pengawas terlaksananya pemantauan
lingkungan hidup. Instansi pengawas mungkin lebih dari 1 (satu) instansi sesuai
dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
3) Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup
Menjelaskan instansi-instansi yang akan dilapori hasil kegiatan pemantauan
lingkungan hidup secara berkala sesuai dengnan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan.

9-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5. PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Pemantauan pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan jalan dilaksanakan


oleh Pemrakarsa Kegiatan. Penanggungjawab pelaksanaan pemantauan tersebut
adalah Pemimpin Proyek/Bagian Proyek/Satker/PPK atau Unit Kerja/Pengelola
Kegiatan yang bersangkutan.
Tujuan dari pemantauan pengelolaan lingkungan ini adalah untuk melihat seberapa
jauh efektivitas pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dalam kegiatan
pembangunan jalan mulai dari tahap perencanaan, pengadaan tanah, pelaksanaan
konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
Untuk menjamin terlaksananya prinsip pembangunan yang berkesinambungan dan
berwawasan lingkunan maka seperti juga pengelolaan dampak lingkungan, maka
pemantauan lingkungan seyogyanya dilakukan pada setiap kegiatan pembangunan
jalan baik dana APBN, APBD maupun Loan.

5.1 Pemantauan pada Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jalan

Tahap perencanaan pembangunan jalan mencakup perencanaan umum, pra studi


kelayakan, studi kelayakan dan desain jalan serta penyiapan dokumen lelang dan
dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan. Pada tahap perencanaan belum ada
kegiatan fisik yang menimbulkan dampak lingkungan, namun kegiatan survai dan
pengukuran untuk penentuan koridor atau rute jalan berpotensi menimbulkan dampak
sosial berupa keresahan masyarakat.

1. Tujuan pemantauan
Perencanaan jalan yang tidak mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan hidup
berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup pada saat
pelaksanaannya di lokasi kegiatan pembangunan jalan. Karena itu, untuk
menghindari dampak negatif terhadap lingkungan hidup, maka diperlukan
pemantauan perencanaan pengelolaan lingkungan apakah menerapkan
pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan umum, pra studi kelayakan,
studi kelayakan dan desain teknis serta penyiapan dokumen lelang dan dokumen
kontrak kerja sehingga terwujud rencana jaringan jalan yang layak lingkungan.
Tujuan pemantauan adalah untuk memeriksa kegiatan perencanaan (perencanaan
umum, studi kelayakan, perencanaan teknis) telah menerapkan pertimbangan
lingkungan hidup atau belum.

2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Perlu Dipantau


Kegiatan yang perlu dipantau antara lain adalah memeriksa atau memantau
kegiatan penyusunan dokumen atau laporan yang terkait dengan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup:
1) Apakah rencana rute jalan sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan ?
2) Apakah rute jalan melalui atau berbatasan dengan areal sensitif termasuk
komunitas adat yang dilengkapi ANDAS termasuk RT-PKA atau RT-RS ?

10-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3) Apakah telah dilakukan kajian awal lingkungan hidup?


4) Apakah rencana umum pembangunan jalan yang bersangkutan telah
dikonsultasikan dengan masyarakat ?
5) Apakah rencana pembangunan jalan termasuk kategori wajib dilengkapi
AMDAL atau UKL dan UPL ?
6) Apakah telah dilakukan konsultasi masyarakat untuk penyusunan KA -
ANDAL?
7) Apakah telah dilakukan penyusunan dokumen KA-ANDAL ?
8) Apakah rencana pembangunan jalan telah dilengkapi dokumen AMDAL ?
9) Apakah rencana pembangunan jalan termasuk yang wajib dilengkapi UKL dan
UPL ?
10) Apakah telah dilakukan penyusunan dokumen UKL dan UPL ?
11) Apa saja yang menjadi isu pokok dalam dokumen lingkungan tersebut ?
12) Apakah ketentuan-ketentuan dalam RKL atau UKL telah dijabarkan dalam
desain dan spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan konstruksi ?
13) Apakah rencana pengadaan tanah dilengkapi dengan dokumen rencana
tindak pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP) ?
14) Apakah persyaratan pengelolaan dan pemantaun lingkungan telah
dicantumkan dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan
konstruksi ?
Hasil pemantauan tahap perencanaan dilaporkan dalam suatu formulir isian seperti
tercantum pada Lampiran 9.

5.2 Pemantauan pada Kegiatan Pengadaan Tanah

1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk
memeriksa kinerja penanganan dampak sosial ekonomi budaya akibat kegiatan
pengadaan tanah termasuk pemukiman kembali dan pemindahan penduduk (bila
ada).
2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang perlu dipantau antara lain:
1) Pelaksanaan konsultasi pada masyarakat
2) Pelaksanaan musyawarah untuk menetapkan kompensasi
3) Pelaksanaan sertifikasi tanah yang telah dibebaskan
4) Proses eksekusi pembebasan tanah
3. Komponen Lingkungan Hidup yang Perlu Dipantau
Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau adalah kondisi sosial-ekonomi
budaya penduduk pemilik atau pengguna tanah yang terkena pembebasan tanah,
pemukiman kembali atau penduduk yang dipindahkan. Indikator atau parameter
lingkungan yang dipantau mencakup:
1) Keresahan masyarakat;
2) Hilangnya aset/perubahan aset;
3) Mata pencaharian masyarakat;
4) Jenis kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang berubah;

11-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Hasil pemantauan kegiatan pengadaan tanah dilaporkan dalam suatu formulir


dengan format seperti pada Lampiran 10.

5.3 Pemantauan pada Kegiatan Konstruksi Jalan

1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan konstruksi
adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan dan kinerja penanganan dampak
lingkungan hidup akibat kegiatan konstruksi jalan.

2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


1) Persiapan pekerjaan konstruksi
a) Mobilisasi tenaga kerja
- Pelaksanaan konsultasi masyarakat
- Pemberian informasi dan peluang yang sama pada tenaga kerja
setempat
- Penerapan persyaratan kesehatan bagi para calon tenaga kerja yaitu
harus sehat jasmani dan rohani
b) Mobilisasi peralatan berat
- Perbaikan jalan yang rusak dan pembatasan tonase kendaraan/peralatan
- Pelaksanaan pengaturan lalu lintas oleh petugas
c) Pembuatan jalan masuk/akses
- Penyiraman jalan secara berkala pada saat musim kering untuk
mencegah sebaran debu
- Pengaturan jam kerja dan perawatan kendaraan/peralatan secara
berkala
- Pengaturan lalu lintas
d) Pembangunan base camp
- Pemilihan lokasi yang bukan daerah sensitif dan sesuai tata ruang
- Penyiraman permukaan tanah pada musim kering untuk mencegah
sebaran debu
- Pengaturan jam kerja dan perawatan kendaraan/peralatan proyek
secara berkala
2) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan
a) Di lokasi proyek
(1) Pembersihan lahan
- Pembatasan luas lahan yang dibersihkan untuk mengurangi
kerusakan/hilangnya vegetasi
- Penyiraman tanah dan pembatasan kecepatan kendaraan proyek
untuk mengurangi sebaran debu
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara berkala dan
pengaturan jam kerja
- Pembangunan bangunan pencegah longsor dan erosi
- Pelaksanaan koordinasi dengan pengelola utilitas

12-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

(2) Pekerjaan tanah


- Penyiraman tanah saat kering dan pembatasan kecepatan kendaraan
proyek
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara berkala dan
pengaturan jam kerja
- Mengubah geometri lereng dan/atau perkuatan lereng
- Pembuatan saluran drainase
- Penataan lansekap yang mempunyai nilai ekologis dan estetis
(3) Pekerjaan drainase
- Membuat saluran drainase sementara
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu sementara
- Membuat jalan akses sementara
(4) Pekerjaan badan jalan
- Penyiraman tanah secara berkala pada musim kering dan membatasi
kecepatan kendaraan proyek
- Perawatan peralatan/kendaraan proyek dan pengaturan jam kerja
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas
sementara
(5) Pekerjaan jembatan
- Perawatan peralatan proyek dan pengaturan jam kerja
- Penggunaan bor pile/tidak menggunakan hammer pile untuk
mengurangi tingkat getaran jika lokasi kegiatan dekat bangunan
rumah, fasilitas umum atau daerah sensitif
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas
sementara
- Pengalihan aliran air sementara sekitar pondasi jembatan
(6) Penghijauan dan pertamanan
- Penanaman tanaman pelindung tanah dan peneduh
- Penanaman tanaman hias
- Penanaman tanaman penyerap pencemar udara dan kebisingan
(7) Pemasangan perlengkapan jalan
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu lalu lintas sementara
(8) Pengadaan material sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
- Tidak menempatkan/menimbun material sisa pembersihan lahan dan
sisa pekerjaan konstruksi pada daerah umum, rawan
genangan/banjir
- Pemanfaatan material sisa (prinsip penghematan, penggunaan
kembali dan daur ulang/3R)
- Penempatan material sisa pada lokasi yang telah ditetapkan
pemerintah
b) Di lokasi quarry dan jalur transportasi
(1) Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di darat
- Penyiraman tanah secara berkala di musim kering untuk mengurangi
sebaran debu
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara berkala dan
pengaturan jam kerja

13-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

- Reklamasi dan pemanfaatan kembali lahan


- Pembuatan saluran drainase
- Pengaturan kemiringan lereng yang aman
(2) Pengambilan material di quarry sungai
- Pemilihan lokasi quarry yang sesuai peraturan daerah/instansi yang
berwenang di daerah
- Tata cara penambangan yang tepat teknologinya untuk mencegah
pencemaran kualitas air sungai
- Melakukan konsultasi pada masyarakat pengguna sungai terkait dengan
gangguan biota air/termasuk perikanan
(3) Pengangkutan material bangunan
- Penyiraman tanah secara berkala di saat kering, penutupan bak truk,
memilih jalur angkutan yang aman/tidak mengganggu masyarakat dan
membatasi kecepatan kendaraan angkut material untuk mencegah
sebaran debu
- Perawatan kendaraan angkut material secara berkala dan pengaturan
jam kerja
- Memperbaiki jalan yang rusak akibat kendaraan proyek
- Memasang rambu lalu lintas sementara dan petugas penagtur lalu lintas
- Membersihkan ceceran tanah/material yang jatuh dan mengotori jalan
c) Di lokasi base camp
- Pengoperasian base camp (barak pekerja, kantor, stock pile, stone
crusher, bengkel dan AMP)
- Perawatan peralatan, pemasangan penangkap debu, penyiraman berkala,
membatasi ketinggian tumpukan material, uji emisi kendaraan
- Menyimpan genset pada tempat kedap suara/ruang khusus dan perawatan
peralatan secara berkala
- Pengendalian limbah cair (oli/pelumas bekas, cat, bahan pelarut cat,
pembersih peralatan dll) serta membuat MCK dilengkapi septick tank
- Menampung pelumas bekas untuk mencegah ceceran ke tanah
- Pengaturan lalu lintas pada pintu masuk-keluar base camp
- Pemberdayaan masyarakat setempat
3. Komponen Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau berdasarkan tahapan kegiatan
pekerjaan konstruksi jalan adalah sebagai berikut:
1) Persiapan pekerjaan konstruksi
a) Mobilisasi tenaga kerja
- Informasi kegiatan pekerjaan jalan yang sampai kepada masyarakat
- Tenaga kerja setempat yang terserap bekerja di proyek
b) Mobilisasi peralatan berat
- Kondisi jalan dan jembatan yang dilalui peralatan berat
- Kondisi lalu lintas
c) Pembuatan jalan masuk/akses
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan
- Kondisi lalu lintas

