Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa dalam konteks negara kesatuan republik Indonesia
Negara kesatuan menurut C.F Strong ialah suatu bentuk negara dimana wewenang legislatif
tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional. Penjabaran Menurut sistemnya,
konsep negara kesatuan terdiri atas 2 hal, yaitu:
Sistem Sentralisasi dimana semua hal diatur serta diurus oleh pemerintah pusat. Sedangkan
pemerintah daerah hanya menjalankan perintah serta peraturan yang berasal dari pusat.
Kemudian sistem desentralisasi, maksudnya ialah suatu daerah atau setiap daerah diberi hak
atau kekuasaan untuk mengatur rumah tangga sendiri yang biasa dikenal dengan sebutan
otonomi daerah atau swatantra.
Saat ini, Indonesia menganut sistem negara kesatuan dimana kekuasaan tertinggi legislatifnya
berada di pusat, tepatnya di Ibukota Jakarta serta menganut sistem desentralisasi, dimana
setiap daerah berhak mengatur daerah atau wilayahnya sendiri.
Pada UUD tahun 1945, menjelaskan sistem yang dianut oleh Indonesia. Hal ini terlihat ada
pembukaan UUD 1945 di alinea ke 4 serta di pasal-pasal yang menyebutkan secara tegas
konsep negara kesatuan Republik Indonesia.
Kesatuan wilayah yang dijelaskan oleh UUD juga mencakup beberapa hal, seperti:
Kesatuan hukum
Kesatuan Politik
Kesatuan Ekonomi
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan 18 Agustus 1945 – 27
Desember 1949)
Pada masa ini, bentuk dari NRI ialah kesatuan dengan sistem pemerintahan Republik. Hal ini
terlihat dimana kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan dikuasai oleh seorang
Presiden.
Selain itu, terdapat beberapa departemen yang dibentuk oleh Indonesia yang berjumlah 12
departemen. Tak hanya itu, Provinsi yang dibentuk pun hanya terdiri atas 8 provinsi saja yang
meliputi:
Sumatera
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Borneo
Sulawesi
Maluku, serta
Sunda kecil.
Hal ini berdasarkan melalui Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa Untuk pertama kalinya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh PPKI. Untuk mengatasi
hal tersebut, UUD 1945 melalui ketentuannya dalam pasal 4 pada Aturan Peralihan juga
menyatakan bahwa:
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan
Agung dibentuk menurut undang-undang dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional.
Selain itu, PPKI juga mencantumkan 2 ayat Aturan Tambahan pada UUD 1945 dengan
menegaskan,
Dalam enam bulan sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia
mengatur serta menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam UUD ini.
Dalam enam bulan setelah MPR dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan UUD.
Baca Juga: Rangkuman Materi PKN Kelas 10 Bab 7 Wawasan Nusantara dalam Konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Dimasa itu, Belanda kembali ke Indonesia dan melakukan propaganda pada dunia Internasional.
Untuk melawan hal tersebut, Pemerintah RI langsung mengeluarkan 3 butir maklumat, yang
meliputi:
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan
luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, mengenai Pembentukan parpol atau partai
politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat.
Pada maklumat yang dikeluarkan tanggal 14 November 1945, disana menyatakan secara jelas
bahwa Indonesia mengubah sistem pemerintahannya yang semula Presidensial menjadi sistem
pemerintahan parlementer.
Secara konsep, perubahan ini dimaksudkan agar mampu mengakomodasi seluruh kekuatan
yang terdapat di negara ini. Sayangnya, sistem parlementer ini justru membuat Indonesia
berada di masa yang tidak stabil. Oleh sebab itu, sistem ini tidak berlangsung lama.