Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan factor penentu utama derajat
kesehatan masyarakat dalam suatu proses pengamatan, pencatatan,
penyuluhan,pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standar
tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu
atau beberapa parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal,
dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu yang menekankan kegiatan pada sumber,
ambient (lingkungan), pemaparan dan dampak pada manusia.
Puskesmas Kedungreja terdiri dai 11 Desa binaan, berdasarkan profil kesling
tahun 2022 terdapat 24521 KK, 95 Tempat Ibadah (Masjid, gereja), 52 Sarana Air Minum
( Depot air minum isi ulang), 84 sekolah ( SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA), 7 pasar,
122 Tempat Pengolahan Pangan (TPP). Berdasarkan data tersebut perlu pengawasan
dan pembinaan agar masyarakat terbebas dari gangguan Kesehatan yang berdasarkan
lingkungan.
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotive
dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
2. TujuanKhusus
a. Menurunkan angka penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor resiko lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan
b. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat untuk enurunkan
angka penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
resiko lingkungan dan mewujudkan PHBS
c. Terciptanya keterpaduan lintas program dan lintas sectoral dalm
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat

1
C. Sasaran
1. berdayaan kader masyarakat melalui pemicuan untuk ber-Perilaku Hidup
Bersih Sehat dan stop Buang Air Besar Sembarangan, cuci tangan pakai sabun
bagi Desa/Kelurahan non Prioritas
Sasaran : KK yang tidak memiliki Jamban (Buang Air Besar) di kebun atau
Halaman Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan, Tata Cara Cuci tangan
Pakai Sabun)
2. Pelaksanaan STBM untuk Desa/ Kelurahan Prioritas Pemicuan Pengembangan
Pilar 2-5
Sasaran : Desa yang sudah ODF di wilayah kerja puskesmas
3. Inpeksi kesehatan lingkungan di TFU (Tempat Fasilitas Umum)
Sasaran : Tempat-tempat umum yang memiliki potensi dampak besar terhadap
kesehatan masyarakat
4. Inpeksi kesehatan lingkungan di TPP (Tempat Pengelolaan Pangan)
Sasaran : Tempat pengolahan Pangan (TPP) yang ada di wilayah kerja
puskesmas
5. Inpeksi kesehatan lingkungan di sarana air minum
Sasaran : Seluruh depot air minum yang ada di wilayah kerja puskesmas
6. Inpeksi kesehatan lingkungan di Fasyankes
Sasaran : Seluruh klinik yang ada di wilayah kerja puskesmas
7. Pengambilan sampel untuk surveilans kualitas air minum di tingkat rumah
tangga (SKAMRT)
Sasaran : Keluarga balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas.
D. Ruang Lingkup
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi :
- Konseling
- Pemeriksaan kebersihan
- Pengawasan pembakaran sampah dan IPAL
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi :
- Inspeksi Kesehatan lingkungan
- Intervensi Kesehatan Lingkungan
- Inspeksi TTU
- Pengawasan

2
E. Batasan Operasional
Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan upaya untuk meningkatkan
kesehatan yang dilakukan melalui penyehatan dan peningkatan kualitas
lingkungan.Upaya – upaya kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas
Kedungreja Meliputi:
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan


yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan.

3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Puskesmas.

4. Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi
terhadap terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan.

5. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan


dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi.

6. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan


secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan
berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat.

3
7. Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial.

8. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan
minimal Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.

