Askep DM Juveneli
Askep DM Juveneli
1. Pengkajian
a. Identitas
DM Tipe 1 biasanya rentan terdiagnosis sebelum umur 30 tahun dan terjadi
dengan onset anak-anak, sedangkan DM tipe 2 umunya terjadi setelah usia 40
tahun dan lebih khas pada golongan dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta
ras tertentu.
b. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Keluhan umum pada pasien DM yaitu pengeluaran urin dan rasa haus
berlebihan, diikuti lapar berlebihan. Kemudian gangguan lain yang sering
dialami pasien ialah keluhan yang timbulkan akibat komplikasi degeneratif
kronik pada pembuluh darah dan saraf (Bararah, 2013, p. 39).
2. Alasan masuk rumah sakit
Pasien biasanya datang dengan kondisi penurunan berat badan mencapai
20%, kelemahan dan intensitas rasa haus yang tinggi (Bararah, 2013, p.
39).
3. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi persepsi pasien terhadap penyakitnya saat ini, sejak kapan tanda
dan gejala mulai muncul,dan apabila terdapat nyeri bagaimana tingkat
karakteristik nyerinya, lalu seberapa luas penyebarannya dan upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya (Tarwoto, 2012, p. 30).
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit – penyakit lain
yang mendukung terjadinya defisiensi insulin seperti penyakit pancreas.
Terdapat riwayat penyakit penunjang seperti jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah diterapkan maupun obat –
obatan yang biasa digunakan oleh penderita (Bararah, 2013, p. 39).
2. Riwayat penyakit keluarga
Dilihat dari data genogram atau silsilah keluarga, umumnya ada salah satu
anggota keluarga yang juga menderita Diabetes Mellitus atau penyakit
ii
keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin. Contohnya
adalah hipertensi, jantung (Bararah, 2013, p. 39).
3. Riwayat pengobatan
Klien dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1 umumnya memakai terapi
insulin eksogen , tetapi pada klien dengan DM 2 juga memerlukan
penggunaan insulin untuk mengatur kadar glukosa tetap efektif, khususnya
pada saat stress atau sakit. (Black, 2014, pp. 642-643).
Obat antidiabetic oral atau oral hipoglikemik lebih tepat diberikan pada
DM tipe 2 apabila management nutrisi dan latihan gagal. Contoh
pengobatannya ialah sulfoniurea, biguanida meglitinid, inkretin mimetic,
amylonomimetik, inhibitor alfa-glukosidase (Tarwoto, 2012, p. 167).
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a) Kesadaran
Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis (kesadaran
penuh) dan terjadi hipoglikemia akut karena ketidaktepatan dalam
pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya juga mengalami tremor,
pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi (Takikardia) (Tarwoto,
2012, p. 33).
b) Tanda-tanda vital
Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi
dengan karakteristik tekanan darah tinggi apabila disertai hipertensi.
Respiration rate (RR) dalam batas yaitu normal 15-20 kali/menit,
pernapasan dalam atau dangkal, Denyut nadi kuat atau lemah. Dan
terjadi peningkatan suhu tubuh ketika infeksi (Bararah, 2013, p. 40).
2. Body system
a) System pernafasan
Terdapat sputum, batuk, nyeri pada dada, sesak nafas dan adanya suara
tambahan. Pada klien dengan Diabetes Mellitus rentan mengalami
infeksi yang menganggu system pernafasannya (Bararah, 2013, p. 40).
b) System kardiovaskular
Keefektifan perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi atau bakikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia
dan kardiomegalis(pembesaran jantung) (Bararah, 2013, p. 40).
ii
c) System persarafan
Adanya penurunan pada sensoris, terasa paresthesia (kesemutan),
anastesia, letargi, mengantuk, respon reflek melambat dan disorientasi
(Bararah, 2013, p. 40).
d) System perkemihan
Adanya Poliuri(urin berlebihan), retensi urine, rasa inkontinensia urin,
rasa panas disertai sakit saat berkemih (Bararah, 2013, p. 40).
e) System pencernaan
Adanya polifagi (makan berlebihan), peningkatan rasa haus(polidipsi)
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, berat badan menurun, dan
terjadi peningkatan angka lingkar abdomen, obesitas (Bararah, 2013, p.
