Disusun Oleh:
Kelompok 7A
Dosen Pengampu :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Besar yang berjudul “Perencanaan Jalur Kereta Api Baru (Studi Kasus :
Kertapati – Payakabung)” dengan lancar.
i
11. Semua pihak yang penulis sebutkan baik secara langsung maupun tidak.
Semoga tugas besar ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Jika ada kesalahan maupun kekurangan
Kami memohon maaf, akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.2. Perhitungan Beban Tonase Untuk Kereta Penumpang ........ 27
3.1.3. Perhitungan Beban Tonase Kereta Api Total Per Hari ........ 28
3.1.4. Perhitungan Beban Tonase Kereta Api Total Per Tahun ..... 28
3.2. Penentuan Kelas Jalan Rel ............................................................... 29
3.3. Penentuan Kelas Stasiun .................................................................. 29
BAB IV PERANCANGAN ALINYEMEN JALAN REL ............................... 34
4.1. Perancangan Alinyemen Jalan Rel .................................................. 34
4.1.1. Perhitungan Titik Penting dan Perhitungan Koordinat ........ 34
4.1.2. Perencanaan Alinyemen Horizontal..................................... 35
4.1.3. Perencanaan Alinyemen Vertikal......................................... 41
BAB V PERANCANGAN KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL .......... 44
5.1. Perhitungan Dimensi Rel ................................................................. 44
5.2. Analisis Tebal Bantalan ................................................................... 45
5.3. Balas................................................................................................. 46
5.4. Sub Balas ......................................................................................... 47
BAB VI PERANCANGAN EMPLASEMEN JALAN REL ........................... 49
6.1. Karakteristik Emlpasemen Stasiun .................................................. 49
6.1.1. Emplasemen Stasiun Kecil................................................... 49
6.1.2. Emplasemen Stasiun Sedang ............................................... 49
6.1.3. Emplasemen Stasiun Besar .................................................. 50
6.1.4. Emplasemen Stasiun Barang ................................................ 50
6.1.5. Emplasemen Stasiun Langsir ............................................... 51
6.2. Perancangan Jalan Rel Pada Emplasemen ....................................... 51
6.2.1. Perhitungan Panjang Emplasemen (Siding Track)............... 51
6.2.2. Perancangan Wesel .............................................................. 52
6.2.2.1. Komponen Wesel ................................................... 53
6.2.2.2. Bagan Wesel .......................................................... 54
6.2.2.3. Nomor Wesel dan Kecepatan Izinnya.................... 54
6.2.3. Perancangan Peron ............................................................... 55
6.2.3.1. Persyaratan Teknis Peron ....................................... 56
BAB VII PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN ............................... 58
7.1. Stasionering Elevasi Permukaan Tanah Asli ................................... 58
iv
7.2. Perhitungan Luas Area Pada Setiap Segmen ................................... 60
7.3. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan .................................... 63
BAB VIII PERANCANGAN OPERASIONAL KERETA API ..................... 66
8.1. Penggambaran Profil Kecepatan Stasioning Terhadap Kecepatan
Rencana ..................................................................................................... 66
8.2. Analisis Waktu Tempuuh, Kapasitas Lintas, Headway dan Frekuensi
Kereta ........................................................................................................ 68
8.3. Penjadwalan Kereta Dalam Grafik Perjalanan Kereta Api .............. 70
BAB IX PENUTUP ............................................................................................. 73
9.1. Kesimpulan ...................................................................................... 73
9.2. Saran ................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penampang Melintang Jalan Rel Pada Bagian Lurus .......... 12
Gambar 2.2. Penampang Melintang Jalan Rel Pada Lengkung ................ 12
Gambar 2.3. Penampang Jalan Rel Tunggal ............................................. 13
Gambar 2.4. Penampang Jalan Rel Ganda ................................................ 14
Gambar 2.5. Penampang Jalan Rel Tunggal ............................................. 14
Gambar 2.6. Penampang Jalan Rel Ganda ................................................ 14
Gambar 2.7. Konstruksi Badan Jalan Pada Timbunan ............................. 15
Gambar 4.1. Peta Perancangan Trase ....................................................... 34
Gambar 4.2. Komponen Lengkung Hoizontal Jenis SCS ......................... 41
Gambar 5.1. Bantalan Kereta N-67........................................................... 46
Gambar 6.1. Skema Emplasemen Stasiun Kecil ....................................... 49
Gambar 6.2. Skema Emplasemen Stasiun Sedang.................................... 49
Gambar 6.3. Skema Emplasemen Stasiun Besar ...................................... 50
Gambar 6.4. Skema Emplasemen Stasiun Barang .................................... 50
Gambar 6.5. Lokomotif CC201 ................................................................ 52
Gambar 6.6. Lokomotif CC205 ................................................................ 52
Gambar 6.7. Wesel dan Bagannya ............................................................ 53
Gambar 6.8. Bagan Ukuran Wesel ........................................................... 54
Gambar 6.9. Bagan Ukruan Jarum ............................................................ 55
Gambar 6.10. Bagan ukuran Lidah ............................................................. 55
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB I
PENDAHULUAN
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki karakteristik dan
keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik
penumpangmaupun barang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan
ruang, mempunyaifaktor keamanan dan keselamatan yang tinggi, tingkat
pencemaran yang rendah, serta lebih efisien dibandingkan dengan moda
transportasi jalan raya.
Kereta api merupakan alat tranportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif
(kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau
gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Kereta api merupakan sarana
transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel.
Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu
memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai
angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkan secara maksimal
sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik didalam kota, antar kota,
maupun antar negara.
Kelompok 7A 1
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemilihan sarana perkeretaapian yang tepat sesuai daerah yang
diberikan di tugas besar?
2. Bagaimana merancang alinyemen jalan rel?
3. Bagaimana cara merancang komponen struktur jalan rel?
4. Bagaimana cara merancang emplasemen jalan rel?
5. Bagaimana menghitung pekerjaan galian dan timbunan?
6. Bagaimana merancang operasional kereta?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pada tugas besar kali ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisa pemilihan sarana
perkeretaapian.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang alinyemen jalan rel.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang komponen struktur jalan rel.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang empalsemen jalan rel.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung pekerjaan galian dan
timbunan.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang operasional kereta.
