Anda di halaman 1dari 4

Anggota Kelompok :

I Wayan Bayu Hernanda Juniawan (31)

I Putu Dedi Ananta (29)

I Kadek Angga Kurniawan (18)

I Kadek Widya Pranata (21)

KERUSUHAN POSO

Kerusuhan Poso atau konflik komunal Poso, adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Peristiwa ini awalnya bermula dari bentrokan kecil
antarkelompok pemuda sebelum berkembang menjadi kerusuhan bernuansa agama. Beberapa faktor
berkontribusi terhadap pecahnya kekerasan, termasuk persaingan ekonomi antara penduduk asli Poso
yang mayoritas beragama Kristen dengan para pendatang seperti pedagang-pedagang Bugis dan
transmigran dari Jawa yang memeluk Islam, ketidakstabilan politik dan ekonomi menyusul jatuhnya
Orde Baru, persaingan antarpejabat pemerintah daerah mengenai posisi birokrasi, dan pembagian
kekuasaan tingkat kabupaten antara pihak Kristen dan Islam yang tidak seimbang. Situasi dan kondisi
yang tidak stabil, dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah, menciptakan lingkungan yang
menjanjikan untuk terjadinya kekerasan.

Kerusuhan ini umumnya terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama berlangsung pada bulan
Desember 1998, kemudian berlanjut ke tahap kedua yang terjadi pada bulan April 2000, dan yang
terbesar terjadi pada bulan Mei hingga Juni 2000. Tahap pertama dan kedua berawal dari serangkaian
bentrokan antara kelompok pemuda Islam dan Kristen. Tahap ketiga yang terjadi pada bulan Mei 2000,
secara luas dianggap sebagai periode kekerasan terburuk dalam hal kerusakan dan jumlah korban.
Tahap tersebut merupakan ajang balas dendam oleh pihak Kristen setelah dua tahap sebelumnya yang
sebagian besar didominasi oleh serangan dari pihak Muslim, dan berlangsung sampai bulan Juli 2000.
Tahap ketiga ini memuncak dalam sebuah peristiwa pembantaian di sebuah pesantren yang terjadi di
Desa Sintuwulemba yang mayoritas penduduknya Islam. Dalam tahap ketiga ini, ratusan orang jatuh
menjadi korban, umumnya dari pihak Muslim.

Pada tanggal 20 Desember 2001, Deklarasi Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang
bertikai di Malino, Sulawesi Selatan, dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla. Meski dampaknya tidak begitu
terlihat, kesepakatan tersebut sedikitnya mampu mengurangi kekerasan frontal secara bertahap, dan
angka kriminal mulai menurun dalam kurun waktu beberapa tahun sesudah kerusuhan.
LATAR BELAKANG

Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi yang didominasi dataran tinggi, yang terletak di antara wilayah
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara di pulau Sulawesi. Poso adalah salah satu dari delapan kabupaten
—kabupaten lain baru berdiri setelah tahun 2002— di provinsi ini. Ibu kota kabupaten Poso (kota Poso)
terletak di teluk, sekitar enam jam perjalanan sebelah tenggara dari ibu kota provinsi Palu. Kabupaten
Poso memiliki populasi mayoritas Muslim di kota dan desa-desa pesisir, dan masyarakat adat mayoritas
Kristen di dataran tinggi. Selain penduduk Muslim asli, ada banyak pendatang dari Sulawesi Selatan,
terutama suku Bugis, dan juga dari daerah Gorontalo di utara. Tradisi panjang pedagang Arab yang
menetap di wilayah ini sudah lama terjadi, dan keturunan mereka memainkan peran penting dalam
lembaga-lembaga keagamaan dan pendidikan Islam. Kabupaten ini juga merupakan sasaran program
transmigrasi pemerintah, yang memindahkan warga dari daerah padat penduduk, seperti pulau-pulau
yang didominasi Muslim termasuk Jawa dan Lombok, dan juga pulau mayoritas Hindu seperti Bali.
Warga Muslim Poso terdiri dari masyarakat adat, transmigran resmi, dan para imigran ekonomi dari
berbagai etnis. Banyak imigran yang telah menetap di kabupaten ini selama beberapa dekade. Pada
akhir tahun 1990-an, penduduk Muslim menjadi mayoritas di Poso dengan angka di atas 60 persen.
Kelompok etno-linguistik yang meliputi Pamona, Mori, Napu, Besoa dan Bada mendiami pedalaman dan
dataran tinggi kabupaten. Banyak dari kelompok suku ini, dulunya berbentuk kerajaan dan memiliki
sejarah perang antar suku. Kegiatan misionaris Belanda dimulai pada pergantian abad ke-20. Kota
Tentena merupakan pusat ekonomi dan religius untuk warga Kristen Poso, dan merupakan pusat dari
Gereja Kristen Sulawesi Tengah. Kota kecil ini terletak di sebelah utara Danau Poso di kecamatan
Pamona Puselemba, salah satu dari beberapa kecamatan dengan mayoritas etnis Pamona. Meskipun
konflik pada awalnya berpusat pada ketegangan antara pendatang Bugis beragama Muslim dan etnis
Pamona yang mayoritas Kristen, banyak kelompok lain yang ditarik melalui ikatan etnis, budaya, atau
ekonomi mereka.

