Anda di halaman 1dari 8

Name: Roida Sinurat

Npm: 17810014

Bukit Gibeon
Dahulu kala, tinggallah seorang keluarga kecil yang miskin di sebuah perkampungan.
Mereka hidup dengan sangat sederhana sehingga untuk makan saja tidak terbutuhi karena hidup
dengan sangat pas-pasan. Gibeon adalah anak seorang petani yang mengambil gaji di ladang
orang. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, gibeon membantu ibunya agar kebutuhan mereka
dapat terpenuhi.

Gibeon sejak kecil sudah ditinggal pergi oleh ayahnya. Semenjak ayahnya meninggalkan
mereka, kehidupan mereka sangat miskin dari kehidupan sebelumnya. Gibeon dan ibunya
terpaksa diusir oleh keluarga dari ayah gibeon. Karena gibeon adalah anak yang baik kepada
orang tua dan ramah terhadap semua orang, banyak yang suka dengan sifat gibeon ini. Dan
banyak juga yang membenci nya karena ia terlalu baik dan dibilang suka mencari muka kepada
semua orang.

Pada suatu hari, gibeon ikut membantu ibunya kerja di ladang orang. Dia sangat senang ketika
harus membantu ibunya bekerja. Karena itu sudah merupakan tanggung jawab gibeon sebagai
anak yaitu untuk membantu orang tuanya.

“gibeon, kamu jangan sampe sore bekerja diladang nantulang mu ini. Biar mamak aja
yang bekerja. Kamu pulang saja, masakkan nasi sama mandian mamak ya mang.” Kata ibunya

“baik mak, nanti gibeon akan cepat pulang.” Sahut gibeon

(Setelah waktu sudah mulai sore, gibeon pamit kepada nantulang nya si Lamtiur.)

“nantulang, aku pamit pulang duluan.” Kata Gibeon

“kenapa cepat kali kau pulang amang, belum waktunya untuk pulang.” Sahut Lamtiur

(tiba-tiba Ibu Gibeon datang dari belakang)

“biar saja lah duluan si gibeon pulang eda, biar ada nanti yang masak nasi sama masak
mandian ku. Terlalu capek kalo aku lagi yang harus mengerjakan nya.” Kata Ibu Gibeon.
“oh iyahnya, kupikir si gibeon ini pulang cepat mau bermain dengan teman-temannya.
Kalau begitu pulanglah kamu amang.” Kata Lamtiur

“baik lah nantulang. Aku pulang duluan.” Sahut Gibeon

(Akhirnya Gibeon pun pulang dan tidak lupa berpamitan dengan Ibu dan natulang nya.)

Ditengah perjalanan, gibeon bertemu dengan Pandapotan dan Hamonangan. Mereka adalah
teman Gibeon yang tidak menyukainya. Bahkan mereka juga sering menjahili Gibeon agar ia
dimarahi oleh Ibu dan orang yang menyukainya.

“mau pergi kemana kau Gibeon, kenapa buru-buru begitu?”Tanya Pandapotan

“saya harus kembali kerumah dan harus memsak.” Sahut Gibeon

“ ngapain kau harus cepat pulang kerumah, itu tugas perempuan.” Sahut Padapotan

“betul itu, mendingan kita main disini saja.”Timpal Hamonangan

“saya tidak mau bermain dan saya harus kembali kerumah.” Kata Gibeon

(Karena Gibeon tidak mengikuti keininginan teman nya, akhirnya dia dikerjain habis-
habisan oleh teman nya sehingga Gibeon jatuh dan kaki nya terluka)

Setelah waktu telah menunjukan pukul 6 sore akhirnya Ibu Gibeon kembali ke rumah. Dia
melihat Gibeon berjalan dengan pincang. Ibu Gibeon heran kenapa anaknya bisa berjalan seperti
itu, tadi seiingatnya anaknya berjalan dengan baik. Dia mulai curiga dan langsung bertanya
kepada Gibeon apa yang sebenarnya terjadi.

“kenapa dengan kaki mu Gibeon? Apakah kau dilukai seseorang?” Tanya ibunya

“saya tidak kenapa-kenapa, ibu jamgan khawatir.” Sahut Gibeon

“cerita kepada ibu, ada apa dengan mu?kenapa kakimu bisa seperti itu?” Tanyanya

(akhirnya Gibeon menceritakan semua kejadian yang di alami dia tadi sore sampai
kenapa kakinya bisa pincnang seperti itu.)

Mendengar cerita Gibeon, Ibunya sangat marah dan ingin memberi peringatan kepada Teman
nya yang nakal tersebut. Pada keesokan harinya, Ibu Gibeon tidak bekerja. Dia memang sengaja
tidak bekerja pada hari itu karena dia ingin memberi peringatan kepada teman Gibeon yang jahat
agar tidak mengganggu nya lagi.