Adapun Ruang lingkup pada tugas besar kali ini adalah sebagai berikut:
1. Penentuan rolling stock beserta spesifikasi teknisnya untuk mengangkut
penumpang (kereta) dan barang (gerbong).
2. Perhitungan beban tonase untuk kereta penumpang, kereta barang, dan
lokomotif.
3. Perhitungan daya angkut lalu lintas.
4. Penentuan kelas jalan rel yang akan dirancang.
5. Penentuan titik penting, perhitungan koordinat berdasarkan pada peta kontur.
Kelompok 7A 2
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 3
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 4
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1. Kecepatan
Keterangan :
C = 1,25
Kelompok 7A 5
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu gandar. Beban
gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur maksimum sebesar
18 ton. Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm pada semua kelas jalur
maksimum sebesar 22,5 ton.
Daya angkut lintasan menunjukkan jenis dan beban total serta kecepatan kereta api
yang melewati lintasan yang bersangkutan dalam jangka waktu satu tahun. Daya
angkut lintas biasa dinyatakan dalam tonase dengan satuan ton/tahun.
Persamaan yang digunakan dalam mencari daya angkut lintas yaitu sebagai berikut:
T = 360 x S x TE (2.4)
TE = Tp + Kb x Tb + Ki Ti (2.5)
Keterangan :
T = Daya angkut lintas (ton/tahun)
TE = Tonase Ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan Kereta Harian
Kelompok 7A 6
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Untuk trase shortcut Kertapati – Payakabung menggunakan lebar jalan rel 1067mm
yang artinya penentuan kelas jalan rel dapat dilihat melalui tabel 2.1.
Tabel 2.1. Lebar Jalan Rel 1067 mm
Kelas Daya Angkut Lintas V maks P maks
Tipe Rel
Jalan (ton/tahun) (km/jam) (ton)
I > 20.106 120 18 R.60/R.54
II 10.106 - 20.106 110 18 R.54/R.50
III 5.106 - 10.107 100 18 R.54/R. 50/R.42
IV 2,5.106 - 5.106 90 18 R.54/R. 50/R.42
V < 2,5.106 80 18 R.42
Sumber: PM Perhubungan No. 60 Tahun 2012
Geometri jalan rel direncanakan berdasarkan pada kecepatan rencana serta ukuran
kereta yang melewatinya dengan memperhatikan faktor keamanan, kenyamanan,
ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
Persyaratan geometri yang wajib dipenuhi persyaratan:
1. Lebar Jalan rel
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk lebar jalan rel sebagai berikut:
a. Lebar jalan rel terdiri dari 1067 mm dan 1435 mm. Lebar jalan rel merupakan
jarak minimum kedua sisi kepala rel yang diukur pada 0-14 mm di bawah
permukaan teratas rel.
b. Penyimpangan lebar jalan rel untuk lebar 1067 mm yang dapat diterima +2
mm dan – 0 untuk jalan rel baru dan +4 mm dan -2 mm untuk jalan rel yang
telah dioperasikan.
Kelompok 7A 7
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
c. Toleransi pelebaran jalan rel untuk lebar jalan rel 1435 mm adalah -3 dan +3.
2. Kelandaian
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk kelandaian adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan kelandaian yang harus dipenuhi meliputi persyaratan landai
penentu, persyaratan landai curam dan persyaratan landai emplasemen.
b. Landai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang terbesar yang ada
pada suatu lintas lurus.
c. Besar landai penentu berpengaruh pada kombinasi daya tarik lokomotif dan
rangkaian yang di operasikan. Persyaratan landai penentu harus memenuhi
persyaratan seperti yang dinyatakan pada berikut:
Tabel 2.2. Landai Penentu
Kelas Jalan Rel Landai Penentu Maksimum
1 10%
2 10%
3 20%
4 25%
5 25%
Sumber: PM No. 60 Tahun 2012
3. Lengkung Vertikal
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk lengkung vertikal adalah sebagai
berikut:
a. Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal
yang melalui sumbu jalan rel. Besar jari – jari minimum lengkung vertikal
bergantung pada kecepatan rencana. Sebagaimana dinyatakan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.3. Jari-Jari Minimum Lengkung Vertikal
Kecepatan Rencana Jari - Jari Minimum
(km/jam) Lengkung Vertikal (m)
Lebih besar dari 100 8000
Sampai 100 6000
Sumber: PM No.60 Tahun 2012
b. Pengukuran lengkung vertikal dilakukan pada titik awal peralihan kelandaian.
c. Dua lengkung vertikal yang berdekatan harus memiliki transisi lurus
sekurang-kurangnya sepanjang 20 m.
4. Lengkung Horizontal
Kelompok 7A 8
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk lengkung horizontal adalah sebagai
berikut:
a. Dua bagian lurus, yang perpanjangan saling membentuk sudut harus
dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa
lengkung lengkung peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana, besar jari –
jari minimum yang di ijinkan adalah yang tercantum dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Jari-Jari Minimum yang Diijinkan
Jari - Jari Minimum Jari - Jari Minimum
Kecepatan
Lengkung Lingkaran Lengkung Lingkaran yang
Rencana
Tanpa Lengkung Diijinkan dengan Lengkung
(Km/ jam)
Peralihan (m) Peralihan (m)
120 2370 780
110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber: PM No. 60 Tahun 2012
b. Lengkung Peralihan adalah suatu lengkung dengan jari – jari yang berubah
beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang
lurus dan bagian yang berbeda. Lengkung peralihan dipergunakan pada jari –
jari lengkung yang relatif kecil.
c. Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan rumus sebagai
berikut:
Ln = 0,01 x h x V (2.6)
Keterangan :
Ln = panjang minimum lengkung (m)
h = pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan (mm)
V = kecepatan rencana untuk lengkung peralihan (km/jam)
5. Lengkung S
Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah
lengkungnya terletak bersambung. Antara kedua lengkung yang berbeda arah ini
harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20 meter di luar lengkung peralihan.
6. Jari-jari lengkung
Kelompok 7A 9
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Jari – jari lengkung sebelum dan sesudah wesel untuk jalur utama haruslah lebih
besar dari nilai – nilai yang ditetapkan berdasarkan kecepatan rencana pada wesel.