Beberapa ketentuan perundang - undangan yang diperlukan sebagai dasar


Penyelenggaraan penyelengggaraan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Kedungreja adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang


Tatalaksana Pengawasan Kualitas Air Minum;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang


Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene


Sanitasi
11. Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan Lingkungan


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang diijinkan
berprofesi minimal berijazah Diploma Tiga ( D III ). Berikut ini Kualifikasi Sumber Daya
Manusia dan realisasi tenaga upaya kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas
Kedungreja sebagai berikut:

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Kesehatan Pendidikan diploma III kesehatan Lulusan D III Akademi Kesehatan


Lingkungan lingkungan Lingkungan

Memiliki Surat Tanda Regristasi Memiliki STR

Memiliki Surat Ijin Kerja Memiliki SIK

B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
KesehatanLingkungan mulai di Kepala puskesmas, penanggung jawab UKP,
penanggung jawab UKM, dan seluruh karyawan. Sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan kegiatan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas adalah petugas
Sanitarian.
Pengaturan dan penjadualan tenaga puskesmas dalam upaya kesehatan
Lingkungandilaksanakan lintas program dan dikoordinir oleh Petugas Promkes sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan.

5
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Kesehatan Sanitarian / Rian Fajriyah Imtichani Kepala Puskesmas


Lingkungan UKP, UKM
ADMIN
Cleaning service

C. Jadwal Kegiatan

NAMA KEGIATAN BULAN KE


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemberdayaan kader V V
masyarakat melalui
pemicuan untuk ber-
Perilaku Hidup Bersih
Sehat dan stop Buang
Air Besar
Sembarangan, cuci
tangan pakai sabun
bagi Desa/Kelurahan
non Prioritas
Pelaksanaan STBM V V
untuk Desa/ Kelurahan
Prioritas
Pemicuan
Pengembangan Pilar 2-5
Inspeksi Kesling di
Sarana Tempat dan
Fasilitas Umum,
Sarana Tempat
Pengelolaan Pangan,
Sarana Air Minum, V V V
Fasyankes:

6
Inpeksi kesehatan
lingkungan di TFU
(Tempat Fasilitas
Umum)
Inpeksi kesehatan V
lingkungan di TPP
(Tempat Pengelolaan
Pangan)
Inpeksi kesehatan V V
lingkungan di sarana
air minum
Inpeksi kesehatan V
lingkungan di
Fasyankes
Pengambilan sampel V V V
untuk surveilans kualitas
air minum di tingkat
rumah tangga (SKAMRT)

7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang Lantai Bawah

8
B. Denah Lantai Atas

Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di dalam gedung dilakukan oleh


Penanggung jawab program Kesehatan Lingkungan di ruang Ukm .
Sedang kegiatan luar gedung petugas dapat mengunjungi sasaran dengan ikut
kegiatan ke desa ( pemeriksaan rumah, SAB, Saluran pembuangan, Jamban, dll ) ke
Tempat tempat Umum (sekolah, tempat ibadah dll } dan kegiatan lain yang bersifat dan
berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

9
C. StandarFasilitas
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Kedungreja memiliki sarana penunjang antara lain :
pelayanan kesehatan Lingkungan Sarana Prasana
• Meja
( Dalam Gedung ) • Kursi
Konseling • Alat peraga Percontohan
Pengawasan Kebersihan • Media informasi cetak atau elektronik
• Buku panduan
• Buku catatan kegiatan
• Senter
( Luar Gedung ) • Alat pembasmi nyamuk
Inspeksi Sanitasi • Swim fog
Intervensi / Tindakan • Leaflet
• Form check
• Fly grill
• Lux meter
• PH meter
• Buku catatan kegiatan.

10
BAB IV
TATA LAKSANA UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan meliputi :
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
1) Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan
2) Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan/ataugangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor RisikoLingkungan dilaksanakan
secara terintegrasi dengan pelayananperawatan pengobatan
3) Dalam halPasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungantidak memungkinkan untuk
menerima Konseling, Konseling, konseling dapat dilakukan terhadap keluarga
yang mendampingi
4) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media cetak atau
elektronik.
b. Pengawasan kebersihan / sampah / IPAL
1). Kegiatan pengawasan Kebersihan lingkungan Puskesmas
2). Kegiatan pengawasan pembakaran sampah
3). Kegiatan Pengawasan pengolahan air limbah
2. Kegiatan Luar Gedung
a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1) Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat
tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap.
2) Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan
Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas
Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa.
3) Kegiatan meliputi Perumahan ( termasuk hasil konseling ), TTU, TPM, TP3
b. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.