Ditengah perjalanan Ibunya tak sengaja bertemu dengan Parulian. Ketika berpapasan Parulian
menyapa ibu Gibeon dengan ramah. Tak hanya itu , Parulian juga menanyakan keberadaan
Gibeon sebab dia sudah lama tidak berjumpa dengan nya.

“horas nantulang. Hendak mau kemana nantulang?” Tanya Parulian

“nantulang mau jumpai Pandpaotan dan Hamonangan dulu nak.” Sahut Ibu Gibeon

“mau nantulang apakan mereka?” Tanya Parulian

“mereka udah buat kaki si Gibeon jadi pincang nak.” Kata Ibu Gibeon

”jadi sekarang Gibeon dimana sekarang nantulang, saya mau liat dia.” Katanya

“dia sekarang dirumah, tolong kamu jaga dia ya nak.” Sahut Ibu Gibeon

Akhirnya Parulian segera pergi kerumah Gibeon. Ketika sampai di tempat Gibeon , Parulian
langsung saja melihat ke kamar Gibeon. Dia sangat terkejut melihat Gibeon dengan kaki seperti
itu. Teman yang sudah dianggap seperti saudara kandungnya itu harus mengalami cidera kaki
yang sangat buruk. Parulian sangat prihatin kepada Gibeon atas kejadian yang menimpa dia.

“horas gibeon, kenapa sampai lumpuh begitu kakimu?” Tanya Parulian

“Hamonangan dan Pandapotan yang melakukan ini semua,” Kata Gibeon

“sungguh keterlaluan mereka,gak punya hati melakukan ini semua pada mu.” Sahut nya

“sudahlah, biarkan Tuhan yang membalas perbuatan mereka.”kata Gibeon

(Sementara itu, ibu Gibeon terus saja mencari Pandapotan dan Hamonangan. Ibunya
akhirnya menenukan mereka berdua sedang asyik bermain di tengah lapangan. )

“kenapa kalian begitu jahat terhadap Gibeon?”Tanya ibu Gibeon

“maaf nantulang,tapi Gibeon sendiri yang mulai. Dia tidak mau bermain dengan kami
ketika kami ajak dia kemarin sore.” Kata Pandapotan

“tapi kalian sudah keterlaluan. Tidak seharusnya kalian mengerjain dia sampai kakinya
lumpuh begitu. Tapi baiklah kali ini kalian akan ku maafkan, tetapi jika kalian
melakukan kesalahan yang sama kalian akan nantulang kasih pelajaran” kata ibu
Gibeon

“baik nantulang.” Kata mereka berdua dengan serentak

Karena mereka berdua tidak terima dengan ceramahan nya ibu Gibeon, akhirnya mereka pun
mengadu kepada Endang(Kepala suku batak). Dengan liciknya, Pandapotan dan Hamongan
kejadian yang tidak benar kepada Endang. Mereka mengatakan bahwa mereka di siksa oleh
Ibunya Gibeon. Mendengar itu semua Endang pun langsung cepat mengambil keputusan untuk
mengeluarkan mereka dari perkampungan tersebut.

Sebab peraturan mereka berbunyi,”jika ada satu orang yang menganiaya anak dibawah 15 tahun
tanpa sebab akan dikeluarkan dari perkampungan tanpa terkecuali.” Begitulah bunyinya.

Sementara itu ketika ibu Gibeon sampai dirumah, tiba-tiba segerombolan warga datang kerumah
mereka dengan wajah marah. Ibu Gibeon sangat terkejut dengan kedatangan mereka tersebut,
seperti tidak biasanya warga datang kerumah mereka dengan ramai dan memasang muka marah.

“keluar kalian dari kampung ini.” Teriak salah seorang warga

“ya keluarkan mereka!” teriak yang lain

Akhirnya Gibeon dan ibunya keluar dari rumah menuju halaman. Mereka terkejut ketika warga
mengatakan bahwa mereka akan di usir dari perkampungan itu. Gibeon yang pada saat itu
sedang sakit akhirnya angkat bicara bahwa dia dan ibunya difitnah oleh Pandapotan dan
Hamongan. Dia menunjukan bukti yaitu kaki nya bahwa yang melakukan itu adalah Pandapotan
dan Hamonangan.

Mendengar itu semua, Pandapotan dan Hamongan sangat gugup untuk membela diri mereka dan
membuat warga heran. Mereka berdua membalikkan fakta dengan kejadian tersebut agar mereka
tidak diusur oleh warge kampung.