7. Pelebaran jalan rel
Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk pelebaran jalan adalah sebagai berikut:
a. Pelebaran jalan rel dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati
lengkung tanpa mengalami hambatan.
b. Pelebaran jalan rel dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah dalam.
c. Pelebaran jalan rel dicapai dan dihilangkan secara berangsur sepanjang
lengkung peralihan.
d. Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel 1067 mm untuk berbagai jari-
jari tikungan adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5. Pelebaran Jalan Rel Untuk 1067 mm
Jari - Jari Tikungan (m) Pelebaran Sepur (m)
R > 600 0
550 < R < 600 5
400 < R <550 10
350 < R < 400 15
100 < R < 350 20
Sumber: PM No. 60 Tahun 2012
e. Pemasangan pelebaran jalan rel dilakukan mengikuti hal-hal berikut:
I. Jika terdapat lengkung peralihan, maka pengurangan dilakukan
sepanjang lengkung peralihan.
II. Dalam hal tidak terdapat lengkung peralihan, maka pengurangan
dilakukan sedapatnya dengan panjang pengurangan yang sama. Untuk
yang tanpa peninggian rel, pengurangan dilakukan menurut panjang
standar 5 m atau lebih diukur dari ujung lengkungan.
III. Namun untuk lengkungan wesel maka panjang pengurangan ditentukan
secara terpisah bergantung pada kondisi yang ada.
8. Peninggian jalan rel
Adapun syarat peninggian jalan rel adalah sebagai berikut:
a. Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel dalam untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian kereta,
b. Peninggian rel dicapai dengan mendapatkan rel dalam pada tinggi semestinya
dan rel luar lebih tinggi,
Kelompok 7A 10
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
c. Besar peninggian untuk lebar jalan rel 1067 mm pada berbagai kecepatan
rencana tercantum pada tabel 2.5,
(Vrencana )2
H normal = 5,95× (2.7)
jari-jari
d. Besar peninggian maksimum untuk lebar jalan rel 1067 mm adalah 110 mm.
Tabel 2.6. Peninggian Jalan Rel 110 mm
Jari-jari Peninggian (mm) pas (km/hr)
(m) 120 110 100 90 80 70 60
100
…..
150
200 110
250 ….. 90
300 ….. 100 75
350 110 85 65
400 ….. 100 75 55
450 110 85 65 50
500 ….. 100 80 60 45
550 110 90 70 55 40
600 100 85 65 50 40
650 ….. 95 75 60 50 35
700 105 85 70 55 45 35
750 ….. 100 80 65 55 40 30
800 110 90 75 65 50 40 30
850 105 85 70 60 45 35 30
900 100 80 70 55 45 35 25
950 95 80 65 55 45 35 25
1000 90 75 50 50 40 30 25
1100 80 70 55 45 35 30 20
1200 75 60 55 45 35 25 20
1300 70 60 50 40 30 25 20
1400 65 55 45 35 30 25 20
1500 60 50 40 35 30 20 15
1600 55 45 40 35 25 20 15
1700 55 45 35 30 25 20 15
1800 50 40 35 30 25 20 15
1900 50 40 35 30 25 20 15
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 10
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber: Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986, Bab 2 Pasal 3
Penampang melintang jalan rel adalah potongna pada jalan rel, dengan araha tegak
lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagian – bagian dan ukuran – ukuran jalan rel
dalam arah melintang.
Kelompok 7A 11
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Ukuran penampang melintang (lebar jalan rel 1067 mm), baik pada bagian lintas
yang lurus maupun yang melengkung, adalah seperti yang tertera pada Gambar 2.1,
dan 2.2.
Kelompok 7A 12
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 13
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 14
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 15
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan
bahu jalan.
1. Badan Jalan dapat berupa:
a. Badan jalan di daerah timbunan
b. Badan jalan di daerah galian
2. Badan jalan di daerah timbunan terdiri atas:
a. Tanah dasar
b. Tanah timbunan
c. Lapis dasar (subgrade)
3. Badan jalan di daerah galian terdiri atas:
a. Tanah dasar
b. Lapis dasar (subgrade)
4. Tanah dasar harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Tanah dasar harus mampu memikul lapis dasar (subgrade) dan
bebasdari masalah penurunan (settlement). Jika terdapat lapisan tanah
lunak berbutir halus alluvial dengan nilai N-SPT ≤ 4, maka harus tidak
boleh termasuk dalam lapisan 3 m diukur dari permukaan formasi jalan
pada kondisi apapun. Permukaan tanah dasar harus mempunyai
kemiringan ke arah luar badan jalan sebesar 5%.
Kelompok 7A 16
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 17
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
f. Dalam hal lapis dasar ini terletak pada tanah asli atau tanah galian, maka
diperlukan lapisan drainase yang harus diatur sebagaimana diperlukan.
Ketebalan standar untuk lapisan drainase sekurang-kurangnya 15 cm.
g. Ketebalan minimum lapis dasar haruslah 30 cm untuk mencegah
terjadinya mud pumping akibat terjadinya perubahan pada tanah isian
atau tanah pondasi. Lebar lapis dasar haruslah sama dengan lebar badan
jalan. Dan lapis dasar juga harus memiliki kemiringan sebesar 5% ke
arah bagian luar.
Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat
lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukannya harus
sangat terpilih.
Fungsi utama balas dan sub-balas adalah untuk:
a. Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar.
b. Memperkokoh kedudukan bantalan.
c. Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan
rel.
Kelompok 7A 18
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 19
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
2.8.4. Balas
Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk balas adalah sebagai berikut:
1. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan
terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat
lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentuknya harus
sangat terpilih.
2. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban
bantalan ke tanah dasar, mengokohkan kedudukan bantalan dan meluluskan
air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan dan rel.
3. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1 : 2.
4. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi bantalan.
5. Material pembentuk balas harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Balas harus terdiri dari batu pecah (25 – 60) mm dan memiliki kapasitas
ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan mudah
dipadatkan;
b. Material balas harus bersudut banyak dan tajam;
c. Porositas maksimum 3%;
d. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2;
e. Specific gravity minimum 2,6;
f. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5%;
g. Kandungan minyak maksimum 0,2%;
Kelompok 7A 20
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
h. Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih dari
25%.
2.8.5. Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat konstruksi jalan
rel ke balas, mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel.
Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja/besi, ataupun beton. Pemilihan jenis bantalan
didasarkan pada kelas dan kondisi lapangan serta ketersediaan. Spesifikasi masing-
masing tipe bantalan harus mengacu kepada persyaratan teknis yang berlaku.
