Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SOPPENG


MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 SOPPENG
JL. LATAPPARENG NO. 214 TELP. (0484) 2511520 BATU-BATU 90852
Email : man_marioriawa@yahoo.co.id.

FENOMENA BELANJA DAN BELAJAR ONLINE DITENGAH PANDEMI


Oleh : Nurhalizah (MAN 2 Soppeng)

Seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir menjadi berbeda dengan tahun-
tahun sebelumnya. Covid-19 melanda duni dimulai pada akhir tahun 2019 lalu
nampaknya belum ada tanda-tanda akan berakhir. Bagaimana tidak, varian baru
virus corona terus bermunculan mulai dari delta hingga omicron. Negara
Indonesia sebagai sebuah negara dengan urutan terbesar keempat didunia, cukup
merasakan gejolak dan dampak yang diakibatkan oleh merebaknya covid-19.
Berbagai sektor harus mengadaptasikan kebiasaan baru guna menghadapi dampak
yang diakibatkan oleh pandemi yang berkepanjangan.

Belajar Online

Dalam dunia pendidikan, peran tekhnologi ditengah pandemi adalah


keniscayaan. Arah pendidikan kedepan sebenarnya sudah jauh hari telah
mengisyaratkan adanya proses pembelajaran dengan menggunakan platform
tekhnologi. Aktivitas belajar jarak jauh juga dari dulu sudah ada dengan berbagai
model dan tekhnik tatap muka yang beraneka ragam dengan memanfaatkan
tekhnologi yang ada. Merebaknya covid-19 akhirnya menjadi lokomotif baru
penggunaan tekhnologi secara massif dalam dunia pendidikan. Belajar daring
yang dicetuskan oleh Pemerintah melalui Menteri Pendidikan yang telah
mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 dan diteken
pada tanggal 24 Maret 2020. Salah satu poin mendasar pada isi surat tersebut ialah
dimana para guru dan murid diminta untuk melaksanakan pembelajaran
daring/jarak jauh dari rumah. Pembelajaran ini dilaksanakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan
(dikutip dari CNBC News).
Proses transisi pembelajaran yang begitu cepat ini adalah suatu tantangan
yang harus dijawab. Arnold J Toynbee menyebutnya challenge and respon. Salah
satu tantangan paling nyata yang dihadapi oleh tenaga pengajar ialah masih
banyaknya guru-guru yang “gaptek” alias gagap tekhnologi, terutama yang
menimpa banyak guru-guru yang usia tua. Banyak guru denga usia tua terkesan
pasrah dengan kemampuannya sehingga tidak lagi mau untuk mengupdate ilmu
yang ia miliki. Hal ini tentunya menjadi masalah, mengingat pembelajaran dari
rumah tentunya menggunakan perangkat aplikasi virtual yang cenderung sulit
digunakan. Pembalajaran daring yang yang menjadi harapan ditengah pandemi
pada akhirnya tidak bisa dilaksanakan di beberapa subject yang kebetulan
diampuh oleh “guru tua” tadi.

Persolan lain yang juga muncul ialah menyangkut keterjangkauan sinyal


dan jaringan. Banyak guru dan siswa yang tinggal dipedalaman tidak dapat
mengakses jaringan internet. Banyak siswa yang tinggal di pedalaman dan cukup
jauh dari akses jaringan juga harus pasrah dengan keadaannya sebab keluar rumah
pada masa pandemi juga tak dianjurkan. Tidak menutup kemungkinan banyak
diantara mereka yang sangat ingin melaksanakan pembelajaran daring secara
virtual, namun oleh karena kendala akses jaringan, akhirnya mereka hanya
mampu untuk belajar mandiri dirumah dengan tuntunan orang tua. Sangat
bersyukur, jika para orang tua mereka juga memiliki kesadaran pendidikan yang
tinggi. Hanya saja pada umumnya, banyak orang tua yang tinggal dipedalaman
memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh tani, sehingga waktu mereka banyak
habis untuk bekerja disawah. Jika mereka (baca petani) pulang kerumah pada
waktu petang, maka biasanya aktivitas dirumah diisi dengan kegiatan beristirahat,
sehingga tidak memiliki waktu untuk membimbing anak-anak mereka belajar
dirumah.

