Materi Kesling Omkes Puskesmas
Materi Kesling Omkes Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 tahun 2014 tentang S
anitasi Total Berbasis Masyarakat yang disingkat dengan STBM adalah pendekatan untuk me
ngubah perilaku higienisdan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ialah suatu kondisi ketika individu dalam komu
nitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar besar sembarangan yang berpotensi meny
ebarkan penyakit. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat y
ang setinggi-tingginya (Kementrian Kesehatan, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 didapatkan bahwa te
rdapat 85% desa yang telah memenuhi target pelaksanakan STBM, yakni sebanyak 353 desa
dari 416 desa yang telah melaksanakan STBM. Sedangkan untuk capaian program desa stop
BABS masih 21% atau sebanyak 87 desa dari 416 desa. Berdasarkan data dari Dinas Kesehat
an Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 Kabupaten Lingga termasuk tertinggi dengan 93% de
sa melaksankan STBM, atau sebanyak 76 desa dari total 82 desa yang telah melaksanakan ST
BM. Untuk persentase desa di Kabupaten Lingga yang telah melaksanakan BABS masih belu
m sesuai dengan target dari provinsi karena capaian desa stop BABS masih 16% dari target s
ebesar 100%, atau sebanyak 13 desa dari total 82 desa yang telah ditetapkan.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor risiko lingkungan. Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di
1. Konseling
Fungsi Perencanaan
lingkungan secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Fungsi pengorganisasian
Menurut Nawawi (2000) pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah
organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur
organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan kebutuhan unit
atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah melakukan
pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk koordinasi. Koordinasi sebagai proses
pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan kerja yang terpisah suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien.
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ada, menentukan dan mengukur
menjamin bahwa usaha atau kegiatan telah dilaksanakan secara baik dalam mencapai tujuan
(Handoko, 1984).
Konsep dan penjelasan tentang lingkungan cenderung semakin kompleks dan dinamik,
berkembang dari konsepsi tradisional yang cenderung sempit, yang mengartikan lingkungan
sekedar sebagai suatu kesatuan ekosistem alam menjadi keterkaitan yang integral antara
manusia dan sistem lingkungan. Untuk mengkaji lingkungan harus dilihat secara
komfrehensif sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan (interaction) dan saling
ketergantungan (interdependency). Arti dan cakupan yang terkandung dalam kajian
lingkungan menekankan pada integrasi dinamik dan kompleks antara lingkungan fisik-alami
dengan manusia dan sistem sosialnya.
PKLM merupakan konsep yang mengawinkan ide dan Teknik Manajemen Kualitas
MKM, PKLM juga bertujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan, melakukan peningkatan
secara terus menerus dan pengukuran yang setepat-tepatnya. PKLM juga memerlukan
meningkatkan kualitas lingkungan proses dan produk secara terus menerus melalui partisipasi
semua tingkat dan fungsi dalam suatu organisasi. PKLM (seperti juga MKM) bertujuan
produk pencarian terus menerus untuk meningkatkan kesempatan tercapainya tujuan tersebut.
Total quality dimulai dengan menyadari bahwa kita tidak akan pernah sebaik yang
kita harapkan. Peningkatan secara terus menerus berdasarkan data dan pengukuran
merupakan dasar daritotal quality. Hal yang sama juga dilakukan dalam pencapaian performa
lingkungan suatu organisasi yang lebih baik secara terus menerus sehingga memberikan
pengelolaan lingkungan sesuai dengan standar internasional (ISO 14001) bukan merupakan
hal baru. Hal ini disadari dilakukan di tingkat internasional yang menuntun dipenuhinya
standar internasional yang berlaku didunia. Dengan dipenuhinya unsure-unsur dalam ISO
yang baik.
1. Penguatan Lembaga
Masyarakat.
b. Penguatan Peran Kader AMPL dalam Pemutakhiran Data Air Minum Dan Sanitasi
Perdesaan dan Prioritasi Program Air Minum Dan Sanitasi Perdesaan di Tingkat
Kecamatan.