PIHAK YANG TERLIBAT

Dalam kekerasan dan kerusuhan yang terjadi antara masyarakat Kristen dan Islam di ibu kota Poso,
kedua belah pihak didukung oleh massa seiman dari luar kota. Masyarakat Muslim dibantu oleh orang-
orang yang berasal dari Ampana yang termasuk wilayah Tojo Una-Una dan terletak di sebelah timur laut
kota Poso, dan Parigi yang berada di sebelah barat Kabupaten Poso. Di sisi lain, masyarakat Kristen
dibantu oleh orang-orang Lage dari desa-desa seperti Sepe dan Silanca di Kecamatan Lage, sebelah
tenggara ibu kota Poso.

ISLAM

Milisi yang datang dari luar Poso dan Palu yang sudah berada di Poso pada akhir tahun 2001 meliputi:

Jemaah Islamiyah, dengan dukungan dari dan dipimpin oleh Dr. Azahari dan Noordin M. Top, dua orang
gembong teroris asal Malaysia.
Mujahidin KOMPAK

Laskar Jundullah, dipimpin oleh Agus Dwikarna dengan markas lokal di Pendolo, Pamona Selatan.

Laskar Wahdah Islamiyah, sebuah kelompok yang berbasis di Makassar dan berafiliasi dengan Wahdah
Islamiyah dan dipimpin oleh Zaitun Rusmin.

Laskar Bulan Sabit Merah, dipimpin oleh seorang tokoh Darul Islam dari Jawa Barat dan menjalin
hubungan erat dengan Laskar Jundullah.

Laskar Jihad, dengan pemimpin lokal Mohamed Harits dan Abu Ibrahim, dan dikirim ke Poso sekitar
bulan Juli tahun 2001.

Laskar Khalid bin Walid, sebuah milisi kecil yang berasosiasi dengan Partai Keadilan dan dipimpin oleh
Sugianto Kaimudin.

Milisi dan organisasi lokal yang berpihak pada Muslim meliputi:

Forum Perjuangan Ummat Islam, dipimpin oleh Adnan Arsal dan merupakan organisasi dimana banyak
anggota Jundullah direkrut.

Majelis Dzikir Nurkhaerat Poso, dipimpin oleh Habib Saleh al-Idrus.

Gerakan Anak Monginsidi, dipimpin oleh Mohammed Dong.

Anak Tanah Runtuh, sebuah milisi kecil yang dipimpin oleh Adnan Arsal dan berbasis di kelurahan
Gebangrejo, Poso Kota.

Brigade Pemuda Hisbullah Sulteng, sebuah pasukan kecil yang berkaitan dengan cabang lokal dari Partai
Bulan Bintang.

KRISTEN

Berbeda dengan milisi Islam, milisi Kristen sedikit sulit untuk diidentifikasi. Salah satu di antara beberapa
kelompok milisi yang berhasil diidentifikasi adalah Brigade Manguni. Milisi ini berpusat di Manado,
Sulawesi Utara dengan jumlah personel sekitar 700 orang. Dalam kerusuhan Poso, pasukan ini diduga
berbasis di daerah Sepe dan Silanca, Lage. Brigade Manguni memiliki divisi di masing-masing daerah
yang membawahi cabang satuan. Pada fase ketiga yang berlangsung pada bulan Mei 2000, muncul milisi
dengan nama Laskar Kristus. Kelompok ini disebut-sebut terdiri dari tiga kelompok, yaitu pasukan
Macan, pasukan Kelelawar, dan pasukan kipas (sisiru).

Kelompok lain yang terorganisir oleh warga Kristen di Poso adalah Angkatan Muda Sintuwu Maroso
(ANSIMAR). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari para kaum muda terpelajar di kota Poso. Para
anggota ANSIMAR sebagian besar terdiri dari warga kelurahan Lombogia. Rumah-rumah mereka dibakar
massa Islam saat fase kedua kerusuhan yang terjadi bulan April tahun 2000, sehingga sebagian besar
dari mereka terpaksa mengungsi ke Tentena. Mereka tidak berpartisipasi dalam bentrokan fisik,
melainkan lebih kepada upaya untuk mencari penyelesaian konflik.

Anda mungkin juga menyukai