Bantalan terdiri dari bantalan beton, bantalan kayu, dan bantalan besi. Bantalan
harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Bantalan beton merupakan struktur prategang:
a. Untuk lebar jalan rel 1067 mm dengan kuat tekan karakteristik beton
tidak kurang dari 500 kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan
tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2
(1.655 Mpa). Bantalan beton harus mampu memikul momen minimum
sebesar +1500 kg m pada bagian dudukan rel dan -930 kg m pada
bagian tengah bantalan.
b. Untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan kuat tekan karakteristik beton
tidak kurang dari 600 kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan
tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2
(1.655 Mpa). Bantalan beton harus mampu memikul momen minimum
sesuai dengan desain beban gandar dan kecepatan.
c. Dimensi bantalan beton untuk lebar jalan rel 1067 mm:
- Panjang : 2.000 mm
- Lebar maksimum : 260 mm
- Tinggi maksimum : 220 mm
2. Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan
modulus elastisitas (E) minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan
momen maksimum sebesar 800 kg-m, lentur absolute tidak boleh kurang dari
46 kg/cm2. Berat jenis kayu minimum = 0.9, kadar air maksimum 15%, tanpa
mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
Kelompok 7A 21
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
3. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade 900
A, pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, mampu
menahan momen maksimum sebesar 650 kg m, tegangan tarik 88 – 103 kg
m. Elongation A1 > 10%.
2.8.6. Wesel
Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang paling rumit dengan beberapa
persyaratan dan ketentuan pokok yang harus dipatuhi. Untuk pembuatan
komponen-komponen wesel yang penting khususnya mengenai komposisi kimia
dari bahannya.
1. Wesel terdiri atas komponen – komponen sebagai berikut :
a. Lidah
b. Jarum beserta sayap – sayapnya
c. Rel lantak
d. Rel paksa
e. Sistem penggerak
2. Wesel harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Kandungan mangaan (Mn) pada jarum mono blok harus berada dalam
rentang (11- 14) %.
b. Kekerasan pada lidah dan bagian lainnya sekurang-kurangnya sama
dengan kekerasan rel.
c. Celah antara lidah dan rel lantak harus kurang dari 3 mm.
d. Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada posisi terbuka tidak boleh
kurang dari 125 mm.
e. Celah (gap) antara rel lantak dan rel paksa pada ujung jarum 34 mm.
f. Jarak antara jarum dan rel paksa (check rail) untuk lebar jalan rel 1067
mm:
I. Untuk Wesel rel R 54 paling kecil 1031 mm dan paling besar
1043 mm.
II. Untuk Wesel jenis rel yang lain, disesuaikan dengan kondisi
wesel.
Kelompok 7A 22
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 23
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB III
PERENCANAAN SARANA PERKRETAAPIAN
Berdasarkan data yang ditentukan dalam tugas besar “Rekayasa Jalan Rel” ini
kelompok kami meggunakan GAPEKA Divisi Regional III Palembang. Untuk
stasiun yang kami tinjau yaitu stasiun Kertapati – Payakabung. Adapun jadwal
keberangkatan kereta yang melintas pada stasiun Kertapati – Payakabung yang
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Spesifikasi Kereta Penumpang dan Barang
No No Rute Waktu Perjalanan Jenis KA Kelas Berangkat Tujuan
1 S1 21:00 21:36 Penumpang Eksekutif, Ekonomi Kertapati Payakabung
2 S2 05:48 06:15 Penumpang Eksekutif, Ekonomi Payakabung Kertapati
3 S3 20:00 20:26 Penumpang Eksekutif, Bisnis Kertapati Payakabung
4 S4 02:12 03:30 Penumpang Eksekutif, Bisnis Payakabung Kertapati
5 S5 09:30 10:05 Penumpang Ekonomi Kertapati Payakabung
6 S6 16:31 17:00 Penumpang Ekonomi Payakabung Kertapati
7 S7 08:30 08:57 Penumpang Ekonomi Kertapati Payakabung
8 S8 18:01 18:28 Penumpang Ekonomi Payakabung Kertapati
9 3101 01:21 02:10 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
10 3102 04:49 05:25 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
11 3103 04:08 04:47 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
12 3104 06:27 07:08 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
13 3105 05:35 06:25 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
14 3106 09:24 10:03 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
15 3107 10:15 11:01 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
16 3108 11:54 12:31 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
17 3109 12:38 13:32 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
18 3110 13:34 14:11 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
19 3111 14:53 15:31 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
20 3112 14:39 15:50 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
21 3113 17:23 17:59 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
22 3114 17:13 18:10 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
23 3115 21:35 22:47 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
24 3116 20:57 22:17 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
25 3117 23:15 00:28 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
26 3118 22:49 00:00 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
27 3121 00:41 01:21 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
28 3122 10:15 10:53 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
29 3123 02:24 03:02 Kereta Kargo KA Barang Kertapati Payakabung
30 3124 15:34 16:16 Kereta Kargo KA Barang Payakabung Kertapati
Kelompok 7A 24
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung beban tonase untuk kereta
penumpang dan barang ialah sebagai berikut.
TE = Tp + (Tb x Kb ) + (K1 x T1) (3.1)
Keterangan :
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
TP = Tonase penumpang dan kereta harian
T1 = Tonase lokomotif harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian
K1 = Koefisien yang besarnya 1,4
Kb = Koefisien yang besarnya bergantung pada beban gandar, yaitu 1,5 untuk
beban gandar < 18 ton dan 1,3 untuk beban gandar >18 ton
Berikut merupakan contoh perhitungan tonase yang mengacu pada persamaan
diatas:
1. Kereta Barang 3101
TE = Tp + (Jumlah gerbong GD x Beban gerbong GD x Kb) + (Jumlah
lokomotif CC201 x Beban Lokomotif x K1)
= 0 + (33 x 54 ton x 1,3) + (1 x 108 ton x 1,4)
= 2467,8 ton/hari
2. Kereta Barang 3102
TE = Tp + (Jumlah gerbong GD x Beban gerbong GD x Kb) + (Jumlah
Kelompok 7A 25
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 26
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 27
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Beban tonase kereta api total per hari dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
TE Total = TE (Kereta Api Penumpang) + TE (Kereta Api Barang) (3.2)
TE Total = 3208,8 ton/hari + 86373 ton/hari
= 89.581,8 ton/hari
Daya angkut lintas menunjukan jenis dan jumlah beban total serta kecepatan kereta
yang lewat di lintasan tersebut dalam satuan waktu tertentu. Untuk menentukan
daya angkut lintas digunakan persamaan berikut.
