BAB 4 SOSIALISASI 27
Contoh Soal 30
Latihan Soal 32
B. Definisi Sosiologi
1. Auguste Comte
Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat positif, yaitu mempelajari gejala-
gejala dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang bersifat rasional dan
ilmiah. Definisi menurut Auguste Comte yaitu socius berarti teman dan logos berarti cerita.
Maka sosiologi adalah bercerita tentang teman (masyarakat).
F. Perspektif Sosiologi
Perspektif sosiologi merupakan cara memandang atau memahami suatu fenomena berdasarkan
keyakinan kita. Perspektif sering disebut juga dengan paradigma. Berikut beberapa perspektif
dalam sosiologi, yaitu:
● Perspektif Evolusionis
Perspektif evolusionis memusatkan perhatian pada pola perkembangan dan perubahan
dalam masyarakat yang berbeda. Auguste Comte dan Herbert Spencer adalah tokoh-tokoh
perspektif evolusionis.
● Perspektif Interaksionis
Pusat penekanannya pada interaksi antara individu dan kelompok dengan simbol- simbol.
Simbol-simbol tersebut dapat berupa isyarat, tanda, dan kata-kata. Tokoh dengan
perspektif interaksionis adalah Max Weber dengan pendekatan interaksionisme simbolik.
● Perspektif Fungsionalis
Perspektif ini memandang masyarakat sebagai sebuah jaringan yang terorganisasi dan
mempunyai tujuan ditaati oleh anggotanya. Tokoh dengan perspektif fungsionalis adalah
Emile Durkheim dengan pendekatan struktural fungsional.
H. Peran Sosiolog
● Ahli Riset
Dalam hal ini, para sosiolog melakukan riset ilmiah dan membuat laporan ilmiah. Data
yang diperoleh menjadi acuan dalam mengambil kebijakan tentang masalah sosial di
masyarakat.
● Konsultan Kebijakan
Kebijakan sosial merupakan suatu ramalan. Dengan kebijakan ini, suatu persoalan dapat
diambil sebuah kebijakan dengan harapan masalah yang muncul dapat ditekan seminimal
mungkin.
Nilai Sosial
A. Definsi Nilai Sosial
● Menurut Robert MZ. Lawang, nilai sosial merupakan gambaran mengenai apa yang
diinginkan berharga, pantas, dan bisa memengaruhi perilaku seseorang.
● Menurut Soerjono Soekanto, nilai sosial adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
B. Jenis-jenis Nilai Sosial
1. Menurut Prof. Notonegoro
● Nilai material: Sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia, kebutuhan dasar
manusia.
● Nilai vital: Alat untuk mendapatkan sesuatu yang berguna bagi manusia dalam
melaksanakan aktivitas
● Nilai kerohanian: Segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Terdiri dari
nilai kebenaran (sesuatu yang dianggap benar; bersumber dari akal manusia; cipta),
nilai keindahan (nilai estetika yang bersumber pada perasaan manusia), nilai
kebaikan (nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia; karsa), dan
nilai religi (kepercayaan kepada Tuhan; bersumber pada wahyu Tuhan; revelasi).
2. Berdasarkan ciri-cirinya
● Nilai Dominan: Nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya.
Ukuran penting tidaknya nilai didasarkan banyaknya orang yang menganut nilai
tersebut, berapa lama nilai itu dipakai, dan kebanggaan orang yang melakukan nilai
itu.
● Nilai mendarah daging (Internalized value): Nilai yang telah menjadi kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir dan
jika nilai ini tidak dilakukan akan merasa bersalah.
Norma Sosial
A. Pengertian Norma Sosial
Norma merupakan kumpulan aturan yang meliputi perintah atau larangan yang disepakati
bersama di lingkungan masyarakat, bersifat nyata, tegas, dan jelas. Terbentuknya norma didasari
oleh kebutuhan untuk menciptakan hubungan yang serasi, harmonis, dan selaras di antara warga
masyarakat.
