Anda di halaman 1dari 3

KESIMPULAN

Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum


operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, sturuktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus atau rencana
pelaksanaan pembelajaran.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah1

A. Komponen KTSP terdiri dari:

1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan.


2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Kalender Pendidikan.
4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

B. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan


memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewewenangan (otonomi)
pada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk:
1
http://www.ajanggurugaul.htm Tgl 15 Oktober 2008
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.2

C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum

Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu


mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang
cukup lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk mempersiapkannya
lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi waktu persiapannya
hampir sama dengankurikulum yang menekankan isi. Meskipun demikian perhatian
harus cukup banyak dipusatkan pada sturuktur konsep yang tidak tampak (covert)
dari pada analisis tujuan yang tampak (overt).
Kurikulum yang menekankan isi sangat mengutamakan peranan desimasi,
meskipun umpamanya kurikulum itu kurang baik, mereka dapat memaksakannya
melalui jalur birokrasi. Tipe kurikulum ini mengikuti model penyebaran (difusi) dari
pusat ke daerah. Sebaliknya penyebaran kurikulum yang menekankan situasi sangat
mementingkan penyiapan unsur-unsur yang terkait (catalyc ingredient).
Pengembangan kurikulumnya bersifat local, individual, dan khas. Dengan demikian
penyebaran kurikulum ini memiliki network yang terpisah, tetapi masing-masing
dapat menyesuaikan diri serta mencari keserasian antara arahan yang bersifat pusat
dengan tuntutan kebutuhan dan sifat-sifat local. Kurikulum yang menekankan
organisasi, strategi penyebarannya sangat mengutamakan latihan guru. Penyebaran
ini lebih merupakan pembaharuan dari dalam dan bukan karena paksaan atau
keharusan dari luar.

2
E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hal. 22
Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum. Perbedaan konsep dan
strategi pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga menimbulkan perbedaan
dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif atau menekankan
pada obyektif sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan
isi. Dalam kurikulum yang menekankan situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat
komparatif, karena konteksnya bukan terhadap guru atau satu tujuan, tetapi terdapat
banyak tujuan. Dengan menggunakan konsep Ralph Taylor atau Benyamin Bloom
mungkin dapat dibuat suatu modifikasi dengan menyusun tujuan yang bersifat
universal yang dapat digunakan pada semua situasi, tetapi tujaun yang bersifat umum
seperti itu akan kabur, dan sukar menyusun alat evaluasinya. Pendekatan yang
bersifat goal free (lebih menekankan penguasaan aktual dan bukan ideal) lebih
memungkinkan, tetapi harus dihindari penjenjangan tujuan sampai pada perumusan
tujuan yang sangat khusus, dengan kriteria yang khusus pula.

D. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas,
tes kemampuan dasar, penilain akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
benchmarking, penilaian program.

Anda mungkin juga menyukai