T = 360 x S x TE (3.3)
Keterangan :
T = Daya angkut lintas
TE = Total beban tonase ekivalen (ton/hari)
S = koefisien yang besarnya tergantung pada kualitas lintas 1,1 untuk lintas
dengan kereta penumpang, kecepatan maksimum 120 km/jam, 1 untuk
lintas tanpa kereta penumpang
Berikut merupakan perhitungan daya angkut lalu lintas kereta api total/tahun yang
mengacu pada persamaan diatas:
T = 360 x S x TE
= 360 x 1,1 x 89.581,8 ton
= 35.474.392,8 ton/tahun
Kelompok 7A 28
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Stasiun kereta api merupakan fasilitas yang digunakan sebagai tempat untuk
pemberangkatan dan pemberhentian kereta api secara teratur guna menaik-turunkan
penumpang atau membongkar-muat barang. Dalam penetapan klasifikasi stasiun
kereta api didasarkan pada jumlah angka kredit yang diperoleh stasiun yang
Kelompok 7A 29
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 30
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
yang diperoleh > 70. Rincian angka kredit masing-masing komponen yang dapat
dilihat pada tabel 3.6. dibawah ini.
Tabel 3.6. Angka Kredit Stasiun Kertapati
Persentase Persentase Persentase
No. Jenis Kredit Komponen Rincian
Rincian Komponen Kredit
Sinyal (60%) 60%
Fasilitas Operasi
1 Telekomunikasi (20%) 20% 25%
(25%)
Listrik (20%) 20%
> 10 Jalur (100%)
Jumlah Jalur
2 6-10 Jalur (70%) 100% 20%
(20%)
< 6 Jalur (20%)
Perpakiran (30%) 30%
Restoran (20%) 20%
Penunjang (80%) Pertokoan (20%) 0 56%
Perkantoran (20%) 20%
Perhotelan (10%) 0
Fasilitas Penunjang
3 Ruang Tunggu Penumpang (30%) 30% 11%
(15%)
Parkir Kendaraan (20%) 20%
Penitipan Barang (15%) 0
Khusus (20%) 14%
Bongkar Muat Barang (10%) 10%
Pergudangan(15%) 0
Ruang ATM(10%) 10%
> 60 KA (100%)
KA Berhenti (90%) 40-60 KA (70%) 70% 63%
Fasilitas Lalu Lintas
< 40 KA (20%)
4 (Per Hari/ 2 Arah) 10%
> 80 KA (100%)
(15%)
KA Langsung (10%) 50-80 KA (70%) 20% 2%
< 50 KA (20%)
> 50.000 (100%)
Jumlah Penumpang
5 10000-50000 (70%) 20% 4%
(Per Hari) (20%)
< 10000 (20%)
> 150 ton (100%)
Jumlah Barang
6 100-150 ton (70%) 100% 5%
(Per Hari) (5%)
< 100 ton (20%)
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Berikut merupakan perhitungan penetuan kelas stasiun Payakabung berdasarkan
kriterianya.
1. Fasilitas Operasi
Σ Persentase tiap komponen
Presentase Kredit = x 25
100
60 % + 20 % + 20 %
= x 25
100
= 25 %
2. Jumlah Jalur
20 %
Presentase Kredit = x 20
100
=4%
3. Fasilitas Penunjang
Σ Persentase rincian Penunjang + Khusus
Presentase Kredit = x 15
100
Kelompok 7A 31
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
16 % + 9 %
= x 15
100
=4%
4. Fasilitas Lalu Lintas/Hari (2 Arah)
Presentase Kredit = (Persentase KA Berhenti + KA Langsung) x 0,15
= (18 % + 2%) x 0,15
=3%
5. Jumlah Penumpang/Hari
Persentase Kredit = 20 % x 0,2
=4%
6. Jumlah Barang/Hari
Persentase Kredit = 100 % x 0,05
= 1%
7. Jumlah Kredit
Jumlah Kredit = Σ Persentase Kredit
= 25 % + 4 % + 4 % + 3 % + 4 % + 1 %
= 41 %
Berdasarkan hasil perhitungan angka kredit diatas maka klasifikasi Stasiun
Payakabung yang kami gunakan tergolong kelas kecil karena jumlah angka kredit
yang diperoleh < 50. Rincian angka kredit masing-masing komponen yang dapat
dilihat pada tabel 3.7. dibawah ini.
Kelompok 7A 32
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 33
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB IV
PERANCANGAN ALINYEMEN JALAN REL
Pada Laporan ini, kelompok kami menggunakan peta lokasi daerah dari stasiun
Kertapati – Payakabung. Berikut adalah detail trase jalan rel pada kontur.
Kelompok 7A 34
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Vrencana = 1,25 × 90
= 112,5 km/jam
Kecepatan rencana untuk struktur jalan
Gaya sentrifugal diimbangi oleh gaya berat dan daya dukung komponen
jalan rel.
Vrencana = 1,25 × Vmaksimum
= 150 km/jam
Kelompok 7A 35
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 36
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
= 4,93°
f. Sudut Lengkung Lingkaran
θc = ∆ - 2 θs
= 17,41° - 2 × 4,93°
= 7,55°
g. Menghitung Lc dan L
2πR
LC = θc ×
360°
2 ×3,14 ×700
= 7,55 ×
360°
= 92,25 m
L = 2 Ls + Lc
= 2 (120 m) + 92,25 m
= 330 m
h. Menghitung Xc, Yc, k, dan p
Ls3
Xc = Ls-
40 ×R²
120^3
=120 -
40 ×700 ²
=120,29 m
Ls²
Yc =
6 ×R
120²
=
6 ×700
= 3,45 m
P = Yc-R(1-Cos θs)
= 3,45 m – 700 m (1-cos 4,93°)
= 0,86 m
Kelompok 7A 37
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
K = Xc-R Sin θs
= 120,29 m – 700 m (sin 4,93°)
= 60,14 m
i. Menghitung Ts dan Es
Ts = (R+P)tg (∆s/2) +k
= (700 + 0,86) tg (17,41°/2) + 60,14
= 167,44 m
∆s
Es = (R+P)Sec -R
2
17,41°
= (700 + 0,86) Sec - 700
2
= 9,03 m
3. Perencanaan Tikungan P–02
Pada perencanaan tikungan P-02 digunakan jenis tikungan Spiral – Circle –
Spiral.