E. Konsep Alienasi
Alienasi/keterasingan merupakan kondisi ketiak individu merasa terpisah dari masyarakat
dan kebudayaannya sehingga nilai dan norma sosial tidak lagi memberikan makna kepada individu
tersebut. Menurut Karl Marx, alienasi berarti suatu keadaan manusia yang dikuasai oleh kekuatan
oleh dirinya sendiri. Akibatnya, individu tersebut terhalangi untuk menjadi manusia seutuhnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alienasi antara lain:
● Norma sosial yang melemah
● Kehilangan makna hidup
● Faktor lingkungan/pergaulan terkait dengan kepribadian dan perilaku sosial
● Faktor keluarga (sistem keluarga, konflik, misedukasi)
A. Definisi Sosialisasi
Menurut Koentjaningrat, sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak
masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri
dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
Menurut Peter L. Berger, sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
B. Fungsi Sosialisasi
● Membentuk pola perilaku individu berdasarkan kaidah nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
● Menjaga keteraturan dalam masyarakat.
● Menjaga integrasi masyarakat.
C. Bentuk Sosialisasi
Sosialisasi terwujud dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
● Sosialisasi primer, yaitu tahap sosialisasi pertama yang diterima oleh individu dalam
lingkungan keluarga.
● Sosialisasi sekunder, terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja,
dan media massa. Bentuk sosialisasi sekunder:
a. Resosialisasi: Pemberian status baru. Misalnya, kegiatan OSPEK sebagai tanda
telah menjadi mahasiswa.
b. Desosialisasi: Pencabutan status yang dimilikinya. Misalnya, seorang tahanan
sebelum dikembalikan ke masyarakat, ia akan mendapat aneka pelatihan di dalam
lapas.
c. Total institutions: tempat individu terputus dari dunia luar dalam waktu tertentu
secara formal demi tercapainya resosialisasi. Contohnya adalah rumah tahanan,
rumah sakit jiwa dan lembaga pendidikan militer.
D. Tahapan Sosialisasi
1. Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead
1) Preparatory stage: anak memperhatikan dan meniru, tetapi belum secara
sempurna.
2) Play stage: anak menirukan peran oleh orang lain yang sering berinteraksi
dengannya tanpa memahami isi peran tersebut. Peniruan yang dilakukan sudah
lebih sempurna, anak menyadari keberadaan dirinya dan orang-orang terdekatnya.
3) Game stage: anak sudah mulai mengetahui peran orang lain yang berinteraksi
dengannya dan perannya sendiri dalam keluarga dan masyarakat. Anak mulai
menyadari peraturan yang berlaku.
4) Generalized others: mampu berinteraksi dengan orang lain karena sudah
memahami perannya dan peran orang lain dalam masyarakat. Anak sudah mencapai
proses pendewasaan dan mengetahui dengan jelas mengenai kehidupan
bermasyarakat.
2. Teori looking glass self Charles H. Cooley
Cooley berpendapat konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi orang tersebut
dengan orang lain. Konsep ini disebut looking glass self. Pada tahap pertama (tahap
E. Agen Sosialisasi
● Keluarga: pihak pertama yang melakukan sosialisasi khususnya pada tahap awal.
● Teman bermain: pihak ini biasanya berperan saat seseorang memasuki game stage.
● Sekolah: pihak ini mengajarkan hal-hal secara objektif.
● Media massa: pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan
khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial.
Perilaku Menyimpang
A. Definisi Perilaku Menyimpang
Penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap tercela dan di luar
batas toleransi (Zanden: 1979). Penyimpangan sosial adalah perilaku individu/kelompok yang
tidak melakukan hal yang dianggap seharusnya. Hal itu bukan dibawa dari lahir namun merupakan
hasil dari kebudayaan yang diperkenalkan pada proses sosialisasi itulah sebabnya yang dianggap
menyimpang di suatu wilayah belum tentu menyimpang di wilayah lain.
C. Teori Penyimpangan
● Teori Differential Association (sub kebudayaan menyimpang) oleh Edwin H. Sutherland
menyebutkan penyimpangan bersumber dari pergaulan yang berbeda dan dipelajari
melalui proses alih budaya. Jadi, seseorang menyimpang bukan karena dia terlahir
menyimpang atau dibesarkan dalam keluarga menyimpang, tetapi pada proses
perkembangan kehidupannya, ia mengalami penyimpangan karena mungkin saja dia
berteman dengan teman-teman yang menyimpang.
D. Jenis-jenis Penyimpangan
● Tindakan nonconfirm, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku individu tidak sesuai
dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
● Sikap antisosial, yaitu sikap yang melawan norma kebiasaan dan bertentangan dengan
kepentingan umum.