“alah sudahlah nantulang jangan memutarbalikkan fakta. Bisa saja orang nantulang
mengakali kejadian ini agar tidak diusir oleh warga kampung.” Timpal Pandapotan

(mendengar hal tersebut, ibu Pandapotan marah terhadap perkataan mereka berdua)
“apa maksud mu mengatakan kalo aku memutarbalikkan fakta?” kata ibuGibeon

“apakah nantulang punya bukti kalo kami yang mencelakakan dia?” kata Hamonangan

“memang tidak ada, tapi cuma kalian yang membenci anak ku.”timpal ibu Gibeon

“nantulang tidak berhak menuduh kami kalo tidak ada buktinya, bisa saja dia jatuh entar
dari mana. Dan karena nantulang gak suka dengan kami maka nantulang memfitnah
kami dengan memutarbalikkan fakta.”kata Pandapotan dengan santai nya

“kau jangan menjebak nantulang Pandpotan, ini betul adanya yang aku bilang.”timpal
ibu Gibeon

Gibeon sangat sedih mendengarkan perdebatan antara mereka. Dia tidak menyangka bahwa
Pandapotan dan Hamonangan sekejam itu. Dia tidak tau lagi apa yang harus dia perbuat dan dia
hanya menyerahkan semuanya kepada Tuhan agar semua masalah ini dapat terselesaikan.

“tunggu apalagi , sekarang kalian harus meninggalkan perkampungan ini. Sudah jelas
Gibeon tidak mengatakan sepatah kata pun untuk membela kalian.”desak warga

“tunggu dulu nantulang, tulang, amangboru dan namboru juga semua natua-tua kami
disini. Memang saya daritadi hanya diam melihat kalian berantam. Tetapi apa yang ibu
saya katakana" itu benar adanya tanpa ada pemfitnaan kepada Pandapotan dan
Hamonangan.”kata Gibeon sambil menangis

“sudah jelas kan apa yang anak saya katakan, bahwa kami tidak melakukan kejahatan
terhadap Hamongan dan Pandapotan.”timpal ibu Gibeon

“liat lah mereka berdua! hanya karena takut diusir dari kampung, tega mereka
memfitnah kami yang masih kecil.”kata Pandapotan sambil berpura-pura nangis

“sudahlah, kalian berdua jangan membuat cerita bohong. Jelas-jelas Pandapotan dan
Hamonangan adalah anak yang baik, mana mungkin mereka berdua tega melakukan
perbuatan yang jahat terhadap Gibeon.”kata warga

“sekarang kalian siapkan barang-barang kalian dan segera angkat kaki dari kampung
ini!!”lanjut kata warga lain

Kini Gibeon dan ibunya hanya pasrah terhadap perbuatan jahat Hamonangan dan Pandapotan.
Dan mereka sedang mempersiapkan barang-barang mereka sambil menangis`

“kemana kita sekarang akan pergi bu?”kata Gibeon sambil menangis

“ibu juga gak tau nak kita pergi kemana.”kata ibu Gibeon
“kenapa banyak orang yang jahat terhadap kita bu?”kata Gibeon

“sabarlah nak.”kata ibu Gibeon sambil menenangkan hati Gibeon.

Setelah mereka sudah membereskan barang-barang mereka, warga segera mendesak mereka agar
cepat meninggalkan kampung ini. Sedangkan Pandapotan dan Hamonangan hanya tersenyum
melihat mereka pergi. Tak sampai disitu, Pandapotan dan Hamonangan masih ingin berbuat jahat
kepada ibu Gibeon agar celaka. Mereka ingin balas dendam karena ibunya telah kasar kepada
mereka berdua.

“aku masih punya ide agar ibunya itu celaka?”kata Pandapotan

“ide apa yang ingin kau rencanakan kepada ibunya?”timpal Hamonangan

“bagaimana kalau kita buat ibunya itu sengsara? Kita suruh aja orang untuk
mencelakakan ibunya. Biar aja si Gibeon itu hidup sendirian.”lanjut Pandapotan

“ide bagus juga itu. Kau pintar juga ya!”kata Hamonangan dengan senyum-senyum

Akhirnya mereka menyuruh orang agar mencelakakan ibu Gibeon. Ditengah perjalanan, Gibeon
dan ibunya mencari tempat untuk mereka tinggali. Ketika itu Gibeon beristirahat dan ibunya
pergi untuk mencari makanan yang bisa mereka makan.

“ibu pergi dulu ya nak, kamu istirahat dulu disini. Biar ibu aja yang pergi mencari
makan untuk kita.”kata ibu Gibeon

“baiklah. Aku akan menunggu ibu disini. Ibu jangan lama-lama perginya.”kata Gibeon

“iyah nak. Kamu tunggu disini ya.”kata ibunya dengan meyakinkan

Ditengah perjalanan mencari makanan, seseorang mengikuti ibunya dari belakang. Karena
ketakutan akhirnya ibunya mempercepat langkahnya agar bisa menjauh dari orang tersebut.
Namun, usaha itu gagal. Tomas langsung mendekap mulutnya dan membunuh ibunya di tempat
itu. Setelah itu, Gibeon yang telah lama menunggu ibunya langsung cemas dan khawatir.

Firasat nya tidak enak dan langsung pergi mencari ibunya dipinggiran ladang tersebut. Setelah
lama mencari-cari akhirnya Gibeon menemukan ibunya tidak bernyawa di atas dedaunan
tersebut. Dia menangis sekencang-kencang nya karena menemukan ibunya sudah meninggal.

Ketika itu juga Pandapotan dan Hamonangan langsung datang dan menertawakan nya. Dia
sangat senang karena melihat Pandapotan sangat menderita.

“itu akibatnya kalo kau Gibeon berani macam-macam ke kami”kata Pandapotan kepada
Gibeon
“kalian jahat. Kenapa kalian selalu mengganggu dan ingin melihat aku menderita!!”kata
Gibeon sambil menangis sekencang-kencang nya.

“kau mau tau alasan kami ingin membuat mu sengsara??karena kau selalu di
nomorsatukan di kampung ini dan kami gak terima dengan itu.”timpal Pandapotan
sambil meninggalkan Gibeon dan ibunya.

Gibeon langsung memeluk ibunya yang telah meninggal. Dia segera menguburkan ibunya di
dekat rumah mereka. Ketika sudah selesai menguburkan ibunya, Gibeon langsung pergi
menjumpai Pandapotan dan Hamonangan.

“aku ingin kalian bertanggung jawab atas kematian ibuku. Kalian gak punya hati
melakukan itu semua!!”kata Gibeon sangat marah

“kau ingin macam-macam lagi dengan kami?apa perlu kami memanggil warga agar kau
sengsara juga?kata Pandapotan

“aku gak takut. Sekarang juga kalian panggil, biar ku ceritakan semua yang telah kalian
lakukan.”kata Gibeon

“oke. Kita liat siapa yang akan sengsara kali ini. Aku atau kau!!??”kata Pandapotan

(akhirnya Pandapotan memanggil warga kampung di dekat ladang.)

“ada apa kau panggil kami kesini Pandapotan?”teriak warga

“begini tulang, si Gibeon ini telah membunuh ibunya sendiri di tengah ladang. Dia
sangat tega melakukan itu semua.”kata Pandapotan

“apa benar yang dikatakan si Pandapotan itu Gibeon?”kata warga

“itu tidak benar. Justru mereka lah yang melakukan itu semua. Mereka ingin balas
dendam kepadaku dengan cara membunuh ibuku.”timpal Gibeon

“itu tidak benar, mana ada pembunuh ngaku secara tiba-tiba. Gibeon membunuh ibunya
karena dia sudah sangat muak dengan ibunya. Kata Gibeon ibunya hanya menyusahkan
dia saja.”kata Pandapotan

(akhirnya warga percaya dengan ucapan Pandapotan dan ingin segera membuang Gibeon ke
hutan)
“tunggu dulu. Saya akan naik ke puncak dan akan berdoa. Ketika aku menjatuhkan diri
kebawah dan berubah menjadi air terjun itu berarti saya benar. Dan begitu juga
sebaliknya, kalo tidak terjadi apa-apa berarti memang betul aku yang salah.”kata
Gibeon

Dengan hati yang sangat berat untuk mengatakan itu Gibeon langsung pergi ke atas puncak dan
langsung berdoa. Ketika sudah berdoa dia langsung menjatuhkan diri ke bawah dan dilihat oleh
warga kampung termasuk Pandapotan dan Hamonangan.

Ketika itu juga, langit menjadi gelap dan turun hujan yang sangat deras. Selang beberapa menit,
tempat berdirinya Gibeon terjadi air terjun yang sangat indah. Warga menyadari bahwa apa yang
dikatakan oleh Gibeon itu benar. Melihat kejadian itu, Pandapotan dan Hamonangan langsung
meninggalkan tempat tersebut. Tapi mereka tidak selamat, petir langsung menyambar mereka
berdua dan meninggal di tempat.

Warga sangat terheran-heran melihat air terjun yang sangat indah tersebut. Mereka menyesali
perbuatan mereka terhadap Gibeon dan ibunya. Tapi semua telah sia-sia, nasi sudah menjadi
bubur. Akhirnya warga menamai itu menjadi air terjun Gibeon. Seiring berjalan nya waktu, air
terjun Gibeon direnovasi dan difasilitasi dengan kolam renang. Sekarang banyak wisatawan yang
berkunjung karena ingin menikmati air nya yang segar dan sejuk.

~sekian~

Anda mungkin juga menyukai