a. Perencanaan jari-jari minimum
Rmin1 = 0,078 V2= 0,08 x 1202= 1123,2 m
Rmin2 = 0,054 V2= 0,054 x 120 = 777,6 m
Rmin3 = 0,164 V2= 0,164 x 1202= 2361,6 m
RPM = Interrpolasi tabel persyaratan perencanaan lengkungan
= 700 m
R yang digunakan yaitu R yang terkecil = 700 m
b. Peninggian rel
V²
Hnormal = 5,95 ×
R
112,5²
= 5,95 ×
700
= 107,578125 mm
V²
Hmin = 8,8 × – 53,54
R
112,5²
= 0,055 × – 53,54
700
= 105,5671429 mm
Hmax = 110 mm
Hdipakai = 107 mm
Kelompok 7A 38
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
= 4,93°
f. Sudut Lengkung Lingkaran
θc = ∆ - 2 θs
= 55,09° - 2 × 4,93°
= 45,23°
g. Menghitung Lc dan L
2πR
LC = θc ×
360°
2 ×3,14 ×700
= 45,23 ×
360°
= 552,61 m
Kelompok 7A 39
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
L = 2 Ls + Lc
= 2 (120 m) + 552,61 m
= 793,36 m
h. Menghitung Xc, Yc, k, dan p
Ls3
Xc = Ls -
40 ×R²
120^3
=120 -
40 ×700 ²
=120,29 m
Ls²
Yc =
6 ×R
120²
=
6 ×700
= 3,45 m
P = Yc-R(1-Cos θs)
= 3,45 m – 700 m (1-cos 4,93°)
= 0,86 m
K = Xc-R Sin θs
= 120,29 m – 700 m (sin 4,93°)
= 60,14 m
i. Menghitung Ts dan Es
Ts = (R+P)tg (∆s/2) +k
= (700 + 0,86) tg (55,09°/2) + 60,14
= 125,089 m
∆s
Es = (R+P)Sec -R
2
55,09°
= (700 + 0,86) Sec - 700
2
= 425,68 m
Kelompok 7A 40
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Di dalam perencanaan alinyemen vertikal jalan rel digunakan beberapa data yang
diambil dari PM No.60 tahun 2012, yaitu :
a. Untuk rencana jalan rel kelas I digunakan Rmin 440 m
b. Pada Jalur rel tingkat kelandaian yang digunakan antara 0% - 10%.
1. Perencanaan lengkung 1
Jarak di stasiun Kertapati =0m
Jarak di titik 1 = 2928,1360 m
Elevasi awal = 15
Elevasi Akhir = 13
a. Horizontal Kemiringan = Jarak titik 1 – Jarak Titik stasiun Tebing
Kelompok 7A 41
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Tinggi
= (2928,1360) – (0)
= 2928,1360 m
b. Beda elevasi =2
Beda elevasi
c. Permil Kemiringan = × 1000
Horizontal kemiringan
2
= × 1000
2928,1360
= 0,683028382 %
2. Perencanaan lengkung 2
Jarak di titik 1 = 2928,1360 m
Jarak di titik 2 = 23060,7744 m
Elevasi awal = 13
Elevasi Akhir =9
a. Horizontal Kemiringan = Jarak titik 2 – Jarak Titik 1
= (23060,7744) – (2928,1360)
= 20132,64
b. Beda elevasi =4
Beda elevasi
c. Permil Kemiringan = × 1000
Horizontal kemiringan
4
= × 1000
20132,64
= 0,1734547%
3. Perencanaan lengkung 3
Jarak di titik 2 = 23060,7744 m
Jarak di stasiun Payakabung = 28048,0728 m
Elevasi awal =9
Elevasi Akhir = 11
a. Horizontal Kemiringan = Jarak titik stasiun Siantar – Jarak Titik2
= (28048,0728) – (23060,7744)
= 4987,298372
b. Beda elevasi =2
Kelompok 7A 42
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Beda elevasi
c. Permil Kemiringan = × 1000
Horizontal kemiringan
2
= × 1000
4987,298372
= 0,071306147%
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Alinyemen Vertikal
Koordinat Koordinat Panjang Elevasi Elevasi Horizontal Beda Kemiringan Permil
Awal Akhir (m) Awal Akhir Kemiringan Elevasi % Kemiringan %
0+000 P1-01 2928,14 15 13 2928,14 -2 0,68 0,68
P1-01 P2-02 23060,77 13 9 20132,64 -4 0,20 0,17
P2-02 28+639 28048,07 9 11 4987,30 2 0,40 0,07
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Kelompok 7A 43
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB V
PERANCANGAN KOMPONEN STRUKTUR JALAN
REL
Pada perancangan kali ini, data-data yang digunakan adalah data yang didapatkan
dari soal dan perhitungan beban tonase. Berikut data perencanaan yang digunakan.
Diketahui:
Jenis Rel = R60
Kelas Jalur = I (satu)
Lebar Sepur = 1067 mm
Kekakuan Jalan rel = 462 kg/cm2
Momen Inersia (Ix) = 3055 cm4
Modulus Elastisitas Rel (E) = 2,1 x 106 kg/cm2
Kecepatan Maksimum = 120 km/jam
Lebar Bantalan (b) = 26 cm
Modulus Reaksi Balas (Ke) = 18 kg/cm3
Perhitungan:
1. Kecepatan Rencana = Vmax x 1,25
= 120 km/jam x 1,25
= 150 km/jam
2. Beban Statis (Ps) = Beban gandar x 0,5
= 22.500 x 0,5
= 11.250 kg
Vrencana
3. Beban Dinamis (Pd) = Ps x [1+ [0,01 x [ - 5]]]
1,609
150
= 11.250 x [1+ [0,01 x [1,609 - 5]]]
= 21.175,35 kg
4. Kekakuan Jalan Rel (K) = b x Ke
Kelompok 7A 44
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
= 26 cm x 18 kg/cm2
= 468 kg/cm2
4 K
5. Faktor Reduksi (λ) =√
ExI
4 462 kg/cm2
=√
2,1 x 106 x 3055
= 0,0134 cm
Pd
6. Momen Maximum (Mmax) = 0,85 x 4 x λ
21.175,35 kg
= 0,85 x
4 x 0,0134 cm
= 394544,04 kg/cm
7. Momen Superposisi (Ma) = 0,85 x Mmax
= 0,85 x 394544,04 kg/cm
= 335362,44 kg/cm
Ma x Yb
8. Tegangan Izin (σizin) =
I
335362,44 kg/cm x 8,95 cm
=
3055
= 888,62 kg/cm2 < 1325 kg/cm2 (OK)
Tegangan Kelas Jalan Rel yang diizinkan untuk R-60 adalah 1325 kg/cm2 maka
Tegangan Izin perhitungan memenuhi persyaratan.