41).
f) System integument
Turgor pada kulit menurun, terdapat ulkus atau menimbulkan
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di area sekitar ulkus
dan gangrene teraba hangat, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku (Bararah, 2013, p. 40).
g) System muskuloskletal
Terdapat penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lemah, lelah, nyeri adanya gangrene di ekstremitas
(Bararah, 2013, p. 41).
h) System endokrin
Pada dm tipe 1 terjadi defisiensi insulin diakibatkan oleh destruksi sel
beta pancreas, sedangkan pada DM tipe 2 terjadi penurunan sensitivitas
jaringan terhadap insulin (resistensi insulin) (Bararah, 2013).
i) System reproduksi
system pembuluh darah di organ reproduksi terjadi angiopati sehingga
menyebabkan gangguan fungsi potensi seks, gangguan kualitas dan
ereksi, serta memberi dampak pada ejakulasi serta orgasme (Bararah,
2013, p. 38).
j) System penginderaan
Pada klien dengan Diabetes Mellitus mengalami penglihatan kabur
atau buram sebagai hasil dari kelainan glukosa darah tinggi atau
ii
cahaya kilat (floaters) yang menjadi tanda terjadinya hemoragi atau
pelesapan retina (Black, 2014, p. 677).
k) System imun
Pasien dengan diabetes mellitus mudah terserang berbagai jenis
infeksi. Lokasi yang terinfeksi sembuh secara lambat akibat rusaknya
pembuluh darah yang tidak mampu dalam membawa oksigen, zat gizi,
antibody dan sel darah putih yang cukup (Black, 2014, p. 677).
e. Pemeriksaan penunjang (Nurarif, 2016, p. 168).
1. Kadar Glukosa Darah
Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai pedoman
ii
Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah
1. GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu)
2. Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu
a. Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)
b. Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase)
b. Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes
Mellitus adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post
Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
c. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah
1) Mikroalbuminaria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam pasca pembedahan dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
1. <140 mg/dL : normal
2. 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL : diabetes (Nurarif, 2016, p. 167).
f. Penatalaksanaan (Tarwoto, 2012, pp. 165-169).
Intervensi penatalaksananaan klien dengan DM lebih bersifat individual,
dalam artian perlu diperhitungkan kebutuhan terhadap umur pasien, gaya
hidup, kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat aktivitas, pekerjaan dan
kemampuan pasien untuk menjaga dan mengontrol gula darah sendiri.
1) Managemen diet DM
Memantau dan menjaga nutrisi, diet serta berat badan seimbang
merupakan komponen dasar penanganan pasien dengan Diabetes Mellitus.
Target yang paling utama dalam manajemen nutrisi dan diet adalah
menjaga dan memantau total kebutuhan kalori tubuh, intake yang
diperlukan, usaha mencapai kadar serum lipid dalam batas normal.
Komposisi nutrisinya adalah kebutuhan akan kalori, protein, karbohidrat,
lemak dan serat.
ii
Selain itu, untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan pada
pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J (Jumlah, jenis
dan jadwal) diantaranya : (Sutedjo, 2010)
a. J1 (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan
karena sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM.
b. J2 (waktu) adalah pedoman diet yang diberikan dalam jangka waktu
setiap 3 jam. pemberian diet ini yaitu dengan cara mengkonsumsi tiga
kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan dengan interval
waktu 3 jam
c. J3 (Jenis) adalah jenis mkanan juga akan mempengaruhi status
fungsional pada klien DM. Contohnya adalah, pasien DM dilarang
mengkonsumsi makanan manis termasuk buah golongan A (terdiir dari
6% karbohidrat yang kalorinya perlu dipertimbangkan seperti manga,
sawo, anggur). Sedangkan buah yang direkomendasikan adalah buah
yang memiliki intensitas manis dengan kadar rendah (terkandung 3%
karbohidrat) contohnya pepaya, pisang, apel. Tetapi, ketika
mengkonsumsi buah B juga tidak boleh berlebihan dan perlu dipantau
secara ketat.