14-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

d) Pembangunan base camp


- Penggunaan lahan
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
2) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi
a) Di lokasi proyek
(1) Pembersihan lahan
- Vegetasi dan satwa liar (keberadaan jenis, kelimpahan, fungsi,
status)
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Stabilitas tanah
- Kondisi dan fungsi utilitas dan kegiatan masyarakat
(2) Pekerjaan tanah
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Stabilitas tanah
- Kondisi lansekap/penggunaan lahan
(3) Pekerjaan drainase
- Aliran air permukaan dan kualitas air permukaan (kekeruhan,
transparansi, padatan)
- Kondisi lalu lintas
- Keluhan masyarakat
(4) Pekerjaan badan jalan
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi lalu lintas
(5) Pekerjaan jembatan
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Tingkat getaran
- Kualitas air (pH, kekeruhan, transparansi, padatan, BOD, DO),
plankton, benthos
- Kondisi lalu lintas
(6) Penghijauan dan pertamanan
- Vegetasi pelindung
- Vegetasi yang bernilai estetis
- Vegetasi penyerap pencemar udara dan kebisingan
(7) Pemasangan perlengkapan jalan
- Kondisi lalu lintas
(8) Pengelolaan material sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
- Jenis, kualitas dan jumlah material sisa
- Kondisi aliran permukaan di daerah pembuangan material sisa (land
fill area/disposal area)
b) Di lokasi quarry dan jalur transportasi material
(1) Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di darat

15-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

- Kualitas udara (debu/partikulat)


- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi aliran air permukaan
- Stabilitas tanah
- Tata guna lahan bekas lokasi pengambilan material dan tingkat
kerusakan lahan bekas
(2) Pengambilan material di lokasi sungai
- Kondisi bangunan sungai (kerusakan bangunan sungai)
- Kualitas air (kekeruhan, transparansi, padatan, BOD, COD,DO)
- Plankton, nekton, benthos dan perikanan
(3) Pengangkutan material bangunan
- Kualitas udara (debu/partikulat, CO, NO2, SO2, HC)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi jalan
- Kondisi lalu lintas
- Kenyamanan masyarakat
c) Di lokasi base camp
- Pengoperasian base camp (barak pekerja, kantor, stock pile, stone
crusher, bengkel dan AMP)
- Kualitas udara ambien (debu/partikulat, CO, NO2, SO2, HC)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kualitas air permukaan dan air tanah (bau, BOD, DO, COD, NO2,
NO3, NH3, bakteriologi, surfactant)
- Kualitas tanah
- Kondisi lalu lintas
- Kenyamanan masyarakat
Hasil pemantauan pelaksanaan konstruksi jalan dilaporkan dengan menggunakan
formulir seperti yang disajikan pada Lampiran 11.

5.4 Pemantauan pada Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan

1. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada pengoperasian dan
pemeliharaan jalan adalah untuk mengetahui kualitas lingkungan hidup dan kinerja
penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang terjadi akibat pengoperasian
dan pemeliharaan jalan yang telah selesai dibangun atau ditingkatkan.
2. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap pengoperasian dan pemeliharaan
jalan harus dilaksanakan di sepanjang ruas jalan yaitu pada tempat-tempat yang
potensial terkena dampak. Pemantauan kegiatan pengelolaan mencakup:

a. Pengoperasian jalan
1) Penanggulangan atau pengurangan pencemaran udara (SO2, CO, NO2, HC,
debu dan partikulat);
2) Pengurangan tingkat kebisingan;

16-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3) Pengurangan tingkat getaran;


4) Manajemen lalu lintas;
5) Penertiban penggunaan jalan (tertib sesuai fungsi RUMAJA, RUMIJA,
RUWASJA, termasuk lahan di bawah jalan layang);
6) Pencegahan penggunaan lahan yang tidak sesuai tata guna lahan
(terutama di daerah sensitif);
7) Tempat jalur perlintasan satwa liar;
8) Pemeliharaan jaringan drainase dalam rangka mencegah terjadinya
genangan atau banjir.

b. Pemeliharaan Jalan
- Mencegah atau mengurangi terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Dalam kasus tertentu, mungkin juga diperlukan pemantauan pada kegiatan


pengelolaan lingkungan dalam rangka penanganan dampak terhadap satwa liar
(dilindungi) dan penanganan dampak kondisi sosial-ekonomi di daerah sensitif
termasuk komunitas adat yang berada di lokasi pembangunan jalan.

3. Komponen Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


Komponen lingkungan yang perlu dipantau saat pengoperasian dan pemeliharaan
jalan meliputi:

a. Pengoperasian Jalan
1) Kualitas udara (SO2, CO, NO2, HC, debu, partikulat);
2) Tingkat kebisingan;
3) Getaran;
4) Kondisi lalu lintas (arus lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas);
5) Kondisi penggunaan lahan RUMIJA dan RUWASJA;
6) Tata guna lahan di sekitar tepi jalan;
7) Jalur perlintasan satwa;
8) Pola aliran air permukaan dan stabilitas tanah.

b. Pemeliharaan Jalan
- Kondisi lalu lintas
Hasil pemantauan pengoperasian dan pemeliharaan jalan dilaporkan dengan
menggunakan formulir seperti disajikan pada Lampiran 12. Lingkup kegiatan
Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 5.1.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup bahwa pemrakarsa kegiatan wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan
lingkungan hidup (RPL) atau UKL-UPL kepada instansi yang membidangi pengendalian
dampak lingkungan hidup.
Kegiatan pemantauan dalam rangka keperluan yang terkait dengan instansi
penanggung jawab bidang pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat pusat (KLH)

17-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

atau di tingkat daerah (provinsi, kabupaten/kota) diperlukan untuk memenuhi


kewajiban pemrakarsa dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kegiatan
pembangunan jalan.
Kegiatan pemantauan yang dilaksanakan dan dilaporkan adalah kegiatan
pembangunan jalan mulai dari survai/pengukuran koridor jalan/rute jalan, pengadaan
tanah, pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan
berdasarkan dokumen RPL atau UPL.
Lingkup pemantauan mencakup kegiatan yang menjadi sumber dampak, potensi
dampak lingkungan, komponen/parameter yang perlu dipantau dan acuan atau tolok
ukur yang digunakan untuk menilai teknis pelaksanaan pemantauan, hasil
pemantauan, kendala/ masalah, tindak lanjut/rekomendasi.
Format pelaporan pelaksanaan pada pembangunan jalan yang dilengkapi (RKL) dan
(RPL) diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 45 tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Pada
pembangunan jalan yang dilengkapi UKL-UPL, maka perlu pelaporan yang mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2003 tentang Penyusunan
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup. Pada pembangunan jalan yang dilengkapi dengan DPPL perlu
melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12
tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
Laporan hasil pemantauan pengelolaan lingkungan ringkasannya dapat dilihat pada
Lampiran 14.

18-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Tabel 5.1 Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan


Kegiatan yang
Komponen
berpotensi Potensi dampak Pelaksanaan Acuan yang Pelaporan Hasil
(parameter/
menimbulkan lingkungan yang pengelolaan digunakan Pemantauan
indikator)
dampak lingkungan terjadi yang perlu lingkungan hidup dalam
lingkungan yang
hidup yang perlu dipantau yang perlu dipantau pemantauan
perlu dipantau
dipantau
A. Tahap
Perencanaan -
1. Perencanaan Konsultasi masyarakat Perencanaan umum - Unit Penanggung
Umum dalam rangka yang jawab /Pemimpin
penerapan mempertimbangkan Proyek/Satker/
pertimbangan aspek lingkungan PPK
lingkungan dalam hidup Perencanaan
penyusunan
perencanaan umum

2. Pra Studi - Kajian awal lingkungan Pra studi kelayakan - Unit Penanggung
Kelayakan dalam penyusunan pra yang memasukkan jawab /Pemimpin
studi kelayakan hasil kajian awal Proyek/Satker/
lingkungan PPK
Perencanaan

3. Studi Kelayakan - Konsultasi masyarakat, Studi kelayakan - Unit Penanggung


penyusunan studi yang jawab /Pemimpin
lingkungan (AMDAL mempertimbangkan Proyek/Satker/
atau UKL/UPL atau kelayakan PPK
ANDAS) dalam rangka lingkungan hidup Perencanaan dan
kelayakan lingkungan Institusi Pengelola
Lingkungan Hidup

4. Desain Teknis - Penerapan atau Desain teknis yang - Unit Penanggung


penjabaran hasil RKL- menerapkan jawab /Pemimpin
RPL atau UKL-UPL penjabaran RKL- Proyek/Satker/
dalam desain teknis RPL atau UKL-UPL PPK
Perencanaan

5. Dokumen - Dimasukkannya aspek Dokumen lelang - Unit Penanggung


Lelang dan pengelolaan lingkungan dan dokumen jawab /Pemimpin
Dokumen dan pemantauan kontrak yang Proyek/Satker/
Kontrak lingkungan dalam memasukkan PPK
Konstruksi dokumen lelang dan persyaratan Perencanaan
Jalan dokumen kontrak Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan

B. Pengadaan a. Keresahan a. Konsultasi a. Keresahan dan - Unit/Penanggung


Tanah masyarakat masyarakat persepsi Jawab/Pemimpin
masyarakat Proyek/Satker/
b. Hilangnya aset b. Penetapan ganti rugi b. Aset yang PPK Pengadaan
atau kompensasi hilang/berubah Tanah dan Unit
berdasarkan hasil Penanggung
musyawarah atau jawab /Pemimpin
harga pasar Proyek/Satker/
c. Hilangnya mata c. Pemberdayaan c. Kondisi mata PPK
pencaharian masyarakat yang pencaharian Perencanaan
terkena proyek masyarakat
dan/atau yang berubah
rehabilitasi atau tetap
masyarakat

19-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

d. Terganggunya d. Pemberdayaan d. Kegiatan sosial-


kegiatan sosial masyarakat yang ekonomi
ekonomi terkena proyek masyarakat
dan/atau rehabilitasi yang berubah
masyarakat atau tetap

C. Tahap
Konstruksi
C1. Persiapan
Pekerjaan
Konstruksi a. Kecemburuan a. Pemberian peluang a. Tenaga kerja - Unit/Penanggung
1. Mobilisasi tenaga sosial tenaga kerja setempat yang jawab /Pemimpin
kerja setempat yang terserap Proyek/Satker/PP
sama dan K Konstruksi dan
pelaksanaan Institusi Pengelola
konsultasi Lingkungan Hidup
masyarakat (secara periodik
b. Peningkatan b. Pemberian informasi b. Jumlah jika ada AMDAL)
kesempatan tentang tenaga kerja masyarakat
kerja dan yang diperlukan dan yang
peluang usaha pemberdayaan mengetahui
(dampak positif) masyarakat informasi
setempat adanya peluang
c. Potensi c. Persyaratan tenaga kerja
penyebaran kesehatan calon dan jumlah
penyakit tenaga kerja masyarakat
menular antara yang diterima
lain HIV/AID, menjadi tenaga
hepatitis dan kerja konstruksi
lain-lain jalan
c. Tenaga kerja
yang memenuhi
syarat kesehatan
dan diterima