Pada tugas besar ini dibutuhkan rencana jenis bantalan yang digunakan pada jalur
lintas rel yang akan direncanakan. Bantalan yang digunakan harus sesuai dengan
spesifikasi rencana. Berikut spesifikasi rencananya.
PMax Gandar = 18 ton
Kecepatan Rencana = 125 km/jam
Lebar Jalur = 1067 mm
Kelompok 7A 45
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
5.3. Balas
Kelompok 7A 46
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Lapisan sub balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (fiter) antara tanah dasar dan
lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air denga baik.
Materi sub balas memenuhi persyaratan berikut:
1. Tebal lapisan sub balas yang digunakan adalah 23,361 cm (PM.No 60 tahun
2012)
2. Kemiringan lereng lapisan sub balas 1 : 2
3. Material sub balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau kumpulan
agregat pecah dan pasir
4. Material sub balas tidak boleh memiliki kandungan material organik lebih
dari 5%
5. Untuk material sub balas yang merupakan kumpulan agregat pecah dan pasir,
maka harus mengandung sekurang-kurangnyaa 30% agregat pecah.
6. Lapisan sub balas harus dipadatkan sampai mencapai 100%
Asumsi balas atas (d1) sebesar 30 cm sesuai dengan syarat minimun PM No.60
tahun 2012. Sehingga dapat dicari tebal lapisan balas bawah ialah sebagai berikut:
1,35 58 x σ1
d = √ - 10
80
Kelompok 7A 47
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
1,35 58 x 837,31 cm
= √ - 10
80
= 113,84 cm
d2 = d – d1 > 15 cm
= 113,84 cm – 30 cm
= 83,84 cm > 15 cm (OK)
Kelompok 7A 48
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB VI
PERANCANGAN EMPLASEMEN JALAN REL
Emplasemen statiun terdiri atas jalan-jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai
dengan fungsinya. Dalam penggambaran skema emplasemen, jalan rel ditunjukkan
dengan garis tunggal (Utomo, 2006). Emplasemen dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut.
Kelompok 7A 49
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Jalan-jalan rel di emplasemen stasiun besar tidak semuanya akan berdampingan rel
letaknya, tetapi dapat dalam bentuk perpanjangannya. Pada stasiun besar, stasiun
penumpang, pelayanan barang, dan langsiran dipisahkan. Pemisahan tersebut
bukan berarti bahwa jalan rel untuk langsiran harus terletak jauh dari jalan rel
utama, tetapi dapat dengan cara memasang jalan rel terisolasi. Contoh skemanya
dapat dilihat pada Gambar 6.3.
Kelompok 7A 50
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Untuk mendesain, diperlukan ketentuan terkait dengan jalan rel khususnya pada
emplasemen seprti Sliding track, Wesel dan Peron.
Emplasemen adalah konfigurasi jalan rel yang digunakan untuk menyusun kereta
atau gerbong menjadi rangkaian yang dikehendaki dan menyimpannya pada waktu
yang tidak digunakan.
Perencanaan pada jalan rel di emplasemen stasiun direncanakan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek seperti, ekonomi dan prakiraan peningkatan
volume angkutan dan barang, sistem pengamanan, dan lain-lain.
Panjang efektif emplasemen didapatkan dengan persamaan sebagai berikut:
PE = (nL x pL )+ (nG x pG ) (6.1)
Keterangan :
PE = panjang alur efektif
nL = jumlah lokomotif
pL = panjang lokomotif
nG = jumlah gerbong
pG = panjang gerbong
1. lokomotif (CC201) dengan masing-masing panjang 14,134 meter dan 9
gerbong dengan panjang 15 meter, maka :
PE = (1 x 14,134 m) + (9 x 15 m)
= 149,134 m
Kelompok 7A 51
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Dalam suatu waktu tertentu kereta akan melakukan perpindahan sepur untuk maksud da
tujuan tetentu, maka untuk bisa melakukan kegiatan tersebut diperlukan suatu wesel.
Berdasarkan peraturan menteri no. 60 tahun 2012 dan peraturan dinas no. 10 tahun 1986.
Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur dan dapat berupa jalur bercabang atau
persilangan antara dua jalur. Fungsi wesel adalah untuk mengalihkan kereta dari satu sepur
ke sepur lainnya. Bagian- bagian wesel dijelaskan pada gambar 6.7.
Kelompok 7A 52
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 53
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
4. Rel paksa
Rel paksa dibuat dari rel biasa yang kedua ujungnya dibengkok ke dalam. Rel
paksa luar biasanya dibuat pada rel lantak dengan menempatkan blok pemisah
di antarannya.
5. Sistem Penggerak
Sistem penggerak atau pembalik wesel adalah mekanisme untuk
menggerakakan ujung lidah.
Bagan ukuran menjelaskan tentang ukuranukuran wesel dan dapat digunakan untuk
menggambar bagan emplasemen berskala yang ditampilkan pada gambar di bawah.
Nomor wesel menyatakan tengah sudut simpang arah, yakni tan = 1 : n, seperti
yang ditampilkan pada tabel di bawah.
Tabel 6.1. Bagan Ukuran Wesel
Tan 1:8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 20
No. Wesel W8 W 10 W 12 W 14 W 16 W 20
Kecepatan
Izin (km/jam) 25 35 45 50 60 70
Sumber: PD NO. 10 Tahun 1986
Dengan kecepatan izin kereta pada emplasemen sebesar 45 km/jam, maka
digunakan nomor wesel W 12 dengan perbandingan 1 : 12, α = 4,763.
1. Perhitungan panjang jarum
(B+C)
P = ∝ –d
2 tan ( 2 )
Kelompok 7A 54
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
= 2662,62 mm
t > 9241,50 mm
1502
=
7,8
= 2884,61 mm
Peron adalah bangunan yang terletak di samping jalur kereta api yang berfungsi
sebagai tempat untuk naik turun penumpang. Peron dibedakan menjadi tiga jenis,
Kelompok 7A 55
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
yaitu peron tinggi, peron sedang, dan peron rendah dengan persyaratan penempatan
berada di tepi jalur (side platform) dan atau di antara dua jalur (island platform).
Pada perencanaan peron, diambil peron tinggi.
Keterangan:
b = Lebar peron (m)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = Load Factor (80%)
1. Lebar peron (CC201)
200000 orang
0,64 x x 0,8
365
b =
9 rangkaian x 15 m/rangkaian
= 2,07 m
2. Lebar Peron (CC205)
200000 orang
0,64 x x 0,8
365
b =
9 rangkaian x 15 m/rangkaian
= 2,07 m
Kelompok 7A 56
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 57
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB VII
PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Kelompok 7A 58
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 59
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Pada perhitungan volume galian dan timbunan digunakan metode penampang rata-
rata dengan segmen area, dimana perhitungan luas galian dan timbunan
menggunakan AutoCAD. Berikut adalah tabel perhitungan luas dari tiap segmen.
Kelompok 7A 60
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 61
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 62
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Karena pada AutoCAD dilakukan penggambaran dengan skala horizontal 1:1 dan
vertikal 1:5, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan volume asli dari
galian dan timbunan yang akan dilakukan. Perhitungan dilakukan dengan bantuan
Microsoft Excel, berikut contoh perhitungan pada titik A (STA 1+200 – STA
1+500).
1. Luas area pada segmen (STA 2+000 – STA 2+928).
Luas Galian + Luas Timbunan
Luas Area =( )
Jarak STA
918,40 m + 2094,87 m
=( )
300 m
= 10,04 m2
Setelah dilakukan perhitungan luas area pada tiap segmen, maka dapat dihitung
volume galian dan timbunan tiap segmen. Berikut contoh perhitungan pada titik A
(STA 1+200 – STA 1+500).
Luas Galian
1. Volume Galian = ( Jarak STA ) x Lebar rencana
918,40 m2
=( ) x 1,05 m2
300 m
= 3,21 m3
Luas Timbunan
2. Volume Timbunan =( ) x Lebar jalan
Jarak STA
2094,87 m2
=( ) x 1,05 m2
300 m
= 7,33 m3
Untuk volume galian dan timbunan untuk segmen selanjutnya dilampirkan pada
tabel berikut.
Kelompok 7A 63
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 64
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 65
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB VIII
PERANCANGAN OPERASIONAL KERETA API
Kecepatan Rencana
Kelompok 7A 66
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 67
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Frekuensi Kereta
Keterangan:
N = Kapasitas lintas ( KA / hari)
D = jarak stasiun ( km )
V = kecepatan operasi kereta ( km / jam )
C1 = waktu pelayanan blok (menit) = 2 menit
C1 = waktu pelayanan perangkat sinyal (menit) = 2,5 menit
E = efisiensi (0,5-0,7)
Maka di dapatkan kapasitas lintas :
1440 . E
N = D
(. ×60)+ C1+C2
V
1440 . 0,6
N = 36
( ) x 60 + 4,5
90
N = 30,316 KA/Hari
Kelompok 7A 68
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
3. Headway
Waktu antara atau dikenal juga sebagai Headway adalah waktu antara dua
sarana angkutan untuk melewati suatu titik/stasiun kereta api. Semakin kecil
waktu antara semakin tinggi kapasitas dari prasarana. Rumus yang digunakan
untuk mencari nilai headway adalah :
H = ta-b + tp + C (8.2)
Dimana :
H = Nilai Headway
ta-b = Waktu tempuh antar stasiun
tp = Waktu perjalanan KA sebelum sinyal muka stasiun A asumsi =
0,1 jam = 6 menit
C = Waktu pelayanan blok =
t = 4,5 menit
a. Pada persilangan Kereta Barang 3121 dan 3154
Ta-b = ( 40 + 49) / 2 = 44,5 menit
Tp = 6 menit
C = 4,5 menit
H = ta-b + tp + C
H = 6 + 4,5 + 44,5 = 55 menit
b. Pada persilangan Kereta Penumpang S2 dan Kereta Barang 3105
Ta-b = ( 27 + 50 ) / 2 = 38,5 menit
Tp = 6 menit
C = 4,5 menit
H = ta-b + tp + C
H = 6 + 4,5 + 38,5 = 49 menit
c. Pada persilangan Kereta Penumpang S5 dan Kereta Barang 3106
Ta-b = ( 35 + 39 ) / 2 = 37 menit
Tp = 6 menit
C = 4,5 menit
H = ta-b + tp + C
H = 6 + 4,5 + 37 = 47,5 menit
Kelompok 7A 69
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
4. Frekuensi
Frekuensi Kereta Api dinyatakan sebagai jumlah total kereta penumpang dan
kereta barang yang dioperasiakan pada suatu lintasan dalam satu hari (24
jam). Dalam DRIVE III Niru - Penanggiran kereta yang melintas terdapat
kereta barang dan Penumpang. Rumus yang digunakan untuk menghitung
frekuensi KA adalah sebagai berikut:
F = ∑brg + ∑pnp
= 35 + 8 = 43 kereta
Kelompok 7A 70
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 71
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
Kelompok 7A 72
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
BAB IX
PENUTUP
9.1. Kesimpulan
Kelompok 7A 73
Tugas Besar SI-3229E Rekayasa Jalan Rel
9.2. Saran
Adapun saran pada tugas besar kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami teori dasar pada rekayasa jalan
rel.
2. Mahasiswa diharapkan mengerjakan tugas besar rekayasa jalan rel dengan
baik.
3. Mahasiswa diharapkan lebih kompak dan bekerja sama dengan baik.
Kelompok 7A 74
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Kuliah Rekayasa Jalan Rel Institut Teknologi Sumatera 2020.
Munawaroh Cut, Herijanto Wahju. 2020. Perancangan Jalan Rel dan Geometri
Trase dari Ponorogo – Slahung. Dapartemen Teknik Sipil. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.