Untuk mengukur status gizi yaitu dengan cara menghiung rumus
body mass index atau indeks massa tubuh (IMT) (Tarwoto, 2012, p. 165).
(TB(m))²
Ketentuan :
a. BB Kurang = IMT <18,5
b. BB normal = IMT 18,5 – 22,9
c. BB lebih = IMT >23
d. BB dengan resiko = IMT 23 – 24,9
e. Obes 1 = IMT 25-29.9
f. Obes 2 = IMT > 30.0
a. Kebutuhan Kalori
ii
Kebutuhan akan kalori bergantung dari tipe berat badan (kurus, ideal,
obesitas), jenis kelamin, usia dan aktivitas fisik. Untuk mengetahui
jumlah kalori yang diperlukkan, menggunakan rumus Broca yaitu
BBI = (TB(cm)-100)- 10%
Ketentuan
1) Berat badan kurang = < 90% BB idaman
2) Berat badan normal = 90 – 110% BB idaman
3) Berat badan lebih = 110-120% BB idaman
4) Gemuk = > 120% BB idaman
b. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat adalah komponen mayor dari total jumlah kebutuhan
kalori tubuh, yaitu berkisar antara 50-60%
c. Kebutuhan protein
Tubuh memerlukan protein kira-kira berkisar 10-20% dari kebutuhan
kalori atau 0,8 g/kg.hari
d. Kebutuhan lemak
Tubuh memerlukan lemak kurang dari 30% dari jumlah kalori, dalam
pemakaiannya lebih baik menggunakan lemak nabati dan sedikit yang
berasal dari lemak hewani
e. Kebutuhan serat
Tubuh memerlukan serat sekitar 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai bahan makanan dengan rata-rata 25 g/hari.
2) Latihan fisik atau exercise
Latihan fisik bertujuan
a. Menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan metabolism
karbohidrat
b. Menjaga berat badan tetap normal sekaligus menurunkan berat badan
c. Meningkatkan tingkat kepekaan insulin
d. Menurunkan kadar trigliserid dan meningkatkan kadar HDL (High)
e. Untuk menurunkan nilai tekanan darah menjadi normal kembali
(Tarwoto, 2012, p. 166).
3) Obat-obatan
a. Obat antidiabetic oral lebih cocok diberikan pada klien dengan DM
tipe 2 jika pengaturan nutrsi dan latihan dinyatakan gagal.
ii
jenis obat-obatan diantaranya
1) Sulfoniurea : cara kerjanya yaitu dengan merangsang sel beta
pankreas untuk melepaskan cadangan insulinnya.
(Gibenklamid,torbultamid, klorpropamid)
2) Biguanida : cara kerjanya yaitu dengan menghalangi absorbsi
glukosa di usus, misalnya metformin, glukophage (Tarwoto, 2012,
p. 167).
b. Hormone insulin
Sel beta pada pancreas pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu
menghasilkan insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat
memerlukan pemberian insulin. Tujuan pemberian insulin adalah
meningkatkan profulftransport glukosa ke dalam sel dan
menghalangi pemecahan glikogen dan asam amino untuk glukosa.
Berdasarkan daya attau durasi kerjanya, insulin dibedakan menjadi
:
1. Insulin dengan daya kerja pendek drlidsy (2-4 jam) seperti
regular insulin, actrapid
2. Insulin ini memiliki daya kerja menengah (6-12 jam) misalnya
NPH insulin, lente insulim
3. Insulin dengan daya kerja panjang berkisar (18-24 jam) seperti
protamine zinc insulin dan ultralente insulin
4. Insulin campuran yaitu obat yang memiliki daya kerja cepat
dan menengah (70& NPH 30% irregular)
Absorpsi tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Respiration
rate (RR) normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau
dangkal. Denyut nadi kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat
apabila terjadi infeksi insulin bervariasa tergantung dari tempat
penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen diabsorbsi lebih cpat
daripada di lengan atau bokong sehingga durasinya lebih pendek
(Tarwoto, 2012, pp. 167-168).