2. Mobilisasi a. Kerusakan jalan a. Perbaikan jalan a. Kondisi fisik Kondisi jalan Unit/Penanggung
peralatan berat dan jembatan yang rusak dan jalan dan dan jembatan jawab /Pemimpin
membatasi tonase jembatan sebelum Proyek/Satker/
peralatan atau pelaksanaan PPK Konstruksi
membatasi tekanan konstruksi dan Institusi
gandar Pengelola
b. Terganggunya b. Pengaturan lalu b. Kondisi lalu Lingkungan Hidup
lalu lintas lintas dan lintas (arus lalu (secara periodik
pemasangan lintas dan jika ada AMDAL)
rambu lalu lintas kecelakaan lalu
sementara lintas)
3. Pembuatan jalan a. Pencemaran udara a. Penyiraman jalan a. Kualitas udara a. PP. No.41 Unit/Penanggung
masuk/akses (debu) secara berkala (partikulat/debu) tahun 1999 jawab /Pemimpin
tentang Proyek/Satker/
Pengendali- PPK Konstruksi
b. Meningkatnya b. Perawatan b. Tingkat an dan Institusi
kebisingan kendaraan/peralatan kebisingan Pencemaran Pengelola
dan pengaturan jam dB(A) Udara Lingkungan Hidup
kerja b. Kep.Men. (secara periodik
c. Terganggunya lalu c. Pengaturan lalu lintas c. Kondisi lalu Lingkungan jika ada AMDAL)
lintas lintas (arus lalu Hidup No.48
lintas dan tahun 1996
kecelakaan lalu tentang
lintas) Baku
Tingkat
Kebisingan

20-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4. Pembangunan a. Berubahnya a. Pemilihan lokasi a. Lokasi base a. - Unit/Penanggung


base camp penggunan dekat dengan lokasi camp dan luas jawab /Pemimpin
lahan kegiatan, tidak pada area base camp Proyek/Satker/PP
daerah sensitif, dan peruntukan K Konstruksi dan
pembatasan luas lahannya Institusi Pengelola
area base camp dan Lingkungan Hidup
jauh dari pemukiman b. PP. No.41 (secara periodik
b. Pencemaran b.Penyiraman b. Kualitas udara tahun 1999 jika ada AMDAL)
udara (debu) permukaan tanah. (partikulat /debu) tentang
Pengendalian
c. Meningkatnya c. Pengaturan jam c. Tingkat Pencemaran
kebisingan kerja dan kebisingan dB(A) Udara
perawatan c. Kep.Men.
kendaraan dan Lingkungan
peralatan proyek. Hidup No.48
tahun 1996
tentang Baku
Tingkat
Kebisingan
C2. Pelaksanaan
Pekerjaan
Konstruksi
a. Di lokasi tapak
proyek
1. Pembersihan a. Hilangnya a. Pembatasan luas a. Vegetasi a. - Unit/Penanggung
lahan vegetasi dan pembersihan lahan (keberadaan jawab /Pemimpin
terganggunya sesuai desain. jenis, Proyek/Satker/PP
satwa liar Pemasangan patok kelimpahan, K Konstruksi dan
RUMIJA dan habitat, fungsi) Institusi Pengelola
larangan dan satwa liar Lingkungan Hidup
mengganggu (keberadaan (secara periodik
vegetasi dan satwa jenis, b. PP. No.41 jika ada AMDAL)
liar kelimpahan, tahun 1999
habitat, fungsi) tentang
b.Pencemaran udara b. Penyiraman secara b. Kualitas udara Pengendali-
debu) berkala dan (debu/ an
membatasi partikulat) Pencemaran
kecepatan Udara
kendaraan proyek

c. Meningkatnya c. Pengaturan jam c. Tingkatan bising c. KepMen LH


kebisingan kerja dan perawatan dB(A) No.48 tahun
kendaraan serta 1996
peralatan secara tentang
berkala serta Baku
pengaturan jam Tingkat
kerja Kebisingan
d. Longsor dan d. Pembuatan saluran d. Longsor, erosi d. PP. No.82
erosi drainase sementara dan kualitas air tahun 2001
dan segera (kekeruhan, tentang
membangun padatan Pengelolaan
bangunan pencegah total/TS dan dan
longsor dan erosi transparansi) Pengendali-
serta mengamankan an
tanah humus Pencemaran
Air
e.Kerusakan atau e. Pelaksanaan e. Kondisi dan fungsi e. -
terganggunya koordinasi dengan utilitas serta
utilitas umum pengelola utilitas keluhan
jaringan listrik, sebelum masyarakat

21-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

telekomunikasi, pemindahan atau


air minum/bersih, perbaikan utilitas
gas, bahan bakar sesuai peraturan
minyak (BBM) yang berlaku.
dan gas (BBG)
2. Pekerjaan tanah a. Pencemaran a. Penyiraman secara a. Kualitas udara a. PP. No.41 Unit/Penanggung
udara (debu) berkala dan (debu dan tahun 1999 jawab /Pemimpin
membatasi partikulat) tentang Proyek/Satker/
kecepatan Pengendali- PPK Konstruksi
kendaraan proyek an dan Institusi
b. Meningkatnya b. Perawatan b. Tingkat Pencemaran Pengelola
kebisingan kendaraan dan kebisingan dB Udara Lingkungan Hidup
peralatan secara (A) b. KepMen LH (secara periodik
berkala serta No.48 tahun jika ada AMDAL)
pengaturan jam 1996
kerja tentang
c. Terganggunya c. Penanggulangan c. Stabilitas lereng, Baku
stabilitas lereng, longsor dan erosi longsor dan Tingkat
longsor dan a.l: geometri lereng erosi, kondisi Kebisingan
erosi dan perkuatan aliran air c. PP. No.82
lereng, permukaan dan tahun 2001
pengendalian aliran air tanah dan tentang
air tanah, kualitas air Pengelolaan
pengaturan sudut (kekeruhan, dan
lereng (safety factor) padatan Pengendali-
dan pembuatan total/TS, an
system drainase transparansi) Pencemaran
d. Terganggunya d. Pengendalian air d. Kondisi lansekap Air
pola aliran air rembesan, yang memenuhi
tanah dan air pembuatan saluran nilai ekologis,
permukaan samping dan berm estetis,
pada sisi timbunan keselamatan
e. Penataan lansekap dan
e. Perubahan
yang kenyamanan
bentang
memperhatikan nilai e. Kondisi
alam/lansekap
ekologis, estetis dan lansekap/bentan
keselamatan serta g alam
kenyamanan
3. Pekerjaan a. Terganggunya a. Penyediaan saluran a. Pola aliran air a. PP. No.82 Unit/Penanggung
drainase aliran air air sementara dan permukaan dan tahun 2001 jawab /Pemimpin
permukaan dan pembuatan dimensi kualitas air tentang Proyek/Satker/PP
pencemaran saluran air sesuai permukaan Pengelolaan K Konstruksi dan
kualitas air desain (kekeruhan, dan Institusi Pengelola
transparansi dan Pengendali- Lingkungan Hidup
b. Gangguan lalu b. Pengaturan lalu padatan total an (secara periodik
lintas (bila dekat lintas dan (TS)) Pencemaran jika ada AMDAL)
jalan eksisting) pemasangan rambu b. Kondisi lalu Air
lalu lintas lintas (arus dan
c. Terganggunya kecelakaan lalu
aksesibilitas c. Penyedian jalan lintas)
akses sementara c. Keluhan
masyarakat
kondisi
aksesibilitas ke
rumah/toko/rum
ah ibadah dan
lain-lain

22-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4. Pekerjaan badan a. Pencemaran a. Penyiraman secara a. Kualitas udara a. PP. No.41 Unit/Penanggung
jalan udara (debu) berkala pada musim (debu, partikulat, tahun 1999 jawab/Pemimpin
kering CO, NO2, SO2, tentang Proyek/Satker/
HC) Pengendali- PPK Konstruksi
b. Meningkatnya b. Perawatan peralatan b. Tingkat an dan Institusi
kebisingan dan kendaraan kebisingan (dBA) Pencemaran Pengelola
proyek serta Udara Lingkungan Hidup
pengaturan jam b. KepMen LH (secara periodik
kerja No.48 tahun jika ada AMDAL)
c. Terganggunya c. Pengaturan lalu lintas c. Kondisi lalu lintas 1996
lalu lintas dan pemasangan (arus lalu lintas tentang
rambu lalu lintas dan kecelakaan Baku
sementara lalu lintas) Tingkat
Kebisingan
5. Pekerjaan a. Meningkatnya a. Pemberitahuan pada a. Tingkat a. KepMen Unit/Penanggung
jembatan kebisingan masyarakat sekitar; kebisingan Lingkungan jawab /Pemimpin
dan pengaturan dB(A) Hidup No.48 Proyek/Satker/
jadwal kerja tahun 1996 PPK Konstruksi
tentang dan Institusi
b. Meningkatnya b. Penggunaan bor pile b. Tingkat getaran Baku Pengelola
getaran (apabila lokasi Tingkat Lingkungan Hidup
kegiatan dekat Kebisingan (secara periodik
pemukiman atau b. KepMen jika ada AMDAL)
fasilitas umum) Lingkungan
c. Pencemaran c. Pengalihan aliran air c. Parameter Hidup No.49
kualitas air dan sementara sekitar kualitas air (pH, tahun 1996
gangguan biota pondasi jembatan kekeruhan, TS, tentang
air dan mencegah BOD, DO, Baku
terjadinya trasparansi), Tingkat
tumpahan/ceceran plankton, Getaran
material ke perairan benthos, nekton c. PP No.82
d. Pengaturan lalu lintas tahun 2001
d. Terganggunya dan pemasangan d. Kondisi lalu tentang
lalu lintas rambu lalu lintas lintas (arus lalu Pengelolaan
lintas dan dan
kecelakaan lalu Pengendali-
lintas an
Pencemaran
Air

6. Penghijauan dan a. Mengurangi a. Penanaman a. Vegetasi pelindung - Unit/Penanggung


pertamanan longsor dan tanaman pelindung (keberadaan jenis, jawab /Pemimpin
erosi (dampak tanah dan peneduh kelimpahan, fungsi) Proyek/Satker/
positif) (jenis setempat, PPK Konstruksi
khas daerah, mudah dan Institusi
ditanam dan Pengelola
dipelihara, tidak Lingkungan Hidup
mengganggu jalan) (secara periodik
b. Peningkatan b. Penanaman b. Vegetasi yang jika ada AMDAL)
estetika tanaman hias (jenis mempunyai nilai
lingkungan setempat, khas estetik
daerah, mudah (keberadaan
ditanam dan jenis,
dipelihara, tidak kelimpahan,
mengganggu jalan) fungsi)
c. Menurunkan c. Penanaman c. Vegetasi
pencemaran tanaman penyerap penyerap
udara dan CO, SO2, NO2, HC, pencemar
kebisingan debu dan kebisingan udara dan

23-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

(jenis setempat, kebisingan


khas daerah, mudah (keberadaan
ditanam dan jenis,
dipelihara, tidak kelimpahan,
mengganggu jalan) fungsi)

7. Pemasangan Terganggunya lalu - Pengaturan lalu - Kondisi lalu lintas - Unit/Penanggung


perlengkapan lintas dan lintas dan (arus lalu lintas jawab /Pemimpin
jalan kecelakaan lalu pemasangan rambu dan kecelakaan Proyek/Satker/PP
lintas lalu lintas sementara lalu lintas K Konstruksi dan
- Pemasangan Institusi Pengelola
perlengkapan jalan Lingkungan Hidup
harus sesuai desain (secara periodik
yang memasukkan jika ada AMDAL)
aspek lingkungan
hidup termasuk di
daerah sensitif
8. Penanganan a. Terganggunya a. Pembuangan a. Genangan/banjir - Unit/Penanggung
material sisa aliran air material sisa pada di daerah jawab /Pemimpin
pembersihan permukaan lokasi pembuangan pembuangan Proyek/Satker/
lahan dan sisa yang telah material sisa PPK Konstruksi
pekerjaan ditetapkan oleh dan Institusi
konstruksi pemerintah Pengelola
b. Menurunnnya b. Penanganan material b. Jenis dan jumlah Lingkungan Hidup
estetika sisa (penghematan, material sisa (secara periodik
penggunaan kembali serta lokasi jika ada AMDAL)
dan daur ulang/3 R) pembuangan/dis
c. Terganggunya posal area
kenyamanan
masyarakat
d. Pencemaran
tanah

b. Di lokasi Quarry
dan jalur
transportasi
material a. Pencemaran a. Penyiraman secara a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung
1. Pengambilan udara (debu) berkala pada musim (debu dan tahun 1999 jawab /Pemimpin
material kering partikulat) tentang Proyek/Satker/
bangunan di b. Meningkatnya b. Pengaturan b. Tingkat Pengendali- PPK Konstruksi
quarry dan kebisingan peralatan dan kebisingan an dan Institusi
borrow area di pengaturan jam dB(A) Pencemaran Pengelola
darat kerja Udara Lingkungan Hidup
c. Perubahan c. Reklamasi dan c. Penggunaan b. KepMen LH (secara periodik
fungsi lahan pemulihan kembali lahan/kerusakan No.48 jika ada AMDAL)
(terjadinya lahan bekas galian lahan bekas tentang
lubang dan lokasi Baku
genangan) pengambilan Tingkat
material setelah Kebisingan
direklamasi/dipul
ihkan
d. Terganggunya d. Pembuatan saluran d. Pola aliran air
aliran air drainase permukaan,
permukaan kondisi dan
e. Terganggunya e. Pengaturan fungsi saluran
stabilitas lereng kemiringan lereng drainase
(erosi/longsor) sesuai dengan e. Kondisi stabilitas
kondisi tanah, lereng, longsor
pengendalian air dan erosi
larian dan tebing
dibuat berteras

24-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2. Pengambilan a. Degradasi a. Pemilihan lokasi a. Kondisi


material di quarry sungai yang quarry yang sesuai bangunan Unit/Penanggung
sungai dapat berdasarkan sungai yang jawab /Pemimpin
mengganggu keputusan Instansi rusak atau utuh Proyek/Satker/
stabilitas pemerintah PPK Konstruksi
bangunan setempat dan Institusi
sungai Pengelola
b. Pencemaran air b. Pelaksanaan b. Kualitas air sungai b. PP No.82 Lingkungan Hidup
sungai penambangan yang tercemar tahun 2001 (secara periodik
sesuai tata cara (padatan, tentang jika ada AMDAL)
yang ditetapkan kekeruhan, pH, Pengelolaan
instansi yang transparansi, DO, dan
berwenang BOD, COD) Pengendali-
c. Gangguan c. Pelaksanaan tata c. Keberadaan jeni an
terhadap biota cara penambangan s dan Pencemaran
air. yang tepat teknologi kelimpahan Air
dan melakukan plankton,
konsultasi benthos, nekton
masyarakat yang dan perikanan
memanfaatkan
sungai

3. Pengangkutan a. Pencemaran a. Penyiraman berkala; a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung


material udara Bak truk ditutup (sebaran debu tahun 1999 jawab /Pemimpin
bangunan (debu/partikel, terpal, memilih jalur dan partikulat, tentang Proyek/Satker/PP
SO2, NO2, CO, angkutan, yang SO2, NO2, CO, Pengendalia K Konstruksi dan
HC) aman dan tidak HC) n Institusi Pengelola
mengganggu Pencemaran Lingkungan Hidup
masyarakat Udara (secara periodik
membatasi jika ada AMDAL)
kecepatan
b. Meningkatnya kendaraan material b. Tingkat kebisingan b. KepMen
kebisingan b. Perawatan kendaraan dB (A) Lingkungan
angkut material dan Hidup No.48
c. Kerusakan jalan pengaturan jam kerja tahun 1996
c. Pemeliharaan/Perba c. Kondisi fisik jalan tentang Baku
ikan jalan sebelum dan Tingkat
setelah kegiatan Kebisingan
d. Terganggunya d. Pengaturan lalu angkutan
lalu lintas lintas; Pemasangan material
rambu lalu lintas d. Kondisi lalu
e. Terganggunya e. Pengaturan waktu lintas (arus lalu
kenyamanan pengangkutan lintas dan
masyarakat. material pada jam kecelakaan lalu
kerja dan memilih jalur lintas)
angkutan tidak melalui e. Keluhan
pemukiman masyarakat
yang sampai
pada aparat
setempat atau
manajemen
proyek
c. Di lokasi Base
camp a. Pencemaran a. Perawatan a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung
1. Pengoperasian udara peralatan, (debu, tahun 1999 jawab /Pemimpin
base camp (barak (debu/partikel, pemasangan dust partikulat, tentang Proyek/Satker/
pekerja, kantor, SO2, NO2, CO, collector, SO2, NO2, Pengendali- PPK Konstruksi
stockpile, stone HC) penyiraman berkala, CO, HC) an dan Institusi
crusher, bengkel membatasi Pencemaran Pengelola
dan AMP) ketinggian tumpukan Udara Lingkungan Hidup

25-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

material, uji emisi (secara periodik


kendaraan jika ada AMDAL)
b. Meningkatnya b. Perawatan b. Tingkat b. KepMen
kebisingan peralatan, kebisingan Lingkungan
menyimpan genset Hidup No.48
pada tempat kedap tahun 1996
suara dan jauh dari tentang
pemukiman Baku
c. Pencemaran air c. Pengendalian limbah c. Kualitas air Tingkat
permukaan cair (oli/ pelumas (bau, BOD, Kebisingan
bekas, cat, bahan DO, COD,
pelarut cat, pembersih NO2, NO3, c.- PP No.82
peralatan dll) dan NH3, tahun 2001
membangun MCK bakteriologi, tentang
dilengkapi septic tank surfactant) Pengelolaan
yang jauh dari sumber dan
air bersih, menata Pengendalian
jaringan drainase, Pencemaran
menyediakan tempat Air
sampah (TPS) - KepMen
d. Pencemaran d. Penyediaan d. Kualitas tanah Kesehatan
tanah penampung (kualitas fisik- No.416 tahun
pelumas bekas kimia) 1999 tentang
dalam drum, Baku Mutu
penyuluhan Air Minum
karyawan untuk
mencegah
ceceran/tumpahan
minyak/oli/pelumas/
cat/semen, dan lain-
lain pada tanah
e. Terganggunya e. Pengaturan lalu e. Kondisi lalu
lalu lintas lintas dan lintas (arus lalu
pemasangan rambu lintas dan
lalu lintas kecelakaan
lalu lintas)
f. Kondisi f. Pemberdayaan f. Kondisi
kamtibmas masyarakat kamtibmas
setempat (aman/tidak
aman)

D. Tahap
Pengoperasian
dan
Pemeliharaan a. Pencemaran a. Pemeliharaan a. Kualitas udara a. PP No.41 Unit/Penanggung
Jalan udara (debu, tanaman di jalur (debu, partikulat, tahun 1999 Jawab /Pemimpin
1. Pengoperasian partikel, SO2, tanaman SO2, NO2, CO, tentang Proyek/Satker/
jalan NO2, CO, HC) (penghijauan di HC) Pengendali- PPK
median, pulau jalan an Pemeliharaan dan
dan teoi jalan) Pencemaran Rehabilitasi atau
b. Meningkatnya b. Pemeliharaan b. Tingkat Udara Manajer/Sub
kebisingan tanaman di jalur kebisingan dB b. KepMen Manajer Ruas
tanaman dan (A) Lingkungan
pembuatan noise Hidup No.48
barrier (pada lokasi tahun 1996
tertentu/ fasilitas tentang
umum, tempat Baku
ibadah, rumah sakit, Tingkat
sekolah) Kebisingan
c. Meningkatnya c. Pembuatan dan c. Tingkat getaran c. KepMen
getaran perawatan Lingkungan

26-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

parit/saluran tepi Hidup No.49


d. Kecelakaan lalu d. Pengaturan lalu d. Kondisi lalu tahun 1996
lintas lintas, pemasangan lintas (arus lalu tentang Baku
rambu lalu lintas lintas dan Tingkat
yang tepat, kecelakaan lalu Getaran
penertiban lintas) dan
pedagang kaki lima kondisi rambu-
rambu dan
e. Perubahan e. Pemasangan patok pedagang kaki
penggunaan batas RUMIJA dan lima pada
lahan yang tak papan larangan daerah rawan
terkendali di kegiatan kemacetan dan
RUMIJA (side kecelakaan lalu
friction) lintas
f. Meningkatnya f. Pelaksanaan e. Kondisi RUMIJA
mobilitas sosialisasi f. Kondisi
penduduk penggunaan lahan penggunaan
sekitar jalan yang lahan sekitar jalan
sesuai tata guna
lahan
g. Gangguan g. Pemasangan papan g. Kondisi lintasan
terhadap jalur peringatan/himbaua satwa dan
perlintasan n/larangan keberadaan
/mobilitas satwa mengganggu satwa rambu, papan
(termasuk dilindungi dan peringatan/himba
dilindungi) pemasangan uan/larangan
tanda/rambu jalur
perlintasan satwa
h. Potensi h. Pemeliharaan rutin, h. Kondisi fisik dan
genangan atau berkala jaringan kapasitas serta
banjir drainase fungsi saluran
drainase

2. Pemeliharaan jalan - Terganggunya - Pengaturan lalu - Kondisi lalu Unit/Penanggung


lalu lintas dan lintas dan lintas (arus lalu Jawab /Pemimpin
kecelakaan lalu pemasangan rambu lintas dan Proyek/Satker/
lintas lalu lintas sementara kecelakaan lalu PPK
lintas) Pemeliharaan dan
Rehabilitasi atau
Manajer/Sub
Manajer Ruas

27-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Dari hasil pemantauan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup mulai tahap


perencanaan, pengadaan tanah, konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan
jalan serta evaluasi kualitas lingkungan hidup selanjutnya dibuat ringkasan laporan
yang contoh format laporannya dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai Lampiran 14.

6. EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

a. Lingkup Evaluasi
Evaluasi kualitas lingkungan hidup adalah kegiatan untuk mengkaji dan menilai
kondisi lingkungan sepanjang koridor jalan terkait dengan pengoperasian jalan.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengevaluasi kualitas lingkungan hidup dan kinerja
kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pasca pembangunan jalan
dalam rangka perbaikan kinerja pemrakarsa dalam pembangunan jalan secara
menerus (continual improvement).
Evaluasi mencakup:
1). Evaluasi kecenderungan (trend evaluation)
Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend)
perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu. Untuk
melakukan evaluasi ini memerlukan data seri hasil pemantauan.
2). Evaluasi tingkat kritis (critical evaluation)
Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi untuk menilai tingkat kritis (critical level)
dari suatu dampak pada suatu ruang dan waktu yang melampaui baku mutu
atau standar lainnya.
3). Evaluasi pentaatan (compliance evaluation)
Evaluasi pentaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa
kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan pemantauan lingkungan hidup.
4). Evaluasi pencapaian manfaat jalan
Pembangunan jalan dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat,
antara lain dalam hal:
- Membuka keterisolasian wilayah;
- Meningkatkan kegiatan sosial ekonomi wilayah;
- Mempermudah aksesibilitas dan pemanfaatan fasilitas sosial yaitu
pendidikan, kesehatan, pariwisata, pemerintahan dan lain-lain;
- Meningkatkan mobilitas dan hubungan sosial antar penduduk.
Pada evaluasi kualitas lingkungan ini perlu membuat suatu kesimpulan yang
memuat hal-hal penting yang dihasilkan dari pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Selain itu juga perlu menguraikan temuan dan
usulan untuk perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selanjutnya
dan perbaikan kinerja pemrakarsa dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan jalan.

28-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

b. Langkah-Langkah Evaluasi
Evaluasi kualitas lingkungan memberikan kesimpulan kondisi lingkungan yang
dipengaruhi saat pengoperasian jalan. Untuk mendapatkan informasi kualitas
lingkungan di lokasi pengoperasian jalan dan sekitarnya, maka perlu dilakukan
pengukuran atau pemantauan sebagai berikut:
1) Menghitung volume lalu lintas harian.
2) Menghitung kepadatan lalu lintas.
3) Menentukan jam sibuk.
4) Menghitung rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan (VCR).
5) Mengukur kecepatan lalu lintas rata-rata.
6) Mengukur tingkat kebisingan rata-rata dB(A).
7) Mengukur kualitas udara (SO2, CO, NO2, HC, debu/partikulat dan Pb).
8) Memantau kemacetan lalu lintas.
9) Memantau kecelakaan lalu lintas.
10) Memantau gangguan mobilitas penduduk setempat.
11) Memantau adanya gangguan pada jalur lintasan satwa liar atau mobilitas
satwa liar (jika ada).
12) Memantau adanya perambahan hutan pada kawasan lindung sekitar lokasi
jalan (jika ada).
13) Memantau dampak pada kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya komunitas
rentan
14) Pemeriksaan di lokasi RUMIJA dan RUWASJA untuk mengetahui kegiatan-
kegiatan sektor lain yang menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan, antara
lain pasar, pertokoan, pedagang kaki lima, dan kegiatan lainnya.
15) Memantau dampak lingkungan terhadap jalan.
Dari informasi/data kualitas lingkungan yang telah didapat sesuai hasil pelaksanaan
pengukuran/pemeliharaan/pemantauan kondisi lingkungan, maka perlu dibuat suatu
kesimpulan kondisi kualitas lingkungan. Dari kesimpulan tersebut, maka dapat
diusulkan rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka cara mengevaluasi kualitas
lingkungan perlu memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Evaluasi Kecenderungan
Perubahan kualitas lingkungan pada suatu lokasi dan waktu tertentu dapat
diketahui melalui hasil pemantauan dari waktu ke waktu. Penilaian perubahan
kecenderungan (trend) hanya dapat dilakukan dengan data hasil pemantauan
dalam waktu yang berbeda. Data perubahan dari waktu ke waktu (time series
data) dapat menggambarkan secara lebih jelas mengenai kecenderungan suatu
proses perubahan kegiatan atau perubahan kualitas lingkungan yang diakibatkan
oleh kegiatan.
2. Evaluasi Tingkat Kritis
Kondisi kualitas lingkungan suatu lokasi pada waktu tertentu dan akan melebihi
baku mutu atau standar lainnya dapat diketahui dengan cara mengevaluasi tingkat
kritis. Caranya adalah mengevaluasi data hasil pemantauan dari waktu ke waktu

29-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

maupun data dari pemeriksaan/pengukuran sesaat dan membandingkan dengan


baku mutu/standar lainnya yang berlaku.
3. Evaluasi Penataan
Tingkat kepatuhan pemrakarsa dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup dapat diketahui melalui
kegiatan dalam rangka pemenuhan berbagai ketentuan yang terdapat dalam
peraturan perundangan lingkungan hidup dan yang terkait ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam dokumen RKL-RPL serta UKL-UPL.
Hasil evaluasi kualitas lingkungan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti
disajikan pada Lampiran 13.

7. DOKUMENTASI

Hasil pemantauan pengelolaan lingkungan hidup untuk tiap tahap kegiatan


pembangunan jalan didokumentasikan dengan menggunakan format laporan seperti
tercantum pada Lampiran 9 sampai Lampiran 12. Sedangkan hasil evaluasi kualitas
lingkungan pada tahap pasca pembangunan jalan didokumentasikan dengan
menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran 13.
Laporan tersebut secara umum berisi informasi tentang:
a) Data kegiatan pembangunan jalan yang bersangkutan;
b) Jenis-jenis kegiatan yang sedang atau telah dilaksanakan;
c) Dampak lingkungan yang telah terjadi atau potensial terjadi;
d) Upaya pengelolaan lingkungan yang telah atau sedang dilaksanakan;
e) Efektivitas (kinerja) pengelolaan lingkungan hidup;
f) Kendala-kendala yang dihadapi (bila ada);
g) Saran perbaikan upaya pengelolaan lingkungan selanjutnya (bila perlu)
Laporan hasil pemantauan dibuat oleh petugas pelaksana pemantauan pengelolaan
lingkungan hidup. Laporan tersebut disampaikan kepada Pemimpin
Proyek/penanggungjawab pelaksanaan kegiatan proyek.
Laporan hasil pemantauan untuk keperluan memenuhi kewajiban pemrakarsa terkait
dengan instansi yang bertanggung jawab dalam pengendalian lingkungan hidup baik di
tingkat pusat (KLH) maupun BAPEDALDA, BPLHD, Dinas Lingkungan Hidup dan lain-
lain di daerah (provinsi, kabupaten/kota).
Untuk kegiatan pembangunan jalan yang termasuk kategori wajib dilengkapi dokumen
AMDAL, maka penyusunan laporan ini agar mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Pelaksanaan RKL dan RPL . Format laporan tercantum pada Lampiran 14. Demikian
juga halnya untuk kegiatan pembangunan jalan yang wajib dilengkapi UKL-UPL,
laporan UKL-UPL agar mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86
tahun 2003 tentang Penyusunan Pelaksanaan UKL-UPL.
Laporan hasil pemantauan ini dibuat oleh pemrakarsa pembangunan jalan dan dapat
dibantu oleh konsultan penyusun RPL atau UPL dan laporan tersebut disampaikan
kepada instansi yang bertanggung jawab dalam pengendalian lingkungan hidup di

30-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

pusat (KLH), provinsi, kabupaten/kota yaitu BAPEDALDA, BPLHD, DLH, Dinas ANDAL
dan lain-lain.

8. PELAKSANA DAN PEMBIAYAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN


HIDUP

8.1 Pelaksana Pemantauan

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan pembangunan jalan


dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan. Penanggungjawab pelaksanaan pemantauan
tersebut adalah Pemimpin Proyek/Bagian Proyek atau unit kerja/pengelola kegiatan
yang bersangkutan.
Kegiatan pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan,
pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan
dapat dibantu oleh konsultan perencana pembangunan jalan.

8.2 Pengawas Pemantauan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan


oleh instansi langsung pemimpin proyek/bagian proyek, dan Institusi Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pusat yaitu KLH dan BPLHD/Bapedalda/Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi, Kabupatan/Kota setempat di daerah.

8.3 Penerima Laporan Hasil Pemantauan

Laporan pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL atau UKL-UPL kegiatan pembangunan
jalan disampaikan oleh pemrakarsa/pengelola kegiatan kepada instansi pengawas
pelaksanaan pemantauan dan instansi pembina teknis bidang jalan serta instansi lain
yang terkait, yaitu:
a) Menteri Negara Lingkungan Hidup (Men KLH)
b) Gubernur Propinsi c.q. Bapedalda/BPLHD/Dinas Lingkungan Hidup Provinsi yang
bersangkutan;
c) Bupati/Walikota c.q. Bapedalda/BPLHD/Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
yang bersangkutan;
d) Instansi pembina teknis (Dinas PU/Bina Marga/Praswil);
e) Instansi lain yang terkait

8.4 Biaya Pemantauan

Biaya pemantauan mencakup kegiatan pemantauan pada tahap perencanaan,


pengadaan tanah, konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan serta
evaluasi pasca pembangunan jalan.
a. Tahap Perencanaan
Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap
perencanaan seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan perencanaan,
atau dialokasikan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pekerjaan
perencanaan.

31-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

b. Tahap Pengadaan Tanah


Biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pengadaan tanah
seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pengadaan tanah, atau dialokasikan
secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pengadaan tanah.
c. Tahap Konstruksi Jalan
Biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi
seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan konstruksi atau biaya
pekerjaan konsultan supervisi pekerjaan konstruksi jalan.
d. Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
Biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pengoperasian dan
pemeliharaan jalan seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pemeliharaan dan
rehabilitasi jalan, atau dialokasikan secara khusus dalam anggaran rutin instansi
pelaksana pemeliharaan dan rehabilitasi jalan.
e. Evaluasi Pasca Pembangunan Jalan
Biaya evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca pembangunan jalan
perlu dialokasikan secara khusus oleh instansi atau unit kerja yang membidangi
kegiatan perencanaan teknis atau pembinaan lingkungan.
Biaya pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup secara umum terdiri dari
komponen-komponen biaya:
1) transportasi;
2) personel (lumpsum);
3) peralatan dan material;
4) analisis laboratorium (bila perlu);
5) penyusunan laporan;
6) Rapat.

9. PENUTUP

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, harus dilaksanakan secara


terintegrasi dalam pengelolaan (manajemen) pembangunan jalan secara keseluruhan.
Dengan demikian maka diperlukan koordinasi antar instansi atau unit kerja terkait.
Disamping itu peranan satuan kerja/pemimpin proyek/Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) selaku pemrakarsa/ pengelola pekerjaan sangat penting dalam kegiatan
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pemimpin proyek yang dimaksud adalah semua pemimpin proyek, selaku pemrakarsa
kegiatan, yang masing-masing secara berkesinambungan bertanggung jawab dalam
tiap tahap tahapan kegiatan pembangunan jalan, meliputi:
 Satuan Kerja/Pemimpin Proyek Perencanaan;
 Satuan Kerja/Pemimpin Proyek Pengadaan Tanah;
 Satuan Kerja/Pemimpin Proyek Pembangunan (konstruksi); dan
 Satuan Kerja/Pemimpin Proyek Pemeliharaan/Rehabilitasi.