Berbeda dengan mereka yang tinggal dipedalaman. Para siswa yang


tinggal dikota dengan akses jaringan yang cukup ternyata diperhadapkan pada
masalah lain. Beberapa orang tua mereka yang terdampak covid-19 tentunya
berakibat pada berkurangnya finansial mereka. Para siswa tidak mampu membeli
kuota internet secara terus menerus untuk mengikuti semua proses pembelajaran
daring dirumah. Apalagi jika harus menggunakan alplikasi yang berat.
Permasalahan ini sudah ditangkap oleh menteri pendidikan, misalnya dengan
memberikan kewenangan penggunaan Dana Bos untuk pembelian paket kuota
kepada siswa. Namun setelah melihat realitas yang ada, ternyata dana yang
dberikan juga tidak cukup untuk membeli kuota atau bahkan tidak semua siswa
bisa merasakan jatah kuota gratis dari pemerintah.

Belanja Online

Selain pendidikan, sektor yang paling merasakan dampak dari adanya


covid-19 ini ialah sektor ekonomi. Praktek jual beli online kini menjadi trend baru
dimasyarakat. Sebelum covid-19 menyerang, praktek jual beli online sebenarnya
sudah mulai bermunculan dalam dunia bisnis tanah air. Namun kemudian menjadi
besar dan seolah menjadi kebutuhan saat covid-19 melanda negeri, Bagaimana
tidak, adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang
ditetapkan pemerintah mengharuskan masyarakat untuk mengurangi kegiatan dan
aktivitas diluar rumah termasuk aktivitas jual beli dipasar. Hal ini sejalan pula
dengan himbauan WHO ( World Health Organization) yang mengarahkan
masyarakat untuk menerapkan cantactles payment. Kebijalan ini berkenaan
dengan cara pengurangan kontak pembayaran tunai dengan menggunakan
transaksi elektornik pada aplikasi belanja online, sehingga belanja online menjadi
alternatif konsumen untuk mengurangi kontak langsung saat melakukan transaksi.

Dari sinilah kemudian lahir adaptasi baru dari masyarakat dengan


memanfaatkan berbagai media belanja online yang ada. Media belanja online
menjadi trend baru yang cukup digemari masyarakat hari ini. Fenomena ini
dimanfaatkan betul oleh para pelaku usaha kecil dan menengah dengan
mengalihkan jualan mereka dari pasar ke media jual beli online. Hal ini nampak
mempengaruhi suasana pasar dan mall di kota-kota besar. Jika dulu sebelum
pandemi, pasar selalu ramai oleh pembeli dan penjual. Kini, pasar menjadi sepi
oleh karena beralihnhya masyarakat ke aktivitas jual beli online.
Begitu banyak media belanja online yang kini dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat. Di tanah air sendiri terdapat Shopee, Tokopedia, Lazada
dan beberapa media lain yang menawarkan layanan mudah dan praktis. Dilevel
bawah, pelaku usaha kecil-menengah juga banyak menawarkan barang dengan
menggunakan akun media sosial pribadi melalui tayangan live. Tayangan yang
disajikan tidak begitu berbeda dengan cara jual beli konvensional dipasar. Para
penjual menjajakan barang dagangannya lewat beranda media sosial mereka,
hanya saja interakasi yang digunakan tidak secara langsung.

Belajar dan belanja online nampaknya akan terus menjadi sesuatu yang
lumrah dimasyarakat. Tidak hanya pada tataran elit, tetapi juga sudah menjangkau
sampai ke masyarakat akar rumput. Mengingat perkembangan pandemi covid-19
yang sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan
banyak pengamat menilai bahwa trend belajar dan belanja online ini akan menjadi
gaya dan adaptasi baru masyarakat meski pandemi telah berakhir.
Daftar Pustaka

Iriawan, I. (2013). Teori-teori Sosial dalam tiga paradigm : Fakta Sosial, Defenisi
Sosial, dan Perilaku Sosial. Perenada Media Grup.

Meirin Rahma Dira. (2021). Fenomena Online Buying Behavior Dalam Pandemi
Covid-19 (Studi Interaksi Simbolik Pada Generasi Milenial. Jurnal
Sains dan Humaniora. Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai