Nim : F1C321013
Prodi : Fisika
Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yang saat ini masih banyak digunakan.
Secara umum, batubara digunakan sebagai bahan bakar alternatif pada industri, terutama industri
dengan skala besar yang memerlukan sumber daya yang terjangkau.
Dalam pengertiannya, bahan bakar fosil yang satu ini merupakan batuan sedimen yang
terbentuk dari endapan organik. Penyusun utama endapan tersebut adalah sisa-sisa tumbuhan yang
kemudian terbentuk melalui proses panjang. Unsur utama penyusun batubara adalah karbon, oksigen
dan hidrogen. Unsur inilah yang membuat batubara bisa diandalkan sebagai sumber energi. Meskipun
bisa digunakan menjadi sumber energi alternatif yang terjangkau, batubara sendiri memiliki beberapa
macam jenis yang berbeda. Adapun perbedaan jenis batubara dipengaruhi oleh kualitasnya.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan kualitas dari batubara adalah merujuk pada
Standar Nasional Indonesia. Dalam hal ini, sesuai dengan standar yang dibakukan, batubara dengan
indikator SNI dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. BROWN COAL
Brown coal atau batubara energi rendah adalah jenis batubara pertama yang disebut
SNI. Seperti namanya, jenis batubara ini memiliki peringkat yang rendah dan memiliki
karakteristik cenderung lunak, rapuh, serta mengandung kadar air yang cukup tinggi.
Selain itu, brown coal terdiri atas batubara energi rendah lunak serta batubara lignite
yang memperlihatkan struktur kayu. Dilihat dari jumlah kalori, brown coal memiliki nilai
kalori <7000 per gram dalam bentuk dry-ASTM.
2. HARD COAL
Jenis batubara lain menurut SNI adalah hard coal atau batubara energi tinggi. Dalam
hal ini, semua jenis batubara yang memiliki peringkat lebih tinggi dari brown coal yang
memiliki karakteristik kompak, lebih keras, dan memiliki kadar air yang relatif rendah
termasuk dalam kategori hard coal.
Karakteristik lain dari hard coal diantaranya adalah struktur kayu sudah tidak
kelihatan lagi dan relatif tahan terhadap kerusakan fisik yang muncul karena penanganannya.
Jika dilihat dari nilai kalori, maka hard coal memiliki kalori >7000 per gram dalam bentuk
dry-ASTM.
JENIS DAN KUALITAS BATUBARA MENURUT ASTM
ASTM atau American Society for Testing and Materials membagi jenis dan kualitas batubara
dengan lebih banyak poin. Adapun beberapa jenis dan kualitas batubara menurut ASTM diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. RANK ANTHRACITIC
Jenis batubara yang berkualitas baik disebut rank anthracitic dalam standard yang
digunakan oleh ASTM. Rank batubara ini dianggap memiliki kualitas yang paling baik karena
memiliki persentase fixed carbon sebesar 86% hingga 98%. Batubara yang masuk dalam rank
anthracitic terdiri dari beberapa grup yang berbeda, yaitu:
Meta – anthracite
Meta – anthracite adalah grup batubara rank anthracite yang memiliki kualitas dan
mutu yang paling baik. Jenis batubara ini memiliki kandungan fixed carbon hingga
98%.
Anthracite
Anthracite adalah grup batubara dalam anthracite yang memiliki kualitas cukup baik.
Jenis batubara ini memiliki kandungan fixed carbon dengan persentase sekitar >92%
hingga <98%.
Semi – anthracite
Semi – anthracite merupakan grup batubara dalam rank anthracite yang memiliki
kualitas kurang baik. Jenis batubara semi – anthracite mengandung fixed carbon
dengan persentase sekitar >86% hingga <92%.
Ketiga jenis batubara di atas adalah ragam jenis batubara yang termasuk dalam rank
anthracite. Masing-masing jenis batubara memiliki kandungan fixed carbon yang berbeda dan
berpengaruh pada kualitasnya.
2. RANK BITUMINOUS
Jenis batubara lain dalam standard yang digunakan ASTM adalah rank bituminous.
Secara singkat, batubara yang berada dalam rank bituminous ini memiliki persentase fixed
carbon sekitar <69% hingga <86%. Juga, kandungan volatile matter dalam batubara adalah
sekitar >32% hingga <22%. Batubara rank bituminous terdiri atas beberapa grup, yaitu:
Low – volatile bituminous merupakan batubara yang masuk dalam rank bituminous
dengan memiliki kandungan fixed carbon sekitar >78% hingga <86%.
Medium – volatile bituminous merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang
memiliki kandungan fixed carbon sebesar >69% hingga 78%.
rank A memiliki persentase fixed carbon <69%, volatile matter >31%, dan
nilai kalori >14000 BTU/lb dalam keadaan dry.
rank B memiliki nilai kalori >13000 BTU/lb hingga <14000 BTU/lb dalam
keadaan dry.
rank C nilai kalori >11500 BTU/lb hingga 13000 BTU/lb dalam keadaan dry.
Demikian beberapa ulasan tentang macam dan jenis batubara yang perlu diketahui.
Sebenarnya, ada satu lagi jenis rank batubara, yaitu rank lignite yang merupakan batubara
dengan kualitas paling rendah.
Berdasarkan Europastandar Kualitas batu bara terdiri dari beberapa parameter, yaitu Total
Mouisture (TM), Inherent Moisuter (IM), Fixed Carbon (FC), Ash, Volatile Matter (VM), Total
Sulfur (TS) dan Calorie Value (CV). Pada umumnya, terdapat 2 metode analisa yang digunakan untuk
mengetahui kualitas batu bara yaitu air-dried based (adb) dan as received (ar). Analisa air-dried base
(adb) adalah analisa conto batu bara yang dilakukan dalam keadaan kelembaban udara sekitarnya.
Conto batu bara akan didiamkan beberapa waktu sehingga kandungan moisture berkurang. Sedangkan
analisa as recievied (ar) adalah analisa contoh batu bara yang langsung dilakukan ketika contoh
tersebut diterima di laboratorium sehingga kandungan moisture saat pengambilan conto batu bara
sangat berpengaruh terhadap nilai kualitas.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk
menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi
kembali sesuai peruntukannya.
Kegiatan pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah berakhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan
fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.
Hal tersebut diatur dalam Pasal 101 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Reklamasi dan
Pascatambang; Kewajiban perusahaan
ii. Pascatambang wajib dilaksanakan untuk memulihkan fungsi lingkungan menurut kondisi
lokal di seluruh wilayah penambangan.
Prinsip-prinsip :
a. Pemegang IUP atau Pemegang IUPK dalam melaksanakan reklamasi dan pascatambang
wajib memenuhi prinsip-prinsip lingkungan hidup pertambangan, keselamatan dan kesehatan
kerja, serta konservasi mineral dan batubara.
1) Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta
udara;
3) Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas
tambang serta
1) Penambangan yang optimum dan penggunaan teknologi pengolahan yang efektif dan
efisien;