32-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Agar proses pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana secara berkesinambungan,


semua dokumen mengenai lingkungan hidup (Laporan penyaringan studi lingkungan,
pelingkupan, konsultasi masyarakat, AMDAL, UKL dan UPL, ANDAS, LARAP, Laporan
Hasil Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan) yang dibuat oleh
pemimpin proyek pada tahap tertentu, harus diserahterimakan kepada pemimpin
proyek tahap berikutnya, sebagai satu kesatuan dengan dokumen teknis, untuk
digunakan sebagai arahan pengelolaan lingkungan hidup tahap berikutnya (lihat
Gambar 9.1).
Keberhasilan pemantauan pengelolaan lingkungan juga tergantung dari ketersediaan
sumberdaya manusia serta dana dan sarana penunjang yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pada tiap tahap kegiatan proyek. Di samping itu, keberadaan unit kerja
dalam struktur organisasi proyek, yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup mempunyai peran
penting.

33-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Gambar 9.1
Bagan Peran Unit/Penanggung Jawab/Pemimpin Proyek Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Pembangunan Jalan yang Berkesinambungan

Unit/Penanggung
Unit/Penanggung Unit/Penanggung Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Jawab/Pemimpin Jawab/Pemimpin Jawab/Pemimpin
Proyek
Proyek Proyek Proyek
Pemeliharaan dan
Perencanaan Pengadaan Tanah Konstruksi
Rehabilitasi

Penyusunan
dokumen
AMDAL atau
UKL dan UPL,
Desain,
Spesifikasi
Teknis,
Pengadaan
LARAP
Tanah
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup

Laporan Pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan
Pengadaan Konstruksi
Tanah, termasuk
termasuk Pengelolaan
Laporan Lingkungan
Pemantauan Hidup
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup

Pemanfaatan,
Laporan
Pemeliharaan,
Pelaksanaan
Rehabilitasi
Pekerjaan
termasuk
Konstruksi
Pengelolaan
termasuk
Lingkungan
Laporan
Hidup
Pemantauan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup

Laporan
Pelaksanaan
Pemeliharaan
Evaluasi dan Rehabilitasi
Kualitas termasuk
Lingkungan Laporan
Hidup Pemantauan
Pasca Proyek Pengelolaan
Lingkungan
Hidup

34-34
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 1

Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Waktu Metode
No Parameter Baku Mutu Peralatan
Pengukuran Analisis
1. SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
(Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3
1 Tahun 60 ug/Nm3
2. CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analizer
(Karbon 24 Jam 10.000 ug/Nm3
Monoksida) 1 Tahun
3. NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
(Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3
1 Tahun 100 ug/Nm3
4. O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemilumines Spektrofotometer
(Oksidan) 1 Tahun 50 ug/Nm3 cent

5. HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Gas


(Hidro Karbon) Ionization Chromatografi
6. PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Sampler
(Partikel < 10 um)
PM 25 *) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Sampler
(Partikel < 2,5 um) 1 Tahun 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Sampler

7. TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Sampler


(Debu) 1 Tahun 90 ug/Nm3

8. Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Sampler


(Timah Hitam) 1 Tahun 1 ug/Nm3 Ekstraktif
Pengabuan AAS
9. Dustfall 30 hari 10 Ton/Km2/bulan Gravimetric Cannister
(Debu Jatuh) (Pemukiman)
20 Ton/km2/bulan
(Industri)
10. Total Fluorides 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
(as F) 90 Hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous
Analizer
11. Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/Nm3 Colourimetric Lime Filter Paper
dari kertas limed
filter
12. Klorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
Khlorine Dioksida Electrode Countinous
Analizer
13. Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 cm3 Colourimetric Lead Peroksida
dari Lead Candle
Peroksida
Sumber : Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lampiran I)

Catatan : - *) PM25 mulai diberlakukan tahun 2002


- Nomor 10 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah / kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : Industri Petro Kimia
Industri Pembuatan Asam Sulfat

1
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 2

Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Ambang Batas Maksimum


No. Jenis Kendaraan HC
CO (%) Ketebalan Asap
(ppm)

1. Sepeda motor 2 (dua) langkah 4,5 3.000 -


dengan bahan bakar bensin
dengan bilangan oktana > 87

2. Sepeda motor 4 (empat) langkah 4,5 2.400 -


dengan bahan bakar bensin
dengan bilangan oktana > 87

3. Kendaraan bermotror selain 4,5 1.200 -


sepeda motor dengan bahan
bakar bensin dengan bilangan
oktana > 87

4 Kendaraan bermotror selain - - Ekivalen 50%


sepeda motor dengan bahan Bosch pada
bakar solar/disel dengan bilangan diameter 102 mm,
setana > 45 atau opasiti
25 %

Sumber: Kepmen LH. No: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor

Catatan: Kandungan CO dan HC diukur pada kondisi percepatan bebas (idling).


Ketebalan asap gas buang diukur pada kondisi percepatan bebas

2
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 3

Baku Mutu Emisi Untuk Jenis Kegiatan Lain


(Berlaku Efektif Tahun 2000)

Batas Maksimum
No. Parameter
(mg/m3)

A. Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Flourida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opasitas 35 %
7. Ppartikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced Sulphur)

B. Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. Arsen (As) 8
12. Antimon (Sb) 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (Pb) 12

Sumber: Kepmen LH. No: KEP-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi


Sumber Tudak Bergerak (Lampiran VB)

Catatan: Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan Tekanan 1 atm).

3
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 4

Baku Tingkat Kebisingan

No. Peruntukan Kawasan / Tingkat Kebisingan


Lingkungan Kegiatan dB(A)

A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar Udara -
- Stasiun Kereta Api -
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60

B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996


Tentang Baku Tingkat Kebisingan

4
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 5

Tabel Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan


Getaran Frekuensi Batas Gerakan Peak mm/detik)
Kategori Kategori Kategori Kategori
Parameter Satuan (Hz)
A B C D
Kecepatan Mm/detik 4 <2 2 - 27 > 27-140 > 140
Getran 5 < 7.5 < 7.5 - 25 > 24-130 > 130
Frekuensi Hz 6.3 <7 <7 – 21 >21 – 110 >110
8 <6 <6 – 19 >19 – 100 >100
10 <5.2 <5.2 – 16 >16 – 90 >90
12.5 <4.8 <4.8 – 15 >15 – 80 >80
16 <4 <4 – 14 >14 – 70 >70
20 <3.8 <3.8 – 12 >12 – 67 >67
25 <3.2 <3.2 – 10 >10 – 60 >60
31.5 <3 <3 – 9 >9 – 53 >53
40 <2 <2 – 8 >8 – 50 >50
50 <1 <1 – 7 .7 – 42 >42
Sumber : Kep.Men LH No.49/1996 tentang Baku Tingkat Getaran
Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan sistem (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul
beban pada kasus khusus)
Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban
Kategori D : Rusak Dinding pemikul beban

Tabel Pengaruh Tingkat Getaran Terhadap Kenyamanan dan Kesehatan

Nilai Tingkat Getaran,dalam micron (10-6 meter)


Frekwensi
No Tidak Tidak
HZ Menganggu Menyakitkan
Mengganggu Nyaman
1 4 <100 100 – 500 > 500 – 1000 > 1000
2 5 <80 80 – 350 > 350 – 1000 > 1000
3 6,3 <70 70 – 275 > 275 – 1000 > 1000
4 8 <50 50 – 160 > 160 – 500 > 500
5 10 <37 37 – 120 > 120 – 300 > 300
6 12,5 <32 32 – 90 > 90 – 220 > 220
7 16 <25 25 – 60 > 60 – 120 > 120
8 20 <20 20 – 40 > 40 – 85 > 85
9 25 <17 17 – 30 > 30 – 50 > 50
10 31,5 <12 12 – 20 > 20 – 30 > 30
11 40 <9 9 – 15 > 15 – 20 > 20
12 50 <8 8 – 12 > 12 – 15 > 15
13 63 <6 6–9 > 9 – 12 > 12
Sumber : Kep. Men. LH. No. Kep 49/ MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Getaran

Konversi :
Percepatan = (2πf)2 x simpangan
Kecepatan = 2πf x simpangan
π = 3,14

5
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 6
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
(Contoh beberapa parameter yang mungkin terkena dampak pembangunan jalan)

Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Fisika
o
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu
tersuspensi < 5000 mg/l
Kimia Anorganik
pH 6–9 6–9 6–9 5–9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0 Angka batas minimum
NH3 - N mg/l 0,5 *) *) *) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka
< 0,02 mg/l sebagai NH3
Kimia Organik
Minyak dan Lemak mg/l 1000 1000 1000 *)
Detergen mg/l 200 200 200 *)
Mikrobiologi
Fecal Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform <
Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10.000 10.000 2000 jml/100 ml dan Total coliform < 10.000/100 ml
Sumber : Cuplikan dari Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Keterangan : *) Untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.


Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ukan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 7

Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
Peruntukan
Aspek / Sifat Fisik dan Hayati
Pemukiman dan Daerah Tanaman Pangan Tanaman Pangan Lahan
Lingkungan Tanaman Tahunan
Industri Lahan Basah Kering dan Peternakan

1. Topografi
1.1 Lubang galian
a. Kedalaman > 1 m di atas muka air tanah Melebihi muka air tanah pada > 10 cm di bawah muka air Melebihi muka air tanah pada
pada musim hujan musim hujan tanah pada musim hujan musim hujan

b. Jarak < 5 m dari batas SIPD < 5m <5m < 5m

1.2 Dasar Galian


a. Perbedaan relief dasar > 1m >1m >1m >1m
galian
b. Kemiringan dasar galian >8% >8% >3% >8%

1.3 Dinding galian


a. Tebing teras Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m
b. Dasar teras Lebar < 6 m Lebar < 6 m Lebar < 6 m Lebar < 6 m
2. Tanah
Tanah yang dikembalikan < 25 cm < 50 cm < 25 cm < 25 cm
sebagai tanah penutup

3. Vegetasi
3.1 Tutupan tanaman < 20 % tanaman tumbuh di
budidaya seluruh lahan penambangan
3.2 Tutupan tanaman tahunan < 50 % tanaman tumbuh di
3.3 Tutupan tanaman lahan seluruh lahan penambangan
basah < 50 % tanaman tumbuh di
3.4 Tutupan tanaman lahan seluruh lahan penambangan
kering / rumput < 50 % tanaman tumbuh di
seluruh lahan penambangan

Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-43/MENLH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 8
PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM

1. BAKTERIOLOGIS

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
b. Air yang masuk sistem
distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sample
c. Air pada sistem
distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sample
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sample

2. KIMIA
A. Bahan-bahan anorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Antimony (mg/liter) 0.005
Air Raksa (mg/liter) 0,001
Arsenic (mg/liter) 0.01
Barium (mg/liter) 0.7
Boron (mg/liter) 0.3
Cadmium (mg/liter) 0.003
Kromium (mg/liter) 0.05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0,07
Fluoride (mg/liter) 1.5
Timah (mg/liter) 0.01
Molybdenum (mg/liter) 0.07
Nikel (mg/liter) 0.02
Nitrat (sebagai NO3) (mg/liter) 50
Nitrit (sebagai NO2) (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0.01
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