11
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan,
dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial
B. Strategi / Metode
1. Metode Konseling
a. identifikasi prilaku/kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut
2. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
3. Metode Intervensi Kesehatan Lingkungan
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
b. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
c. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
d. Rekayasa Lingkungan
C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
- Perencanaan (P1)
1). Membuat Jadwal
2) Persiapan
➢ Menyiapkan ruangan;
➢ Menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
➢ Menyiapkan media informasi dan alat peraga bila diperlukan seperti
poster, lembar balik, leaflet, maket (rumah sehat, jamban sehat, dan
lain-lain) serta alat peraga lainnya.

12
- Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali data/informasi
kepada Pasien atau keluarganya, sebagai berikut:
1). umum, berupa data individu/keluarga dan data lingkungan;
2). khusus, meliputi:
a). identifikasi perilaku/kebiasaan;
b). identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c). dugaan penyebab; dan
d). saran dan rencana tindak lanjut.
- Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1). melakukan penilaian terhadap komitmen Pasien (Formulir tindak lanjut
konseling) yang telah diisi dan ditandatangani untuk mengambil keputusan
yang disarankan, dan besaran masalah yang dihadapi;
2). menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan Lingkungan
sesuai hasil Konseling; dan
3). menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi.
b. Pengawasan kebersihan / sampah / IPAL
- Persiapan (P1)
1) Membuat jadwal pemeriksaan baik kebersihan / pembakaran sampah
maupun IPAL
2) Menyiapkan dan membawa form kegiatan pemeriksaan dan alat tulis
- Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Memeriksa baik kebersihan / pembakaran sampah maupun IPAL
2) Mengisi form kegiatan pemeriksaan dan alat tulis yang sdh ada
- Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

13
2. Kegiatan di Luar Gedung
a. Inspeksi Sanitasi
- Perencanaan (P1)
1) Membuat jadwal Inspeksi Sanitasi baik dari hasil Konseling maupun hasil
tahun sebelumnya
2) Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya apabila dari hasil konseling
memerlukan tindak lanjut. ( Jika Hasil Konseling )
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir
pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur
parameter kualitas lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan
di desa.
- Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Melakukan pengamatan media / pemeriksaan :
• Lingkungan sarana usaha / pasien dan perilaku pelaku usaha /
masyarakat sekitar.
• Pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan analisis
risiko sesuai kebutuhan ( Jika diperlukan ).
• Melakukan penemuan penderita lainnya ( Jika dari Konseling )
• Melakukan pemetaan populasi berisiko ( Jika dari Konseling )
2) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (TTU, TPM, TP3, keluarga
pasien dan keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi
Kesehatan Lingkungan yang bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai
dengan pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya.
- Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
14
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti
b. Intervensi Kesehatan Lingkungan
- Perencanaan ( P1)
1) Membuat jadwal dengan dasar hasil Konseling dan hasil Inspeksi Sanitasi
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir
pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur
parameter kualitas lingkungan)
3) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan
di desa.
- Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Intervensi Kesehatan Lingkungan harus mempertimbangkan tingkat risiko
berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
2) Intervensi Kesehatan Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri.
3). Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan Lingkungan menjadi luas, maka
pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah, dan masyarakat/swasta
- Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti
Adapun untuk kegiatan pemantauan evaluasi upaya kesehatan lingkungan :
1) Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
2) Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan
pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas.
3) Pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
mencakup Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dan pelaksanaan
pengawasan kualitas media lingkungan dalam rangka program kesehatan.
4) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dibahas dalam
pertemuan integrasi lintas program Puskesmas secara berkala.

15
5) Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus menjadi
indikator dalam penilaian akreditasi Puskesmas.

BAB V
LOGISTIK

16
Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang
pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan
Lingkungan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas
sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
a) Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
antara lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer

b) Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang


meliputi :
- Senter
- Alat pembasmi nyamuk
- Swim fog
- Leaflet
- Form check
- Fly grill
- Lux meter
- PH meter
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator kesehatan lingkungan
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator
kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam

17
kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan (
POA – Plan Of Action ).