4) Pendidikan kesehatan
Beberapa prioritas yang perlu disampaikan adalah :
a. Penyakit Diabetes mellitus yang mencakup definisi, tanda dan gejala
klinis, penyebab, patofisiologi dan test diagnostic
ii
b. Pengaturan diet pada pasien dengan DM
c. Aktivitas sehari-hari seperti latihan dan olahraga
d. Prevensi terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan
hipoglikemia, pencegahan terjadinya gangrene di area kaki dengan
latihan senam kami.
e. Pemberian obat-obatan DM dan terapi injeksi insulin
f. Teknik pemantauan dan pengukuran glukosa darah secara mandiri
(Tarwoto, 2012, p. 169).
5) Monitor Kadar Glukosa Darah
Pada pasien dengan Diabetes Mellitus perlu diberitahu tentang
manifestasi klinis hipoglikemia dan hiperglikemia dan diberikan
pemahaman tentang cara memantau kadar gula darah secara mandiri.
Pemeriksaan ini menggunakan glucometer dan sangat vital untuk menjaga
kadar glukosa dalam kondisi optimal dan seimbang (Tarwoto, 2012, p.
169).
2. Diagnose keperawatan
Pada PPNI (2017) diagnose keperawatan Diabetes Mellitus diantaranya :
a) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan d/d
sariawan (D.0019)
b) Resiko Infeksi b/d penyakit kronis d/d penyakit diabetes melitus juvenil
(D.0142)
c) Gangguan Integritas Jaringan atau kulit b/d penurunan mobilitas d/d kerusakan
jaringan dan atau lapisan kulit (D.0054)
3. Intervensi Keperawatan
ii
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Observasi
berhubungan dengan Tindakan keperawatan
Identifikasi status
ketidakmampuan selama 3x24 jam, nutrisi
menelan makanan diharapkan status nutrisi Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
d/d sariawan terpenuhi dengan Identifikasi perlunya
(D.0019) kriteria hasil: penggunaan selang
nasogastric
Porsi makan Monitor asupan
yang dihabiskan makanan
meningkat Monitor berat badan
Berat badan atau Terapeutik
IMT meningkat Lakukan oral hygiene
Frekuensi makan sebelum makan,jika
meningkat perlu
Nafsu makan Sajikan makanan
meningkat secara menarik dan
Perasaan cepat suhu yang sesuai
kenyang Hentikan pemberian
meningkat makanan melalui
selang nasogastric jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi
duduk,jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
2 Resiko Infeksi b/d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
penyakit kronis d/d Tindakan keperawatan Observasi:
penyakit diabetes selama 3x24 jam, Monitor tanda gejala
melitus juvenil diharapkan glukosa infeksi lokal dan
(D.0142) derajat infeksi sistemik
meningkat dengan
Terapeutik
kriteria hasil:
Batasi jumlah
ii
Demam menurun pengunjung
Kemerahan Berikan perawatan
menurun kulit pada daerah
Nyeri menurun edema
Edukasi
Jelaskan tanda dan
geiala infeksi
Ajarkan cara
memeriksa luka
Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu
ii
meningkat kering
Kerusakan Hindari produk
lapisan kulit berbahan dasar alkohol
menurun pada kulit
Perdarahan Anjurkan
menurun menggunakan
Nyeri menurun pelembab
Hematoma Anjurkan minum air
menurun yang cukup
Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan menghindari
terapapar suhu ekstrem
Anjurkan mandi dan
menggunkan sabun
secukupnya
Perawatan Luka
Observasi:
Monitor karakteristik
luka
Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik:
Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
Bersihkan dengan
cairan Na Cl atau
pembersih nontoksik
Bersihan jaringan
nekrotik
Berikan salep yang
ii
sesuai ke kulit lesi, jika
perlu
Pasang balutan sesuai
jenis luka
Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Menurut Siregar (2021), evaluasi adalah penilaian hasil dan
prosesseberapa jauh keberhasilan yang dikapai sebagai keluaran dari tindakan.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah disiapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan termasuk yang Telah dilaksanakan
ii
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pemulihan, perencanaan danpelaksanaan.
ii