2.
Pengelolaan Data
a.
Perdesaan Terpadu
b. Penguatan Peran Kader AMPL dalam Pemutakhiran Data Air Minum Dan Sanitasi
Perdesaan dan Prioritasi Program Air Minum Dan Sanitasi Perdesaan di Tingkat
Kecamatan.3.
a.
c.
Membangun kerjasama/kolaborasi
4.
SDM yang tersedia di Puskesmas Lanjut terkait pelaksanaan STBM Stop BABS di wilayah k
erja Puskesmas Lanjut meliputi Plt.Kepala Puskesmas Lanjut, Penanggung Jawab Unit Keseh
atan Masyarakat sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan Puskesmas dan Petugas Kesehat
an Lingkungan sebagai pelaksana kegiatan program, Kepala Desa Sedamai dan Berindat seba
gai pendukung dalam penjalanan program STBM Stop BABS. Dalam pelaksanaan program S
TBM Stop BABS Penanggung Jawab Unit Kesehatan Masyarakat dan petugas Kesehatan Lin
gkungan memiliki pekerjaan yang lebih dalam pelaksanaan program STBM pilar 1 dan dibant
u oleh Kepala Desa Sedamai dan Berindat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan di Pusk
esmas Lanjut diperoleh informasi bahwa Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan program
STBM Stop BABS belum sesuai dengan kebutuhan, masih perlu adanya pelatihan untuk petu
gas atau pelaksana program dalam melaksanakan program STBM Stop BABS. Dilihat dari ti
dak adanya pelatihan untuk petugas kesehatan lingkungan bahwa kurangnya pengalaman petu
gas kesehatan lingkungan dalam mempertanggung jawabkan atau melaksanakan Program ST
BM Stop BABS di Wilayah Kerja Puskesmas Lanjut sehingga membuat pelaksanaan progra
m STOP BABS menjadi kurang optimal. Menurut Ramsar (2012), sumber daya manusia sang
at diperlukan guna meningkatkan produktifitas serta efektifitas dan efesiensi didalam penggu
naan sumber daya manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi akan dapat terc
apai sebagaimana mestinya. sumber daya manusia merupakan faktor yang unik baik fisik ma
upun psikis. Dalam keadaan biasa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampu
annya karena sebenarnya kemampuan manusia itu sangat luas. Apabila sumber daya manusia
itu dikembangkan kualitasnya mereka akan mempunyai pengaruh pada perubahan pengetahu
an, perubahan sikap, perubahan kemampuan, perubahan tingkah laku individu dan kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pelaku pemicuan yang akan melaksanakan pe
micuan di lapangan terkait program STBM pilar Stop BABS belum pernah mengikuti pelatih
an. Tidak ada pelatihan khusus terkait pelaksanaan program STBM, pihak Dinas Kesehatan K
abupaten Lingga hanya melakukan rapat koordinasi terkait pelaksanaan program STBM. Hal
ini tidak sesuai dengan permenkes RI nomor 3 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa dalam
mendukung penyelenggaraan STBM pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab d
alam mengadakan pelatihan teknis bagi petugas dan masyarakat kecamatan dan atau desa/kel
urahan.
Sarana dan Prasarana di Puskesmas Lanjut untuk sebagian besar pelaksana STBM mengataka
n tidak mendapatkan fasilitas kendaraan dinas untuk operasianal program kesehatan lingkung
an, sehingga mereka harus menggunakan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi. Menu
rut sebagian besar informan, peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemicuan tidak sulit u
ntuk diperoleh sebab biasanya menggunakan bahan-bahan yang ada di daerah masing-masing
dan dari Dinas Kesehatan hanya menyediakan alat pencetakan septik tank untuk sebagian ru
mah. Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam
menunjang proses pelaksanaan STBM pilar Stop BABS. Semua fasilitas atau sarana dan pras
arana haruslah dikelola dengan baik agar keberadaan sarana dan prasarana tersebut dapat men
unjang proses pelaksanaan program, sehingga pelaksanaan program dapat berjalan lancer dan
tujuan program dapat terwujud (Darmastuti, 2014).
Pemicuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas Lanjut dengan Sanitarian sebagai
penanggung jawab program STBM , Promotor Kesehatan, dan Kepala Puskesmas menyataka
n pendapat yang sama mengenai pelaksanaan pemicuan dimulai dengan koordinasi kepada pe
mangku kepentingan yaitu dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, Bidan, dan Kader kesehatan
kelurahan setempat. Hasil dari koordinasi tersebut menghasilkan waktu dan tempat pelaksana
an pemicuan STBM. Tahapan pemicuan yang pertama yaitu pengantar pertemuan, lalu proses
identifikasi istilah terkait sanitasi kepada masyarakat yang akan dipicu, dilanjutkan dengan pe
mbuatan peta sanitasi sederhana. Peta sanitasi sederhana tersebut berisi informasi tentang bat
as desa, rumah dengan dan tanpa jamban, jalan, sungai, sumber air untuk minum, mandi dan
mencuci, dan masalah sanitasi yang ada.
Hasil penelitian ditemukan bahwa kendala yang dialami pihak Puskesmas pada saat pemicua
n yaitu rendahnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan program Stop BABS dan renda
hnya ekonomi masyarakat desa diwilayah kerja Puskesmas Lanjut yang mayorittasnya yaitu n
elayan. Kendala ini juga dialami pada penelitian (Kasanah, 2018) yang menyebutkan bahwa t
erdapat kendala yang dialami pada saat proses pemicuan program STBM salah satunya adala
h kendala ekonomi.
Pasca Pemicuan
Dari hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas Lanjut, Kepala Puskesmas Lanjut melaku
kan monitoring 1 bulan setiap kalinya betujuan untuk melihat seberapa besar terpicunya masy
arakat desa yang di ODF, sedangkan Penanggung Jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingk
ungan bahwa monitoring dilakukan 3 bulan sekali. Akan tetapi pada saat melakukan monitori
ng Penanggung jawab UKM dan Petugas Kesehatan Lingkungan tidak memberikan motivasi
kepada masyarakat desa agar tetap mengikuti himbauan dari Puskesmas Lanjut untuk tidak B
uang Air Besar Sembarangan demi mencapai target Desa ODF yang lebih baik.
Upaya-upaya kesehatan yang termasuk didalam program kesehatan lingkungan antara lain :
1. Penyehatan Air
Melakukan monitoring/ Inspeksi Kesehatan Lingkungan /IKL terhadap Sarana Air Bersih
(SAB) / Sarana Air Minum (SAM),yaitu yang meliputi : jaringan perpipaan, (PDAM,
Hippam / BPSPAM), Bukan Jaringan Perpipaan Komunal (sumur pompa tangan, sumur bor
dengan pompa, sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa), Depot Air Minum (DAM),
Perlindungan Mata Air (PMA), Penampungan Air Hujan (PAH) yang disebut sebagai sistim
penyediaan air bersih/Minum (SPAM) di wilayah kerja Puskesmas selamap kurun waktu
tertentu.
Makanan Jajanan
Melakukan monitoring /Inspeksi Sanitasi dan pembinaan yang meliputi rekomendasi teknis
dll terhadap penanggung jawab dan petugas. TTU Prioritas (Puskesmas, SD, SLTP) di
wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu tertentu.
Pelayanan berupa Konseling Sanitasi yang diberikan kepada pasien/penderita Penyakit yang
Berbasis Lingkungan (PBL), yaitu ISPA, TBC, DBD, Malaria, Chikungunya, Flu burung,
Filariasis, Diare, Kecacingan, Kulit, keracunan makanan dan peptisida di wilayah kerja
Puskesmas pada kurun waktu tertentu
STBM merupakan suatu upaya kesehatan berbasis masyarakat yang meliputi 5 pilar yaitu :
Pengelolaan sampah
https://pkmsitubondo.situbondokab.go.id/halaman/kesehatan-lingkungan