● Tindakan kriminal, yaitu tindakan menyimpang yang secara nyata melanggar aturan-aturan
hukum tertulis.
Pengendalian Sosial
A. Definisi Pengendalian Sosial
Dalam hidup bermasyarakat, kita semua memiliki paksaan dari luar yang memberikan
pengendalian terhadap individu tertentu (Durkheim:1965). Hal inilah yang melatarbelakangi
definisi pengendalian sosial oleh Berger (1978) sebagai berbagai cara yang digunakan masyarakat
untuk menertibkan anggota yang membangkang.
Konsep berikutnya yang muncul lahir pada 1965 oleh Roucek yang menemukan
bahwa pengendalian sosial baru dikenal sejak adanya Small dan Vincent pada 1894 dimana
disebutkan pengendalian sosial adalah kumpulan peraturan memproses kesengajaan dan
ketidaksengajaan individu yang digunakan untuk mengatur tata cara dan nilai hidup kelompok.
Konflik Sosial
A. Definisi Konflik Sosial
Menurut John L. Gillin dan J. P. Gilli, konflik sosial merupakan bagian dari proses interaksi sosial
manusia yang saling berlawanan, terjadi karena adanya perbedaan fisik, emosi, perilaku, dan
kebudayaan.
E. Kekerasan
Secara sosiologis kekerasan umumnya terjadi saat individu atau kelompok yang
berinteraksi mengabaikan norma-norma dan nilai sosial dalam mencapai tujuan masing- masing.
Akibatnya terjadilah konflik yang bermuara kekerasan. Menurut Thomas Santoso, terdapat 3 teori
tentang kekerasan, yaitu :
a. Teori Kekerasan sebagai Tindakan Aktor (Individu) atau Kelompok
Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau
fisiologis.
b. Teori Kekerasan Struktural
Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem
sosial. Para ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok
semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.
c. Teori Kekerasan sebagai Kaitan antara Aktor dan Struktural
Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan yang diidentifikasikan, yaitu:
● Kekerasan terbuka (yang dapat dilihat)
● Kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
● Kekerasan agresif (dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
● Kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri). Salah satu
bentuk kekerasan kolektif yang akhir-akhir ini terjadi adalah terorisme.
Dari bagan tersebut, terjadi peralihan status sosial melalui mobilitas ...
a. Antargenerasi horizontal
b. Antargenerasi naik
c. Intragenerasi naik
d. Intragenerasi turun
e. Intragenerasi vertikal
Kelompok Sosial
A. Definisi Kelompok Sosial
● Menurut Soerjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena
adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
● Menurut Paul B. Horton & Chester L. Hunt
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan
keanggotaannya dan saling berinteraksi.
Masyarakat Multikultural
A. Definisi Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari
beraneka ragam kebudayaan. Kata “masyarakat multikultural” disusun oleh tiga kata utama,
masyarakat, multi, dan kultural. Masyarakat artinya kumpulan manusia yang hidup dalam satu
kesatuan dan berinteraksi menurut sistem adat istiadat dalam suatu daerah untuk waktu tertentu,
multi berarti beranekaragam atau banyak, dan kultural berarti budaya. Jadi, masyarakat
multikultural adalah suatu masyarakat yang hidup dalam suatu tempat dengan beberapa
kebudayaan yang berbeda. Masyarakat multikultural biasanya menganut paham multikulturalisme,
yaitu anggapan bahwa setiap budaya memiliki kedudukan yang sederajat dan kelebihannya
tersendiri.
B. Jenis-jenis Penelitian
1. Ditinjau dari tujuannya
● Penelitian Eksploratif → Bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab suatu hal
● Penelitian Developmental → Bertujuan mendapatkan metode terbaik dengan
mencoba beberapa metode
● Penelitian Verifikatif → Bertujuan mengecek kebenaran dari penelitian
sebelumnya atau penelitian yang mencoba menguji suatu teori atau hipotesis
2. Ditinjau dari tempatnya
● Penelitian lapangan
● Penelitian laboratorium
● Penelitian kepustakaan
3. Berdasarkan metodenya
● Penelitian Kualitatif
Lebih mementingkan narasi atau kata, berakhir dengan hipotesis (induktif), peneliti
berperan sebagai instrumen utama. Data diperoleh melalui wawancara atau
observasi.
Jenis-jenis penelitian kualitatif:
1) Fenomenologi
2) Deskriptif