BAB VI

18
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan.Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian

19
pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling - -

Inspeksi Kesehatan - -
Lingkungan

Intervensi kesehatan Terpapar bahan kimia Menggunakan APD (


Lingkungan Masker , Sarung Tangan )

BAB VII
20
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan


perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

21
Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling Resiko tertular penyakit Menggunakan APD

CTPS

Inspeksi Kesehatan Terpapar bahan kimia Menggunakan APD


Lingkungan

Intervensi kesehatan Kecelakaan Kerja Menggunakan APD


Lingkungan

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kesling
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX

23
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan lingkungan ini dibuat untuk memberikan


petunjuk dalam pelaksanaan kegiatankesehatan lingkungan di Puskesmas DEF I,
penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja
masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas agartidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

BAB IV

24
TATA LAKSANA UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan di Puskesmas Tegowanu meliputi
a. Konseling
1) Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan
2) Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan/ataugangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor RisikoLingkungan dilaksanakan secara
terintegrasi dengan pelayananperawatan pengobatan
3) Dalam halPasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungantidak memungkinkan untuk
menerima Konseling, Konseling, konseling dapat dilakukan terhadap keluarga
yang mendampingi
4) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media cetak atau
elektronik.
B. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1) inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat
tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap
2) Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan
Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas
Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa
3) Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan,
dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial
C. Strategi / Metode
1. Metode Konseling
a. dentifikasi prilaku/kebiasaan
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut
2. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan

25
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai
berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
3. Metode Intervensi Kesehatan Lingkungan
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
b. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
c. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
C. Langkah Kegiatan
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Pemberdayaan kader masyarakat Mendorong perubahan perilaku higiene
melalui pemicuan untuk ber-Perilaku dan sanitasi oleh individu atau
Hidup Bersih Sehat dan stop Buang Air masyarakat atas kesadaran sendiri
Besar Sembarangan, cuci tangan pakai dengan menyentuh perasaan, pola pikir,
sabun bagi Desa/Kelurahan non Prioritas perilaku, dan kebiasaan individu atau
masyarakat
2 Pelaksanaan STBM untuk Desa/ Pemberdayaan masyarakat dengan
Kelurahan Prioritas metode penilaian
Pemicuan Pengembangan Pilar 2-5

3 Inspeksi Kesling di Sarana Tempat dan Kegiatan yang bersifat monitoring


Fasilitas Umum, Sarana Tempat (inspeksi sanitasi) terhadap sarana
Pengelolaan Pangan, Sarana Air Minum, Tempat Fasilitas Umum (TFU) yang ada
Fasyankes: di wilayah kerja puskesmas
- Inpeksi kesehatan lingkungan di TFU Pembinaan tempat pengelolaan Pagan
(Tempat Fasilitas Umum) (TPP) yang bersifat monitoring yang
- Inpeksi kesehatan lingkungan di TPP bersifat inspeksi sanitasi yang ada di
(Tempat Pengelolaan Pangan) wilayah kerja puskesmas.

26
No Upaya kegiatan perlengkapan

1 Konseling Meja
Kursi
Alat peraga Percontohan
Media informasi cetak atau elektronik

2 Inspeksi Kesehatan Lingkungan Senter


ThermohigroMeter
Luk Meter
PH Meter
Blok Grill
Kit Sampling Air
Kit Sampling Makanan

3 Intervensi Kesehatan Lingkungan Senter


Meteran
Alat peraga Percontohan
Cetakan closet
Cetakan Buis Beton
Genteng kaca

27
PEDOMAN KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
UPTD PUSKESMAS KEDUNGREJA

No Dokumen : 002/ UKM / 2022


Tanggal Terbit : 06/ 01/ 2022
No Revisi : -

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
TAHUN 2022

28
29

Anda mungkin juga menyukai