B. Bahan-bahan inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada


konsumen)

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Ammonia mg/l 1.5
Alumunium mg/l 0,2
Chloride mg/l 250
Copper mg/l 1
Kesadahan mg/l 500
Hydrogen sulfide mg/l 0.05
Besi mg/l 0.3
Mangan mg/l 0.1
PH - 6,5-8,5
Sodium mg/l 200
Sulfate mg/l 250
Padatan terlarut mg/l 1000
Seng mg/l 3

C. Bahan-bahan organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)


Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan

Chlorinated alkane
Carbon tetrachloride (µg/liter) 2
Dichloromethane (µg/liter) 20
1,2-dichloroethane (µg/liter) 30
1,1,1-trichloroethane (µg/liter) 2000
Chlorinated ethene (µg/liter)
Vinyl chloride (µg/liter) 5
1,1-dichloroethene (µg/liter) 30
1,2-dichloroethene (µg/liter) 50
Trichloroethene (µg/liter) 70
Tetrachloroethene (µg/liter) 40
Benzene (µg/liter) 10
Toluene (µg/liter) 700
Xylenes (µg/liter) 500
Benzo[a}pyrene (µg/liter) 0.7
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene (µg/liter) 300
1,2-dichlorobenzene (µg/liter) 1000
1,4-dichlorobenzene (µg/liter) 300
Trichlorobenzene (µg/liter) 20
(total)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan

Lain-lain
Di (2-ethylhexyl) (µg/liter) 80
adipate)
Di (2-ethylhexyl) (µg/liter) 8
phthalate
Acrylamide (µg/liter) 0.5
Epichlorohydrin (µg/liter) 0.4
Hexachlorobutadiene (µg/liter) 0.6
Edetic acid (EDTA) (µg/liter) 200
Nitriloacetic acid (µg/liter) 200
Tributyltin oxide (µg/liter) 2

D. Bahan-bahan organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada


konsumen)

Kadar Maksimum yang


Parameter Satuan Keterangan
diperbolehkan
Toluene µg/l 24-170
Xylene µg/l 20-1800
Ethylbenzene µg/l 2-200

Styrene µg/l 4-2600


Monochlorobenzene µg/l 10-12
1.2-dichlorobenzene µg/l 1-10
1.4-dichlorobenzene µg/l 0.3-30
Trichorobenzenes (Total) µg/l 5-50
2-cholorophenol µg/l 600-1000
2,4-dichlorophenol µg/l 0.3-40
2,4,6-trichlorophenol µg/l 2-300

E. Pestisida

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Alachlor µg/l 20
Aldicarb µg/l 10
Aldrin/dieldrin µg/l 0.03
Atrazine µg/l 2
Bentazone µg/l 30
Carbofuran µg/l 5
Chlordane µg/l 0.2
Chlorotoluron µg/l 30
DDT µg/l 2
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
1,2-dibromo-3 µg/l 1
chloropropane
2,4-D µg/l 30
1,2-dichloropropene µg/l 20
1,3-dichloropropene µg/l 20
Heptachlor and µg/l 0.03
Heptachlor epoxide
Hexachlorbenzene µg/l 1
Isoproturon µg/l 9
Lindane µg/l 2
MCPA µg/l 2
Molinate µg/l 6
Pendimethalin µg/l 20
Pentachlorophenol µg/l 9
Permethrin µg/l 20
Propanil µg/l 20
Pyridate µg/l 100
Simazine µg/l 2
Trifluralin µg/l 20
Chlorophenoxy
herbicides selain 2,4-D
dan MCPA
2,4-DB µg/l 90
Dichlorprop µg/l 100
Fenoprop µg/l 9
Mecoprop µg/l 10
2,4,5-T µg/l 9

F. Desinfektan dan hasil sampingannya

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Monochloramine Mg/liter 3
di-and tricloramine
Chlorine Mg/liter 5
Bromate µg/l 25
Chlorite µg/l 200
2,4,6-triclorophenol µg/l 200
Formaldehyde µg/l 900
Bromoform µg/l 100
Dibromochloromethane µg/l 100
Bromodichloro-methane µg/l 60
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
Chloroform µg/l 200
Chlorinated acetic acids
Diclorinated acid µg/l 50
Trichloroacetic acid µg/l 100
Chloral hydrate
(Trichlorocetal-dehyde) µg/l 10
Dichloroacetonitrile µg/l 90
Dibromoacetonitrile µg/l 100
Trichloracetonitrile µg/l 1
Cyanogen chloride µg/l 70
(sebagai CN)

3. RADIOAKTIVITAS

Kadar Maksimum yang


Parameter Satuan Keterangan
diperbolehkan
Gross alpha activity (Bq/liter) 0.1
Gross beta activity (Bq/liter) 1

4. FISIK

Kadar Maksimum yang


Parameter Satuan Keterangan
diperbolehkan
Parameter Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau - - Tdk berbau dan berasa
0 0
Temperatur C Suhu udara ± 3 C
Kekeruhan NTU 5
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat Air
Bersih dan Kualitas Air Minum
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 9
Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Perencanaan

A. Data Umum Proyek Jalan / Jembatan

1. Nama Proyek

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi (lampirkan peta lokasi):


a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi

5. Panjang jalan / jembatan *) ……………. Km / ……. m *)

6. Status jalan Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

7. Tahap Perencanaan Perencanaan Umum / Studi Kelayakan /


Perencanaan Teknis *)

8. Progres pekerjaan
B. Hasil Pemantauan

1. Kesesuaian dengan tata ruang Sesuai / tidak sesuai *)

2. Keberadaan areal sensitif (Kawasan Ada / tidak ada / tidak diketahui *)


Hutan, Kawasan Lindung di Luar a) …………………..
Kawasan Hutan, Kawasan Rawan b) …………………..
Bencana Alam, Kawasan Cagar Budaya, c) …………………..
Daerah Komunitas Rentan, Kawasan
Komersial, Permukiman dan Llahan
Produktif dan Kawasan Khusus)/adat
(Kalau ada, sebutkan jenisnya)

3. Kajian Lingkungan Strategis Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan


*)

4. Konsultasi awal dengan masyarakat Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan


*)

4.a. Kelompok masyarakat yang menghadiri a) ………………………


konsultasi awal b) ………………………
c) ………………………
d) ………………………
e) ………………………
f) ………………………
g) ………………………
4.b. Jumlah peserta konsultasi awal …………. Orang
4.c. Kesimpulan hasil konsultasi
Terlampir / belum / tidak ada *)

5. Wajib dilengkapi AMDAL ? Ya / tidak *)


PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6. Konsultasi masyarakat untuk penyusunan Telah / sedang / belum/ tidak perlu / tidak
KA - ANDAL dilaksanakan *)

6.a. Kelompok masyarakat yang menghadiri a) ………………………


konsultasi b) ………………………
c) ………………………
d) ………………………
e) ………………………
f) ………………………
g) ………………………
6.b. Jumlah peserta konsultasi …………. Orang

6.c. Kesimpulan hasil konsultasi Terlampir / belum / tidak ada *)

7. Penyusunan KA – ANDAL Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak


dilaksanakan *)

8. Penyusunan dokumen AMDAL Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak


dilaksanakan *)

9. Wajib dilengkapi UKL dan UPL ? Ya / tidak *)

10. Penyusunan dokumen UKL dan UPL Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak
dilaksanakan *)

11. Isu pokok lingkungan hidup a) ………………………


b) ……………………...
c) ………………………
d) ………………………

12. Penyusunan ANDAS dan LARAP Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan
*)

13. Penjabaran RKL / UKL dalam desain dan Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi *)

14. Pencantuman persyaratan pengelolaan Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan


lingkungan dalam dokumen tender dan *)
kontrak pekerjaan konstruksi
C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu

Catatan: Data yang lebih rinci


dapat dilampirkan ……………………………… 20..…

Pelaksana Pemantauan

( ………………….….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 10
Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Kegiatan Pengadaan Tanah

A. Data Umum Proyek Jalan / Jembatan

1. Nama Proyek

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi

5. Status Jalan Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan ………….. km / …….. m *)

7. Luas tanah yang diperlukan ………….. ha

B. Hasil Pemantauan

1. Sosialisai kepada masyarakat Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

2. Jumlah penduduk yang menghadiri ………….. orang


sosialisasi

3. Pendataan tanah / bangunan / tanaman Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

4. Jenis penggunaan tanah a) Pemukiman : ………….Ha (………%)


b) Pertanian : ………… Ha (………%)
c) Perdagangan : ………… Ha (………%)
d) Industri : …………. Ha (………%)
e) ……………… :…………. Ha (………%)
f) ……………… :…………. Ha (………%)
Jumlah : …………. Ha ( 100 %)

5. Jenis dan jumlah bangunan yang terkena a) Rumah : ……….. buah


proyek b) Toko / warung : ……….. buah
c) Tempat usaha lainnya : ……….. buah
d) Sekolah : ……….. buah
e) Mesjid : ……….. buah
f) Gereja : .……….. buah
g) Makam /kuburan : .……….. buah
h) Jenis lainnya (sebutkan): ………. Buah

6. Jumlah penduduk yang terkena proyek ………….. KK

7. Jumlah pemilik tanah yang terkena ………….. KK


seluruhnya
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8. Jumlah pemilik tanah yang terkena ………….. KK


sebagian

9. Jumlah penduduk yang harus pindah ………….. KK

10. Jenis kompensasi yang telah disepakati Uang / tanah / kapling siap bangun / lain-lain
(…………………………..)*)

11. Musyawarah penetapan kompensasi Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

12. Kesepakatan jenis dan besarnya Semua sepakat / sebagian sepakat / belum
kompensasi ada kesepakatan *)

13. Penetapan besarnya nilai kompensasi Sesuai kesepakatan / ditetapkan pemerintah


secara sepihak *)

14. Luas tanah yang telah dibebaskan …………. Ha (…….. %)

15. Jumlah penduduk yang telah dibebaskan …………. KK (…….. %)

16. Jumlah penduduk yang telah pindah …………. KK (…….. %)

17. Sertifikasi sisa tanah penduduk yang …………. Bidang (…… %)


terkena pembebasan

18. Sertifikasi tanah yang telah dibebaskan …………. Bidang (…… %)

19. Kelancaran proses pembebasan tanah Lancar / kurang lancar / tidak lancar *)

20. Jumlah penduduk yang tanahnya tidak …………. KK (…….. %)


mau dibebaskan

21. Jumlah penduduk yang tidak puas atas …………. KK (…….. %)


besarnya kompensasi

22. Kondisi sosial-ekonomi penduduk yang a) Lebih baik : ………… KK (……… %)


terkena pembebasan tanah, satu tahun b) Sama : ……… .. KK (……… %)
setelah dibebaskan c) Lebih buruk: ………… KK (……… %)

23. Kesehatan masyarakat Tetap / menurun *)


C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*): Coret yang tidak perlu


Catatan: Data yang lebih rinci
dapat dilampirkan …………………………… 200…
Pelaksana Pemantauan

( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 12

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Bidang Jalan pada Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan

A. Data Umum Ruas Jalan / Jembatan yang Dipantau

1. Nama Proyek (kalau ada)

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi

5. Status Jalan Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan ………….. km / …………. m

7. Lebar RUMIJA …………. m

8. Lebar perkerasan …………. m

7. Kapasitas jalan ……………smp/jam

8. Jenis kegiatan yang dipantau Pengoperasian / Pemeliharaan *)

B. Hasil Pemantauan

1. Dampak Pengoperasian Jalan

1.1 Volume lalu lintas harian …………….. smp

1.2 Tingkat kebisingan ………….. .. dBA

1.3 Kualitas udara Lihat hasil analisis laboratorium

1.4 Kecelakaan lalu lintas ……………. kali/tahun

1.5 Kemacetan lalu lintas Tidak terjadi / terjadi di …………………… *)

1.5 Gangguan mobilitas penduduk setempat Tidak terjadi / terjadi di ……. lokasi *)

1.6. Gangguan pada mobilitas satwa liar Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)

1.7 Dampak pada kawasan lindung misalnya Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
perambahan hutan

1.8. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi Tidak terjadi / terjadi di …………………….. *)


dan sosial budaya masyarakat adat

2. Dampak kegiatan pemeliharaan jalan

2.1 Gangguan lalu lintas Terjadi / tidak terjadi *)


PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3. Kegiatan sektor lain yang menimbulkan a) Pedagang kaki lima


dampak terhadap kinerja jalan b) pasar tradisional
c) pusat perdagangan

4. Dampak lingkungan terhadap jalan a) banjir *)


b) longsor
c) gempa bumi
d) letusan gunung beraoi

5. Upaya pengelolaan lingkungan yang a) penanaman pohon di kanan- kiri jalan *)


telah dilaksanakan b) pemasangan patok RUMIJA
c) pemasangan rambu lalu lintas
d) pembuatan jembatan penyeberangan
e) pengaturan lalu lintas
f) pembuatan saluran drainase
g) pembuatan terowongan untuk
penyeberangan satwa dilindungi
h) Pembinaan sosial masyarakat terasing

C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu

Catatan: Data yang lebih rinci


dapat dilampirkan ……………………………… 20…

Pelaksana Pemantauan

( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 13
Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup
Bidang Jalan pada Tahap Evaluasi Pembangunan Jalan

A. Data Umum Ruas Jalan / Jembatan yang Dievaluasi

1. Nama Proyek (kalau ada)

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi

5. Status Jalan Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan ………….. km / ………. m

7. Lebar DAMIJA …………. m

8. Lebar perkerasan …………. m

7. Kapasitas jalan ……………smp/jam

B. Hasil Evaluasi

1. Volume lalu lintas harian …………….. smp

2. Kepadatan lalu lintas a) pagi hari : ………….. smp/jam


b) siang hari : ………….. smp/jam
c) sore hari : ………….. smp/jam
d) malam hari : ………….. smp/jam

3. Jam sibuk Pukul ……….

4. Rasio volume lalu lintas terhadap ……………….


kapasitas jalan (VCR)

5. Kecepatan lalu lintas rata-rata a) pagi hari : ………….. km/jam


b) siang hari : ………….. km/jam
c) sore hari : ………….. km/jam
d) malam hari : ………….. km/jam

6. Tingkat kebisingan rata-rata ………….. .. dBA

7. Kualitas udara a) SO2 : ………… ug/Nm3


b) CO : ………… ug/Nm3
c) NO2 : ………… ug/Nm3
d) O3 : ………… ug/Nm3
e) HC : ………… ug/Nm3
f) TSP : ………… ug/Nm3
g) Pb : ………… ug/Nm3
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8. Kecelakaan lalu lintas ……………. kali/tahun

9. Kemacetan lalu lintas Tidak terjadi / terjadi di …………………… *)

10. Gangguan mobilitas penduduk setempat Tidak terjadi / terjadi di ……. lokasi *)

11. Gangguan pada mobilitas satwa liar Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)

12. Dampak pada kawasan lindung misalnya Tidak terjadi / terjadi di ………………………*)
perambahan hutan

13. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi dan Tidak terjadi / terjadi di …………………….. *)
sosial budaya masyarakat adat

14. Kegiatan sektor lain yang mengakibatkan a) pedagang kaki lima *)


penurunan kinerja jalan b) pasar tradisional
c) pusat perdagangan

15. Dampak lingkungan terhadap jalan a) banjir *)


b) longsor
c) gempa bumi
d) letusan gunung berapi

C. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu

Catatan: Data yang lebih rinci


dapat dilampirkan ……………………………… 20…

Pelaksana Pemantauan

( ………………………….)
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LAMPIRAN 14

LAPORAN PELAKSANAAN RKL DAN RPL

SISTEMATIKA PELAPORAN
Pemrakarsa dalam menyusun laporan pelaksanaan RKL dan RPL mengikuti sistematika sebagai
berikut:

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 IDENTITAS PERUSAHAAN


Tuliskan identitas pemrakarsa dan domisili usaha dan atau kegiatan
Nama Pemrakarsa : …………………………………………
Jenis Badan Hukum : ............................………………
Alamat Pemrakarsa : …………….……………………………
Nomor Telepon : (kode wilayah) ……..……………
Nomor Fax. : (kode wilayah) ……..…………….
e-mail : ………………………………………….
Status kegiatan : .....................….………………….
Bidang usaha dan atau kegiatan : …………...…………………………….
SK AMDAL yang disetujui : ………………………………………….
Penanggung jawab : ………………………………………….
(Nama dan Jabatan)
Izin yang terkait dengan
AMDAL (lampirkan) : …………………………………………

1.2 LOKASI KEGIATAN


Tuliskan secara jelas lokasi usaha dan atau kegiatan (alamat lengkap dan nomor
telepon). Lengkapi dengan peta dan koordinat.

1.3 DESKRIPSI KEGIATAN


Uraikan secara singkat kegiatan dan status pelaksanaan kegiatan tersebut pada saat
pelaporan beserta luasan lahan yang dimanfaatkan. Uraian ini harus dapat menjelaskan
apakah kegiatan tersebut dalam tahap pra-kontruksi, konstruksi, operasi atau pasca
operasi.

1.4 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN SEKITAR


Informasikan secara lengkap dan jelas, apabila terjadi perubahan-perubahan di sekitar
kegiatan selama proyek berlangsung yang kemungkinan dan atau turut mempengaruhi
kegiatan.
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

2.1 PELAKSANAAN
Uraikan secara rinci hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Apabila terdapat rekomendasi terhadap laporan hasil pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan sebelumnya, maka hasil pelaksanaan terhadap rekomendasi tersebut turut
dilaporkan.
Teknik dan metodologi pengelolaan dan pemantauan yang digunakan dalam pelaksanaan
rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup
(RPL) harus dilakukan sesuai dengan teknik dan metodologi standar atau yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam penulisan laporan, harus ada kesesuaian uraian antara dampak yang dikelola
dengan komponen lingkungan yang dipantau. Uraian pelaksanaan pengelolaan dapat
dilakukan per komponen kegiatan dan pelaksanaan pemantauan per komponen
lingkungan.
2.1.1 RKL
• Uraikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai
meliputi: jenis dampak, sumber dampak, tindakan pengelolaan lingkungan
hidup, tolok ukur pengelolaan, lokasi pengelolaan dan periode/ waktu
pengelolaan.
• Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup perlu diuraikan tentang besaran dampak dari masing-masing sumber
dampak. Misalnya untuk menjelaskan pengelolaan dampak penurunan kualitas
udara akibat emisi dari kendaraan perlu diuraikan tentang besaran sumber
dampak (dalam hal ini adalah uraian tentang berapa emisi yang dikeluarkan
dari cerobong) dan uraian tentang besaran dampak yang terjadi di lingkungan
(dalam hal ini informasi hasil pemantauan kualitas udara ambien).
• Lampirkan visualisasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan (misalnya foto-foto,
grafik, tabel, peta lokasi pengelolaan, dsb).
2.1.2 RPL
• Uraikan pelaksanaan pemantauan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai
meliputi: jenis dampak, sumber dampak, lokasi pemantauan, parameter
lingkungan yang dipantau, metode pemantauan, jangka waktu dan frekuensi
pemantauan.
• Lampirkan berbagai hasil pelaksanaan pengukuran, antara lain hasil analisis
dari laboratorium yang terakreditasi atau diakui oleh pemerintah, catatan
tingkat kesehatan masyarakat dan data pelaporan aspek sosial. Lampirkan
juga visualisasi pelaksanaan pemantauan lingkungan (misalnya foto-foto,
grafik, tabel, peta lokasi pemantauan, dsb).

2.2 EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk:
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

• Memudahkan identifikasi penaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup


seperti standar-standar baku mutu lingkungan,
• Mendorong pemrakarsa untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai upaya perbaikan secara menerus (continual improvement),
• Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan suatu kegiatan,
sehingga memudahkan instansi yang melakukan pengendalian dampak lingkungan
dalam penyelesaian permasalahan lingkungan dan perencanaan pengelolaan
lingkungan hidup dalam skala yang lebih besar,
• Mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan hidup oleh pemrakarsa untuk program
penilaian peringkat kinerja.

BAB III
KESIMPULAN

Uraikan dalam bab ini hal-hal penting yang dihasilkan dari pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Dalam bab ini dapat diuraikan pula temuan dan usulan untuk
perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selanjutnya, yaitu:
1. Kesimpulan mengenai efektivitas pengelolaan lingkungan hidup dan kendala-kendala yang
dihadapi;
2. Kesimpulan mengenai kesesuaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan dengan rencana pengelolaan dan pemantauan dalam dokumen
RKL dan RPL.
Dalam hal terdapat usulan perubahan untuk rencana perbaikan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup, maka usulan tersebut harus didasarkan atas data hasil
pemantauan. Usulan tersebut wajib dikomunikasikan untuk mendapatkan persetujuan dari
instansi yang ditugasi mengelola lingkungan hidup.
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

LANJUTAN LAMPIRAN 14

MATRIK PELAKSANAAN PEMANTAUAN RKL


OLEH : PEMRAKARSA
WAKTU PEMERIKSAAN : …………………….

PELAKSANAAN PENGELOLAAN HASIL PELAKSANAAN PENGELOLAAN


HASIL TINDAK
JENIS PERIODE/ LANJUT/
N0. SUMBER TOLOK LOKASI TEKNIS PELAKSANAAN/ KENDALA/
DAMPAK PENGELOLAAN WAKTU REKOMENDASI
DAMPAK UKUR PENGELOLAAN PELAKSANAAN TEMUAN MASALAH
PENTING PENGELOLAAN
LAPANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

MATRIK PELAKSANAAN PEMANTAUAN RPL


OLEH : PEMRAKARSA
WAKTU PEMERIKSAAN : …………………….

HASIL PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
PARAMETER TINDAK LANJUT/
JENIS FREKWENSI/ REKOMENDASI
N0. SUMBER YANG HASIL KENDALA/
DAMPAK LOKASI METODA WAKTU
DAMPAK DIPANTAU DAN PEMANTAUAN MASALAH
PENTING PEMANTAUAN
TOLOK UKUR

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Anda mungkin juga menyukai